Anda di halaman 1dari 9

Makalah Singkat

AMP (ASPHALT MIXING PLAN)

Dosen Pengampu : Danny Setiawan, S.T., M.Sc.Sc.

RIDWAN ABADI AKBAR


516 0811 332

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah singkat ini.
Penulisan makalah singkat ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pelaksanaan Perkerasan Jalan Raya pada Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak bantuan telah penulis terima dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan penyusunan makalah singkat ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
b. Bapak Algast Aryad Masagala , S.T., M.Eng. Selaku Dosen Wali
c. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
d. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
kerja praktik ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Yogyakarta,10 Februari 2019

Ridwan Abadi Akbar

5160811332
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asphalt Mixing Plant adalah suatu unit mesin atau peralatan yang
digunakan untuk memproduksi material campuran antara aspal dengan
material agregat batu.

Proyek-proyek pembangunan jalan tol perkerasan lentur maupun pelapisan


ulang (overlay), umumnya mensyaratkan kontraktor untuk menggunakan asphalt
mixing plant untuk produksi material lapis perkerasan seperti asphalt dengan
beton.Penggunaan asphalt mixing plant dimaksudkan untuk memproduksi material
campuran perekerasan lentur dengan jumlah yang besar dengan mutu dan
keseragaman campuran tetap terjamin (homogen).

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa itu AMP (Asphalt Mixing Plant)?
2.Apa saja yang termasuk Peralatan AMP?
3.Apa fungsi dari masing masing alat Tersebut?
4.Bagaimana prosedur pelaksanaan alat AMP tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Memberi gambaran tentang alat AMP serta bagian-bagiannya dan fungsinya
di lapangan.
2. Dapat mengetahui jenis – jenis AMP.
3. Mengetahui fungsi dari masing-masing alat AMP di lapangan.
4. Mengetahui tahapan – tahapan prosedur pelaksanaan dalam AMP.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan
akademik (teoritis) untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
AMP secara kompleks seperti jenis-jenis alat AMP, fungsinya, dasar
pengoperasianya, tahapan prosedurnya seperti apa saja yang dilakukan untuk
membuat campuran yang baik, dan Asphalt MixingPlant (AMP) dapat
digunakan seoptimal mungkin sesuai spesifikasi yang diinginkan di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian AMP


AMP Merupakan sebuah mesin produksi aspal beton (hot mix) yang terdiri
dari rangkaian komponen alat-alat/mesin untuk memproses material batuan
(aggregate) pasir dan asphalt menjadi produk hot mix yang bervariasi jenisnya,
sesuai job mix, dengan desain sesuai kebutuhan dari jenis pekerjaan pengerasan
jalan.
Pada proses mixing agregat berupa pasir, batu setelah melalui proses
pemanasan dan penimbangan dengan campuran tertentu, untuk kemudian di
campur aspal sampai dihasilkan hot mix atau aspal beton yang siap di muat ke
dalam dump truck, untuk selanjutnya dikirim ke lapangan.

2.2 Jenis Jenis AMP


Jenis AMP dapat dibedakan menjadi 2 yang ditinjau berdasarkan
mobilitas dan jenis produksinya.
Dilihat dari mobilitasnya, pada umumnya Asphalt Mixing Plant (AMP) dibagi
menjadi dua tipe yaitu :
(1) AMP yang permanen, dengan beberapa jenis cara produksinya.
(2) AMP yang portable (mudah dipindah-pindah) dan dapat
dipasang di dekat lokasi proyek untuk menghasilkan campuran
aspal.
Jika dilihat dari jenis produksinya maka secara umum AMP terbagi menjadi tiga
tipe yaitu :
(1) AMP tipe batch (timbangan).
(2) AMP tipe menerus (continous)
(3) AMP tipe drum-mix.
Sumber : Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant)
No.032/TBM/1996
2.3 Bagian-bagian utama AMP tipe Batch dan Continous
Bagian-bagian komponen dan pengoperasian dan AMP tipe batch dan tipe
continous secara garis besar hampir sama yaitu terdiri dari :

1. Sistem Pemasok Agregat Dingin (Cold Aggregate Feeder)

Sistem pemasok agregat dingin umumnya digunakan pada unit produksi yang
mudah dipindah-pindah dan dipasang pada empat atau lebih bin (penampung
material), bukaan atau pintu yang dapat disetel, reciprocating feeder dan atau
menggunakan ban pengangkut (conyeyer belt) feeder, dan material dingin pada ban
pengangkut tersebut akan diteruskan oleh sistem pengangkut (dryer elevator)
menuju pengering. Pada jenis lain dipasang bin yang terpisah, bukaan yang dapat
diatur, dan sistem ban berjalan. Bukaan pada system pemasok harus dapat diatur
sehingga didapat agregat dengan kuantitas dan ukuran yang tepat agar sesuai
dengan job-mix formula yang diminta.

