Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti


Kepanitraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh

Oleh:

M. SADDAM

AULINA FITRIA

Pembimbing :

dr. Suherman,Sp.THT,KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

TAHUN 2018
TINJAUAN PUSTAKA

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah bunyi
berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke otak untuk
disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ pendengaran, telinga dibagi menjadi sistem
organ pendengaran perifer dan sentral.1

Gangguan pendengaran mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar pembicaraan


sehingga terjadi gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif terhadap pekerjaan,
pendidikan dan hubungan sosial , hal tersebut dapat menimbulkan depresi. Gangguan
pendengaran pada anak yang didapatkan sejak lahir akan menjadi penderita tuli dan bisu.1

Anatomi Telinga Luar

Anatomi Telinga Luar Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral
dari membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
membran timpani (MT).4 Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi
kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal melalui
otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan konka.
Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah lobulus. Aurikulum dialiri arteri
aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena
temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh
cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.8
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula sampai pada
membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm.
MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars
osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior,
merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang
temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut
mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.2 Kelenjar serumen
memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan epidermis,
bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke
arah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan
glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut.1,7
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta arteri
aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan
pleksus venosus pterygoid.3 Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan
inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n.
mandibularis.8 MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT tampak
sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu
lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar
dan radial yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya
memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini
dapat menyebarkan energi vibrasi yang ideal .8,10

MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus
timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang
nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus
aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.8
Anatomi Telinga Tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic cavity. Dilapisi
oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi oleh promontorium, lateral
oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid,
superior oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.9 Batas
superior dan inferior MT membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan
hipotimpanum.11

Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam yaitu
maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk artikulasi..
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang
berhubungan dengan koklea.6

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m. stapedius. M
tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan berinsersio di bagian atas
tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan membran
timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M.
stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna
stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat mencegah
kerusakan organ koklea.6

Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba Eustahcius. Suplai


darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid, arteri petrosal
superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri dan
berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus pterygoideus.8

Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di dalamnya
dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin, merupakan suatu
rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang dilapisi epitel.6 Labirin terdiri
dari labirin membran berisi endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam
tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin
tulang ,di antara labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit
tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars inferior
dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis, pars
inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus dan
sakus endolimpaticus.12

Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau indera
pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua organ tersebut
saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka
yang lain akan terganggu.12 TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri
cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.6

1. Koklea

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput dengan dua dan
satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral aksis
disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan
suplai arteri dari arteri vertebralis.12 Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat
kompleks membentuk suatu sistem dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan
skala timpani. Skala vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media
berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala
media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar.11

2. Organon Corti

Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks, yang
mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran perifer.1,6 Terdiri bagi tiga
bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung dan sel-sel rambut yang
dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap getaran suara.5,6

OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3 000 dan tiga baris sel
rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000.12 Rambut halus atau silia menonjol ke atas dari
sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial.
Ujung atas sel-sel rambut terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina
retikularis. Serat kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan untuk
bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema
mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi rendah.15

Saraf Koklearis

Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh serabut aferen dan eferen dari saraf koklearis
cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju ke sel rambut bagian dalam dan 12 %
sisanya menuju ke sel rabut luar.2 Serabut aferen dan eferen ini akan membentuk ganglion
spiralis yang selanjutnya menuju ke nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari
nucleus koklearis neuron sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus lateralis dan ke
kolikulus posterior dan korpus genikulatum medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya
menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis tepatnya di girus transversus.16

Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea,12 Proses mendengar
melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ
pendengaran, tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut
ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.6
Mekanisme Pendengaran Telinga Luar dan Tengah

Aurikula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara dan membedakan tinggi
rendah suara. Aurikula bersama MAE dapat menaikkan tekanan akustik pada MT pada
frekuensi 1,5 – 5 kHz yaitu daerah frekuensi yang penting untuk presepsi bicara, selanjutnya
gelombang bunyi ini diarahkan ke MAE menyebabkan naiknya tekanan akustik sebesar 10-
15 dB pada MT.6

MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi yang lain. MAE
meresonansi ¼ gelombang. Frekuensi resonansi ditentukan dari panjang tabung, lengkungan
tabung tidak berpengaruh. Tabung 2,5 cm, frekuensi resonansi kira-kira 3,5 kHz.6 Fo
(frekuensi resonansi) = kecepatan suara (4 x panjang tabung) Dimana : Kecepatan suara =
350 m/detik Misal panjang tabung = 2,5 cm, maka : Fo = 350 (4x2,5) = 3500 Hz = 3,5 kHz.

Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars tensa MT merupakan


medium yang ideal untuk transmisi gelombang suara ke rantai osikular. Hubungan MT dan
sistem osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga telinga tengah ke koklea. Tangkai
maleus terikat erat pada pusat membran timpani, maleus berikatan dengan inkus, inkus
berikatan dengan stapes dan basis stapes berada pada foramen ovale. Sistem tersebut
sebenarnya mengurangi jarak tetapi meningkatkan tenaga pergerakan 1,3 kali, selain itu luas
daerah permukaan MT 55 milimeter persegi sedangkan daerah permukaan stapes rata-rata 3,2
milimeter persegi. Rasio perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari sistem
pengungkit , menyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea. Hal ini diperlukan
karena cairan memiliki inersia yang jauh lebih besar dibandingkan udara, sehingga
dibutuhkan tekanan besar untuk menggetarkan cairan, selain itu didapatkan mekanisme reflek
penguatan, yaitu sebuah reflek yang timbul apabila ada suara yang keras yang ditransmisikan
melalui sistem osikuler ke dalam sistem saraf pusat, reflek ini menyebabkan konstraksi pada
otot stapedius dan otot tensor timpani.15

Otot tensor timpani menarik tangkai maleus ke arah dalam sedangkan otot stapedius
menarik stapes ke arah luar. Kondisi yang berlawanan ini mengurangi konduksi osikular dari
suara berfrekuensi rendah dibawah 1 000 Hz. Fungsi dari mekanisme ini adalah untuk
melindungi koklea dari getaran merusak disebabkan oleh suara yang sangat keras , menutupi
suara berfrekuensi rendah pada lingkungan suara keras dan menurunkan sensivitas
pendengaran pada suara orang itu sendiri.15

Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam

Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu bentuk
yang sesuai untuk merangsang ujung saraf auditorius yang dapat memberikan kode parameter
akustik sehingga otak dapat memproses informasi dalam stimulus suara. Koklea di dalamnya
terdapat proses transmisi hidrodinamik yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke
sel-sel bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan pola energi bunyi pada OC menjadi
potensial aksi dalam nervus auditorius.6

Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi menggetarkan perilim dalam skala
vestibuli dan endolim dalam skala media sehingga menggetarkan membrana basilaris.
Membrana basilaris merupakan suatu kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar
sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar seperti gelombang disebut traveling wave.
Proses transduksi terjadi karena perubahan bentuk membran basilaris. Perubahan tersebut
karena bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis bunyi.
Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi sel rambut dalam dan sel
rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik. Potensial listrik ini akan diteruskan oleh
serabut saraf aferen yang berhubungan dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk
disadari sebagai sensasi mendengar.6
Koklea di dalamnya terdapat 4 jenis proses bioelektrik, yaitu : potensial endokoklea
(endocochlear potential) , mikrofoni koklea (cochlear microphonic) , potensial sumasi
(summating potensial), dan potensial seluruh saraf (whole nerve potensial). Potensial
endokoklea selalu ada pada saat istirahat, sedangkan potensial lainnya hanya muncul apabila
ada suara yang merangsang. Potensial endokoklea terdapat pada skala media bersifat konstan
atau direct current (DC) dengan potensial positif sebesar 80 – 100 mV. Stria vaskularis
merupakan sumber potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan zat kimia
yang berpengaruh terhadap metabolisme oksidasi.11

Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC) berada di koklea atau juga di dekat
foramen rotundum, dihasilkan area sel indera bersilia dan membrana tektoria oleh pengaruh
listrik akibat vibrasi suara pada silia atau sel inderanya. Potensial sumasi termasuk DC tidak
mengikuti rangsang suara dengan spontan, tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan
suara. Potensial sumasi dihasilkan sel-sel indera bersilia dalam yang efektif pada intensitas
suara tinggi. Sedangkan mikrofoni koklea dihasilkan lebih banyak pada outer hair cell. Bila
terdapat rangsangan diatas nilai ambang, serabut saraf akan bereaksi menghasilkan potensial
aksi. Serabut saraf mempunyai penerimaan terhadap frekuensi optimum rangsang suara pada
nilai ambangnya, dan tidak bereaksi terhadap setiap intensitas. Potensial seluruh saraf adalah
potensial listrik yang dibangkitkan oleh serabut saraf auditori. Terekam dengan elektroda di
daerah foramen rotundum atau di daerah saraf auditori, memiliki frekuensi tinggi dan onset
yang cepat. 6 Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh nervus kranialis VIII ke korteks
melalui nukleus koklearis ventralis dan dorsalis. Jaras tersebut merupakan sistem
pendengaran sentral.6,11,16
PEMERIKSAAN TELINGA

1. MELAKUKAN ANAMNESIS
Digali keluhan utama, yaitu alasan datang ke RS/ dokter :
a. Telinga sakit (otalgia) :
 Sejak kapan
 Didahului oleh apa (trauma, kemasukan benda asing, pilek)
 Apakah disertai gejala-gejala yang lain.
 Diagnosis banding otalgia :
1. Otitis eksterna (difusa, furunkulosa)
2. Otitis media akut
3. Mastoiditis
b. Gangguan pendengaran(hearing loss) :
 Sejak kapan
 Didahului oleh apa
Penyebab gangguan pendengaran :

1. Kongenital
2. Kelainan anatomi
3. Otitis eksterna dan media baik akut maupun kronis
4. Trauma
5. Benda asing/cerumen
6. Ototoksis
7. Degenerasi
8. Noise induce
9. Neoplasma

c. Telinga berdengung (tinitus) :

 Sejak kapan
 Didahului oleh apa
 Apakah menderita penyakit lain seperti DM, hipertensi, hiperkolesterolemi

Diagnosis banding tinitus :

1. Cerumen atau corpus alienum

2. Otitis eksterna

3. Otitis media akut & kronis

d. Keluar cairan (otorrhea):

 Sejak kapan.
 Didahului oleh apa (trauma, kemasukan benda asing, pilek).
 Deskripsi cairan (jernih/ keruh, cair/ kental, warna kuning/ kehijauan/
kemerahan; berbau/ tidak).
 Apakah keluar cairan disertai dengan darah
 Disertai oleh gejala yang lain (demam, telinga sakit,pusing dll).
Diagnosis banding otorrhea :

1. MT perforation

2. Granulasi, polip, liang telinga

3. Infeksi pada otitis media

2. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TELINGA


 Untuk inspeksi liang telinga dan membrana timpani, pergunakan spekulum telinga
atau otoskop.
 Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga ukuran terbesar yang masih pas
dengan diameter liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang dewasa adalah 7
mm, sehingga untuk otoskopi pasien dewasa, pergunakan spekulum dengan diameter
5 mm, untuk anak 4 mm dan untuk bayi 2.5 – 3 mm.
 Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya
unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih dahulu.
 Menggunakan otoskop :
- Otoskop dipegang menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan
diperiksa, misalnya : akan memeriksa telinga kanan, otoskop dipegang menggunakan
tangan kanan.
- Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara : seperti memegang pensil (gambar 8A)
atau seperti memegang pistol (gambar 8B). Kedua teknik ini memastikan otoskop dan
pasien bergerak sebagai 1 unit.
- Untuk pasien : berikan informasi bahwa prosedur ini tidak menyakitkan, pasien
hanya diminta untuk tidak bergerak selama pemeriksaan.
- Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaan penuh (fully charged).
- Bila terdapat serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga dan membrana
timpani, lakukan pembersihan serumen terlebih dahulu.
a. Inspeksi telinga :untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :

1. Kulit daun telinga : Normal/abnormal

2. Muara/lubang telinga : Ada atau tidak

3. Keberadaan telinga :

- Terbentuk/ tidak terbentuk

- Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal.

- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear).

4. Liang telinga :

- Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga

- Adakah tanda-tanda radang

- Apakah keluar cairan/tidak


- Adakah kelainan di belakang/depan telinga
DAFTAR PUSTAKA

1.Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In: Meyerhoff WL eds.
Diagnosis and management of hearing loss. Philadelphia: WB Saunders, 1984: 1 12.

2. Rappaport JM, Provensan C. Neurootology for audiologist. In: Jack Katz eds. Handbook of
audiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 9-13.

3. Hans , Cassady. The hearing process. 2007. Citation available from :


www.faqs.org/health/Body-byDesign-V2/The-Special-Senses.html. Acces on September 30th
, 2008.

4. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. In: Bailey JB,
Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol 2. Philadelphia: Lippincott W,
Wilkins, 2006:1883-1902.

5. Anonymus. Normal ear anatomy. 2000. Citation available from :

www.uptodate.com. acces on September 30th , 2008.

6. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih bahasa: Staf
pengajar FKUIRSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997:105-9.

7. Ghorayeb BY, Anatomy of the ear. 2006. Citation available from :


www.ghorayeb.com/AnatomyAuricl e.html. acces on September 30th , 2008.

8. Donalson JA, Duckert LG. Anatomy of the ear. In: Paparella MM, Shumrick DA eds.
Otolaryngology. 3th ed. Philadelphia: WB Saunders co. 1991: 23-58.

9. Anonymus. Meatus acusticus externus gland. 2000. Citation available from :


www.uptodate.com. acces on September 30th , 2008.

10. O’Connor KN, Tam M, Blevins H, Puria S. Tympanic membrane collagen fibers: a key to
high frequency sound conduction. Laryngoscope 2008; 118: 483-90.

11. Soetirto I, Hendramin H, Bashirudin J, Gangguan pendengaran dan kelainan telinga


dalam : Supardi EA , Iskandar N, Bashiruddin J eds. Buku ajar ilmu penyakit telinga, hidung

Anda mungkin juga menyukai