Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas 6-8
minggu (Sinopsis Obstetric 1998, 115).
Dalam masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita
harus melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah perubahan-
perubahan yang terjadi termasuk fisiologis atau partologis, sehingga dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat dan sesuai untuk memberikan asuhan
kebidanan.
Adapun yang harus diperiksa pada ibu nifas ialah: keadaan umum, keadaan
payudara dan putingnya, dinding perut, keadaan perineum, kandung kencing,
rektum, flour albus. Keadaan serviks, uterus dan adrexa. Adanya erosi, radang
atau kelainan-kelainan. Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema dan protein uria yang timbul karena kehamilan.Tidak jarang
walaupun pada kehamilan normal bisa saja terkena pre-eklampsia.Pre-eklampsia
bisa saja berlangsung pada saat persalinan.Untuk itu dalam penanganannya harus
lebih hati-hati dan teliti (Sarworo, 2005).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas seminar Praktik Klinik Kebidanan II di RSAB
Muhammadiyah Malang.
1.2.2 Tujuan Khusus

1
2

1. Mahasiswa mampu melaksanakan interpretasi data dalam asuhan


kebidanan terhadap PEB
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa, mengidentifikasi masalah dan
menentukan prioritas masalah PEB
3. Mahasiswa mampu menentukan pelaksanaan tindakan segera yang
dibutuhkanuntuk penatalaksanaan PEB
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana kebidanan terhadap PEB
5. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan kebidanan terhadap PEB
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan terhadap PEB

1.3 Metode Pengumpulan


PENGUMPULAN DATA DILAKUKAN DENGAN CARA :
1. studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari bahan ilmiah yang
berhubungan dengan judul kasus asuhan komprehensif yang diambil dari
bermacam-macam sumber (makalah, buku pedoman, dan catatan
perkuliahan).
2. Anamnesa dengan pasien
3. Observasi keadaan pasien

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah asuhan komprehensif ini menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang berorientasi saat ini.
1. Pada bab 1 menjelaskan alasan mengapa penulis mengambil kasus nifas
dengan pre eklampsia berat.
2. Bab 2 membahas mengenai tinjauan teori dari nifas dengan pre eklampsia
beratdan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney
3. Pembahasan bab 3 ini tinjauan kasus untuk asuhan yang diberikan mengacu
pada 7 langkah varney
4. Pada bab 4 menjelaskan mengenai pembahasan apakah antara praktek
dilahan dengan teori terdapat kesesuaian atau kesenjangan.
5. Pada bab 5 terdapat kesimpulan dan saran
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali mulai dari partus atau
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya 6 – 8 minggu (Sinopsis Obstetri, 1998). Menurut saifudin (2002), nifas
atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-
kira selama 6 minggu.
2.1.1.2 Periode Masa Nifas
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan
2. Puerperium intermedial
Yaitu Kepulihan menyeluruh alat–alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk putih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Sinopsis
Obstetri, 1998).
2.1.1.3 Involusi Alat Kandungan
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat symphisis 500 gram
4

2 minggu Tidak beruba diatas symphisis 350 gram


6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Bekas Implantasi Uri


Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum uteri
dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu
keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3. Perubahan pembuluh darah
Pembuluh darah yang besar menjadi mengecil dalam nifas karena setelah
persalinan sudah tidak dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak.
4. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari
pinggir” tidak rata tapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Vagina yang sangat di regang waktu persalinan lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai
nampak kembali.
5. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
6. Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia.
kadang-kadang oedema dari trgonum, menimbulkan obstruksi dari urethra
sehingga terjadi retensia urine kandung kencing dalam puerperium kurang
sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh atau
sesudah masih tinggal urine residual. Sisa urine ini memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi akan normal kembali dalam waktu 2 mingu.
7. Laktasi
Keadaan buah dada pada 2 hari sama dengan keadaan dalam kehamilan.
Pada waktu ini buah dada belum mengandung suatu. Melainkan colos
trum, yaitu cara yang berwarna kuning.
5

8. Luka-luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
9. Rasa sakit
Yang disebut after pains (merica atau mules) disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu
dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
10. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari lovum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
a. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik, caseosa lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
d. Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiostosis
Lochea tidak lancar keluarnya
11. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan “kecil, setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui untuk 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
12. Ligamen-ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
6

