Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS NORMAL DENGAN PEB

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SRI HARYANTI

NIM : N520184288

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pre-eklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai proteinuria, edema atau keduanya
terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila
terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada Villi Korialis

Pre-eklampsia merupakan pemeran keamatian intrauterine dan mortalitas perinatal. kematian


neonatus yang disebabkan oleh pre-eklampsia adalah insufisiensi plasenta dan solusio
plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim (Intrauterine Growth Retardation / IUGR) juga
sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita pre-eklampsia (Bobak, dkk, 2005).

Di Indonesia pre-eklampsia dan eklampsia selain dapat menyebabkan terjadinya perdarahan


dan infeksi juga adalah penyebab utama dari kematian ibu dan kematian perinatal yang cukup
tinggi. oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak (Bobak, dkk, 2005).

Tingkat kejadian pre-eklampsia untuk setiap Negara berbeda karena tergantung pada faktor
penyebabnya, yang diantaranya adalah; jumlah primigravida, keadaan social ekonomi,
perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Menurut hanifa, frekuensi pre-
eklampsia lebih tinggi terjadi pada primigravida dibandingkan dengan multigravida, dan
terutama pada primigravida muda

Pre-eklampsia terjadi pada 14% kehamilan. Kira-kira 85% pre-eklampsia terjadi pada kehamilan
pertama. Pada pre-eklampsia dijumpai sindrom HELLP, yang mempengaruhi sekitar 2% sampai
12% pre-eklampsia berat, dengan angka mortalitas 2% sampai 24%. Insiden paling tinggi
terdapat pada ibu multipara, berusia lanjut, yang berkulit putih (Bobak, dkk, 2005).

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Preeklampsi
Berat
b. Tujuan khusus

1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan preeklampsi berat

2) Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada pasien dengan preeklampsi berat

3) Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

4) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada pasien dengan preeklampsi berat

5) Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada klien dengan


preeklampsi berat
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu.

Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan
adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi

Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai protein urine dan oedema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu/segera setelah melahirkan (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001)

Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ³160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ³ 110 mmHg disertai proteinuria yang diukur secara kualitatif sebesar +2
persisten atau lebih ( gr/liter ). (Cuningham, 2013)

B. ETIOLOGI

Etiologi belum diketahui dengan pasti banyak teori di kemukakan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyeabnya, namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Beberapa teori dikemukakan sebagai berikut,
(Manuaba,dkk.2009:402) : Perubahan pada organ-organ tubuh

a. Otak

Pada pre eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, terjadi dalam pembuluh darah
otak yang menimbulkan kelainan serebral, gangguan usus bahkan perdarahan

b. Plasenta dan rahim

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin


karena kekurangan O2 sehingga terjadi gawat janin pada pre eklampsi dan eklampsi sering
terjadi partus prematurus

c. Ginjal
Filtrasi glomelurus berkurang karena aliran darah ke ginjal berkurang / menurun dan
menyebkan filtrasi natrium dan terjadi retensi garam dan air

d. Paru-paru

Kematian ibu pada pre eklmpsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru
yang menimbulkan Dekompensatio Kordis

e. Mata

Dapat dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah

f. Keseimbangan cairan dan eletrolit

Pada PEB dan eklampsia kadar gula darah, asam laktat, asam organik lainya naik,
sehingga cadangan alkali turun (Sarwono, 2005)

C. MANIFESTASI KLINIS

Tekanan sistolik 160 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmhg atau lebih

Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam 4+ pada pemeriksaan kualitatif

Oliguria, air kencing 500cc / 24 jam

Keluhan selebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium

Edema paru-paru atau sianosis

Kenaikan kadar kreatinin plasma

Hemolisis mikroangiopatik

Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm³

Ganguan fungsi hepar

IUGR

Sindrom HELLP
Adanya syndroma Hellp (Haemolysis Elevatet Liver Enzim Low Platelet Count)

(Manuaba.I.B.G,2005 ).

D. PATOFISOLOGI

Pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala klinik seperti tekanan darah
tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta protein urine positif. Pada kasus preeklamsia
berat terjadi spasme hebat arteriola glomerulus pada biopsi ginjal. Lumen arteriola menjadi
sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik. (Sofian, 2012)

Protein urine disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi kerusakan pada glomerulus
yang akan meningkatkan permeabilitas membran basalis dan menyebabkan terjadinya
kebocoran pada filtrasi glomerulus. (Sofian, 2012)

Pada kasus persalinan dengan preeklamsia, dapat menyebabkan iskhemia plasenta yaitu
terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan
akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Dengan demikian terjadi gangguan nutrisi maupun
oksigenasi bagi janin. (Sofian, 2012)

PATHWAY

Faktor Resiko

Tekanan Darah naik (Hipertensi)

Perfusi jaringan

MK : Nyeri Perdarahan pervaginam

MK : Resiko Infeksi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap

Meliputi : HB, Leukosit, Gol. Darah, Trombosit, KPPT

2. Pemeriksaan Faal hati

meliputi : AGOT, SGPT dan aalbumin globulin

3. Pemeriksaan faal ginjal

Meliputi : kreatinin serum, buri, asam urat

4. Pemeriksaan urine lengkap

5. ECG → khusus untuk janin pemeriksaan kesejahteraan janin (DJJ), (TG → cardio fokografi/
alat pemantauan janin elektronik

6. USG

F. PENATALAKSANAAN

a. Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenali tanda-tanda

sedini mungkin (pre eklamsi ringan). Lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat.

Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsi kacau ada faktor-

faktor predisposisi.

Berikan penerangan tentang istirahat, tidur, ketenangan, manfaat diet rendah, serta

pentingnya mengatur lemak, garam serta karbohidrat dan tinggi protein juga menjaga kenaikan
BB yang berlebihan.

b. Penanganan

a) Tujuan utama penanganan adalah :

Untuk mencegah terjadinya pre eklamsi dan eklamsi

Hendaknya janin lahir hidup


Trauma pada janin seminimal mungkin

b) Penanganan PEB pada :

a. Kehamilan < dari 37 minggu

Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru dengan uji kocok dar rasio, maka

penangannya sebagai berikut :

Berikan suntikan sulfas magnesium 20 % dengan dosis 5 gr/IV kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 5 gr/IM setiap 4 jam (selama tidak ada kontra indikasi), SM 40% (bokong kanan dan
kiri)

Syarat pemberian MgSO4 antara lain :

v Reflek patela (+)

v Pernafasan dalam batas normal 16 – 24 x/menit

v Produksi urine 30 ml/jam

v Tersedia antidotum (kalsium glikonas 10%)

Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas megnesium dapat diteruskan lagi

selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklamsia ringan (kecuali ada kontra indikasi)

Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor serta BB di timbang seperti

pada PER sambil mengawasi timbulnya lagi gejala

Jika dengan terapi diatas ada perbaikan dilakukan terminasi kehamilan dengan indikasi

partus atau tindakan lain tergantung keadaan

b. Kehamilan diatas 37 minggu

1. Penderita rawat inap

Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

Berikan diet rendah garam dan tinggi protein

Berikan suntikan sulfas Mg 20% 5 gr (IV),5 gr bokong kanan 5 gr bokong kiri, SM 40 %


Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

Infus dextrose 5 % atau RL

2. Berikan obat antihipertensi : 1 injeksi catapres 1 ampul (IM) dan selanjutnya dapat
diberikan tablet 3x 1/2 / 2x ½ tablet.
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat oedema umum oedema paru, kegagalan
jantung kongesti, untuk itu dapat di suntikkan 1 ampul lasix (IV)
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesium ke dua, dilakukan induksi partus dengan/
tanpa amniotomi, untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin/sintosinon) 10 UI dalam infus
tetes
5. Kala 2 harus dipersingkat dengan VE/FE, jadi ibu dilarang mengejan

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Yulifah (2013), data subjektif dapat diketahui dari anamnesa mengenai:

 Biodata

Identitas yang perlu dikaji meliputi nama, umur, suku/ bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan
pasien beserta suami guna mengetahui kondisi sosial ekonomi, status pernikahan, serta
pengaruhnya terhadap kondisi pasien saat ini (Varney, 2007).

 Keluhan Utama

Ditujukan pada gejala utama yang mengarah pada preeklamsia berat yang ditandai dengan
gejala sakit kepala berat, gangguan penglihatan/penglihatan kabur, atau nyeri
epigastrik/kuadran kanan atas (Norwitz, 2007)

 Riwayat Perkawinan

Menanyakan berapa kali ibu kawin dan berapa usia kawin yang pertama. Kemudian juga
ditanyakan umur ibu sewaktu menikah dan berapa lama pernikahan atau status ibu dengan
perkawinannya (Depkes, 2006).

 Riwayat Menstruasi

Pada riwayat menstruasi akan dikaji mengenai HPMT, HPL, menarche, siklus, keluhan. Hari
Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) untuk menentukan taksiran hari persalinan dan juga untuk
menentukan umur kehamilan sehingga dapat diketahui usia kehamilan ibu saat terjadi
preeklamsi (Varney, 2007)

 Riwayat Kesehatan

Adakah riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang atau yang lalu dan riwayat
kesehatan keluarga yang mengarah pada munculnya preeklamsia, misalnya hipertensi, serta
riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya (Chapman, 2006)

 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, untuk mengetahui adakah hipertensi
atau preeklamsi sebagai penyulit yang menyertai kehamilan, persalinan maupun nifas yang lalu
(Norwitz, 2007)

 Riwayat Kontrasepsi

Termasuk disini apakah ibu pernah mengikuti keluarga berencana, jenis kontrasepsi apa yang
digunakan, apakah ibu pernah merasakan efek sampingnya, alasan pemberhentian kontrasepsi
bila ibu tidak memakai lagi. Kemudian lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Varney, 2007).
Ibu mengatakan menggunakan KB dengan metode kalender atau pantang berkala dan selama
menggunakan metode ini ibu tidak mengalami keluhan.

