Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. LATAR BELAKANG
Bendungan disamping bermanfaat untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi
manusia, juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar bila tidak dikelola
dengan baik. Apabila bendungan tersebut runtuh, menyebabkan terjadinya kerugian
jiwa dan materi serta hancurnya infrastruktur yang ada di daerah hilirnya.
Pembangunan suatu bendungan sering diikuti dengan perkembangan masyarakat di
daerah hilirnya. Hal ini menyebabkan makin bertambahnya tingkat bahaya keruntuhan
bendungan. Keruntuhan bendungan dapat diakibatkan oleh overtopping dimana air
yang melimpas melalui puncak bendungan menyebabkan terjadinya erosi serta
longsoran pada tubuh bendungan khususnya pada bendungan type urugan.
Keruntuhan dapat juga diakibatkan oleh bocoran yang membawa material bendungan
secara berangsur-angsur yang disebut erosi buluh atau piping. Akibat keruntuhan
tersebut, air yang tertampung di bendungan akan mengalir ke lembah sungai di hilir
bendungan dengan debit yang sangat besar serta kecepatan yang sangat tinggi. Bila
kapasitas alur sungai tidak dapat menampung debit air banjir tersebut maka air akan
meluap keluar dari alur sungai dan menggenangi daerah pemukiman maupun lahan
pertanian di sepanjang kiri dan kanan alur sungai.
Mengingat adanya kemungkinan terjadinya malapetaka yang diakibatkan oleh
runtuhnya suatu bendungan terhadap kondisi yang ada di hilir bendungan, dimana
antara lain terdapat daerah permukiman yang cukup padat penduduknya dan/atau
daerah industri serta berbagai bangunan fasilitas umum lainnya seperti jembatan, jalan
raya dan lain-lain maka perlu dilakukan analisis terhadap kondisi hidrolis alur dan
lembah sungai di hilir (downstream valley) bendungan, khususnya apabila bendungan
tersebut runtuh.
Klasifikasi tingkat bahaya (hazard classification) bendungan juga harus selalu
diperbarui (up-dated) sesuai perkembangan kondisi di daerah hilir bendungan.
Dengan semakin berkembangnya daerah hilir bendungan tersebut, perlu dilakukan
Studi Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) yang akan menghasilkan
Panduan Rencana Tindak Darurat Bendungan sebagai panduan bagi Pengelola/
hal 1
Pemilik Bendungan dan Pemerintah Daerah / BPBD terkait dalam melakukan tindakan
pada saat terjadi keadaan darurat pada bendungan sehingga dampak banjir yang
menimbulkan korban manusia maupun kerugian harta benda sebagai akibat dari
pengeluaran debit air dari waduk yang melebihi kapasitas/ daya tampung alur sungai
di hilir bendungan maupun sebagai akibat dari runtuhnya bendungan dapat
diminimalkan.
Tubuh Bendungan
- Tipe bendungan : Urugan tanah homogen
- Elevasi Puncak : + 31,70 m (DMA) / + 30,47 m(MSL)
- Lebar mercu : 3,20 m
- Panjang tanggul : 3.300 m
- Tinggi di atas dasar sungai : 7,80 m
- Volume timbunan : 670.000 m3
hal 2
Waduk
- Luas genangan Muka Air Normal : 353,63 Ha
- Kapasitas total tampungan MAN : 8,16 juta m3
- Elevasi Muka Air Normal (MAN) : + 29,20 m (DMA) / + 27,97 m (MSL)
- Luas Lahan Irigasi : 6,318 ha
Bangunan Pelimpah
- Tipe Pelimpah : Ogee tanpa pintu
- Elevasi mercu : + 29,20 m (DMA) / + 27,97 m (MSL)
- Lebar mercu : 21,00 m (3 x 7,00 m)
3. MAKSUD, TUJUAN
Maksud :
Maksud pekerjaan ini adalah membuat Rencana Tindak Darurat Bendungan Cipancuh
yang digunakan bila terjadi suatu keadaan yang diperkirakan akan mempengaruhi
kondisi keamanan struktur bendungan dan atau terjadi pengeluaran debit air dari
waduk yang melebihi kapasitas/ daya tampung alur sungai di hilir bendungan sehingga
digolongkan sebagai keadaan darurat dan memerlukan tindakan darurat guna
melindungi manusia dan harta benda.
