Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA IDEOLOGI YANG MEMBANGUN NEGERI LEBIH BAIK

Ideologi berasal dari dua kata yaitu ideas yang artinya gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos yang artinya ilmu, sehingga secara umum dapat diartikan sebagai
ilmu pengertian dasar (Herfiyana, 2007). Pada dasarnya, dapat diartikan seperti pengertian
tersebut, tetapi jika kita menelaah dan melihat lebih dalam terdapat kata “cita-cita”. Kata “cita-
cita” merujuk pada sebuah tujuan yang ingin dicapai seseorang atau sekelompok orang yang
telah disepakati dan akhirnya menjadi sebuah paham atau dasar pemikiran untuk mencapainya.
Paham atau dasar pemikiran tersebutlah yang dipakai setiap negara di dunia termasuk
Indonesia sebagai pedoman untuk mencapai cita-cita bangsa. Oleh karena itu, ideologi menjadi
penting bagi sebuah negara dalam menjalani, mengembangkan dan mempertahankan
kemerdekaan yang telah dicapai oleh sebuah negara sampai kepada cita-cita bangsa.

Berbicara mengenai pentingnya ideologi, Suwarno Adiwijoyo (2000) dalam bukunya


yang berjudul Pancasila Sebagai Ideologi, Azas dan Dasar Negara menyatakan “Tanpa
ideologi, suatu bangsa tidak akan dapat berdiri kokoh dan lestari, karena tidak akan mengetahui
dengan jelas arah serta tujuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dicita-citakan”
(hal.5). Artinya, ideologi seperti jalan bagi sebuah kendaraan, jika tanpa jalan itu kendaraan
tersebut tidak akan bisa sampai pada tujuannya dan bahkan tidak bisa berjalan karena tidak ada
jalur yang baik, arah, dan tujuan yang jelas. Jika demikian, sangat jelas bahwa betapa
pentingnya ideologi bagi sebuah negara dalam membangun negeri itu sendiri agar sesuai
dengan cita-cita yang disepakati bersama. Oleh sebab itu, ideologi dapat dikatakan sebagai
suatu hal yang normatif bagi sebuah negara karena tanpa ideologi sebuah negara yang sudah
merdeka pasti tidak akan bertahan lama dan pasti akan kehilangan apa yang telah
diperjuangkan.

Banyak ideologi-ideologi yang dianut oleh berbagai negara di dunia ini, termasuk
Indonesia. Indonesia mempunyai sebuah ideologi yang dianut sampai sekarang yaitu Pancasila.
Pancasila adalah ideologi yang unik sehingga menjadi berbeda dengan ideologi-ideologi
lainnya. Perbedaan tersebut tedapat pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
semua nilai-nilai yang ada sudah berkembang sejak zaman sejarah sekitar tahun 400-1500
masehi. Setiap nilai dalam Pnacasila baik itu religius, empati, gotong royong, musyawarah, dan
solidaritas sosial itu tercipta oleh kebudayaan, aliran pemikiran atau semangat kebatinan
bangsa Indonesia (Suwarno, 2000). Oleh karena itu, Pancasila sangat relevan dengan
kehidupan bangsa Indonesia sampai saat disebabkan oleh nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila itu sendiri muncul dari kebudayaan bangsa Indonesia.

Terbukti bahwa Pancasila layak untuk dijadikan sebuah ideologi bagi bangsa Indonesia
karena tidak ada pertentangan apa pun dengan masyarakattnya. Selain itu, bukti yang nyata
adalah jika dilihat dari keadaan realitas bangsa, Pancsila merupakan seumber yang real
(bersumber dari sesuatu yang real dari masyarakat) dan sudah diparktikkan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, dilihat dari aspek idealitas, Pancasila memiliki cita-cita yang jelas dan mulia yaitu
terdapat dalam empat tujuan bangsa. Terakhir, jika dilihat dari aspek fleksibilitas, Pancasila
sangat mengikuti perkembangan zaman artinya bahwa masyarakat Indoensia tetap bisa
berinovasi dan berkreasi mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Jadi, Pancasila juga merupakan ideologi yang sangat membantu
dan menolong masyarakat mempunyai hidup yang lebih baik dari pada sebelumnya tanpa
membuat masyarakat merasa terikat.

