Anda di halaman 1dari 4

KASUS :

Seorang pria usia 40 th berat badan 70 kg dengan keluhan cepat lelah, kurang
tangkas, mudah lupa, gairah hidup menurun, libido menurun, disfungsi ereksi,
bahkan sering mudah sekali tidur, meskipun pagi hari. Hasil pemeriksaan gula
darahnya menunjukkan 100mg% (puasa) dan 120mg% (2jam PP), cholesterol
total 450, LDL 400, HDL 35, Kadar testosteron 200 ng/dl, LH 15ng/dl. Kepada
dokter ia ingin sehat kembali seperti semula.

SOAL :
1. Ceritakan dengan singkat apa sebenarnya yang sedang dialami oleh pria
tersebut?
2. Ceritakan dengan sistematis bagaimana pengaruh hormon testosteron dan
DHEA terhadap berbagai gejala dan tanda yang dialami oleh pria tersebut?

JAWAB :
1. Andropause merupakan proses alami yang terjadi seiring bertambahnya usia
pada pria. Semua pria pasti mengalami andropause dan gejala tersebut biasanya
mulai terjadi pada pria yang sudah berusia di atas 40 tahun. Sebagian pria
bahkan telah mengalami sindroma andropause sejak usia tiga puluhan, tetapi
dengan jumlah yang relatif kecil yaitu kurang lebih 5%, Jika dilakukan deduksi
berdasarkan kenyataan dan fakta bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya
andropause lebih banyak ditemui di Indonesia, antara lain: polusi lingkungan
kerja, beban lingkungan kerja, dan gaya hidup, maka sangatlah mungkin
andropause lebih banyak diderita oleh pria di Indonesia dibandingkan negara
barat. Umumnya andropause dimulai pada umur 40 tahun.
Berdasarkan pada gejala dan tanda orang tersebut, yang dialami oleh pria
tersebut adalah gejala Androgen Deficiency on Ageing Man (ADAM) atau lebih
dikenal dengan sebutan Andropause atau Syndrom Andropause.
Androgen Deficiency on Ageing Man (ADAM) merupakan sekumpulan gejala
pada pria yang ditandai dengan adanya penurunan kemampuan fisik, seksual,
dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormon testosteron
dalam darah. Androgen Deficiency on Ageing Man (ADAM) biasanya terjadi
pada pria diatas usia tengah baya yang mempunyai gejala dan keluhan yang
mirip dengan menopause pada wanita. Berbeda dengan wanita yang mengalami
menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid
yang akan berhenti dengan cara relatif mendadak. Pada pria penurunan
produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon lainya terjadi secara
perlahan dan bertahap. Perubahan hormon yang terjadi pada pria usia lanjut
tersebut sangat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain dan biasanya
tidak sampai menyebabkan hipogonadisme.
2. Testosteron merupakan hormon seks steroid pria yang utamanya diproduksi
oleh testis setelah terjadi kematangan pembentukan kelenjar seks pria (testis).
Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial leydig di dalam testis. Testis
mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersamaan disebut
dengan androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron,
dan androstenedion.
Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga dapat dianggap
sebagai hormon testicular terpenting, walaupun sebagian besar testosteron
diubah menjadi hormone dihidrotestosteron yang lebih aktif pada jaringan
target. Testosteron total terdiri dari 60% testosteron terikat globulin (SHBG),
38% testosteron terikat albumin, dan 2% testosteron bebas. Komponen
aktifdari testosteron adalah testosteron terikat albumin dan testosteron bebas
yang kemudian diubah oleh enzim menjadi estradiol (dengan aromatase) dan
dehidrotestosteron (dengan 5 alfareduktase). Testosteron diproduksi melalui
aksis hypothalamus hipofisis-testis. Dalam tubuh, testosteron didistribusikan
terutama terikat dengan protein transpor. Pada pria, 44% testosteron terikat
