Anda di halaman 1dari 18

KULTUR SEKOLAH DI SD

Disusun untuk memenuhi tugas Strategi Pembelajaran Sekolah Dasar


Dosen pengampu : Sekar Dwi Ardianti S.Pd., M.Pd

Kelompok 5

Disusun oleh :
1. Ella Agustina (201633262)
2. Miftahul Jannah (201633263)
3. Linda Kurniasari (201633264)
4. Ririk Woro Hapsari (201633265)
5. Murtafi’ah (201633266)

Kelas : 3F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat
kepada kita. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi agung kita,
Nabi Muhammad SAW. Makalah dengan judul “KULTUR SEKOLAH DI SD” dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan, tetapi berkat
dukungan pihak-pihak yang telah membantu, penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini dengan baik, diantaranya :
1. Bapak Sekar Dwi Ardianti S.Pd., M.Pd, selaku Dosen Pengembangan Kepribadian Guru
semester 3.
2. Teman-teman, yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis hingga dapat
meyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Namun demikian, saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami tunggu agar makalah ini di
kemudian hari akan semakin baik dari sisi, isi, maupun tampilannya. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Kudus , 08 Maret 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover...........................................................................................................................……. i
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... ........ 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. ........ 3
1.2 Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………..3
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Budaya Sekolah………………………....................................................4
2.2 Karakteristik Budaya Sekolah… …………………………………………………. 5
2.3 Unsur-unsur Budaya Sekolah……………………………………………..………. 6
2.4 Fungsi dan Peran Budaya Sekolah …………………………………………………. 7
2.5 Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah ………………… …………………..9
2.6 Aplikasi Budaya Sekolah…………………………………………………………….12
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat.
Cepatnya perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, di satu
sisi dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan pada
masyarakat. Salah satu hal yang menggelisahkan adalah persoalan moral. Orang sepertinya
tidak lagi memiliki pegangan akan norma-norma kebaikan.
Dalam situasi ini, terutama dalam pendidikan, dibutuhkan sikap yang jelas arahnya dan
norma-norma kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan tidak hanya
dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada, namun lebih
dari itu, pendidikan juga dituntut untuk mampu mengantisipasi perubahan dalam
menyiapkan generasi muda untuk mengarungi kehidupannya di masa yang akan datang.
Salah satu tantangan pendidikan masa depan adalah tetap berlangsungnya pendidikan nilai,
supaya nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dalam perilaku, dapat ditransformasikan dari
generasi ke generasi, khususnya dalam rangka menepis berbagai dampak negatif dari
perubahan sosial.
Namun dalam kenyataannya, seperti diungkapkan oleh Sudarminta (Atmadi, 2000: 3)
sungguhkah kegiatan pendidikan selama ini, baik melalui jalur sekolah maupun luar
sekolah sudah kita rancang dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh akan perlunya
mempersiapkan generasi muda agar mampu menghadapi tantangan hidupnya di masa depan.
Institusi pendidikan terutama sekolah, selama ini dianggap sebagai salah satu lembaga
sosial yang paling konservatif dan statis dalam masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering kurang mampu mengikuti dan
menanggapi arus perubahan cepat yang terjadi di masyarakat. Supaya kegiatan
pendidikan mampu membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan hidupnya di
masa depan, harus diantisipasi (berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang ada), apa
yang menjadi tantangan hidup mereka di masa depan. Persoalan pendidikan tidak hanya
menyangkut aspek yang bersifat kuantitatif, akan tetapi hal-hal lain yang bersifat kualitatif
masih menjadi pekerjaan rumah, antara lain: persoalan relevansi kurikulum, kualitas