Bukan hanya layak bagi bangsa Indonesia, tetapi Pancasila juga layak dianut oleh
bangsa lain karena terlihat jelas bahwa setiap nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila
sampai saat ini masih sangat relevan serta menjawab permasalahan keadaan atau kondisi zaman
sekarang. Salah satu contoh masalahnya adalah penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, yaitu banyak orang yang menggunakan IPTEK untuk menyebarkan informasi yang
tidak valid atau biasa disebut “hoax” sehingga membuat banyak orang bingung, takut bahkan
dapat menimbulkan perpecahan antar sesama (Tashandra, 2017). Nilai Pancasila sangat
mampu menjawab permasalahan di atas, contohnya nilai dari sila kedua yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sila ini memberi makna dasar-dasar moralitas agar
manusia sadar bahwa IPTEK dikembangkan harus berdasarkan tujuan untuk mensejahterakan
rakyat atau banyak orang dan bukan untuk keserakahan, tetapi juga untuk meningkatkan harkat
dan martabat masyarakat (Soeprapto, 2004). Oleh sebab itu, jika masyarakat memahami dan
mau mangaplikasikan nilai dari Pancasila itu sendiri maka permasalahan tersebut pasti akan
terselesaikan dengan baik.

Masalah-masalah yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat sebenarnya muncul


karena sistem believe mereka yang tidak sama dan masih kacau karena pengaruh dari bangsa
luar dengan ideologi mereka yang tidak dapat membangun, menjawab permasalahan yang
terjadi, dan tidak relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Akan tetapi, Pancasila adalah
ideologi yang paling baik karena dapat menjawab permsalahan yang terjadi dan terbukti masih
sangat relevan dengan situasi dan kondisi zaman sekarang.

Pancasila sudah menjadi ideologi bangsa Indonesia, tetapi masalah masih terus muncul
dan menjadi hal yang selalu dievaluasi pemerintah. Pertanyaannya adalah mengapa hal itu
masih terjadi?

Do

Think

Believe
(Nilai Pancasila)

Gambar di atas adalah jawaban bagaimana seharusnya Pancasila menjadi sebuah ideologi yang
membangun negeri ini lebih baik dan mencapai cita-cita bangsa. Selama ini masyarakat hanya
dan masih diedukasi dalam tataran think dan do sehingga ketika pengaruh dari bangsa luar
masuk mereka akan mudah goyah dan berbalik dari Pancasila sebagai arah atau jalur mereka
untuk mencapai cita-cita bangsa. Artinya, nilai dari setiap sila Pancasila harus termuat dalam
tataran believe setiap masyarakat. Analogi sederhananya seperti pembangunan sebuah rumah,
jika rumah tersebut dibangun di atas pasir sebagai dasarnya maka itu sangat rentan untuk goyah
bahkan roboh, tetapi jika rumah tersebut dibangun di atas batu atau dasar yang padat dan kokoh
maka rumah tersebut akan bertahan dan dapat melindungi setiap orang yang tinggal di
dalamnya. Oleh karena itu, pemerintah dan terkhususnya guru sebagai pengajar seharusnya
menjadikan Pancasila menjadi sebuah ideologi yang bukan hanya tertanam pada think dan do,
tetapi juga pada believe setiap masyarakat.

Pancasila seharusnya berada pada tataran believe karena ketika setiap anggota
masyarakat mempunyai pemahaman yang sama maka tidak akan ada bentrokan atau konflik
yang terjadi. Setiap tindakan (do) kita bersumber dari apa yang kita pikirkan (think) dan setiap
pikiran berasal dari apa yang kita percayai (believe). Artinya, agar negeri ini dapat menjawab
permasalahan dan mencapai cita-cita bangsa maka Pancasila harus diedukasi menjadi sebuah
believe system bagi setiap masyarakat. Ketika mereka telah mempunyai dasar yang kokoh dan
bertumpuh pada pegangan yang kuat maka setiap pengaruh dari bangsa luar tidak akan
mengubah dan menggoyahkan semangat nasionalisme dalam memabngun negeri ini. Hal besar
yang dinantikan dan diharapkan oleh bangsa Indonesia saat ini adalah “Indonesia Emas 2045”,
Jokowi mengtakan bahwa pembangunan sumber daya manusia adalah kunci utama dalam
mengantarkan kita pada Indonesia emas 2045 (Kuwado, 2017). Oleh karena itu, tugas
pemerintah dan kita sebagai masyarakat Indonesia saat ini adalah mengedukasi diri sendiri dan
sesama agar nilai sila dari Pancasila menjadi sebuah believe system yang mengantarkan rakyat
pada Indonesia emas 2045.

