Pembimbing :
Kelompok 4 :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah kami dengan judul
“Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Diabetes Mellitus ” sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Dalam penyusunan Tugas Makalah ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Indari,S.Kep.Ns
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini, dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak,
untuk menyempurnakannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………………………
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………..
1.3Tujuan……………………………………………………………………
1.4 Manfaat…………………………………………………………………..
BAB IV KESIMPULAN
10.1Kesimpulan………………………………………………………………….
4.2 Saran………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes
mellitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep diabets mellitus dan mulai definisi sampai dengan
penatalaksanaan.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien lansia dengan diabetes mellitus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoroitis makalah dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan
ilmu keperawatan jiwa selanjutnya dan untuk mengetahui atau mendalami konsep asuhan
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperrglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh tingginya kadaar glukosa dalam darah,
pada dasarnya hal ini karena tubuh kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas ( Sri Hartini, 2009).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskopelektron, (Arif Mansjoer, 2005).
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin
(Smeltzer.et al, 2013; Kowalak, 2011)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut Smeltzer et al , (2013) ada 3 yaitu:
1. Tipe 1 (Diabetes melitus tergantung insulin)
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Diabetes melitus tipe 1
ditandai dengan destruksi sel - sel beta pankreas akibat faktor genetik, imunologis,
dan juga lingkungan. DM tipe 1 memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol
kadar glukosa darah.
2. Tipe 2 (Diabetes melitus tak –tergantung insulin)Sekitar 90% sampai 95% pasien
mengalami diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 disebabkan karena adanya penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
insulin yang diproduksi.
3. Diabetes mellitus gestasional Diabetes gestasional ditandai dengan intoleransi
glukosa yang muncul selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau
ketiga. Risiko diabetes gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah
mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang pernah
mengalami diabetes
2.3 Etiologi
Diabetes melitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011); dan Andra,
(2013)mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
1. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan antibodi autoimun
terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas. Infeksi virus
coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress fisiologis dan emosional
meningkatkan kadar hormon stress (kortisol, epinefrin, glucagon, dan hormon
pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
3. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetikrentanterkena DM karena perubahan gaya hidup,
menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan beresiko
tinggi terkena diabetes melitus.
4. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan kehamilan,
yang mengantagoniskan insulin.
5. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus
6. Obesitas.
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin yang
tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
7. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain
diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.
2.4 Patofisiologi
Ada berbagai macam penyebab diabetes melitus menurut Price, (2012) dan Kowalak
(2011) yang menyebabkan defisiensi insulin, kemudian menyebabkan glikogen meningkat,
sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) dan menyebabkan
metabolismelemak meningkat. Kemudian akan terjadi proses pembentukan keton
(ketogenesis). Peningkatan keton didalam plasma akan mengakibatkan ketonuria (keton
dalam urin) dan kadar natrium akan menurun serta pH serum menurun dan terjadi asidosis.
Defisiensi insulin mengakibatkan penggunaan glukosa menurun, sehingga menyebabkan
kadar glukosa dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikemia parah dan lebih dari
ambang ginjal maka akan menyebabkan glukosuria. Glukosuria akan menyebabkan diuresis
osmotik yang meningkatkan peningkatan air kencing (polyuria) dan akan timbul rasa haus
(polidipsi) yang menyebabkan seseorang dehidrasi (Kowalak, 2011).Glukosuria juga
menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi
(polifagia). penggunaan glukosa oleh sel menurun akan mengakibatkan produksi
metabolisme energi menurun sehingga tubuh akan menjadi lemah (Price et al, 2012).
Hiperglikemia dapat berpengaruh pada pembuluh darah kecil, sehingga menyebabkan
suplai nutrisi dan oksigen ke perifer berkurang. Kemudian bisa mengakibatkan luka tidak
kunjung sembuh karena terjadi infeksi dan gangguan pembuluh darah akibat kurangnya
suplai nutrisi dan oksigen(Price et al, 2012).
Gangguan pembuluh darah mengakibatkan aliran darah ke retina menurun, sehingga
terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen yang menyebabkan pandangan menjadi kabur.
Akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal
yang menyebabkan terjadinya nefropati yang berpengaruh pada saraf perifer, sistem saraf
otonom serta sistem saraf pusat (Price et al, 2012).
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus menurut Smeltzer et al, (2013)dan Tanto et al, (2014)
diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut
terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek yang
mencakup:
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan
dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala pusing,gemetar,
lemas,pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
2. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic akibat
pembentukan keton yang berlebih.
3. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH) Suatu keadaan koma
dimana terjadi ganagguan metabolisme yang menyebabkan kadar glukosa dalam
darah sangat tinggi, menyebabkan dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum.
Komplikasi kronik menurut Smeltzer et al, (2013) biasanya terjadi pada pasien yang
menderita diabetes mellitus lebih dari 10 –15 tahun. Komplikasinya mencakup:
1. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini
memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini
memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah
untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien diabetes menurut Perkeni (2015)dan Kowalak (2011)
dibedakan menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologi:
1. Terapi farmakologi
Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan pengaturan pola makan dan
gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan,
yaitu:
a. Obat antihiperglikemia oral
Menurut Perkeni, (2015) berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan
menjadi beberapa golongan, antara lain:
1) Pemacu sekresi insulin: Sulfonilurea dan Glinid
Efek utama obat sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel
beta pancreas. cara kerja obat glinid sama dengan cara kerja obat sulfo
nilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase
pertama yang dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
2) Penurunan sensitivitas terhadap insulin: Metformin danTiazolidindion
(TZD)
Efek utama metformin yaitu mengurangi produksi glukosa hati
(gluconeogenesis) dan memperbaiki glukosa perifer. Sedangkan efek
dari Tiazolidindion (TZD) adalah menurunkan resistensi insulin
dengan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan
glukosa di perifer.
3) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Fungsi obat ini bekerja dengan memperlambat absopsi glukosa dalam
usus halus, sehingga memiliki efek menurunkan kadar gula darah
dalam tubunh sesudah makan.
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV berfungsi untuk menghambat
kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap
dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1
untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon
sesuai kadar glukosa darah (glucose dependent).
Kombinasi obat oral dan suntikan insulin Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan
insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin
basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada malam hari
menjelang tidur. Terapi tersebut biasanya dapat mengendalikan kadar glukosa darah dengan
baik jika dosis insulin kecil atau cukup. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit
yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan melihat
nilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Ketika kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi
kombinasi insulin basal dan prandial, serta pemberian obat antihiperglikemia oral
dihentikan(Perkeni, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Klien bernama Ny. T umur 55 tahun, perempuan, alamat sukun, status kawin,
bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan SLTP dirawat diruang Melati dan
diagnosa medis Diabetes Millitus Tipe II.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan kepalanya Pusing dan sering kesemutan pada bagian kaki.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan datang ke IGD Rumah sakit dr. Soepraoen pada selasa 24
Oktober 2018 di antar oleh keluarganya pada saat dikaji klien mengatakan
pusing serta merasa kesemutan pada pada kedua kakinya,Klien tampak lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan 3 minggu yang lalu Ny.T pernah dirawat
dirumah sakit RST dengan penyakit yang sama diabetes miitus selama 3 hari.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
menular seperti TBC, hepatitis maupun penyakit keturunan hipertensi ataupun
DM.
3. Pola Kesehatan Fungional
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Sebelum sakit Klien mengatakan
tidak bisa menjaga pola makan dan sering sekali minum minuman yang manis
secara berlebihan. Klien belum tahu mengenai penyakit diabetes millitus. jika
sakit klien selalu memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik
terdekat. Selama sakit, klien mengatakan cemas akan penyakitnya, klien
mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti
biasanya, klien menuruti pola makan atau diit yang diberikan dirumah sakit.
b. Pola Pemenuhan Nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan sebelum sakit klien biasa makan 3x sehari dengan menu
nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan, klien menyukai semua jenis
makanan, klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Klien minum ± 8-9 gelas per hari dengan minuman yang bervariasi seperti air
putih, teh manis dan susu dan paling suka minum minuman manis, berat
badannya 54 kg. Klien mengatakan selama sakit klien makan 3x sehari dari
rumah sakit dengan makanan Diit Diabetes Tipe II dan tidak dihabisakan ½
porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman yang disediakan keluarga dan
Rumah Sakit dengan jenis minuman teh tawar dan air putih, berat badannya 51
kg.