Tujuan :
Melakukan analisis atas berbagai alternatif debit air keluaran dari waduk yang melebihi
kapasitas/ daya tampung alur sungai di hilir bendungan dan tingkat kerusakan yang
ditimbulkannya serta analisis keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis) dalam
berbagai alternatif tingkat kerusakan bendungan ditinjau dari aspek hidrologi, hidrolika,
sedimentasi waduk, termasuk berbagai alternatif dampak kerusakan/ kerugian yang
ditimbulkannya di bidang sosial, ekonomi, lingkungan dan aspek lainnya yang akan
dipakai sebagai sarana pendukung dalam penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD)
Bendungan Cipancuh.
4. SASARAN
a. Mengamankan Bendungan Cipancuh agar tidak terjadi kegagalan struktur
bendungan;
b. Meminimalkan kerugian jiwa dan harta benda penduduk yang bermukim pada
daerah yang berpotensi terkena risiko akibat kegagalan bendungan Cipancuh
6. SUMBER PENDANAAN
Biaya untuk pelaksanaan pekerjaan ini bersumber APBN melalui DIPA Satker Operasi
dan Pemeliharaan SDA Citarum Tahun Anggaran 2016.
B. Lokasi Pekerjaan
Bendungan Cipancuh berada di koordinat 6.49556° LS dan 107.94083° BT terletak
di Desa Situraja Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat.
C. Lingkup Pekerjaan
hal 4
Lingkup pelaksanaan kegiatan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang sangat mendasar sehingga peserta
lelang harus mengembangkan metodologi. Jenis dan lingkup pekerjaan ini adalah :
1) Pengumpulan data awal dari berbagai studi terkait tentang Bendungan
Cipancuh, data teknis bendungan, data sosial ekonomi secara umum
termasuk data kependudukan, sosial budaya, dan data terkait lainnya.
2) Pengadaan peta situasi DEM / RBI hardcopy dan digital dengan skala 1 :
25.000.
3) Melakukan identifikasi kondisi bendungan secara umum saat ini.
4) Melakukan analisis data awal serta melakukan running Dam Break Analysis
awal dengan data terdahulu yang ada selanjutnya hasilnya dapat dipakai
sebagai dasar perencanaan program pelaksanaan pekerjaan pengukuran
maupun sosial ekonomi yang dituangkan dalam Laporan Pendahuluan.
5) Melakukan analisis hidrologi sebagai data penunjang dalam melakukan
running Dam Break Analysis.
6) Melakukan pengukuran topografi potongan melintang dan memanjang palung
sungai/ lembah di hilir bendungan.
7) Melakukan Kajian terhadap survey Bathimetri dan Tachimetri yang pernah
dilakukan pada daerah genangan Bendungan Cipancuh untuk mendapatkan
volume efektif air Bendungan Cipancuh.
8) Melakukan analisis atas berbagai alternatif pengeluaran debit air dari waduk
yang melebihi kapasitas/ daya tampung alur sungai di hilir bendungan dan
melakukan analisis keruntuhan bendungan dalam berbagai alternatif tingkat
kerusakan bendungan dengan menggunakan perangkat lunak ”Analisis
Keruntuhan Bendungan” (Dam Break Analysis).
9) Melakukan survey sosial ekonomi di daerah hilir bendungan.
10) Menentukan klasifikasi tingkat bahaya (Hazard Classification) sesuai dengan
pedoman yang ada.
11) Menghitung kerugian bila terjadi keruntuhan bendungan.
12) Menyusun Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Cipancuh.
13) Membuat bahan/ media untuk konsultasi / sosialisasi.