Melihat kembali niila-nilai dari setiap sila Pancasila jika menjadi bagian dari believe
system masyarakat maka sangat mampu untuk bangsa Indonesia mencapai “Indonesia Emas
2045”. Pertama mulai dari pada sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”, nilanya adalah ingin
“menyatakan dengan bulat bahwa Indonesia Merdeka bukan negara agama, tetapi negara yang
menjamin setiap warganegara bebeas memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
kepercayaannya serta menjamin bahwa tiap-tiap agama untuk berkembang seluas-luasnya”
(Adiwijoyo, 2000, hal. 75). Artinya, nilai ini mau memeberi pandangan bahwa Pancasila tidak
menekan dan menuntut masyarakat agar percaya atau menganut satau kepercayaan saja dalam
sebuah negara, tetapi pada saat yang bersamaan juga menekankan bahwa “kita tidak boleh
atheis” (Soeprapto, 2004, hal. xiv). Jadi, jika masyarakat sudah mampu memahami akan nilai
dari sila pertama maka permasalahan antar umat beragama tidak akan terjadi lagi sehingga
dalam pembangunan negeri tidak ada kesenjangan antar umat beragama di Indonesia karena
mereka diberikan hak untuk mempunyai Tuhan yang disembah, dipuji, dan merupakan sumber
moral juga etika bagi manusia.

Poin selanjutnya adalah sila kedua, yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Nilai
dari sila ini ingin menekankan bahwa setiap manusia adalah hamba Tuhan dengan derajat yang
sama atau mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menjalani kehidupan mereka
sehingga tidak ada pemebedaan atas ras, kasta, dan warna kulit (Adiwijoyo, 2000). Masalah
antar suku seringkali terjadi di Indonesia karena berbagai alasan, tetapi Pnacasila menjawab itu
jika nilai yang kedua ini dapat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat maka perpecahan
dan kesenjagan itu akan disatukan dan semuanya kembali utuh untuk pembangunan negeri
yang lebih baik.

Nilai dari sila ketiga menyatakan “Persatuan Indonesia”. Artinya, bahwa masyarakat
Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke haruslah bersatu agar cita-cita bangsa
boleh tercapai dengan baik. Bersatu dalam hal ini adalah bukan hanya berbicara soal kehadiran
secara fisik, tetapi juga berbicara tentang niat, pola pikir, semangat, dan kehendak setiap
masyarakat Indonesia haruslah sama. Pertanyaanya adalah bagiamana menyamakan hal itu?,
yaitu dengan memahami Pancasila sebagai ideologi, arah, tujuan, dan jalan terbaik untuk
mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Jika persatuan itu terjadi maka sangat mungkin untuk
negeri ini semakin berkembang menjadi negeri yang lebih baik dan bahkan menjadi teladan
bagi bangsa lain.

Sila keempat dengan bunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan”. Sangat jelas bahwa nilai ini ingin menekankan bahwa
Pancasila memberikan sebuah pedoman dalam berdemokrasi. “Asas demokrasi di Indonesia
ialah demokrasi berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-bidang politik, sosial, dan
ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin
menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat” (Kansil & Kansil, 2005, hal. 78).
Jika demikian, Pancasila menjadi ideologi yang adil karena tidak otoriter, tetapi memberi
kekuasaan penuh kepada masyarakat untuk memilih dan memutuskan siapa yang akan
memimpin bangsa Indonesia. Selain itu, nilai dari sila ini juga memberikan suatu jaminan bagi
masyarakat agar dapat hidup dengan damai karena semua hal yang berkaitan dengan bangsa
Indonesia diputuskan secara bersama-sama melalui cara yang bijak serta berhikmat.

