Anda di halaman 1dari 22

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat

supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan.Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit
mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila
tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh
penyakit atau kelainan mata dan trauma mata.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara
memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat
ditimbulkan.1,2

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm dan diameter vertikal
11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm
tebal kornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang
berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea
disebut limbus kornea.

Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga
merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada
difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai
tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah salah satu organ
tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali
jika dibandingkan dengan konjungtiva.1

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:


Gambar 1 : Lapisan kornea dari luar ke dalam5

Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening
mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :2,3,4

1. Epitel

Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira
5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan
permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
sampingnya melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran
air, elektrolit dan glukosa melalui barrier.Sel basal menghasilkan membran basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Sedangkan epitel berasal dari ektoderm permukaan.Epitel memiliki daya regenerasi.

2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel.
Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan tengah pada
kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang
saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang, terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang
dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan
mempunyai tebal + 40 m.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-
40 m melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari kornea ini dibasahi
oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak
mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan
mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika
endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem
pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian
hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh
epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini
mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini
maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.2,3,5

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause
ditemukan pada daerah limbus.1,2,5

FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler
dan deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi
atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal
menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor
lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi.2,3,7

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui
epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat
melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.2,3,7. Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera,
stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam
organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.2,3,4

ULKUS KORNEA
DEFINISI
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endoftalmitis.5
ETIOLOGI
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan
tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat
infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus
(misalnya herpes) atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik,
degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein, mata
kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor
resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat
lensa kontak. 1,5

PATOFISIOLOGI
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu
keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 2,4
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan
enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses
inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit
bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses
degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi
perforasi menyebabkan endoftalmitis.Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik
yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi
penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak
ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. 5
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea,
yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H.
influenza, dan M. lacunata.

KLASIFIKASI
Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia,
virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian
antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai.Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia.Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan
lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik
cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia. 1-5

Ulkus Kornea Perifer


Ulkus Dan Infiltrat Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul
akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis
stafilokokus.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh
limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat dan ulkus
marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan
hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi
masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat
perjalanan penyakit dan mengurangi gejala.Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan
keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.

Klasifikasi Berdasarkan Organisme Penyebabnya


Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang
konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata.Terjadinya
ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea.Dengan
adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku
untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei),
yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial.
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri
khas.Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya
terdapat hipopion yang berukuran sedang.Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam
bentuk rantai.Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G,
Vancomysin dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai
daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena
kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit
infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat
dilakukan kerokan.Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam
bentuk rantai.Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan
kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-
hemolyticus.

Ulkus Kornea Fungi


Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin
banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan
mata.Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea
kemasukan sangat banyak mikroorganisme.Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid
masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.Ulkus fungi itu indolen,
dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi
superficial, dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah
utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi
kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium,
Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.Tidak ada ciri khas yang membedakan
macam-macam ulkus fungi ini.Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan
Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya
mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.

Ulkus Kornea Virus


Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.Keratitis ini adalah
penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika.
Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki ciri-ciri imunologik dan
patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan
klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat
migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga
hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus,
namun sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul
di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior
seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons
peradangan yang merusak namun memberi peluang terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali
menggunakan kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.

Keratitis Virus Varicella-Zoster


Infeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer (varicella)
dan rekurens (zoster).Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella namun sering pada
zoster oftalmik.Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang umumnya hanya mengenai epitel,
keratitis VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya.Lesi epitelnya keruh dan amorf
kecuali kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis
HSV.Kekeruhan stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya
subepitel.Kehilangan sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung
berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak sembuh.Acyclovir intravena dan oral telah dipakai
dengan hasil baik untuk mengobati herpes zoster oftalmik.Kortikosteroidtopikal mungkin
diperlukan untuk mengobati untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder.
2,4

Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Ulkus ini termasuk
ulkus marginal.Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer
yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering
terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering
diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun
kortikosteroid.Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam
usaha untuk menghilangkan substansi perangsang.Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai
dengan hasil baik pada kasus tertentu.Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk
penyakit yang telah lanjut.