pada Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), 50% terikat albumin, dan
sisanya dalam bentuk testosteron bebas. Afinitas testosteron dengan SHBG
sangat tinggi sehingga hanya testosterone terikat albumin dan testosteron bebas
yang menunjukkan bioavailibilitas aktif. Free Androgen Index (FAI)
menunjukkan hubungan antara konsentrasi testosteron dengan protein pengikat
androgen. Kadar normal testosteron bebas rata-rata 700ng/dl dengan kisaran
300-1100ng/dl, sedangkan FAI berkisar 70-100%. Bila FAI < 50%, gejala-
gejala andropause akan muncul.
Pada usia 20 tahun, pria mempunyai kadar testosteron tertinggi dalam darah
sekitar 800-1200 ng/dl yang akan dipertahankan sekitar 10-20 tahun.
Selanjutnya, kadarnya akan menurun sekitar 1% per tahun. Pada usia lanjut,
terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi pria yang mengakibatkan
penurunan jumlah testosteron dan availabilitasnya, seiring dengan
meningkatnya SHBG. Penurunan testosteron bebas sekitar 1,2% per tahun,
sementara bioavailabilitasnya turun hingga 50% pada usia 25-75tahun. Pria
akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 0,8-1,6% per
tahun ketika memasuki usia sekitar 40 tahun. Sementara saat mencapai usia 70
tahun, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah sebanyak 35%
dari kadar semula.
Hormon DHEA dan DHEAS merupakan hormon yang berbentuk steroid C-19
dan merupakan steroid terbesar dalam tubuh manusia.Hormon ini terutama
disekresi oleh zona reticularis kelenjar adrenal.Dalam darah, hormon ini
terutama berbentuk ikatan dengan sulfat disebutsebagai dehydroepiandrosteron
sulfat(DHEAS).Konsentrasi DHEAS dalam darah kira-kira 300-500 kali
konsentrasikonsentrasi DHEA.Sekresi DHEAS selain oleh kelenjar adrenal,
sebagian kecil berasal dari konversi DHEA jaringan perifer. Hormon DHEAS,
terutama akan dimetabolisir menjadi DHEA, kemudian berubah lagi menjadi
σ5-androstenedion, kemudian akhirnya menjadi testosteron. Sisanya, sebagian
kecil akan dimetabolisir menjadi σ5-androstenediol sulfat tanpa kehilangan
gugus sulfatnya dan atau sebaliknya. DHEA dalam sirkulasi kebanyakan
berasal dari DHEAS dan sebagian kecil berasal dari kelenjar adrenal.DHEA
yang berasal dalam sirkulasi sebagian besar terikat albumin, sisanya pada
SHBG dan dalam bentuk bebas. Puncak kadar DHEA/DHEAS ialah pada umur
20-30 tahun.
Penurunan fungsi hipotalamus dan testis berhubungan dengan penurunan
testosteron yang berkaitan dengan usia. Kelenjar pituitari kurang menghasilkan
hormon LH sebagai hasil dari penurunan pelepasan hormon GnRH yang
berkaitan dengan usia. Penurunan jumlah dan volume sel Leydig juga
merupakan faktor yang berkontribusi terhadap terhambatnya produksi
testosteron. Sistem hormon yang berhubungan dengan penuaan adalah
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan DHEA-sulfat (DHEAS) yang menurun
juga secara bertahap dan menimbulkan kondisi adrenopause.
Mekanisme terjadinya andropause adalah karena menurunnya fungsi sistem
reproduksi pria yang menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai
dibawah angka normal.
Hormon yang turun pada pada andropause ternyata tidak hanya testosteron
saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu hormon DHEA, DHEAS,
Melantonin, Growth Hormon, dan IGFs (Insulin like growth factors). Oleh
karena itu, banyak pakar yang menyebut andropause dengan sebutan lain
seperti Adrenopause (defisiensi DHEA/ DHEAS), Somatopause (defisiensi
GH/ Insulin like Growth Factor), PTDAM (Partial Testosteron Deficiency in
Aging Male), PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Male),
Viropause, Climacterium pada pria.

Anda mungkin juga menyukai