Sila terakhir adalah “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” jika dilihat
kembali dari sila pertama sampai sila keempat dan itu semua dapat menjadi believe system
masyarakat maka nilai dari sila kelima akan tercapai dengan baik. Keadilan bukan berbicara
tentang hal yang sama harus didapat oleh setiap anggota masyarakat Indonesia, tetapi keadilan
berbicara tentang hal yang diberikan sesuai dengan apa yang dibtuhkan setiap anggota
masyarakat. Dalam hal ini, seperti gambaran tiga orang dengan tinggi masing-masing yang
berbeda (paling pendek, sedang, dan paling tinggi), tetapi ingin menonton bola dari posisi
terhalang oleh dinding penghalang yang tingginya sama. Jika demikian, apakah semuanya
harus diberi sebuah kursi yang sama agar dapat menonton bola dengan jelas? Jawabannya tentu
tidak karena jika begitu sama saja dengan tidak memberi sebuah kursi dengan tujuan agar
semuanya dapat menonton dengan kualitas yang sama. Pada prinsipnya, orang yang lebih
pendek yang harus diberikan kursi agar dapat menonton bola dengan kualitas yang sama
dengan orang yang lebih tinggi. Itulah keadilan yang ingin digambarkan nilai dari sila kelima
ini, yaitu setiap anggota masyarakat mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan
potensi mereka secara pribadi dengan tujuan untuk mencapai cita-cita bangsa.

Melalui pemaparan di atas sangat jelas bahwa jika setiap nilai itu menjadi believenya
setiap masyarakat maka sangat mungkin dan pasti bangsa Indonesia mampu untuk menggapai
cita-cita bangsa dan menjadi negeri yang lebih baik, salah satunya adalah “Indonesia Emas
2045”. Nilai-nilai dari Pancasila jelas dan terbukti mampu untuk menjawab segala kebutuhan
dan harapan bangsa Indonesia bahkan dunia ini. Akan tetapi, hal yang harus dilakukan adalah
seperti yang disampaikan Jokowi bahwa kunci untuk itu semua adalah sumber daya
manusianya. Oleh karena itu, kita sebagai anggota masyarakat haruslah memulainya terlebih
dahulu untuk memahami dan mempraktikkan nilai-nilai Pnacasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara karena satu pribadi yang baik akan menciptakan satu keluarga yang baik dan
satu keluarga yang baik akan menciptakan masyarakat yang baik dan satu msayarakat yang
baik akan menciptakan satu bangsa yang baik dan bahkan tatanan negara yang baik.

Referensi
Adiwijoyo, S. (2000). Pancasila Sebagai Ideologi, Azas dan Dasar Negara. Jakarta: PT Intermasa dan
Pusat Kajian Reformasi.

Herfiyana, N. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP kelas VIII. Jakarta, DKI Jakarta,
Indonesia.

Kansil, C., & Kansil, C. S. (2005). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.

Kuwado, F. J. (2017, Maret 1). Ini Strategi Jokowi Menuju Indonesia Emas 2045. Diambil kembali dari
Kompas: https:///nasional.kompas.com

Soeprapto, R. (2004). Pancasila Menjawab Globalisasi. Jakarta: Penerbit Taman Pustaka.

Suwarno, P. J. (2000). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tashandra, N. (2017, Februari 2). Media Sosial, Penyebaran "Hoax", dan Budaya Berbagi. Diambil
kembali dari Kompas: https://nasional.kompas.com

Nama: Dejan Filgod

Pekerjaan: Pelajar/Mahasiswa

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 28 Maret 1999

Riwayat Pendidikan: TK Gmit Koinonia Kupang, SD GMIT Koinonia 2 Kupang, SMP


Negeri 2 Kupang, SMK Negeri 1 Kupang

Pendidikan Sekarang: Berkuliah di Universitas Pelita Harapan Fakultas Ilmu


Pendidikan
Alamat : Jl. Ile Mandiri No.36 Kel. Nunle’u Kec. Kota Raja Kota Kupang Prov. NTT

Surat Pernyataan

Saya Dejan Filgod yang menyatakan bahwa karya tulis ini orisinil dan bukan hasil
karya tulis orang lain. Jika ternyata karya tulis ini tidak orisinil maka saya menerima untuk
didiskualifikasi dari perlombaan, tidak juga menjadi dokumentasi oleh BPIP, dan tidak
menerima bentuk penghargaan apa pun.

Jakarta, 19 Mei 2018

Dejan Filgod

Anda mungkin juga menyukai