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum ratundum menjadi kendor (Sinopsis
Obstetri, 1998).
2.1.1.4 Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi dini (early mobilization)
Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam PP
boleh segera miring ke kanan dan ke kiri setelah 2 jam melahirkan hari ke 2
duduk, ke 3 jalan-jalan. Keuntungan dari mobilisasi.
a. Melancarkan pengeluaran lochea. Mengurangi infeksi puerperium
b. Mempercepat involusi alat kandungan
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi Asi dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
bisa lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan Asi
sehingga kelancaran pengeluaran Asi lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran penderita
b. Keluhan yang terjadi setelah persalinan
4. Pemeriksaan Khusus
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : TFU, kontraksi uterus
c. Payudara : putting susu, pembengkakan atau stowing ASI pengeluaran
ASI
d. Pertun lochea : lochea rubra, lochea sanguilenta
e. Luka jahitan apisiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda
– tanda infeksi (kolor, dolor, fungsiolesa dan pernanahan)
5. Pemulangan parturien dan pengawasan ikatan
Parturien dengan persalinan berjalan lancar dan spontan dapat dipulangkan
setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan. Parturien dipulangkan
setelah 2-3 hari dirawat.
7

a. Nasehat yang perlu diberikan saat pemulangan:


1). Diet: makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori
2). Miksi: hendak-hendak dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila
kandungkemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
3). Defekasi: buang air harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan
4). Perawatan payudara: dimulai sejak hamil supaya putting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai perscapan menyusui bayinya.
5). Laktasi: bila bayi mulai disusui, isapan putting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise produksi Asi akan > banyak.
6). Kebersihan diri
7). Istirahat
8). Latihan
b. Nasihat untuk ibu postnatal:
1). Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
2). Sebaiknya bayi disusui 2 jam sekali
3). Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
4). Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan kb
5). Bawalah bayi anda kepusat layanan kesehatan untuk memperoleh
imunisasi
2.1.2 Konsep Dasar Pre Eklampsia Berat
2.1.2.1 Definisi Pre Eklampsia Berat
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan, 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
8

dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan
Patologi Kebidanan, 2009).
2.1.2.3 Dasar Diagnosis Pre Eklamsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat
sebagaimana tercantum dibawah ini. Preeklamsia digolongkan preeklamsia
berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen ( akibat
teregangnya kapsula Glisson)
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm³ atau penurunan trombosit
dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar ( kerusakan hepatoselular ): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l. Sindrom HELLP (Ilmu Kebidanan, 2009).
2.1.2.4 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang
menyertai penyakit ini yaitu :
a. Spasmus arteriola
b. Retensi Na dan air
9

c. Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer
penyakit ini, akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala
yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi, 1984). Teori yang dewasa ini
banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia plasenta.
Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak
faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor
yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang
akibat (Ilmu Kebidanan, 2005).

2.1.2.5 Patofisologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, 1998).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan
oleh vasospasme dan iskemia (Cunniangham, 2003). Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan
sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan
10

hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan


peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan
peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis
microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan
obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan
kematian janin dalam rahim (Michael, 2005).

2.1.2.6 Tanda dan gejala pre eklamsia berat :


Pre eklamsia disebut berat, bila :
1. Tekanan darah ibu / 110 mmHg
2. Oligovria, kurang dari 400 cc/24 jam
3. Protenuma lebih dark 3 gelas/liter
4. Nyeri epigastrum
5. Gangguan penglihatan
6. Nyeri kepala
7. Edema paru dan sianosis
8. Gangguan kesadaran

2.1.2.7 Manifestasi Klinis


Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu:
1. Oedema
2. Hipertensi
3. Proteinuria

Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu


beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15
mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan
diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai
sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l
11

dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau


2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter
atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

2.1.2.8 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas.
Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun
frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang
manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu
berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif,
memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang
baik.

2.1.2.9 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah
(untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh
darah retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di
dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen
Farier, 1999)Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan
pembesaran ventrikel dan kardiomegali.
12

2.1.2.10 Penatalaksanaan
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingiual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian secara oral.
1. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
2. Lain-lain:
1). Konsul bagian penyakit dalam / jantung atau mata
2). Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
atau xylomidon 2 cc IM.
3). Antibiotik diberikan atas indikasi (4) diberikan ampicilin 1 gr/6
jam /IV/hari.
3. Pemberian MgSO4:
Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc)
selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc laruitan MgSO4 (dalam
3-5 menit). Diikuti segera 4 gr dibokong kiri dan 4 gram dibokong
kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jaruim no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2 % yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6
jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM
setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
4. Syarat –syarat pemberian MgSO4:
1). Tersedia antidotumMgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
2). Reflek patella positif kuat
3). Frekuensi pernafasan lebih 16 kali per menit
4). Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBb/jam)
13

5. MgSO4 dihentikan bila


1). Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernafasan karena ada serum 10 U magnesium
pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi
kelumpuhan otot-otot pernafasan dan lebih 15 mEq /liter terjadi
kematian jantung.
2). Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat:
- Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secatra
iv dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernafasan buatan

Anda mungkin juga menyukai