 Riwayat Kehamilan Sekarang

Menanyakan untuk mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) kehamilan ini (tanggal,
bulan dan tahun), untuk menentukan kapan Hari Perkiraan Lahir (HPL) ibu dan untuk
mengetahui umur kehamilannya. Ditanyakan juga dimana biasanya ibu memeriksakan
kehamilan (Antenatal Care), berapa kali periksa, rutin atau tidak, apakah ibu ada, bagaimana
gerakan janin, aktif atau tidak dan untuk mengetahui ibu sudah mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid atau belum sewaktu hamil (Depkes, 2006).

 Biopsikososiospiritual

Untuk mengetahui status perkawinan, respon ibu dan keluarga tentang kehamilan dan
persalinan saat ini, dukungan keluarga, kebiasaan hidup (merokok, minum minuman keras dan
obat terlarang), serta kegiatan ibadah yang biasa dilakukan (Salmah, 2006).

1. Data Objektif
Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostik lain. (Varney, 2007)

 Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umum dan kesadaran. Juga
dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi:

1. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan. Jika dari hasil
pemeriksaan didapatkan tekanan darah ibu 160/110 mmHg. (Cuningham, 2013)

2. Pemeriksaan fisik secara head-to-toe: memeriksa adakah oedema pada wajah, tangan
dan kaki. Oedema pada wajah, tangan dan kaki meruapakan tanda yang mendukung
adanya preeklamsi berat. (Norwitz, 2007)

o Pemeriksaan Khusus

Empat jenis pemeriksaan khusus, meliputi:

1. Inspeksi

Adalah suatu proses observasi secara sistematik dengan indra penglihatan dari ujung rambut
hingga ujung kaki. Pada kasus preeklamsia, melakukan inspeksi adanya oedem pada
ekstrimitas dan wajah. (Sofian, 2011)

2. Perkusi

Adalah suatu teknik yang menggunakan pemeriksaan dengan jalan mengetuk dengan hammer
patella untuk mengetahui reflek patela. Reflek patela positif sebagai syarat pemberian
MgSO4. (Saifuddin, 2009)

3. Palpasi

Menurut Wiknjosastro (2007), palpasi dapat dilakukan dengan teknik Leopold I-IV yaitu :

 Leopold I: Berapakah tinggi uterus dan bagian apakah yang terdapat di fundus.

 Leopold II: Memeriksa letak punggung dan ekstremitas.

 Leopold III: Untukmenentukan bagian janin yang terletak di sebelah bawah dan apakah
bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul.
 Leopold IV: Untuk menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu
atas panggul

4. Auskultasi

Pemeriksaan DJJ untuk mengetahui adanya kelainan pola DJJ sebagai salah satu tanda fetal
distress pada kehamilan, pemeriksaan paru-paru untuk mengantisipasi adanya oedema paru
dan bunyi jantung untuk mengetahui terjadi tidaknya payah ginjal. (Edwin, 2013).

 Data Penunjang

Dalam kasus preeklamsia berat dilakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk
mengetahui adanya protein pada urine, dan darah untuk mengetahui apakah terjadi
trombositopenia maupun gangguan sistem kerja hati (mengarah pada sindrom HELLP) dan
USG untuk mengetahui keadaan janin. (Norwitz, 2007).

2.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri

2. Resiko infeksi b.d supresi respon inflamasi ditandai dengan stasis cairan tubuh

3.Intervensi

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri

NOC : Setelah dilakukan tindakan kep 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri berkurang

NIC :

1.Manajemen nyeri

2.Terapi relaksasi

3.Terapi autogenik

4.Pemberian analgesik

2. Resiko infeksi b.d supresi respon inflamasi ditandai dengan stasis cairan tubuh

NOC : Setelah dilakukan tindakan kep 3x24 jam diharapkan tidak terjadi keparahan infeksi

NIC :

1.Monitor TTV
2.Perawatan post partum

3.Perawatan luka

4.Pemberian antibiotik

H. DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).Jakarta: EGC.

Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa :

Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : AndryHartono dan Joko
Suyono. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso. Jakarta: Prima
Medika.

Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro,SpOG. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai