A. Definisi Return
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya. Return menurut Jogiyanto (2003; 109) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Return Realisasi (Realized Return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang.
2. Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield
dan capital gain/loss (Tandellin, 2010:102). Yield merupakan return yang
mencerminkan aliran kas yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi. Jika kita
berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari
bunga obligasi. Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan
oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) merupakan
kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian) bagi investor.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa menghitung return total. Perlu
diketahui bahwa yield hanya akan berupa angka nol (0) dan postif (+), sedangkan
capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-), nol (0) dan positif (+) secara
matematis return total suatu investasi bisa dituliskan:
Return total = yield + capital gain (loss)
Contoh perhitungan Return
Informasi mengenai return lebih sering dinyatakan dalam persentase daripada
dalam unit mata uang rupiah.
Contoh:
Penjelasan Kasus 2
(Rp)
Harga penutupan per lembar saham, 1 Januari 2005 1.000
Dividen selama 2005 50
Harga penutupan per lembar saham, 31 Desember 2005 900
Perhitungan
Menghitung dividend yield
Dividend yield = D1
PX-1
= Rp50 / Rp1.000 = 0,05 = 5%
B. Definisi Risiko
Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak menguntungkan akan
terjadi di masa mendatang.Risiko juga merupakan kemungkinan perbedaan antara
return yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko yang timbul dalam
financial assets, berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini:
1. Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond (surat
berharga pemerintah jangka pendek) seharga Rp. 100.000.000,- dengan tingkat
bunga/coupon rate sebesar 15,5% setahun dan jangka waktunya 5 tahun. Dalam
contoh kasus ini, pendapatan yang akan diperoleh oleh investor darishort-term
bond tersebut dapat diperkirakan dengan pasti, dan investor semacam ini bisa
digolongkan dalam apa yang disebut risk-free.
2. Andaikata uang sebesar Rp. 100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam
bentuksaham dari suatu perusahaan, maka hasil dari investasi ini tidak bisa
diramalkan dengan pasti. Karena rate of returnakan bervariasi dan sangat besar
kemungkinannyauntuk memperoleh kerugian. Maka saham bisa dikatakan secara
relatif mengandung risiko yang lebih tinggi atau bisa dikatakan risky.
Dengan demikian pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan
mempunyai dampak yang berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada
situasi pengambilan keputusan di bidang investasi. Maka didalam rangka proses
pengambilan keputusan, sebaiknya kita buat banyak kemungkinan-kemungkinan
alternatif yang akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih alternatif
yang paling menguntungkan.
C. Analisis Risiko
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan risiko sebagai
akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio. Rumus untuk menghitung varians
portofolio bisa dituliskan sebagai berikut:
Contoh: Misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Jika kita memasukkan 100 saham
dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio akan berkurang dari 0,20
menjadi 0,02.
Perhitungan statistik di atas membuktikan bahwa semakin banyak jenis saham yang
dimasukkan dalam portofolio akan menyebabkan semakin berkurangnya risiko portofolio.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam
portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Meskipun demikian, manfaat
pengurangan risiko portofolio akan semakin menurun sampai pada jumlah tertentu, dan
setelah itu tambahan sekuritas tidak akan mengurangi risiko portofolio.
Beberapa hasil studi empiris tentang jumlah saham dalam portofolio yang bisa
mengurangi risiko, menghasilkan rekomendasi bahwa untuk mengurangi risiko portofolio
diperlukan sedikitnya antara 10-20 jenis saham. Penilitian yang sama juga pernah
dilakukan Tandelilin (1998) di pasar modal Indonesia dan Filipina. Penelitian tersebut
menghasilkan rekomendasi bahwa untuk meminimalkan risiko sedikitnya diperlukan 14
saham untuk pasar modal Filipina dan 15 saham untuk pasar modal Indonesia.
D. Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah
asset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi
besaran return yang diharapkan. Permasalahan diversifikasi adalah penentuan atau
pemilihan sejumlah aset-aset spesifik tertentu dan penentuan proporsi dana yangakan
diinvestasikan untuk masing-masing asset tersebut dalam portofolio.
G. Teori Portofolio
Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz.
Dasar pemikiran dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not
put all eggs in one basket” (janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang),
karena jika keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut
akan pecah. Begitu pula dengan investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh
dana dalam satu bentuk investasi, karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh
dana yang tertanam kemungkinan tidak akan kembali. Teori portofolio yang
diperkenalkan oleh Markowitz (yang di kalangan ahli manajemen keuangan disebut
sebagai the father of modern portfolio theory) ini telah mengajarkan konsep diversifikasi
portofolio secara kuantitatif.
Portofolio diartikan sebagai serangkaian investasi sekuritas yang diinvestasikan dan
dipegang oleh investor, baik individu maupun entitas. Kombinasi aktiva/asset tersebut
bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya. Biasanya seorang investor
dalam melakukan investasi tidak hanya memilih satu saham saja, tetapi melakukan
kombinasi. Alasannya dengan melakukan kombinasi saham, investor bisa meraih return
yang optimal dan sekaligus bisa memperkecil risiko melalui diversifikasi.Dengan kata
lain, jika seorang investor mengumpulkan beberapa sekuritas yang akan digunakan untuk
investasi, artinya investor telah membentuk suatu portofolio saham, tujuannya adalah
untuk melakukan diversifikasi dalam investasi, yang dapat memperkecil risiko yang
dihadapi investor bila dibandingkan dengan melakukan investasi pada saham individu.
Meskipun demikian memilih portofolio yang optimal bukanlah hal yang mudah.
Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara
mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang
memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian
atau risiko dapat dikurangi.
Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang
menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data
tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi
positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.
Sedangkan koefisien korelasi merupakan ukuran dari tingkat korelasi, yaitu:
a. Korelasi positif sempurna (koefisien korelasi +1)
b. Tidak ada korelasi (koefisien korelasi 0)
c. Korelasi negatif sempurna (koefisien korelasi -1)
Investasi / aktiva yang tidak berkorelasi artinya tidak ada interaksi di antara
pengembaliannya (returnnya). Mengkombinasikan aktiva yang tidak berkorelasi dapat
mengurangi risiko meskipun tidak seefektif seperti aktiva yang memiliki korelasi
negatif. Kombinasi aktiva yang tidak berkorelasi dapat mengurangi risiko daripada
mengkombinasikan aktiva yang berkorelasi positif.