Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


Bab ini akan menjelaskan tentangPemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien PPOK. Pemenuhan
kebutuhan oksigenasi berdasarkan pemberian asuhan keperawatan ini
dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2018 mulai dari pengkajian, analisa data,
prioritas diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi. Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan
adalah pengkajian. Dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Juli 2018 di rumah
sakit. Sumber yang diperoleh dari status Klien wawancara dengan Klien dan
keluarga Klien.
1. Pengkajian
Data yang di peroleh sebagai berikut: nama Klien S umur 73 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, pekerjaan wirausaha, suku Jawa, masuk ruang
Interne tanggal 12 Juli 2018, diagnosa medis PPOK, penanggung jawab Klien:
Bapak K umur 55 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, pekerjaan
wirausaha, pendidikan SMA, suku Jawa. Hubungan dengan Klien anak. Alasan
Klien masuk rumah sakit: Klien mengeluh sesak nafas dan batuk.
Riwayat kesehatan sekarang: keluarga Klien mengatakan Klien datang ke
IGD dengan keluhan sesak nafas dan batuk. Riwayat kesehatan dahulu Klien
mengatakan sesak nafas dan batuk terjadi sejak ia masih merokok. Klien
sebelum sakit adalah perokok aktif sehari biasa 1 bungkus kadang lebih dan
selama sakit sudah berhenti merokok. Setelah mengalami sesak nafas dan
batukkemudian klien menghentikan kebiasaan merokok sudah sejak 5 tahun
yang lalu, tetapi ia hanya memeriksakan penyakitnya tersebut di dokter dan
hanya minum obat jalan. Sebelumnya Klien tidak pernah di rawat di Rumah
Sakit. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang menderita penyakit sama
seperti Klien. Konsep model gordon: pola persepsi dan managemen kesehatan
jika ada anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter/puskesmas
terdekat.
40

Pemeriksaan umum didapatkan: Kesadaran composmentis, tekanan


darah: 150/66 mmHg, nadi: 97 kali per menit, respirasi rate: 28 kali per menit,
suhu: 36,90C. Klien mengatakan sesak nafas dan batuk, Klien terlihat
kesulitan untuk bernafas, batuk berdahak, suara nafas ronchi dan terpasang
nasal kanul.
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan radiologi (foto thorax),
laboratorium pada tanggal 12 Juli 2018 10.00 wib dengan hasil hemoglobin 9.9
g/dL (N: 12.2-18.1 g/dL). Hemoglobin merupakan protein pengikat oksigen
yang ada di dalam sel darah merah, sedangkan sel darah merah berfungsi untuk
membawa oksigen ke dalam jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida
dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan sehingga jika
kadar hemoglobin di bawah angka normal maka jumlah pasokan oksigen di
dalam tubuh akan berkurang dan dapat menimbulkan gejala sesak nafas,
pusing dan lemah (Riyanti et al, 2008), leukosit 22.20 ribu/μl (N: 4.6-10.2 μl)
meningkatnya sel darah putih (leukosit) merupakan salah satu data penunjang
yang menunjukkan adanya riwayat eksaserbasi (Qureshi, Sharafkhaneh &
Hanania 2014). Therapy medik yang diberikan adalah infus ringer laktat 20
tetes permenit, metyl prednisolone 62,5mg, ondancetron 2ml, cefriaxone 1 gr.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian dan observasi diatas, penulis
melakukan analisa data kemudian membuat prioritas diagnosa keperawatan
sesuai dengan kegiatan yang dialami pasien atau yang harus segera mendapat
penanganan karena apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah
lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
yang ditandai dengan data subyektif: Klienmengatakan batuk dan sesak nafas.
Ia mengatakan perokok aktif selama sakit ia berhenti merokok sekitar 5tahun
yang lalu. Data obyektif: terdengar bunyi ronchisaat diauskultasi, terlihat
ekspirasi memanjang, Klien terlihat batuk, respiration rate 28 x/menit.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi untuk diagnosa tersebut yaitu 1) kaji tanda-tanda vital, 2)
auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, 3) ajarkan klien nafas
diafragma, nafas dalam dan batuk efektif, 4) posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler), 5) atur intake untuk cairan
41

mengoptimalkan keseimbangan, 6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian


terapi injeksi, oksigen dan terapi bronkodilator dengan nebulizer.
4. Implementasi
Berdasarkan intervensi yang telah disusun, implementasi yang dilakukan
pada klien S selama 3 hari dengan fokus pada pemenuhan oksigenasi pada pasien
PPOK dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas diruang penyakit dalam
RSUD H. A. Madjid Batoe, Muara Bulian, implementasi untuk masalah nutrisi
dapat dibaca di bagian lampiran.
 Implementasi hari pertama yaitu:
Mengucap salam, perawat mencuci tangan, menanyakan keadaan klien,
kemudiam memberikan posisi semi fowler pada tempat tidur khusus atau
functional bed dengan posisi setengah duduk (±45°), kemudian meninggikan
bawah lutut klien sesuai kebutuhan, dan kedua lengan ditopang dengan
bantal. Perawat merapikan tempat tidur klien, mencuci tangan dan melakukan
evaluasi dengan hasil klien mengatakan merasa nyaman, klien bisa
melakukan tekhnik tarik nafas dalam, klien tampak rileks.
Kemudian perawat mengajarkan tekhnik batuk efektif:
o Mengkaji tanda-tanda vital
o Mengkaji frekuensi nafas di dapatkan respon hasil
o Mengajarkan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Prosedur:
 Perawat mencuci tangan
 Mengkaji tanda dan gejala adanya secret pada jalan nafas
Klien, kemudian meletakkan satu atau kedua tangan Klien
pada abdomen dibawah tulang rusuk
 Menginstruksikan pada Klien tata cara batuk efektif dengan
cara menarik nafas dalam melalui hidung, menahan nafas
sampai hitungan kelima (hitung 1—5), sebanyak 3 kali.
Apabila ada sputum yang keluar, buang ke sputum spot.
Kemudian Klien diminta untuk membatukkan dengan tiba-tiba
dan menginstruksikan pada Klien untuk kumur-kumur dengan
air minum dan tampung dalam bengkok
42

 Perawat mengecek apakah secret sudah dapat dikeluarkan


untuk kemudian mendorong pasien melakukan batuk efektif
sebanyak 4 kali sehari dan tiap kali melakukan antara 5—10
menit.
 Perawat membereskan semua peralatan
 Perawat mencuci tangan
o Menganjurkan mengeluarkan secret dengan batuk
o Memberikan Auskultasi suara nafas
o Perawat kemudian mencatat data adanya suara tambahan suara
monitor dan monitor respirasi.
Pada hari pertama, Klien mengatakan kondisi tubuhnya masih lemas, masih
banyak dahak dan ingus dikeluarkan, dan terlihat sulit bernafas. Selain itu
juga ditemukan masih ada secret dan dahak yang tidak bisa keluar. Setelah
melakukan posisi semi fowler, hasil yang didapat dari respon subyektif Klien
terlihat lebih nyaman dan rileks.

 Implementasi hari kedua di lakukan pada tanggal 13 Juli 2018 untuk


implementasi yang dilakukan adalah:
Mengajarkan tehnik batuk efektif, perawat mengucapkan salam,
menannyakan keadaan klien kemudian perawat mencuci tangan, melakukan
tanda-tanda vital, memberikan posisi semi fowler pada tempat tidur klien
dengan posisi setengah duduk (±45°), kemudian meninggikan bawah lutut
Klien sesuai kebutuhan, dan kedua lengan ditopang dengan bantal. Perawat
merapikan tempat tidur klien dan kemudian mencuci tangan dilanjutkan
dengan mengajarkan relaksasi nafas dalam, mengobsevasi kembali dalam
melakukan batuk efektif dengan cara :
 Perawat mencuci tangan
 Mengkaji tanda dan gejala adanya secret pada jalan nafas Klien,
kemudian meletakkan satu atau kedua tangan Klien pada abdomen
dibawah tulang rusuk
 Menginstruksikan pada Klien tata cara batuk efektif dengan cara
menarik nafas dalam melalui hidung, menahan nafas sampai hitungan
kelima (hitung 1—5), sebanyak 3 kali. Apabila ada sputum yang
43

keluar, buang ke sputum spot. Kemudian Klien diminta untuk


membatukkan dengan tiba-tiba dan menginstruksikan pada Klien untuk
kumur-kumur dengan air minum dan tampung dalam bengkok
 Perawat mengecek apakah secret sudah dapat dikeluarkan untuk
kemudian mendorong pasien melakukan batuk efektif sebanyak 4 kali
sehari dan tiap kali melakukan antara 5—10 menit.
 Perawat membereskan semua peralatan
 Perawat mencuci tangan
Didapatkan hasil ternyata klien S belum mampu batuk secara cepat dan
kuat, berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dilakukan implementasi
dengan mengajarkan dan mendampingi dalam melakukan batuk efektif.

 Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 14 Juli 2018, klien S telah
mampu untuk mengeluarkan sputum saat melakukan batuk efektif secara
mandiri.

5. Evaluasi

Dari implementasi diatas, didapatkan hasil klien mampu negikuti intruksi


yang dilakukan secara bertahap dengan lembar evaluasi observasi hasil
pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

Tabel 4.1
No. Hari/Tanggal Hasil Pelaksanaan
1. Kamis, 12 Juli 2018 Klien S mampu menarik nafas, tetapi pada
tarikan nafas kedua, klien S membatukkan.
Klien S jarang mengulangi tindakan batuk
secara mandiri
2. Jumat, 13 Juli 2018 Klien mampu S mampu menarik nafas
dalam 1—3 detik kemudian batuk dengan
kuat.
Klien S mengeluarkan sputum saat
melakukan batuk efektif sebanyak 1 kali.
Klien mengulangi tindakan secara mandiri.
44

3. Sabtu, 14 Juli 2018 Klien S mampu menarik nafas dalam 1—3


detik kemudian batuk dengan kuat.
Klien S mengeluarkan sputum saat
melakukan batuk efektif sebanyak 2 kali.
Klien mengulangi tindakan secara mandiri.

a. Hasil Pelaksanaan Prosedur Latihan Batuk Efektif

Prosedur dilakukan pada tanggal 12—14 Juli 2018 yang dilakukan sebanyak
2 kali sehari yaitu pada jam 10:00 WIB dan jam 13:00 WIB.
Tabel 4.2
No. Komponen penilaian Ya Tidak
1. Perawat mencuci tangan √
2. Kaji tanda dan gejala adanya secret pada

jalan nafas
3. Letakkan satu atau kedua tangn pasien

pada abdomen dibawah tulang rusuk
4. Instruksikan pasien cara batuk efektif
 Tarik nafas dalam melalui hidung
 Tahan nafas sampai hitungan
kelima (hitung 1—5), lakukan 3 kali √
 Bila ada sputum buang ke sputum
spot
 Batukkan dengan tiba-tiba
5. Instruksikan pada pasien untuk kumur-
kumur dengan air minum dan tampung √
dalam bengkok
6. Bersihkan bibir pasien dengan tissue √
7. Cek apakah secret sudah dapat

dikeluarkan
8. Dorong pasien untuk melakukan 4 kali
sehari dan tiap kali melakukan antara 5— √
10 menit
9. Alat-alat dibereskan √
10. Perawat mencuci tangan √
45

b. Hasil Evaluasi Bersihan Jalan Nafas


 Lembar observasi bersihan jalan nafas pada tanggal 12 Juli 2018
Tabel 4.3
No. Indikator Penilaian
1. Suara Nafas Veskular
√ Ronchi
Wheezing
Cracles
Stridor
2. Frekuensi Nafas √ 21-30 kali/menit
16-20 kali/menit
<16 kali
3. Irama Nafas Teratur
√ Tidak teratur
4. Frekuensi Sputum √ Ya
Tidak
Jumlah: √ ±1cc
±2cc
±3cc
5. Sianosis Ya
√ Tidak

 Lembar observasi bersihan jalan nafas pada tanggal 13Juli 2018


Tabel 4.4
No. Indikator Penilaian
1. Suara Nafas Veskular
√ Ronchi
Wheezing
Cracles
Stridor
2. Frekuensi Nafas √ 21-30 kali/menit
46

16-20 kali/menit
<16 kali
3. Irama Nafas Teratur
√ Tidak teratur
4. Frekuensi Sputum √ Ya
Tidak
Jumlah: ±1cc
√ ±2cc
±3cc
5. Sianosis Ya
√ Tidak

 Lembar observasi bersihan jalan nafas pada tanggal 14Juli 2018


Tabel 4.5
No. Indikator Penilaian
1. Suara Nafas Veskular
√ Ronchi
Wheezing
Cracles
Stridor
2. Frekuensi Nafas 21-30 kali/menit
√ 16-20 kali/menit
<16 kali
3. Irama Nafas √ Teratur
Tidak teratur
4. Frekuensi Sputum √ Ya
Tidak
Jumlah: ±1cc
±2cc
√ ±3cc
5. Sianosis Ya
√ Tidak
47

c. Hasil Pelaksanaan Prosedur Latihan Semi Fowler


Tabel 4.6
No. Komponen Penilaian Ya Tidak
1. Perawat mencuci tangan √
2. Pasien didudukkan, sandarkan
punggung atau kursi diletakkan di
bawah, atau diatas kasur bagian
belakang kepala. Diatur sampai

setengah duduk, bantal disusun
menurut kebutuhan. Pasien
dibaringkan kembali dan pada ujung
kakinya dipasang penahan
3. Pada tempat tidur khusus atau
functional bed (pasien dan tempat)
tidurnya langsung diatur setengah √
duduk, dibawah lutut ditinggikan
sesuai kebutuhan.
4. Perawat mencuci tangan √

B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada klien penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD H.Abdoel Madjid Batoe
Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2018.
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah
yang sering di gunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung
lama dan ditandai oleh peningkatan referensi aliran udara. Berdasarkan kajian
teori, Klien PPOK mengalami penurunan kapasitas angkut oksigen darah arteri,
kelemahan dari otot bantu napas, cardiac output yang rendah, deconditioning serta
adanya gangguan ventilasi dan perfusi sehingga beban kerja pernapasan
meningkat. Disamping itu kebutuhan oksigen pada pasien PPOK tinggi, sehingga
apabila terjadi kekurangan pada ambilan oksigen maka akan terjadi juga
peningkatan beban kerja pernapasan.
48

Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Didapatkan data
subyektif yaitu klien mengatakan batuk berdahak dan sputum tidak bisa keluar,
sesak nafas setelah beraktivitas, dan seorang perokok aktif sekitar 5tahun yang
lalu. Data obyektif: terdengar bunyi ronchisaat diauskultasi, terlihat ekspirasi
memanjang, klien terlihat batuk, respiration rate 28 x/menit.
Menurut Nugroho (2011) jalan nafas tidak efektif dan terjadinya sesak nafas
disebabkan oleh pengeluaran dahak yang tidak lancar maka akan menimbulkan
penumpukan mukus yang dapat membuat perlengketan pada jalan
nafas.Berdasarkan analisa data yang ada maka penulis mengambil diagnosa
keperawatan yaitu Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berdasarkan dengan
Menumpuknya Sekret (Nanda, 2012).
Hasil ini mengarahkan pemilihan intervensi yang kemungkinan member
iefek terapi yang diinginkan selama itu, intervensi menangani faktor yang
berhubungan atau faktor resiko atau batas karakteristik. Pengaturan posisi tidur
klien (posisi fowler) di tujukan untuk posisi fowler merupakan posisi tempat tidur
dengan menaikan menaikan kepala dan dada setinggi 450-900 tanpa fleksi lutut.
Yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan
kardiovaskular. Melakukan aktifitas tertentu (makan, membaca, menonton
televisi) (Wongkar, 2015). Tindakan yang ke dua untuk implementasi yaitu
tindakan terapi nebulizer ialah pemberian zat aerosol partikel udara dengan
tekanan udara yang bertujuan memberikan obat melalui nafas spontan (Wongkar,
2015). Tujuan latihan pernafasan pada pasien PPOK adalah untuk mengatur
frekuensi dan pola pernafasan sehingga mengurangi air trapping, memperbaiki
fungsi diafragma, memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran
gas tanpa meningkatkan kerja pernafasan, memperbaiki mobilitas sangkar thorax,
mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan sehingga bernafas lebih
efektif dan mengurangi kerja pernafasan sehingga sesak nafas berkurang dan
mengakibatkan kualitas hidupnya meningkat (Khotimah, 2013).
Berdasarkan hasil studi kasus diatas, penulis menemukan dua pembahasan
utama dalam masalah asuhan keperawatan terhadap Klien S, yaitu masalah
bersihan jalan nafas dan nutrisi. Untuk masalah nutrisi, implementasi dan evaluasi
terlampir. Pada masalah bersihan jalan nafas, implementasi pertama dilaksanakan
pada tanggal 12 Juli 2018 dengan mengkaji tanda-tanda vital Klien, mengkaji
frekuensi nafas di dapatkan respon, mengatur posisi Klien semi
49

fowler,memberikan latihan nafas dalam, dan memberikan terapi nebulizer


ventolin 2.5ml. Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 13 Juli 2018
dengan mengkaji tanda-tanda vital, melakukan batuk efektif, memberikan terapi
nebulizer ventolin 2.5ml+Nacl, dan menganjurkan untuk menarik nafas dalam
jika terjadi sesak nafas.Implementasi hari ketiga di lakukan pada tanggal 14 Juli
2018 dengan mengkaji tanda-tanda vital, mengajarkan relaksasi nafas dalam dan
batuk efektif, melakukan nebulizer.
Implementasi pada masalah bersihan jalan nafas diatas dilaksanakan oleh
perawat di Ruang Interne berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang berlaku
di RSUD H. Abdul Majid Batoe. Pada tanda-tanda vital Klien di hari pertama
tercatat tekanan darah Klien 150/70, RR:26x/menit. Klien mengatakan kondisi
tubuhnya masih lemas, masih banyak dahak dan ingus dikeluarkan, dan terlihat
sulit bernafas. Selain itu juga ditemukan masih ada secret dan dahak yang tidak
bisa keluar. Oleh karena itu, selanjutnya memberikan posisi semi fowler pada
Klien, (posisi bed ditinggikan 45º), meninggikan posisi kaki sesuai kebutuhan dan
selanjutnyamemberikan latihan nafas dalam kepada Klien. Hasil yang didapatkan
dari respon subjektif Klien terlihat rileks. Kemudian Klien diberikan terapi
nebulizer ventolin 2.5ml+Nacl, didapatkan hasil subjektif Klien menghirup uap
lebih baik dan lebih nyaman.
Pada hari kedua, dilakukan kembali pemeriksaan tanda-tanda vital dan
mengevaluasi kondisi klien secara subjektif didapatkan hasil Klien sudah bisa
istirahat dengan cukup BAB dan BAK 4x/hari. Klien diberikan latihan batuk
efektif, didapatkan hasil bahwa Klien sudah mampu mengeluarkan secret sendiri
dengan batuk efektif, auskultasi bunyi nafas menjadi lebih jelas dan suara ronchi
berkurang. Kemudian Klien kembali di berikan terapi nebulizer, dan dianjurkan
jika terjadi sesak nafas, Klien diharapkan untuk menarik nafas dalam. Klien
kooperatif dan bisa melaksanakan secara mandiri.
Pada hari ketiga, saat pengecekan tanda-tanda vital, Klien mengatakan
bahwa sesak nafas telah berkurang, dahak sudah bisa keluar (secret berwarna
putih kental dan batuk sudah jarang), dan tidur dengan nyenyak. Selanjutnya
Klien hanya dianjurkan untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif secara
mandiri dan melakukan terapi nebulizer.
Dari hasil implementasi diatas, didapatkan perkembangan dari keberhasilan
klien dalam masalah bersihan jalan nafas dari hari pertama hingga hari ketiga.
50

Hasil yang didapatkan pada hari pertama, Klien masih merasakan kesulitan untuk
bernafas, banyak dahak dan ingus yang keluar, sehingga memposisikan semi
fowler dan latihan pernafasan dalam merupakan tahap awal dalam mengatasi
permasalahan Klien. Hasil yang didapat pasien bisa merasa lega dan tidak lagi
merasa sesak, ditambah dengan bantuan nebulizer yang memperlancar aliran
nafas. Pada hari kedua, Klien diajarkan latihan batuk efektif dan dianjurkan untuk
berlatih mandiri. Sikap kooperatif Klien membuahkan hasil kemajuan dengan
keberhasilan klien mengeluarkan secret, auskultasi bunyi nafas menjadi lebih
jelas dan suara ronchi berkurang. Pada hari ketiga, Klien bisa melakukan batuk
efektif dan nafas dalam secara mandiri, ditandai dengan sesak nafas telah
berkurang, dahak sudah bisa keluar (secret berwarna putih kental dan batuk sudah
jarang), sehingga didapatkan keberhasilaan Klien dalam menjalani batuk efektif.

Anda mungkin juga menyukai