supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan.Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit
mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila
tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh
penyakit atau kelainan mata dan trauma mata.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara
memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat
ditimbulkan.1,2
Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm dan diameter vertikal
11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm
tebal kornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang
berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea
disebut limbus kornea.
Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga
merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada
difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai
tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah salah satu organ
tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali
jika dibandingkan dengan konjungtiva.1
Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening
mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :2,3,4
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira
5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan
permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
sampingnya melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran
air, elektrolit dan glukosa melalui barrier.Sel basal menghasilkan membran basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Sedangkan epitel berasal dari ektoderm permukaan.Epitel memiliki daya regenerasi.
2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel.
Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan tengah pada
kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang
saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang, terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang
dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan
mempunyai tebal + 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-
40 m melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari kornea ini dibasahi
oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak
mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan
mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika
endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem
pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian
hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh
epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini
mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini
maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.2,3,5
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause
ditemukan pada daerah limbus.1,2,5
FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler
dan deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi
atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal
menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor
lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi.2,3,7
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui
epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat
melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.2,3,7. Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera,
stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam
organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.2,3,4
ULKUS KORNEA
DEFINISI
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endoftalmitis.5
ETIOLOGI
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan
tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat
infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus
(misalnya herpes) atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik,
degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein, mata
kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor
resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat
lensa kontak. 1,5
PATOFISIOLOGI
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu
keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 2,4
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan
enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses
inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit
bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses
degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi
perforasi menyebabkan endoftalmitis.Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik
yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi
penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak
ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. 5
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea,
yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H.
influenza, dan M. lacunata.
KLASIFIKASI
Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia,
virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian
antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai.Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia.Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan
lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik
cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia. 1-5
Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Ulkus ini termasuk
ulkus marginal.Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer
yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering
terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering
diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun
kortikosteroid.Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam
usaha untuk menghilangkan substansi perangsang.Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai
dengan hasil baik pada kasus tertentu.Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk
penyakit yang telah lanjut.
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Ketajaman penglihatan
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)1,2
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Ulkus korne adalah keadaan darurat
yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada
kornea.Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur.Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan
tetes mata kortikosteroid. 2-5
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak
boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu
debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya
pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.Pada ulkus kornea
dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh,
terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu
pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri
dan mengurangi reaksi radang.
1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2. Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu.
Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :
3. Antibiotik
Antibiotik yang diberi harus sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.
4. Bedah (keratoplasti)
Indikasi keratoplasti
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa memperhatikan hasil
pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi. Cara ini
diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan pulasan gram hanya
ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.
Menurun Meningkat
Reaksi pada bilik mata depan
Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.4
KOMPLIKASI
Gambar 7: Perforasi ulkus kornea
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi
yaitu :
Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata
Perforasi kornea
Iritis dan ridosiklitis
Descematokel
Glaukoma sekunder
Endoftalmitis atau panoftalmitis
Katarak5
Penanganan Komplikasi
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin,
antibiotik dan balut yang kuat.Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-
gerakan.
Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :
DEFINISI
Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat
sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya
gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya
mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi
inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu
sendiri.1,2,5
PATOFISIOLOGI
Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous
barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous,
memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan
disebabkan oleh jamur. Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan
mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan
dengan virulensi dari organisme penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi.
Beberapa organisme menghasilkan pus lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya
fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat menembus membran Descemet. Bakteri
memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan
hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi virus, biasanya disebabkan adanya infeksi
ETIOLOGI
Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang
timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada keratitis
dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat menyebabkan
terjadinya hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah Streptococcus dan
Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka
toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran
Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar
mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan disusul dengan
terbentuknya hipopion.
Uveitis Anterior. Peradangan dari iris dan badan siliar. menyebabkan penurunan permeabilitas
dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous.
Rifabutin. Merupakan terapi profilaksis untuk Mycobacterium avium complex pada penderita
dengan HIV. Uveitis merupakan efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian Rifabutin.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala subyektif
Rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia pada mata yang terinfeksi. Beberapa mengalami
penurunan visus atau lapang pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.
Gejala obyektif
Biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia posterior dan keratitis
presipitat.2,3
DIAGNOSA
lamp. Pada anamnesa, ditanyakan adanya riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma,
pemakaian obat serta riwayat operasi.Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan
berwarna putih pada bagian inferior dari bilik mata depan. Jarang sekali hipopion ini ditemukan
pada bagian lain dari bilik mata depan.Hipopion biasanya dinilai berdasarkan tingginya, diukur
dari dasar bilik mata depan dengan satuan milimeter. Atau bisa juga dengan hitungan kasar,
misalnya. ringan, moderat, setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan. Cara terbaik
untuk menilai hipopion adalah dengan terlebih dahulu meminta pasien duduk beberapa saat
supaya hipopion dapat mengendap sempurna. Selanjutnya pasien diminta melihat ke bawah
KOMPLIKASI
Struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh terhada
inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara iris dan
lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio pupil,
sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong ke depan,
disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma sekunder.
Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca oleh sel-sel
radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini menyebabkan
metabolisme lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga terjadi
katarak.Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan
organisasi dan tampak sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan
neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina, disebut retinitis proliferans.Bila membrana ini
mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca melalui robekan itu
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit. Sel darah
putih biasanya akan di reabsorpsi. Tetapi bila hipopion memberikan gambaran yang berat,
maka bisa dilakukan drainase atau parasentesis hipopion.Terapi yang lebih spesifik biasanya
tergantung dari penyakit utama yang menyebabkan hipopion. Apabila terjadi inflamasi, dapat
methylprednisolone acetate 20 mg
memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia
posterior ), yang akan mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan
leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah
atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate
Apabila hipopion yang terjadi masif dan berat dapat diberi terapi pencegahan glaucoma
PENUTUP
Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak
sentral dan bukan perifer.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya
bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 2,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, Hernowo AT, Sasongko AB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam:
Ilmu Kesehatan Mata, Suhardjo, Hartono. FK UGM;2007.hal.3-1,48-1
2. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
3. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan warna; dalam Ilmu
penyakit mata. FKUI;Jakarta:Edisi ketiga. 2007.hal.159-8
4. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi; dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta. Thun 2007; hal 1-18.
5. Humanity First, Serving Mankind. Eye structure. Diunduh dari :
http://medicinembbs.com/2010/11/eye-structures.html pada 4 April 2011.