2. Pengering (Dryer)

Dari pemasok dingin maka campuran agregat diangkat ke dalam pengering


untuk dipanaskan dan dikeringkan pada temperatur dan kelembaban yang diminta.
Komponen yang terdapat pada sistem pengering adalah :

- Silinder berputar (pengering) yang umumnya berdiameter 91 sampai dengan 305


cm dan mempunyai panjang dari 610 sampai dengan 1.219 cm.

- Ketel pengering (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk penyalaan.

-Kipas (fan) sebagai bagian dari sistem pengumpul debu, tapi fungsii utamanya
adalah untuk memberikan udara atau oksigen untuk pembakaran dalam drum.

3. Pengumpul Debu (Dust Collector)

Alat pengumpul debu berfungsi sebagai alat kontrol polusi udara. Gas buang
didorong oleh kipas dari sistem pengering dan akibat adanya kecepatan dari gas
buang maka terbawa pula partikel debu dari sistem pengering yang selanjutnya
dibawa ke pengumpul debu. Muatan udara yang berisi partikel debu, asap, dan gas
harus direduksi atau dikontrol sampai ambang batas yang telah ditentukan oleh
peraturan-peraturan mengenai dampak Iingkungan untuk mencegah polusi pada
atmosfir.

4. Unit Ayakan (Screening Unit)

Pada unit ayakan AMP tipe batch dan continous, agregat panas yang dibawa
oleh bucket elevator dikirim ke unit ayakan untuk selanjutnya disaring dan
dipisahkan ke dalam ukuran-ukuran yang diminta dan sisa berbagai ukuran tersebut
dikirim ke dalam bin penampung agregat bergradasi. Kebanyakan AMP memakai
ayakan tipe datar dengan sistem penggetar, yang biasanya terdiri dan empat dek.
Ukuran dari ayakan pada tiap dek tergantung dari agregat yang ingin dihasilkan.
Bagian atas dan dek ditutup oleh ayakan 'scalping" yang akan menggerakkan
material oversize dan mengurangi material tersebut ke dalam pintu pembuang. Unit
ayakan harus dibersihkan tiap hari dan dicek dan kemungkinan rusak atau robek,
Jika terjadi kerusakan maka ayakan tersebut harus diganti.

5. Bin Agregat Bergradasi (Graded Aggregate Bins)

AMP tipe batch dan tipe continous harus memiliki beberapa bin agregat
sesuaidengan spesifikasi yang diminta. Bin tersebut harus bersih dan menampung
agregat dalam berbagai ukuran fraksi untuk tipe campuran aspal yang akan
dihasilkan. Pada AMP tipe continous bukaan harus dapat disetel dan dikunci di
tempat untuk membenkan distribusi material yang menerus dan aliran yang sama
dari tiap bin ke dalam pencampur pugmill.

6. Timbangan (Scales)

Pada AMP tipe batch terdapat tiga macam timbangan yaitu timbangan
agregat, timbangan bahan halus (filler), dan timbangan aspal. Pada AMP tipe batch,
timbangan untuk agregat dikunci langsung di bawah bin agregat bergradasi. Berat
dad hopper diteruskan atau ditransmisikan oleh mekanisme timbangan yang
biasanya dipasang skala penunjuk tanpa pegas sehingga berat agregat dari tiap bin
dan jumlahnya dalam tiap batch dapat dibaca dan dicatat.

7. Pintu Pengatur Bin Agregat Bergradasi (Graded Aggregate Bin Control


Gates)

Fungsi pintu pengatur (bukaan) bin agregat dingin pada AMP tipe continous
dan batch secara umum adalah sama. Pada AMP tipe continous, proporsi dari
ukuran agregat yang terpisah diatur oleh bukaan pada sistem pemasok (feeder) yang
dapat disetel sehingga deposit agregat dapat secara langsung dialirkan ke dalam
pugmill, sedangkan aspal dialirkan ke dalam pugmill dengan menggunakan pompa
meter yang telah dikalibrasi. Sebelum proses produksi dimulai maka harus
dilaksanakan kalibrasi terhadap aliran agregat dari tiap bukaan sistem pemasok.
Kontraktor harus mempunyai operating instruction manual" dari pabrik
pembuatnya yang dapat memberikan petunjuk mengenai kecepatan operasi dari
feeder, kapasitas alir dari pompa aspal.