14) Melakukan Konsultasi Rencana Tindak Darurat ke daerah penerima risiko
terkena banjir di tingkat kabupaten. Peserta konsultasi adalah Pejabat terkait
di tingkat provinsi dan kabupaten yang akan menangani penanggulangan
bencana banjir termasuk BPBD. Setelah konsultasi dilakukan, dilakukan
hal 5
penanda tanganan kesepakatan menjalankan RTD oleh Pengelola Bendungan
dan pemda yang wilayahnya terkena risiko.
D. Uraian Pekerjaan
1) Pengadaan Peta
Pengadaan peta RBI hanya sebagai pendukung pembuatan peta lokasi,
sedangkan untuk analisa Dam Break harus menggunakan peta DEM hasil
converse dari pengukuran topografy (pengukuran 3 sumbu : X, Y dan Z)
sehingga memudahkan dalam menjalankan program Dam Break dengan 3
dimensi.
2) Identifikasi Kondisi Bendungan
Pemeriksaan bendungan dilakukan terhadap tubuh bendungan, spillway dan
bangunan penunjang lainnya secara visual. Kondisi peralatan instrumentasi
bendungan apakah berfungsi atau rusak.
3) Analisis Hidrologi
Dalam melakukan analisis hidrologi konsultan harus menggunakan data paling
mutakhir yang ada di stasiun hujan yang mempengaruhi Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bendungan Cipancuh.
4) Pengukuran Topografi di Hilir Bendungan
a. Pengukuran Topografi
Pengukuran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga gambar dari hasil
pengukuran dapat memberikan uraian yang jelas tentang keadaan
lapangan sesuai keperluan. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran
potongan memanjang dan melintang sungai.
i. Pengukuran potongan memanjang
Pengukuran potongan memanjang dilakukan pada sepanjang palung
sungai/lembah sepanjang akhir genangan kearah hilir sungai, diukur
dari tubuh Bendungan Cipancuh
ii. Pengukuran potongan melintang
Pengukuran potongan melintang harus melewati titik-titik terpilih/ titik
yang terindentifikasi pada peta topografi, misalnya pertemuan dengan
anak sungai, jembatan, persilangan jalan dan lain-lain.
Pada jarak panjang sungai 1 km dari tubuh bendungan potongan
melintang dibuat dengan interval 100 m, pada jarak panjang sungai
selanjutnya 10 km dari jarak 1 km tadi potongan melintang dibuat
interval 1 km dan jarak panjang sungai potongan melintang
hal 6
selanjutnya dibuat interval minimal 2 km. Adapun panjang potongan
melintang dibuat sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kondisi
lapangan.
iii. Ketentuan pelaksanaan pengukuran
a) Pengukuran potongan memanjang dan melintang, menggunakan
peta skala 1 : 2.000
b) Alat yang digunakan Total Station, GPS Geodet dan hand GPS.
b. Pekerjaan Penggambaran Peta Potongan Memanjang dan Melintang
Sungai.
i. Peta situasi dapat menggunakan peta DEM / RBI yang telah dikoreksi
elevasi konturnya.
ii. Gambar potongan memanjang dan melintang sungai skala horizontal
1 : 2.000 dan skala vertikal menyesuaikan kondisi lapangan, diplot
pada kertas A3.
hal 7
I. Disebabkan oleh Seepage:
a. Seepage terjadi pada daerah puncak bendungan;
b. Seepage terjadi pada bagian tengah bendungan;
c. Seepage terjadi pada dasar (fondasi) bendungan;
II. Disebabkan oleh overtopping dengan debit PMF, walaupun kapasitas
spillway masih mencukupi.
e. Analisis hidrolika (tinggi dan kecepatan air banjir) dan kapasitas palung
sungai/ lembah terhadap banjir yang terjadi akibat keruntuhan bendungan.
f. Keluaran (output) kedalaman genangan banjir sepanjang daerah genangan
yang dihasilkan dari analisis keruntuhan bendungan ini adalah parameter-
parameter banjir seperti berikut ini :
Jarak dari bendungan
Waktu datangnya banjir
Elevasi atau kedalaman banjir
Kecepatan air.