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat
topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.1

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

- Eritema kelopak mata dan konjungtiva


- Sekret mukopurulen
- Merasa ada benda asing di mata
- Pandangan kabur
- Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus
- Mata berair
- Silau
- Nyeri

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

 Ketajaman penglihatan
 Tes air mata
 Pemeriksaan slit-lamp
 Respon reflek pupil
 Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
 Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)1,2

Pada ulkus kornea disebabkan oleh jamur dilakukan :


1. Pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa
atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75%
dan 80%.

2. Biopsi Jaringan kornea


Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

3. Nomarski differential interference contrast microscope


Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski)6

Gambar 5: Tes menggunakan slitlamp5


Gambar 6: Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi,tampak ulkus kornea (warna fluoresens
kehijauan) setelah disinari sinar biru menunjukkan hasil positif (+)5

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Ulkus korne adalah keadaan darurat
yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada
kornea.Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur.Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan
tetes mata kortikosteroid. 2-5
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak
boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu
debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya
pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.Pada ulkus kornea
dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh,
terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu
pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.

Terapi ulkus kornea secara umum

Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri
dan mengurangi reaksi radang.

1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

2. Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu.
Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

 Sedatif, menghilangkan rasa sakit


 Dekongestif, menurunkan tanda radang
 Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya
m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga
sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekia posterior yang baru.

3. Antibiotik

Antibiotik yang diberi harus sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.

4. Bedah (keratoplasti)

Indikasi keratoplasti

 Dengan pengobatan tidak sembuh


 Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan terutama apabila letak
sentral
 Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

1. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda


lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur
dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati,
mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan.
Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern
memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan
dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan
pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.
2. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk
korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam
lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.5
Terapi mengikut etiologi

Ulkus kornea karena bakteri

Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan pemberian


antibiotik awal harus didasarkan pada :
1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal
2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram
3. Efektivitas dan keamanan antibiotik

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa memperhatikan hasil
pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi. Cara ini
diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan pulasan gram hanya
ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.

Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri

Tanda Perbaikan Perburukan

Ukuran defek epitel Tidak berubah/mengecil Meluas

Infiltrasi stroma Menurun Meningkat

- Batas Lebih jelas Kurang jelas


- dalam
Tidak berubah Lebih dalam

- ukuran Tidak berubah/mengecil Lebih luas


Reaksi sel darah putih pada Menurun/terlokalisasi Meningkat
stroma

Menurun Meningkat
Reaksi pada bilik mata depan

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan membaik


walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah
pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal, hasil
kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi
perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan organisme resisten. 5
Obat-obatan penunjang :
1. Sikloplegi
2. Kortikosteroid
3. Inhibitor enzim
4. Lensa kontak lunak
5. Antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya pemberian
antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada
jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :
1. Reepitelisasi
2. Infiltrat seluler yang berkurang
3. Stroma supurasi menjadi kasa
4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang5

Ulkus kornea karena jamur

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal Amphotericin B


0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.
2. Jenis jamur telah diidentifikasi
a. Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, Imidazle.
b. Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole
c. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati : Golongan sulfa,
berbagai jenis antibiotik.

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha


terakhir.Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi
awal.Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk
mengurangi uveitis anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :


1. Debridement
2. Flap konjungtiva, partial atau total
3. Keratoplasti tembus
 Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling
kurang 3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi
 Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan
diakhiri dengan eviserasi.5

PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.4

KOMPLIKASI
Gambar 7: Perforasi ulkus kornea

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi
yaitu :
 Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata
 Perforasi kornea
 Iritis dan ridosiklitis
 Descematokel
 Glaukoma sekunder
 Endoftalmitis atau panoftalmitis
 Katarak5

Penanganan Komplikasi

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin,
antibiotik dan balut yang kuat.Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-
gerakan.

Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :

 Iridektomi dari iris yang prolaps


 Iris direposisi
 Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva
 Beri sulfas atropin dan salep antibiotik
 Balut yang kuat
Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps
irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.Antibiotik diberikan
juga secara sistemik. 5
HIPOPION

DEFINISI

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat

sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya

gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya

mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi

inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu

sendiri.1,2,5

Gambar 8 :ulkus kornea cum hipopion5

PATOFISIOLOGI

Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous

barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous,

sehingga memberikan gambaran hipopion.Adanya pus di bilik mata depan biasanya

memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan

oleh infeksi Pseudomonas. Sedangkan hipopion yang berwarna kekuningan bisanya

disebabkan oleh jamur. Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan

mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan

dengan virulensi dari organisme penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi.
Beberapa organisme menghasilkan pus lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya

Pneumokokus, Pseudomonas, Streptokokus pyogenes dan Gonokokus.Hipopion pada ulkus

fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat menembus membran Descemet. Bakteri

memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan

hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi virus, biasanya disebabkan adanya infeksi

sekunder oleh bakteri.4

ETIOLOGI

Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang

berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.Hipopion dapat

timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada keratitis

dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat menyebabkan

terjadinya hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah Streptococcus dan

Staphylococcus. Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan.

Penyebab-penyebab hipopion terjadi :

Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka

toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran

Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar

mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan disusul dengan

terbentuknya hipopion.

Uveitis Anterior. Peradangan dari iris dan badan siliar. menyebabkan penurunan permeabilitas

dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam

cairan aqueous.
Rifabutin. Merupakan terapi profilaksis untuk Mycobacterium avium complex pada penderita

dengan HIV. Uveitis merupakan efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian Rifabutin.

Trauma. Corpus alienum, toxic lens syndrome, post operasi.1,2

MANIFESTASI KLINIS

Gejala subyektif

Rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia pada mata yang terinfeksi. Beberapa mengalami

penurunan visus atau lapang pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.

Gejala obyektif

Biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia posterior dan keratitis

presipitat.2,3

DIAGNOSA

Hipopion dapat dideteksi berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan menggunakan slit

lamp. Pada anamnesa, ditanyakan adanya riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma,

pemakaian obat serta riwayat operasi.Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan

berwarna putih pada bagian inferior dari bilik mata depan. Jarang sekali hipopion ini ditemukan

pada bagian lain dari bilik mata depan.Hipopion biasanya dinilai berdasarkan tingginya, diukur

dari dasar bilik mata depan dengan satuan milimeter. Atau bisa juga dengan hitungan kasar,

misalnya. ringan, moderat, setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan. Cara terbaik

untuk menilai hipopion adalah dengan terlebih dahulu meminta pasien duduk beberapa saat

supaya hipopion dapat mengendap sempurna. Selanjutnya pasien diminta melihat ke bawah

dan sinar diarahkan dari bagian atas-depan iris.1,4

KOMPLIKASI
Struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh terhada

inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara iris dan

lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio pupil,

sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong ke depan,

disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma sekunder.

Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca oleh sel-sel

radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini menyebabkan

metabolisme lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga terjadi

katarak.Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan

organisasi dan tampak sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan

neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina, disebut retinitis proliferans.Bila membrana ini

mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca melalui robekan itu

masuk ke dalam celah retina potensial dan mengakibatkan ablasi retina.3,4

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit. Sel darah

putih biasanya akan di reabsorpsi. Tetapi bila hipopion memberikan gambaran yang berat,

maka bisa dilakukan drainase atau parasentesis hipopion.Terapi yang lebih spesifik biasanya

tergantung dari penyakit utama yang menyebabkan hipopion. Apabila terjadi inflamasi, dapat

diberikan kortikosteroid. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid,

dengan dosis sebagai berikut:

 Dewasa :Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.


 Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :

dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)

prednisolone succinate 25 mg (1 ml)

triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)

methylprednisolone acetate 20 mg

 Sikloplegik dapat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dengan

memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia

posterior ), yang akan mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan

intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein

leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah

atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate

0,5%, 1%, dan 2%.

 Apabila hipopion yang terjadi masif dan berat dapat diberi terapi pencegahan glaucoma

sekunder : asetazolamid 250 mg, 3x/hari. Selanjutnya dapat dilakukan parasentesis

hipopion.Parasentesis hipopion dilakukan pada hipopion yang masif, disertai keadaan

umum yang tidak baik dan terancam glaukoma sekunder. 5

PENUTUP
Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak
sentral dan bukan perifer.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya
bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 2,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono, Hernowo AT, Sasongko AB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam:
Ilmu Kesehatan Mata, Suhardjo, Hartono. FK UGM;2007.hal.3-1,48-1
2. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
3. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan warna; dalam Ilmu
penyakit mata. FKUI;Jakarta:Edisi ketiga. 2007.hal.159-8
4. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi; dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta. Thun 2007; hal 1-18.
5. Humanity First, Serving Mankind. Eye structure. Diunduh dari :
http://medicinembbs.com/2010/11/eye-structures.html pada 4 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai