PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Timbulnya suatu penyakit dapat diakibatkan karena pengaruh
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul
masalah kesehatan, salah satunya penyakit pada lambung seperti gastritis
(Wijoyo. P.M, 2009). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur, mudah
terserang gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
ditundanya pengisian, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
karena ketika kondisi lambung kosong, akan terjadi gerakan peristaltik lambung
bertambah intensif yang akan merangsang peningkatan produksi asam lambung
(Ikawati, 2010)
Gastritis dikenal di masyarakat umum biasanya disebut sebagai penyakit
maag, namun istilah penyakit maag tersebut tidak digunakan dalam dunia medis.
Penyakit gastritis merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut dan kronis dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial
(Muttaqin dan Sari, 2011). Peradangan pada mukosa lambung disebabkan karena
peningkatan asam lambung yang mengakibatkan perut terasa penuh sehingga
penderitanya mengalami penurunan rangsangan nafsu makan yang dapat
berpengaruh terhadap pemasukan nutrisi, karena produk sekretorik lambung akan
lebih banyak mengisi lumen lambung. Penurunan nafsu makan menyebabkan
menurunnya jumlah nutrisi yang masuk. Kekurangan intake bahan energi utama
seperti karbohidrat akan terjadi mekanisme pembongkaran lemak, protein untuk
dijadikan bahan energi (Sukarmin, 2013). Hal ini terutama terjadi pada masa
dewasa usia pertengahan pada rentang umur 45-59 tahun, karena selama usia
pertengahan sekresi asam lambung dan asam bebas menurun secara bertahap.
(Kozier, Barbara et al, 2010).
1
2
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Prastowo, A dkk tentang Efektifitas
Pemberian Ekstra Putih Telur terhadap Peningkatan Kadar Albumin dan IL-6
pada Pasien Tuberkulosis dengan Hipoalbumin tahun 2016 menunjukkan bahwa
putih telur efektif meningkatkan kadar albumin dan menurunkan sitokin inflamasi
IL-6. Putih telur efektif meningkatkan kadar serum albumin dan menghambat
inflamasi penderita TB dengan Hipoalbumin.
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi, ada yang mencapai
91,6% yaitu di Kota Medan, lalu dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh
31,7%, dan Pontianak 31,2. Hal ini tidak terkecuali di Kota Jambi, menurut
laporan Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat bahwa penyakit
gastritis menempati urutan ke 4 dengan jumlah penderita 28.869 orang dengan
persentase 8,98% dari 10 penyakit terbesar di Kota Jambi (Dinkes Prov.Jambi,
2015).
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk membuat studi
kasus yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien Gastritis
dengan Hipoalbumin dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Ruang
Penyakit Dalam Rs. H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “ Belum diketahuinya Gambaran
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis
dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Ruang Penyakit Dalam Rs. H. Abdul
Manap Kota Jambi Tahun 2017”.