Waktu surut banjir
g. Software yang digunakan untuk merunning Dam Break Analysis wajib
menggunakan software Analisa Dam Break yang menghasilkan 3 (tiga)
dimensi.
Untuk melaksanakan pekerjaan studi ini diberlakukan formula/ standar yang
berlaku di Indonesia (termasuk satuan yang dipergunakan harus dalam
satuan metrik). Bila standar yang dimaksud belum tersedia dapat
dipergunakan standar internasional yang lazim dipakai di Indonesia.
Spillway harus dianalisa tentang kapasitas maksimum debit untuk
menentukan kondisi overtopping maupun untuk masukan dalam modifikasi
Spillway. Konsultan juga harus menganalisa kondisi tinggi air di spillway
tidak overtoping tetapi di hilir mengalami banjir akibat air yang melimpas
dari waduk.
7) Survey Sosial Ekonomi dan Menentukan Klasifikasi Tingkat Bahaya
Bendungan (Hazard Classification)
a. Survey Sosial Ekonomi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
sekunder sosial ekonomi di daerah genangan banjir dari instansi-instansi
yang berwenang di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Hasil survey
selanjutnya digunakan untuk menentukan perkiraan penduduk terkena
risiko, kerugian material dan bahan Penyusunan Rencana Tindak Darurat.
hal 8
b. Menentukan Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan, harus dilakukan
dengan mengacu pada ”Pedoman untuk menentukan Klasifikasi Tingkat
Bahaya Bendungan” yang dikeluarkan oleh Balai Keamanan Bendungan.
8) Analisis Kerugian Ekonomi
Analisis ekonomi hanya dilakukan bila hasil klasifikasi tingkat bahaya
bendungan yang ditetapkan berdasarkan penduduk terkena risiko (Penris)
menghasilkan tingkat bahaya “rendah”, sehingga memungkinkan naiknya
klasifikasi hazarad akibat kerugian materiil yang diakibatkan oleh keruntuhan
bendungan.
9) Menyusun Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan
Dalam membuat Rencana Tindak Darurat, Konsultan harus mengacu pada
Panduan Rencana Tindak Darurat yang dikeluarkan oleh Balai Bendungan
(Keputusan Dirjen Air No. 94/KPTS/A/1998 tanggal 30 Juli 1998), Draft
Pedoman Panduan Penyusunan RTD tahun 2014 yang telah disusun sebagai
pengganti Panduan Penyusunan RTD tahun 1998 ini dan aturan-aturan lain
yang berlaku termasuk UU no. 24 tentang Bencana Alam.
Hasil yang diperoleh dari analisis atas berbagai alternatif pengeluaran debit air
dari waduk yang melebihi kapasitas/ daya tampung alur sungai di hilir
bendungan dan yang diperoleh dari running program Dam Break Analysis
digunakan sebagai acuan dalam membuat peta genangan banjir dan RTD
bendungan. RTD bendungan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut:
a. Pengenalan Keadaan Darurat
Memberi petunjuk mengenai pengenalan keadaan darurat, mengkaji atas
akibatnya serta kegiatan pencegahan yang harus dilakukan.
Beberapa hal yang harus dikaji sebagai berikut :
Melakukan routing pada waduk dengan menggunakan alternatif debit
banjir yang berpotensi akan menimbulkan banjir di wilayah sungai bagian
hilir bendungan sehingga dapat dipakai sebagai dasar penyusunan
informasi tentang Pengenalan Tindak Darurat.
Hasil Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) yang telah
dilakukan akan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Pengenalan
Tindak Darurat.
Mengkaji kesiagaan bendungan akibat bocoran, overtopping (peluapan),
gempa bumi, sabotase dan lain-lain dengan mengacu pada pedoman
yang berlaku serta pengarahan dari Direksi Pekerjaan.
b. Tanggung Jawab, Pemberitahuan dan Komunikasi
hal 9
Konsultan harus membuat Bagan Alir Pemberitahuan lengkap dengan
nama, instansi, alamat, nomor telepon kantor dan rumah dan lain-lain dari
pejabat terkait yang tertera dalam bagan alir pemberitahuan.
c. Tenaga Listrik, Peralatan dan Bahan (Material)
Konsultan harus mengevaluasi tersedianya sumber tenaga listrik untuk
operasi bendungan termasuk tenaga listrik cadangan, bahan seperti karung
goni, cerucuk kayu, kawat beronjong dan lain-lain, jumlah dan lokasinya
serta sarana transportasi yang tersedia.
d. Peta Genangan Banjir
Konsultan harus membuat peta genangan yang dilukiskan dalam peta
berkontur skala 1 : 25.000, lengkap dengan keterangan mengenai lokasi
yang terkena bahaya banjir.
i. Gambar peta genangan harus memuat :
a) Kota-kota dan desa yang padat penduduknya
b) Jalan
c) Penentuan jalur dan tempat pengungsian
d) dan hal-hal yang diperlukan
ii. Keterangan pada Peta Genangan Banjir
Bila keadaan waduknya cukup besar, maka peta genangan dapat
disajikan dalam beberapa lembar dimulai dengan lembar pada daerah
bendungan dan berlanjut ke bagian hilir ke titik akhir penelusuran banjir.
Daerah genangan yang disebabkan oleh air banjir dari waduk harus
digambarkan dengan warna bayangan dan termasuk pula keterangan
daerah penduduk, jalan (termasuk jalan pengungsian) dan lain
sebagainya dengan tanda yang umum dipergunakan dalam pemetaan.
Setiap lembar peta harus menunjukkan hal-hal diatas dan dilengkapi
dengan potongan melintang yang di dalamnya terdapat keterangan
sebagai berikut :
a) Jarak dari bendungan
b) Waktu datangnya air
c) Elevasi atau kedalaman banjir
d) Waktu surut banjir
e. Pengungsian (Evakuasi)
Dalam membuat Rencana Tindak Darurat, Konsultan harus membuat
petunjuk penyiapan rencana pengungsian (evakuasi) termasuk aparat
terkait dalam pelaksanaan evakuasi.
hal 10
f. Pengakhiran Keadaan Darurat dan Tindak Lanjut
Konsultan harus menjabarkan kriteria pengakhiran keadaan darurat untuk
membuat suatu keputusan bahwa keadaan darurat berakhir dan
penanganan tindak lanjut yang diperlukan.
g. Draft Rencana Tindak Darurat
Draft Rencana Tindak Darurat yang telah mendapat masukan-masukan dari
instansi terkait, kemudian Konsultan agar mempresentasikan pada saat
konsultasi di tingkat kabupaten untuk selanjutnya dilakukan penanda
tanganan kesepakatan menjalankan RTD antara Pengelola Bendungan dan
Pemda yang terkena risiko.
10) Animasi Rencana Tindak Darurat Bendungan
Konsultan diwajibkan membuat animasi untuk Rencana Tindak Darurat
bendungan Cipancuh yang dipakai untuk acara sosialisasi. Animasi minimal
memuat perlunya RTD, rambatan banjir, jalur evakuasi dan pengakhiran
keadaan darurat.
11) Konsultasi/ Sosialisasi Rencana Tindak Darurat
Konsultan bersama pihak Direksi Pekerjaan melakukan Konsultasi Rencana
Tindak Darurat (RTD) Bendungan Cipancuh di kabupaten yang terkena risiko
dampak banjir akibat runtuhnya bendungan.
Dalam acara ini dilakukan penanda tanganan kesepakatan menjalankan RTD
antara Pengelola Bendungan dan Pemda yang terkena risiko.
E. Data dan Fasilitas Penunjang
1) Penyediaan oleh Pengguna Jasa
PPK Operasi dan Pemeliharaan SDA III Satuan Kerja Operasi dan
Pemeliharaan SDA Citarum Balai Besar Wilayah Sungai Citarum akan
mengangkat petugas yang bertindak sebagai pengawas atau pendamping
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan.
hal 11
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1 (S1) jurusan Teknik Sipil/
Teknik Pengairan/ Teknik Keairan lulusan universitas / perguruan tinggi negeri
atau yang disamakan, mempunyai sertifikat keahlian bendungan besar yang
dikeluarkan oleh KNIBB dan berpengalaman dalam pekerjaan rencana tindak
darurat bendungan sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun. Sebagai ketua tim,
tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota
tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan. Waktu penugasan selama 3 bulan kerja.
2. Ahli Hidrolika
Ahli Hidrolika disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1 (S1) jurusan Teknik
Sipil/ Teknik Pengairan/ Teknik Keairan lulusan universitas / perguruan tinggi
negeri atau yang disamakan, mempunyai sertifikat keahlian dan berpengalaman
dalam perencanaan bendungan dan pengendalian daya rusak sungai sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun. Waktu penugasan selama 2,5 bulan kerja.
3. Ahli Hidrologi
Ahli Hidrologi disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1 (S1) jurusan Teknik
Sipil/ Teknik Pengairan/ Teknik Keairan lulusan universitas / perguruan tinggi
negeri atau yang disamakan, mempunyai sertifikat keahlian dan berpengalaman
dalam analisa hidrologi dan hidrometri untuk perencanaan bendungan dan
operasional waduk sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun. Waktu penugasan
selama 1,5 bulan kerja.
4. Ahli Geodesi
Ahli Geodesi disyaratkan seorang Sarjana Strata 1 (S1) jurusan Teknik Geodesi
lulusan universitas / perguruan tinggi negeri atau yang disamakan, mempunyai
sertifikat keahlian dan berpengalaman dalam survey, pengukuran, dan pemetaan
untuk menunjang perencanaan bendungan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun.
Waktu penugasan selama 2,5 bulan kerja.
hal 12
perencanaan bendungan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun. Waktu
penugasan selama 1,5 bulan kerja.
b. Tenaga Pendukung
Operator Komputer
Operator Komputer disyaratkan lulusan Diploma 1 (D1) jurusan Komputer,
menguasai aplikasi Office dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun.
Kepala Surveyor
Kepala Surveyor disyaratkan seorang lulusan Diploma 3 (D3) jurusan Teknik
Geodesi dan berpengalaman dalam survey, pengukuran, dan pemetaan untuk
menunjang perencanaan bangunan air sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun.
Surveyor
Surveyor disyaratkan lulusan SMA jurusan IPA, SMK Teknik Sipil, SMK Teknik
Geodesi dan berpengalaman dalam survey, pengukuran, dan pemetaan untuk
menunjang perencanaan bangunan air sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
Kepala Juru Gambar Ukur
Kepala Juru Gambar Ukur disyaratkan seorang lulusan Diploma 3 (D3) jurusan
Teknik Geodesi dan berpengalaman dalam penggambaran hasil survey,
pengukuran, dan pemetaan untuk menunjang perencanaan bangunan air
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun.
Juru Gambar Ukur
Juru Gambar Ukur disyaratkan lulusan SMA jurusan IPA, SMK Teknik Sipil, SMK
Teknik Geodesi dan berpengalaman dalam penggambaran hasil survey,
pengukuran, dan pemetaan untuk menunjang perencanaan bangunan air
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
10. KELUARAN
a. Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa laporan
dan gambar.
b. Laporan maupun gambar dan foto-foto agar diserahkan juga dalam bentuk Flash
Drive.
11. LAPORAN
hal 13
Laporan-laporan harus disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
harus memuat/ menguraikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
RMK berisi uraian prosedur pelaksanaan pekerjaan yang penyusunannya
mengacu pada standar pembuatan RMK dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air
serta harus dikonsultasikan dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen. RMK harus
diserahkan selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanggal penerbitan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
b. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi:
1) Catatan data temuan hasil survey pendahuluan
2) Rencana kerja secara menyeluruh
3) Rencana mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung
4) Jadwal pengadaan dan mobilisasi peralatan
5) Jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
SPMK diterbitkan. Laporan pendahuluan harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk
didiskusikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan sekurang-kurangnya berisi:
1) Laporan kemajuan pekerjaan
2) Keterlibatan personil tenaga ahli pada pekerjaan setiap bulan
3) Rencana kegiatan bulan berikutnya
4) Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya.
5) Notulen rapat dan hal-hal penting lainnya
Laporan Bulanan harus diserahkan selambat-lambatnya setiap tanggal 2 bulan
berikutnya. Laporan Bulanan harus bisa menggambarkan proses pencapaian
kemajuan pekerjaan dengan menyampaikan secara umum namun jelas dari setiap
kegiatan yang telah dilaksanakan.
d. Laporan Antara/ Interim
Laporan Antara/ Interim memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, yang
berisi antara lain :
1) Laporan kemajuan pekerjaan
2) Data-data yang telah dikumpulkan
3) Kriteria dan metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
4) Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya
5) Kesimpulan sementara hasil pelaksanaan pekerjaan
6) Notulen rapat dan hal-hal penting lainnya
Laporan Antara/ Interim harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk didiskusikan
dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
hal 14
e. Laporan Akhir Pengukuran
Laporan Akhir Pengukuran sekurang-kurangnya berisi :
1) Peralatan yang digunakan
2) Data ukur
3) Buku Deskripsi BM dan CP
4) Gambar-gambar berupa peta situasi
5) NSPM yang dipakai
f. Laporan Hidrologi
Laporan Hidrologi sekurang-kurangnya berisi :
1) Data curah hujan dari hasil pengamatan/ catatan minimum 10 tahun terakhir
2) Analisa hidrologi
3) NSPM yang dipakai
g. Laporan Sosial Ekonomi
Laporan Sosial Ekonomi sekurang-kurangnya berisi kondisi sosial ekonomi dan
kelembagaan sekitar dan di hilir Bendungan Cipancuh .
h. Laporan Perhitungan Dam Break Analysis
Laporan Perhitungan Dam Break Analysis dilengkapi dengan gambar peta hasil
running di daerah hilir Bendungan Cipancuh yang berisikan metode pelaksanaan
running dilengkapi dengan matrik langkah-langkah cara merunning Dam Break
Analysis, data pendukung yang tersedia, hasil running, dan gambar peta berwarna.
i. Laporan Panduan Rencana Tindak Darurat
Laporan Panduan Rencana Tindak Darurat sekurang-kurangnya berisi alur
komunikasi dan evakuasi jika Bendungan Cipancuh mengalami keruntuhan. Alur
komunikasi dan evakuasi yang mendapat persetujuan dari Direksi kemudian
dikonsultasikan dengan Pemda yang terkena risiko dan dilakukan
penandatanganan.
j. Peta Banjir dan Evakuasi
Gambar peta banjir dan evakuasi sebagai lampiran dari Laporan Panduan
Rencana Tindak Darurat
k. Laporan Antara
Laporan Antara/ Interim memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, yang
berisi antara lain :
1) Laporan kemajuan pekerjaan
2) Data-data yang telah dikumpulkan
3) Kriteria dan metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
4) Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya
5) Kesimpulan sementara hasil pelaksanaan pekerjaan
6) Notulen rapat dan hal-hal penting lainnya
Laporan Antara/ Interim harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk didiskusikan
dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
l. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat rangkuman dan kesimpulan penting dari seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan. Laporan Akhir harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk
didiskusikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
m. Laporan Ringkasan
Berisi uraian dari seluruh kegiatan yang teiah dilaksanakan oleh Konsultan yang
hal 15
disajikan secara singkat.
Sony Soeharsono, ST
NIP. 19620930 198503 1009
hal 16