1
pendidik, moralitas pendidik, dan peserta didik, desentralisasi pendidikan, rendahnya
komitmen anak bangsa, serta alat ukur pendidikan di setiap jenjang pendidikan.
Dalam skala mikro, paradigma lama yang dijadikan sebagai dasar praksis pembelajaran
di hampir semua jenjang pendidikan hanya memusatkan perhatian pada kemampuan otak
kiri peserta didik. Sebaliknya, kemampuan otak kanan kurang dikembangkan secara
sistematis dan pedagogis (Suyanto dalam Sismono, 2006: 128). Supaya pendidikan
bermakna bagi kehidupan siswa, maka dalam proses pendidikan, guru harus sanggup
mengembangkan aspek kognitif siswa (menyangkut knowledge) dan afektif (menyangkut
moral and social action) secara simultan.
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan pengajaran, bimbingan, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan
datang. Pendidikan tidak hanya terlaksana di sekolah, namun juga berlangsung dalam
keluarga dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan dan menyiapkan
manusia untuk menghadapi tantangan hidup. Tanpa bermaksud mengecilkan upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang telah dilakukan, dalam kenyataannya memang banyak
pembenahan yang harus dilakukan.
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas sekolah misalnya, sekurangnya ada
tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu 1) proses belajar mengajar, 2)
kepemimpinan dan manajemen sekolah, 3) budaya sekolah (Depdikbud, 1999: 10).
Dua hal yang disebut pertama sudah banyak menjadi fokus perhatian berbagai pihak
yang peduli pada peningkatan kualitas pendidikan. Namun faktor yang ketiga, yaitu budaya
sekolah, belum banyak diangkat sebagai salah satu faktor yang menentukan, termasuk dalam
upaya pengembangan moral siswa di sekolah (Ariefa Efianingrum, 2007: 45-46).
Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan mempunyai budaya (culture) tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima secara baik, yang
tersirat dalam budaya dominan sekolah. Setiap sekolah merupakan suatu sistem yang
khas, mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri, sehinga memiliki kultur atau budaya
yang khas pula. Budaya sekolah bisa merupakan bagian atau subkultur dari kuktur
masyarakat atau bahkan budaya bangsa dan negara.

2
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu dari
hal tersebut adalah membangun budaya sekolah dengan baik. Budaya sekolah sebagai
kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai
yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk bagaimana warga sekolah seperti komite
sekolah, yayasan (untuk swasta), kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa bekerja,
belajar, dan berhubungan satu sama lain. Budaya sekolah merupakan faktor yang esensial
dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil, berperilaku
kooperatif serta memiliki kecakapan personal dan akademik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Budaya Sekolah (School Culture) ?
2. Bagaimana karakteristik Budaya Sekolah (School Culture) ?
3. Apa saja unsur-unsur Budaya Sekolah (School Culture) ?
4. Apa fungsi dan peran Budaya Sekolah (School Culture) ?
5. Bagaimana membangun kultur dan masyarakat sekolah ?
6. Apa saja aplikasi Budaya Sekolah (School Culture) ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian Budaya Sekolah (School Culture).
2. Untuk memahami karakteristik Budaya Sekolah (School Culture).
3. Untuk mengetahui unsur-unsur Budaya Sekolah (School Culture).
4. Untuk mengetahui fungsi dan peran Budaya Sekolah (School Culture).
5. Untuk mengetahui membangun kultur dan masyarakat sekolah.
6. Untuk mengetahui contoh aplikasi Budaya Sekolah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Sekolah
Budaya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991: 149)
didefinisikan dalam dua pandangan yaitu: pertama hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adatistiadat; kedua, menggunakan
pendekatan ilmu antropologi yaitu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang
menjadi pedoman tingkah lakunya.

Budaya atau kebudayaan menurut Soerjono Soekanto (1987: 154) adalah sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang normatif yang mencakup pola-pola berpikir,
merasakan dan bertindak. Tylor membahasakan sebagai keseluruhan yang kompleks terdiri
atas ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
lainnya juga kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota sosial/masyarakat
(Dikdik Baehaqi Arif, 2009: 3).

Kesimpulannya adalah bahwa budaya itu merupakan pandangan hidup (way of life)
yang dapat berupa nilai-nilai, norma, kebiasaan, hasil karya, pengalaman, dan tradisi
yang mengakar di suatu masyarakat dan mempengaruhi sikap dan perilaku setiap
orang/masyarakat tersebut.