8. Unit Pengontrol Aspal (Asphalt Cement Control Unit)

Untuk mendapatkan jumlah yang tepat dari aspal dalam campuran dengan
toleransi yang telah ditentukan dalam spesifikasi digunakan timbangan atau
meteran. Untuk itu jumlah aliran atau debit dan aspal yang diberikan pada
pencampur harus selalu diamati.
9. Pugmill

Setelah ditimbang, maka agregat dan aspal dicampur di dalam pencampur


pugmill. Pencampur pugmill adalah suatu corong kembar pencampur yang didesain
untuk mencampur material dengan sebaik-baiknya dan menyelimutkan agregat
dengan aspal. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mendapatkan
penyelimutan agregat yang seragam pada semua butir agregat. Pencampur pugmill
terdiri dari suatu ruang (chamber) dan poros kembar (twin shaft) untuk mencampur,
corong dengan rotasi (counter rotating shafts) dengan kayuh atau pedal (paddles)
pada ujung setiap tangkai pedal, dan batang penyemprot aspal. Pedal dibentuk
untuk menghasilkan efisiensi maksimum dalam pencampuran dan harus dalam
posisi yang sedemikian rupa agar supaya ruang bebas (clearance) antara ujung (tip)
pedal dan dinding ruang pencampuran kurang dari 1,5 kali ukuran maksinum
agregat, karena kalau tidak, daerah sumbatan dapat bertambah sehingga material
tidak tercampur dan terselimuti oleh aspal secara merata.

10. Bin Penampung (Storage Bins)

Campuran aspal panas biasanya disimpan dalam bin penampung yang


didesain untuk maksud tersebut. Tiap bin penampung harus dicek untuk
menentukan penerimaan pada waktu tampung spesifik (specific holding times).
Penerimaan berdasarkan kemampuan bin penampung untuk menahan dan
mengeluarkan campuran dengan spesifikasi kriteria kualitas yang telah ditentukan
dalam job-mix formula, dan bebas dari segregasi. Penyaluran ke dalam bin
penampung sebaiknya tidak langsung tapi melalui sebuah timbangan pengatur.

2.4 Bagian Utama AMP Tipe Drum – Mix

Pada AMP jenis ini pengeringan dan pencampuran dilakukan di sistem


pengering, AMP jenis ini sangat rendah biaya produksinya untuk suatu campuran
aspal. Komponen utama yang sering digunakan adalah beberapa sistem pemasok
bin dingin, sistem penimbang agregat, ban berjalan untuk memasok agregat ke
dalam drum pencampur, drum pencampur, sistem penampung asphalt concrete, dan
sistem pengumpul debu. Bagian dalam dan drum pencampur dibagi menjadi dua
bagian. Di dalam drum agregat mengalami pemanasan dan dikeringkan, konveksi
panas dan sebagian butir agregat mengalami kontak satu dengan yang lainnya.
Potongan metal (flights) khusus di dalam drum menggerakkan agregat untuk
mencegah dan kemungkinan terbakar. Pemindahan panas di dalam drum
menggunakan kaidah konveksi dan konduksi.

Sumber : Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant)


No.032/TBM/1996
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

AMP Merupakan sebuah mesin produksi aspal beton (hot mix) yang terdiri
dari rangkaian komponen alat-alat/mesin untuk memproses material batuan
(aggregate) pasir dan asphalt menjadi produk hot mix yang bervariasi jenisnya,
sesuai job mix, dengan desain sesuai kebutuhan dari jenis pekerjaan pengerasan
jalan. Dan AMP ini dibagi menjadi 2 jenis yang dibedakan berdasarkan
mobilitas dan produk yang dihasilkan dan dimana sebenarnya kedua hal terebut
untuk fungsi alatnya tidak berbeda jauh.
Dari bab 2 yang dipaparkan dapat dirigkas fungsi dan pengertian dari alat
alat AMP tersebut dengan skema / bagan berdasarkan jenis,fungsi dan bagian
bagianya sebagai berikut.

1. Persiapan Bahan Baku 2. Bahan Baku Aspal 3. Pencampuran

4. Bin dingin 5. Pengeringan Agregat 6. Pengumpul Debu

7. Pemisahan Agregat 8. Pemanasan 9.Penimbangan

10. Pemanasan Aspal Padat 11. Proses Akhir Mixer

Anda mungkin juga menyukai