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa BAB 1 kali
perhari setiap pagi hari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, warna
kuning, bau khas, klien biasa BAK 6 7 x/hari dengan karakteristik urine jernih
agak kekuningan, jumlah 1100 cc . Klien mengatakan saat dirawat di rumah
sakit klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, bau
khas BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik urine kuning jernih, bau khas,
jumlah 1400cc.
d. Pola Aktivitas
Klien mengatakan sebelum sakit klien beraktivitas secara mandiri dan tidak
dibantu orang lain, dan selama sakit klien mengatakan merasa lelah saat
setelah melakukan aktifitas dan melakukan aktifitas dibantu keluarga dan
perawat seperti makan, minum, pergi kekamar mandi dan beraktifitas di
tempat tidur.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa tidur ± 8 jam/
hari, klien tidak mempunyai kebiasaan pengantar tidur klien tidak pernah
mengkonsumsi obat sedatif (obat tidur). Klien mengatakan saat dirawat di
rumah sakit klien tidur ±4-5 jam atau lebih /hari karena klien merasa cemas
dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-pegal pada daerah paha dan
pingang. Klien masih bisa tidur karena lebih hanya menghabiskan waktu siang
dan malam di tempat tidur.
f. Pola Perseptual dan Kognitif.
Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena mengalami gangguan.
Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajamdan tumpul sekalipun
harus dengan tekanan yang kuat.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan klien bisa menerima dengan keadaan fisik tubuhnya
saat ini.
2) Harga Diri
Klien mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena keluarganya
mendukung dirinya dalam kehamilan sekarang ini.
3) Peran
Klien mengatakan perannya saat ini adalah sebagai seorang ibu dan
seorang istri.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarganya.
5) Identitas
Klien mengatakan menyadari identitasnya sebagai seorang ibu dan
seorang istri bagi suaminya.
h. Pola Peran dan Hubungan
Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu dan istri dari
suaminya. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak mengalami masalah.
Setelah dirawat di rumah sakit klien akan menjaga kondisinya saat ini dan
akan selalu periksa ke dokter. Saat di rumah sakit klien juga berinteraksi baik
dengan keluarga pasien lain, perawat dan juga tenaga medis lainnya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas.
Klien sudah menikah satu kali, memiliki 2 orang anak. Klien mengatakan
tidak pernah memiliki riwayat gangguan reproduksi.
j. Pola koping dan stress
Klien mengatakan apabilah ada masalah pasti didiskusikan dengan
keluarganya dan maupun saudara saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan
masalahnya dengan musyawarah.klien terlihat cemas dan stress akan penyakit
yang di deritanya.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan
kewajiban sholatnya walaupun ditempat tidur.
4. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu :
a. keadaan umum Composmentis
b. Tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg, R: 20 x/mnt S: 360C, N: 80x/menit
Berat badan sebelum sakit : 54 kg , Berat badan selama dirumah sakit:51 kg.
1) Pemeriksaan Heat toe toe
a) Kepala :Bentuk mesosepal
b) Rambut : warna hitam, bersih, lembab
c) Kulit kepala: bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi
d) Mata : mengunakan kaca mata, penglihatan kurang baik,
kontungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik.
e) Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada pembesara polip,
fungsi penciuman normal
f) Mulut : lidah bersih, mukosa lembab, tidak ada karang gigi,
gusi baik tidak ada perdarahan
g) Telinga : bersih, simetris, tidak ada gangguan pendengaran
h) Dada
Paru – Paru : I : Simetris, Perkembangan dada Kanan – kiri
sama
P : Vocal Fremitus kanan dan kiri sama
P : Suara Sonor
A : Bunyi Vesikuler tidak ada hambatan
Jantung : I : Ictus kordis Tampak
P : Ictus kordis teraba
P : Suara redup
A : Bunyi jantung s1 dan s2 reguler
Abdomen : I : bentuk simetris, tidak ada asites
A : Peristaltic Usus 10 x / menit
P : Tympani kuadran 1,2,3,4
P : Tidak ada nyeri tekan
i) Ekstermitas : Atas : tangan kiri terpasang infuse RL 20 tpm, tidak
ada edema
j) Bawah : tidak ada odema, sering kesemutan pada telapak kaki
k) Genetalia : tidak ada kelainan, tidak terpasang DC tidak ada luka.
l) Anus : tidak terdapat iritasi disekitar anus.
m) Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, Haus dan lapar
berlebihan, keringat berlebihan.
n) Psikiatri : kontak mata buruk, gelisah, cemas akan keadaanya.
Intevensi :
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan. 1. Penurunan berat badan
menunjukkan tidak ada kuatnya
nutrisi klien.
2. Auskultasi bowel sound. 2. Hiperglikemia dan
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit menyebabkan
penurunan motilifas usus.
Apabila penurunan motilitas usus
berlangsung lama sebagai akibat
neuropati syaraf otonom yang
berhubungan dengan sistem
pencernaan.
3. Berikan makanan lunak / cair 3. Pemberian makanan oral dan
lunak berfungsi untuk
meresforasi fungsi usus dan
diberikan pada klien dengan
tingkat kesadaran baik.
4. Observasi tanda hipoglikemia misalnya : 4. Metabolisme KH akan
penurunan tingkat kesadaran, permukaan menurunkan kadarglukosa dan
teraba dingin, denyut nadi cepat, lapar, bila saat itu diberikan insulin
kecemasan dan nyeri kepala. akan menyebabkan hipoglikemia.
5. Akan mempercepat
5. Berikan Insulin pengangkutan glukosa kedalam
sel.
Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan kulit yang rusak. 1. Mengetahui keadaan peradangan
untuk membantu dalam
menanggulangi atau dapat
dilakukan pencegahan.
2. Bersihkan luka dengan teknik septic dan 2. Mencegah terjadinya inteksi
antiseptik. sekunder pada anggota tubuh yang
lain.
3. Kompres luka dengan larutan Nacl 3. Selain untuk membersihkan luka
dan juga untuk mempercepat
pertumbuhan jaringan
4. Anjurkan pada klien agar menjaga
4. Kelembaban dan kulit kotor sebagai
predisposisi terjadinya lesi.
predisposisi terjadinya lesi.
5. Pemberian obat antibiotic
5. Antibiotik untuk membunuh kuman.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan klien kebutuhan 1. Pendidikan dapat memberikan motivasi
akan aktivitas. untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah
2. Berikan aktivitas alternative 2. Mencegah kelelahan yang berlebihan
3. Pantau tanda tanda vital 3. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi secara fisiologis
4. Diskusikan cara menghemat kalori
4. Pasien akan dapat melakukan lebih
selama mandi, berpindah tempat dan
banyak kegiatan dengan penurunan
sebagainya.
kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
5. Meningkatkan kepercayaan diri yang
melakukan aktivitas sehari-hari yang
positif sesuai tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi.
dapat ditoleransi pasien.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengidentifikasi tingkat toleransi
pemenuhan rawat diri. aktivitas klien.
2. Berikan aktivitas secara bertahap. 2. Melatih tingkat kemampuan rawat
diri secara bertahap.
3. Bantu klien dalam pemenuhan 3. Meningkatkan rasa nyaman klien dan
kebutuhan sehari-hari. memperbaiki sirkulasi ke perifer
4. Bantu klien (memotong kuku) 4. Kuku panjang dapat digunakan untuk
menggaruk
3.4 Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan
kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.
3.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan
dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien diabetes mellitus dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperrglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin dan Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh tingginya
kadaar glukosa dalam darah, pada dasarnya hal ini karena tubuh kekurangan
hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas ( Sri Hartini, 2009).
Diabetes mellitus dapat disebabkan karena faktor : Hereditas, Lingkungan
(makanan, infeksi, toksin, stress), Perubahan gaya hidup, Kehamilan, Usia,
Obesitas, Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara
lain diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalammenjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap keseimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
kami akan berusaha lebih baik lagi.