Pandangan lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni bahwa budaya
sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan,
dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang
diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem
dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal,
sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi
baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka
memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan
lingkungan yang ada (Siti Zakiyah, 2013: 9).

4
Berdasarkan kajian tersebut, penulis mengartikan Budaya Sekolah dapat dimaknai
sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya,
sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang
ditunjukan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem
sekolah.

2.2 Karakteristik Budaya Sekolah


Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami perubahan. Perubahan itu dapat
terjadi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan. Pengaruh lingkungan yang kuat adalah
di sekolah karena besar waktunya di sekolah. Sekolah memegang peranan penting dan
strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup di
masyarakat sesuai dengan tuntutan jamannya.

Kultur sekolah itu milik kolektif dan merupakan hasil perjalanan sejarah sekolah, produk
dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk kek sekolah. Sekolah perlu menyadari
secara serius keberadaan aneka kultur dengan sifat yang ada, sehat-tidak sehat, kuat-lemah,
positif-negatif, kacau-stabil, dan konsekuensinya terhadap perbaikan sekolah. Nilai-nilai
dan keyakinan tidak akan hadir dalam waktu singkat.

Mengingat pentingya sistem nilai yang diinginkan untuk perbaikan sekolah, maka
langkah-langkah kegitan yang jelas perlu disusun untuk membentuk kultur sekolah (Hanum,
2013: 201).

Secara singkat, langkah-langkah membentuk kultur sekolah yang positif adalah :

1. mengamati dan membaca kultur sekolah yang kini ada, melacak historisnya dan
masalah apa saja yang timbul oleh keberadaan kultur sekolah tersebut.
2. mengembangkan sistem assesmen kultur sekolah sejalan dengan tujuan perbaikan
sekolah yang diinginkan.
3. melakukan kegiatan assesmen sekolah guna mendiagnosisi permasalahan yang
ada dan tindakan kultural yang dapat dilakukan.
4. mengembangkan visi strategis dan misi perbaikan sekolah.
5
5. melakukan redefinisi aneka peranan: kepemimpinan Kepala Sekolah, guru, siswa,
orang tua, dan aneka stekholders.
6. mewaspadai perilaku yang lama negatif, nilai-nilai yang bersifat racun, dan koalisi
mereka.
7. merancang pola perkembangan kultur sekolah dan membangun praktik- praktik
baru dan artifak baru dikaitkan secara sadar dengan nilai-nilai lama yang
relevan dan nilai-nilai baru yang diharapkan tumbuh.
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara dinamika terhadap perkembangan
kultur sekolah dan dampaknya (Hanum, 2013: 202).

Kebehasilan pengembangan kultur sekolah dapat dilihat dari tanda-tanda atau indikator
sesuai fokus yang dikembangkan. Beberapa indikator yang dapat dilihat antara lain:
adanya rasa kebersamaan dan hubungan yang sinergis diantara warga sekolah, berkurangnya
pelanggaran disiplin, adanya motivasi untuk berprestasi, adanya semangat dan kegairahan
dalam menjalankan tugas, dan sebagainya.

2.3 Unsur-unsur Budaya Sekolah

Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik
dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam
sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan
khas dari warga sekolah. Unsur-unsur budaya sekolah terdiri berbagai macam hal sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Klasifikasi budaya sekolah, berdasarkan usaha peningkatan kualitas pendidikan.


Menurut Djemari Mardapi dalam Srinatun (2003: 28) membagi unsur- unsur budaya
sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi,
penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif

6
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa:
siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama
dalam memecahkan masalah.

c. Kultur sekolah yang netral


Kultur sekolah yang netral adalah kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun
dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam
siswa dan lain-lain.
2. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan kategori
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori, yakni :
a. Budaya yang dapat diamati.
Berupa konseptual yaitu struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku) yaitu
kegiatan belajar mengajar, upacara, prosedur, peraturan dan tata tertib, material
yaitu fasilitas dan perlengkapan.
b. Budaya yang tidak dapat diamati.
Berupa filosofi yaitu visi, misi serta nilai-nilai, yaitu kualitas, efektivitas,
keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan. Dalam mengkaji budaya sekolah lebih
difokuskan pada hal-hal yang tidak dapat diamati, khususnya nilai-nilai sebagai inti
budaya. Lebih dari itu nilai merupakan landasan bagi pemahaman, sikap dan motivasi
serta acuan seseorang atau kelompok dalam memilih suatu tujuan atau tindakan.

2.4 Fungsi dan Peran Budaya Sekolah


Budaya sekolah yang terpelihara dengan baik, mampu menampilkan perilaku iman,
takwa, kreatif, inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan. Manfaat yang
dapat diambil dari budaya demikian adalah dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas
yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan,
kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan masalah dan cepat memperbaiki, cepat

7
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar (faktor eksternal seperti
teknologi, sosial, ekonomi, dll.
Budaya sekolah memiliki fungsi dan peran yang penting dalam meningkatkan mutu
sekolah termasuk kualitas sumber daya yang dimiliki sekolah, sebab budaya sekolah akan
memberi dukungan dan identitas terhadap sekolah serta membentuk kerangka kerja bagi
kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah yang positif sangat kondusif memberi kontribusi
bagi kelancaran pelaksanaan kurikulum. Oleh sebab itu sekolah perlu memperhatikan
dan mengusahakan budaya sekolah yang positif.
Djemari dalam Srinatun (2011: 65) membagi karakteristik peran kultur sekolah
berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a. Bernilai Strategis.
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya
memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan
tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga
sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
b. Memiliki Daya Ungkit.
Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk
berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena
dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang
tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan
yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu
juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi
penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan
sarana yang memadai.
c. Berpeluang Sukses.
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit dan
memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya
budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong
mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka

8
pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak
pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat
berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/kualitas yang akan
menentukan keberhasilan seseorang.
2.5 Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah
Pada dasarnya kualitas sebuah lembaga pendidikan dapat dilihat dari sejauh mana
keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas mulai dari kultur organisasi atau institusi.
Khusus dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah kultur yang dibangun adalah
nilai-nilai atau norma-norma yang dianut dari generasi ke generasi .
Peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap maupun
perilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan menciptakan suasana
kondusif bagi tercapainya visi dan misi sekolah, demikian sebaliknya kultur yang
negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah mengalami banyak kendala.
Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai hasil karya orang lain,
kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus
berprestasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggungjawab. Sedangkan kultur yang
negatif misalnya kurang menghargai hasil karya orang lain, kurang menghargai
perbedaan, minimnya komitmen, dan tiadanya motivasi berprestasi pada warga sekolah.
Berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia, juga perlu diciptakan kultur yang
baik. Pada semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan harus ada komunikasi dan
kolaborasi yang apik sehingga mendukung sebuah lembaga untuk terus berinovasi,
untuk terus melakukan perubahan yang positif, atau Tajdid dalam bahasa persyarikatan
kita. Tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kultur yang baik akan
meciptakan suasana pembelajaran kepada peserta didik yang juga menyenangkan,
dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati.
Untuk siswa perlu ditingkatkan motivasi belajar dan pentingnya kedisiplinan,
kejujuran dan motivasi berprestasi sehingga kompetisi antar siswa akan tercipta. Contoh
kultur negatif yang masih sering dilakukan siswa antara lain masih kurang diperhatikannya
persoalan kedisiplinan, ini terbukti dari angka keterlambatan yang cukup tinggi.

9
Budaya inovasi juga perlu ditingkatkan dalam semua elemen dan warga sekolah.
Misalnya saja guru harus membudayakan untuk terus berinovasi dalam pembuatan
media pembelajaran. Metode pembelajaran yang konvensional harus diganti dengan
metode baru yang kontemporer dan profesional tanpa meninggalkan penekanan kepada
makna dan kearifan lokal.
Setiap perubahan budaya menuju perbaikan jelas akan menemui tantangan, terutama
oleh mereka yang merasa sudah mapan, status quo yang yang sudah terlanjur nyaman
dengan kemapanan. Kelompok pembaharu umumnya akan ditentang, memang karena
perubahan itu akan terkesan menakutkan bagi sebagian orang. Dalam manajemen
organisasi ini sesuatu yang wajar namun tetap perlu dikendalikan.
Solusinya, harus ada kemauan untuk membangun budaya yang kondusif bagi
pembelajaran itu dari semua pihak. Lembaga sekolah harus melakukan berbagai
pendekatan agar terjadi komunikasi yang baik antara sekolah dengan warga sekolah.
Pendekatan yang dilakukan bisa massal maupun personal.
Bagi guru, agar mudah menerima perubahan maka mesti memperluas wawasan,
sharing perkembangan yang sudah terjadi sehingga bisa berpikir lebih akomodatif
terhadap perubahan positif kebudayaan. Dan yang tidak kalah penting, kepada siswa
perlu dilakukan sosialisasi mengenai tantangan dunia ke depan sehingga mereka
termotivasi untuk menyiapkan diri menghadapi tantangan zaman.
Terhadap kultur yang dibawa oleh kecanggihan teknologi memang tidak semuanya baik.
Kita perlu menyaring, memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Tidak semuanya konsekuensi teknologi itu kita biarkan, diperlukan adaptasi, bukan
adopsi. Namun adanya sisi negatif itu bukan berarti kita harus menutup diri dari
teknologi, kalau kita antipati maka kita pasti semakin tertinggal.
Sekolah dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan di dalam sekolah,
termasuk kepada pendidik dan peserta dididk. Budaya sekolah berpengaruh terhadap
bagaimana pendidik berhubungan dan bekerja sama dengan semua warga sekolah,
dengan sesama pendidik, peserta didik, orangtua peserta didik, pegawai tata usaha
sekolah, dan juga kepada masyarakat. Nilai-nilai sosial budaya sangat berpengaruh

10
terhadap bagaimana sekolah menghadapi masalah sekolah, dan sekaligus memecahkan
masalahnya, termasuk masalah hasil belajar peserta didik.
Nilai-nilai sosial budaya sekolah tentu saja dapat dibangun, diubah sesuai dengan budaya
baru yang tumbuh dalam masyarakat. Ketika masyarakat masih memiliki paradigma
lama dengan menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anaknya kepada sekolah,
maka lahirlah satu bentuk hubungan sekolah dengan orangtua siswa dan masyarakat
yang sangat birokratis.Orangtua dan masyarakat berada di bawah perintah kepala sekolah.
Contoh nilai-nilai sosial budaya yang harus ditanam pada masyarakat sekolah yaitu :
a. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup
bersama dengan orang lain. Kita hidup tidak sendirian, dilahirkan oleh dan dari orang
lain yang bernama ibu dan ayah kita, dan kemudian hidup bersama dengan orang
lain, oleh karena itu, kita harus hidup beretika, menghormati diri sendiri dan orang
lain.
b. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya sendiri,
jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain. Kejujuran itu harus dibangun di sekolah.
c. Bertanggung jawab
Mahatma Gandhi mengingatkan bahwa semua hak itu berasal dari kewajiban yang
telah dilaksanakan dengan baik. Itulah sebabnya maka kita harus memupuk rasa
tanggung jawab ini sejak dini ini di lembaga pendidikan sekolah, bahkan dari
keluarga.
d. Menghormati hukum dan peraturan
Sering kita menghormati hukum dan peraturan karena takut kepada para penegak
hukum. Kita mematuhi hukum dan perundang-undangan karena takut terhadap
ancaman hukuman. Seharusnya, kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar
kesadaran bahwa hukup dan peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup kita.
e. Tepat waktu
Waktu adalah pedang, adalah warisan petuah para sahabat Nabi. Time is money adalah
warisan para penjelajah ”rules of the waves” bangsa pemberani orang Inggris. Maka

11
tanamlah benih-benih menghargai waktu di ladang sekolah kita. Sudah tentu masih
banyak lagi nilai-nilai sosial budaya yang harus kita tanam melalui ladang lembaga
pendidikan sekolah. Nilai-nilai sosial budaya tersebut harus dapat ditanamkan dan
terus dipupuk melalui proses pendidikan dan pembudayaan di rumah, sekolah, dan dalam
kehidupan masyarakat.
2.6 Aplikasi Budaya Sekolah
Banyak sekali nilai-nilai sosial budaya yang harus dibangun di sekolah.
Sekolah adalah ibarat taman yang subur tempat menanam benih-benih nilai-
nilai sosial budaya tersebut. Beberapa contoh aplikasi budaya sekolah dapat dibedakan
menjadi :
1. Budaya akademik.
a. Budaya disiplin
Yaitu dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.
b. Budaya kerja keras
Yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, dan tepat
waktu.
c. Mandiri & bertanggung jawab
Yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan bertanggung
jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru.
d. Mencintai belajar
Mencintai belajar jauh lebih penting ketimbang bersusah payah menghafalkan
bahan ajar.
e. Mencintai pekerjaan
Pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan ini. Siapa yang tidak bekerja adalah
tidak hidup. Oleh karena itu, peserta didik harus diberikan kesadaran tentang
pentingnya menghargai pekerjaan.

12
2. Budaya non akademik
a. Budaya salam
Yaitu dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling
mengucapkan salam dan berjabat tangan
b. Budaya bersih
Yaitu adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
c. Budaya Kreatif
Yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya.
d. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup bersama
dengan orang lain.
e. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya
sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain.
f. Kasih sayang
Kasih sayang telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan menghasilkan
kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan kewibawaan.
g. Menghormati hukum dan peraturan
Kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran bahwa
hukum dan peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup kita.
h. Menghormati hak orang lain
Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat perbedaan status sosial,
ekonomi, agama, dan budaya.
i. Suka menabung
j. Ekstrakurikuler
Yaitu kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-
masing (Suparlan, 2009: 3)

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama
yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong
munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya
pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik.
Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga
sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar dan belajar bersama. Belajar yang
muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsik, motivasi, bukan karena tekanan dari luar dalam
segala bentuknya.Akan tumbuh suatu semangat di kalangan warga sekoalah untuk
senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Budaya sekolah yang
baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala sekolah, guru, siswa, karyawan
maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi tersebut akan terwujud manakala kualifikasi
budaya tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif, dan professional. Dengan demikian
suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan
untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan
secara efektif menghasilkan kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/
unit dan sekolah sebagai satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan
tersebut. Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan
mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan
profesional. Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah
berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki
semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh karena itu, budaya sekolah ini
perlu dikembangkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

tmadi, A. & Setianingsih, Y. (ed). 2000. Transformasi Pendidikan, Memasuki Milenium Ketiga.
Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.
Baehaqi, Dikdik. 2009. Wawasan Tentang Manusia dan Masyarakat dalam Perspektif
Kebudayaan. Diunduh dari alamat
https://baehaqiarif.files.wordpress.com/2009/12/wawasan-tentang-manusia-dan-masyarakat-
dalam-perspektif-kebudayaan.doc. Pada hari Kamis, 23 April 2015 pada pukul 20.08
WIB.
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Efianingrum, Ariefa. 2007. E-Prints Dinamika Pendidikan: Kultur Sekolah yang Kondusif bagi
Pengembangan Moral Siswa. Diunduh dari alamat
http://eprints.uny.ac.id/4802/1/KULTUR_SEKOLAH_YANG_KONDUSIF_BAGI_PE
NGEMBANGAN_MORAL.pdf. Pada hari Kamis, 23 April 2015 pada pukul 18.58
WIB.
Hanum, Farida. 2013. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Kanwa Publisher Suparlan. 2009.
Membangun Budaya Sekolah. Diunduh dari
http://suparlan.com/70/2009/04/03/membangun-budaya-sekolah/ pada hari Rabu, 22
April 2015 pada pukul 14.01 WIB.
Srinatun. 2011. E-Jurnal Integralistik: Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Kultur
Sekolah. Diunduh dari
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/download/1689/1894 pada
hari Rabu, 22 April 2015 pada pukul 13.39 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai