Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Kesejahteraan merupakan kondisi yang sangat di inginkan oleh seluruh


manusia. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkannya,
karena didalamnya terkandung makna segala kenikmatan hidup seperti
halnya kebahagiaan, ketentraman, kemakmuran, serta keadilan. Oleh
karenanya tidak diherankan lagi banyak manusia yang bekerja keras untuk
mencari petunjuk yang paling tepat untuk mencapai kondisi tersebut.
Adapun tujuan dari suatu sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh
bagaimana ia memandang pada dunia.

Pandangan Ibnu Taimiyah berkenaan masalah ekonomi sangat jelas.


Seluruh kegiatan ekonomi dibolehkan kecuali apa yang secara tegas
dilarang oleh syariat islam. Dalam batasan larangan syariat itu, tentunya
semua orang telah mengetahui hal tersebut.

B. RumusanMasalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas masalah yang
dapat dirumuskan, sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi dari Ibnu Taimiyah?
2. Bagaimana mekanisme pasar dan mekanisme harga?
3. Bagaimana peranan pemerintah dalam kebijakan ekonomi?
C. TujuanPenulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, penulisan
makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahuibiografi Ibnu Taimiyah.


2. Mengetahuimekanisme pasar dan mekanisme harga pada zaman Ibnu
Taimiyah.
3. Mengetahui peranan pemerintah dalam kebijakan ekonomi.

1
D. MetodePenulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini melalui kajian pustaka.


Adapun kajian pustakanya meliputi beberapa buku dan jurnal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah yang bernama lengkap Taqiyudin Ahmad bin Abdul Halim
lahir dikota Harran Januari 1263 M. Ia berasal dari keluarga berpendidikan
tinggi. Ayah, paman dan kakeknya merupakan ulama besar Mazhab Hanbali
dan penulis sebuah buku.

Saat berusia 17 tahun Ibnu Taimiyah telah diberi kepercayaan oleh


gurunya, Syamsuddin Al-Maqdisi, untuk mengeluarkan fatwa. Pada saat yang
bersamaan , ia juga memulai kiprahnya sebagai seorang guru. Kedalaman
ilmunya memperoleh penghargaan dari pemerintah pada saat itu dengan
menawarinya jabatan kepala kantor pengadilan. Namun, karena hati nuraninya
tidak mampu memenuhi berbagai batasan yang ditentukan penguasa, ia
menolak tawaran tersebut.1

Dalam kehidupan politiknya, ia pernah empat kali dipenjara, dikarenakan


fatwa-fatwanya yang selalu bertentangan dengan penguasa saatitu. Saat
dipenjara ia menghaiskan seluruh waktunya untuk mengajar dan menulis. Ia
menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 26 September 1328 M.

Dalam pemikiran ekonominya, Ibnu Taimiyah telah membahas betapa


pentingnya suatu persaingan dalam pasar yang bebas (free market), peranan
market supervisor, dan lingkup dari peranan negara. Negara harus
mengimplementasikan aturan main yang islami sehingga produsen, pedagang,
dan para agen ekonomi lain dapat melakukan transaksi secara jujur dan fair.
Negara juga harus menjamin pasar berjalan secara bebas dan terhindar dari
praktik pemaksaan, manipulasi dan eksploitasi yang memanfaatkan kelemahan

1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam(Depok:PT. Raja Grafindo Persada,
2017) hlm, 303.

3
pasar sehingga persaingan dapat berjalan dengan sehat, selain itu negara
bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan dasar dari masyarakat.

Banyak aspek mikro ekonomi yang dikaji oleh Ibnu Taimiyah, misalnya
beban pajak tidak langsung (incidence of indirect taxes), yang dapat
digeserkan oleh penjual (yang seharusnya membayar pajak). Kepada pembeli
dalam bentuk harga beli yang lebih tinggi.2

B. Mekanisme Pasar dan Mekanisme Harga


1. Mekanisme Pasar

Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan


dan penawaran. Adapun mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat
harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Ibnu Taimiyah
mengemukakan pandangannya tentang pasar bebas, dimana harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Ia
mengemukakan: ”Naik turunnya harga tak selalu dikaitkan dengan kedzaliman
yang dilakukan seseorang. Sesekali alasannya adalah adanya kekurangan
dalam produksi atau pemurunan impor dari barang-barang yang diminta jadi,
jika membutuhkan peningkatan jumlah barang, sementara kemampuannya
menurun, harga dengan sendirinya akan naik. Disisi lain, jika kemampuan
penuediaan barang meningkat dan permintaannya menurun, harga akan turun.
Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan leh perbuataan seseorang.
Bisa saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan ketidakadilan. Atau
sesekali, bisa juga disebabkan oleh ketidakadilan. Maha besar Allah, yang
menciptakan kemauan pada hati manusia”.

Dari pernyataan diatas, tampak pada masa Ibnu Taimiyah kenaikan harga
dianggap sebagai akibat dari kezaliman para pedagang. Menurutnya,
pandangan tersebut tidak selalu benar. Ia menguraikan secara lebih jauh
berbagai alasan ekonomi terhadap naik turunnya harga-harga serta pernanan
kekuatan pasar dalam hal ini. Untuk menggambarkan permintaan terhadap
barang tertentu, ia mengungkapkan istilah raghbah fi asy-syai yang berarti
hasrat terhadap sesuatu, yaitu barang. Hasrat merupakan salah satu faktor
terpenting dalam permintaan. Faktor lainnya adalah pendapatan yang tidak
disebutkan oleh Ibnu Taimiyah.

2
Sukarno Wibowo, Dedi Supriadi. Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.155

4
Perubahan dalan supply digambarkannya sebagai kenaikan atau penurunan
dalam persediaan barang-barang, yang disebabkan oleh dua faktor yaitu
produksi lokal dan impor. Pernyataan ini menunjuk pada fungsi penawaran
dan permintaan, yaitu ketika terjadi peningkatan permintaan pada harga yang
sama dan penurunan persediaan pada harga yang sama atau sebaliknya,
penurunan permintaan pada harga yang sama dan pertambahan persediaan
pada harga yang sama. Apabila terjadi penurunan persediaan yang disertai
kenaikan permintaan, harga-harga dipastikan akan mengalami kenaikan,
begitu pula sebliknya.

Ibnu Taimiyah mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi


fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga:

1. Kebutuhan anusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain.kebutuhan


tersebut berbeda-beda tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan dari
barang-barang yang dibutuhkannya itu. Suatu barang akan lebih
dibutuhkan pada saat terjadinya kelangkaan ketimbang pada saat
melimpahnya persediaan.
2. Harga sebuah barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orang-
orang yang melakukan permintaan. Jika jumlah manusia yang melakukan
kebutuhan sangat banyak maka harga pun akan bergerak naik terutama
jika barang hanya sedikit.
3. Harga barang juga dipengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan
terhadap barang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan
kuat, maka hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling
maksimal, ketimbang jika kebutuhan itu kecil dan lemah.
4. Harga barang berfluktuasi juga tergantung pada siapa yang melakukan
transaksi pertukaran barang itu. Jika ia adalah seorang yang kaya dan
terpercaya dalam hal membayar hutang, harga yang murah niscaya akan
diterima.
5. Harga barang juga dapat dipengaruhi oleh alat pembayaran yang
digunakan dalam jual beli, jika yang digunakan umum dipakai, harga akan
lebih rendah ketimbang jika membayar dengan uang yang jarang ada
diperedaran.

5
6. Tujuan dari kontrak akad yang timbal balik kepemilikan oleh kedua belah
pihak yang melakukan transaksi, jika pembayar mampu melakukan
pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, maka tujuan transaksi
tersebut mampu diwujudkan.
7. Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang menjamin atau menyewa.

Keterangan diatas menunjukan betapa Ibnu Taimiyah menghargai


mekanisme harga. Oleh seba itu, Ibnu Taimiyah sangat setuju apabila
pemerintah tidak mengintervensi harga selama mekanisme pasar itu terjadi
diamana kurva supply dan demand bertemu tanpa ada campur tangan (ikhtiar).

2. MekanismeHarga

Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik
menarik antara konsumen dan produsen baik dari pasar Output (barang)
ataupun Input (faktor-faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai
sejumlah uang yang menyatukan nilai tukar suatu unit benda tertentu.

Harga yang adil menurut ibnu taimiyah adalah: “Nilai harga dimana
orang-orang yang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal
yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis
lainnya ditempat dn waktu tertentu”. Ada dua terminologi yang seringkali
dikemukakan dalam pembahasan Ibnu Taimiyah tentang masalah harga,
yakni kompensasi yang setara/adil (‘iwad al-Mitsl) dan harga yang setara/adil
(Tsaman al-Mitsl). Dia berkata: “kompensasi yang setara akan diukur dan
ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi dari keadilan (Nafs al’Adl).

Konsep Ibnu Taimiyah tentang kompensasi yang adil dan harga yang adil,
memiliki dasar pengertian yang berbeda. Permasalahan tentang kompensasi
yang adil muncul ketika membongkar masalah moral atau kewajiban hukum
(berkaitan dengan kepemilikan barang). Adapun prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan kasus-kasus berikut:

6
1. Ketika seseorang bertanggung jawab menyebabkan rusaknya orang
lain(nufus), hak milik (amwal), keperawatan dan keuntungan (manafi’).
2. Ketika seseorang mempunyai kewajiban membayar kembali barang atau
profit yang sementara atau membayar ganti rugi atas terlukanya salah satu
bagiannya.
3. Ketika seseorang dinyatakan telah membuat kontrak tidak sah (al-uqud
alfasidah) ataupun kontrak yang sah ( al-uqud alshalihah) pada oeristiwa
yang menyimpang (arsh) dalam kehidupan maupun hak milik.

Kasus-kasus ini tidak merupakan kasus nilai tukar, tetapi sebagai


kompensasi atau pelaksanaan sebuah kewajiban. Dlam mendefinisikan
kompensasi yang setara, Ibnu Taimiyah berkata: “yang dimaksud dengan
kesetaraan adalah kuantitas dari objek khusus dalam penggunaan secara
umum (‘urf) dan berkaitan dnegan nilai dasar (rate/si’r) serta kebiasaan”.

Tentang kompensasi yang setara dan harga yang setara, ia menguraikan


ada 2 macam jumlah kuantitas yang tercatat dalam kontrak. Pertama, jumlah
kuantitas yang sangat akrab di masyarakat, yang biasa mereka gunakan.
Kedua, jenis yang tak lazim (nadir), sebagai akibat dari meningkat atau
menurunnya kemauan (raghabah) atau faktor lainnya. Ini menyatakan harga
yang setara, agaknya menjadi jelas, bagi Ibnu Taimiyah kompensasi yang
setara itu relatif merupakan fenomina yang lebih bertahan lama akibat
terbentuknya kebiasaan. Sedangkan harga yang setara itu bervariasi,
dipengaruhi oleh pertimbangan kekuatan penawaran dan permintaan.

Perbuatan monopoli terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi hal


yang ditentang oleh Ibnu Taimiyah. Jika ada sekelompok masyarakat
melakukan monopoli, maka wajib bagi pemerintah untuk melakukan
pengaturan (regulasi) terhadap harga. Hal ini dilakukan untuk menerapkan
harga yang adil. Monopoli merupakan perbuatan yang tidak adil dan sangat
merugikan orang lain, perbuatan tersebut adalah zalim dan monopoli sama

7
saja dengan menzalimi orang yang membutuhkan barang-barang kebutuhan
yang dimonopoli.

Tujuan utama dari harga yang adil adalah memelihara keadilan dalam
mengadakan transaksi timbal balik dan hubungan-hubungan lain diantara
anggota masyarakat. Pada konsep harga yang adil pihak penjual dan pembeli
sama-sama merasakan keadilan.3

B. Peranan Pemerintah dalam Kebijakan Ekonomi

Seperti halnya para pemikir islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah


merupakan institusi yang sangat dibutuhkan begitupun dengan pemikiran Ibnu
Thaimiyah, ia memberi dua alasan dalam menetapkan negara dan
kepemimpinan negara seperti apa adanya. Penekanan dari pembahasanya
lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah pemerintah “ tujuan
terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya melaksanakan kebaikan
dan mencegah mereka berbuat munkar”.

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan tujuan yang sangat komprehensif.


Termasuk didalamnya mengajak manusia melakukan praktik-praktik sosial
dan ekonomi yang bermanfaat dan mencegah praktik sosial dan ekonomi yang
buruk. Adapun menurutnya fungsi ekonomi dari sebuah negara dan berbagai
kasus dimana negara berhak melakukan intervensi terhadap hak individual
untuk mendappatkaan manfaat yang lebih besar.

1. Menghilangkan kemiskinan

Dalam pandangan ibnu taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan


tidak tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi
sejumlah kewajibannya dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban sebuah
negara untuk membantu penduduk mencapai kondisi financial yang lebih
besar. Dalam daftar pengeluaran publik dan negara, ia menulis “merupakan
sebuah konsensus uum bahwa siapapun yang tak mampu memperoleh
penghasilan yang mencukupi harus dibantu dengan sejumlah uang, agar
mampu kebutuhannya sendiri.”

2. RegulasiHarga

3
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam(Depok: Gramata Publishing.2005)hlm,210-213.

8
Pemerintah menurut Ibnu Taimiyah memilki otoritas penuh untuk
menetapkan harga, manakala didapati ketidaksempurnaan pasar yang
mengganggu jalannya perekonomian negara. Seperti yang akan terlihat tujuan
dari regulasi harga adalah untuk menegakkan keadilan serta memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat.
Ibnu Taimiyah membedakan dua jenis penetapan harga, yakni penetapan
harga yang tidak adil dan cacat hukum serta penetapan yang adil dan sah
hukum. Penetapan hargaa yang tidak adil dan cacat hukum adalah penetapan
harga yang dilakukan pada saat kenaikan harga-harga terjadi akibat
persaingan pasar-pasar bebas, yakni kelangkaan supply atau kenaikan
demand.
Ibnu Taimiyah mengisyaratkan pandangannya yang jelas mengenai
kondisi kompetisi sempurna (perfect competition), khususnya ketika
membahas tentang fungsi pasar. Sebagai contoh ia menyatakan “ menaksa
masyarakan untuk menjual barang-barang dagangan tanpa ada dasar yang
mewajibkannya atau melarangya, mereka menjual barang-barang yang
diperbolehkan merupakan sebuah kezaliman yang diharamkan.” Dai
pernyataanya tersebut mengidintifikasikan bahwa masyarakat memilki
kebebasan sepenuhnya untuk masuk atau keluar pasar. Ibnu Taimiyah
mendukung peniadaan berbagai unsur monopolistik dari pasar dan oleh
karenanya menentang segala bentuk kolusi yang terjadi diantara sekelompok
pedagang dan pembeli atau pihak-pihak tertentu lainnya. Ia menekankan
perlunya pengetahuan tentang pasar dan barang-barang dagangan, seperti
halnya transaksi jual beli yang berganatung pada kesepakatan yanag
membutuhkan pengetahuan dan pemahaman.
Ketika dalam keadaan darurat seperti terjadi bencana kelaparan, ibnu
taimiyah merekomendasikan kepada pemerintah agar melakukan penetapan
harga serta memamksa para pedagang untuuk menjual barang-barang
kebutuhan dasar, seperti bahan makanan. Ia menyatakan “ inilah saatnya bagi
penguasa memaksa seseorang untuk menjual barang-barangnya pada harga
yang adil ketika masyarakat sangat membutuhkannya. Misalnya, ketika

9
memilki kelebihan bahan makanan sementara masyarakat menderita
kelaparan, pedagang akan dipaksa untuk menjual barangnya pada tingkat
yang adil.” Ia berpendapat bahwa memaksa sseseorang untuk menjual barang
dagangannya tanpa alasan yanag cukup merupakan hal yang dilarang, namun,
jika alasannya cukup, tindakan tersebut dapat dibenarkan.
Dalam melakukan penetapan harga, harus dibedakan antara para pedagang
lokal yang memilki persediaan barang dengan para importir. Dalam hal ini
para importir tidak boleh dikenakan kebijakan tersebut. Namun, mereka dapat
diminta untuk menjual barang dagangannya seperti halnya rekanan importir
mereka. Penetapan harga akan menimbulkan dampak yang merugikan
persediaan barang-barang impor mengingat penetapan harga tidak diperlukan
terhadap barang-barang yang tersedia di tempat itu, karena akan merugikan
para pembeli.4
3. Kebijakan moneter
Kontrol atas harga dan upah buruh, keduaya ditujukan untuk memelihara
keadilan dan kestabilan pasar. Negara bertanggung jawab untuk mengontrol
ekspansi mata uang dan mengawasi penurunan nilai uang, yang keduanya
dapat mengakibatkaan ketidakstabilan ekonomi. Negara harus sejauh
mungkin menghindari anggaran keuangan yang defisit dan ekspansi mata
uanag yang tak terbatas, sebab akan mengakibatkan timbulnya inflasi dan
ketidakpercayaan publik atas mamta uang yang bersangkutan.
Ibnu Taimiyah sangat jelas memegang pentingnya kebijakan moneter bagi
stabilitas eknomi. Uang harus dinilai sebagai pengukur harga dan alat
pertukaran. Setiap penilaian yang merusak fungsi-fungsi uang akan berakibat
buruk bagi perekonomian negara.
4. Perencanaan Ekonomi
Tak ada satu pemerintah pun yang menolak kebutuhan pengembangan
ekonomi secara menyeluruh. Sebagai salah satu cara yang efektif untuk
mencapainya adalah melalui perencanaan ekonomi. Salah satu pikiran penting

4
Adiwarman Azwar Karim, SejarahPemikiran Ekonomi Islam (Depok: Pt. Raja Grafindo.2017)
hlm,315.

10
adalah konsep ibnu taimiyah terhadap industri pertanian, pemintalan dan
sebagainya. Jika kegiatan suka rela gagal untuk memenuhi persediaan barang-
barang yang dibutuhkan penduduk maka negara harus mengambil alih tugas
tersebut untuk mengatur kebutuhan supply yang layak, yang hanya bisa
dilaksanakan jika negara menambah perhatian terhadap kegiatan ekonomi.
Demi merealisasikan tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan
ekonomi, suatu negara membutuhkan dibentuknya institusi yang gunanya
mengawasi lajunya pertumbuhan ekonomi negara tersebut, yang dikenal
sebagai institusi hibah. Ibnu Taimiyah mendefinisikan sebagai lembaga yang
berfungsi untuk memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah keburukan.5

5
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Depok: Gramata Publishing. 2005) hlm,220-223.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu Taimiyah yang bernama lengkap Taqiyudin Ahmad bin Abdul Halim
lahir dikota Harran Januari 1263 M. Ia berasal dari keluarga berpendidikan
tinggi. Ayah, paman dan kakeknya merupakan ulama besar Mazhab Hanbali
dan penulis sebuah buku.

Saat berusia 17 tahun Ibnu Taimiyah telah diberi kepercayaan oleh


gurunya, Syamsuddin Al-Maqdisi, untuk mengeluarkan fatwa. Pada saat yang
bersamaan , ia juga memulai kiprahnya sebagai seorang guru. Kedalaman
ilmunya memperoleh penghargaan dari pemerintah pada saat itu dengan
menawarinya jabatan kepala kantor pengadilan. Namun, karena hati nuraninya
tidak mampu memenuhi berbagai batasan yang ditentukan penguasa, ia
menolak tawaran tersebut.

Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan


dan penawaran. Adapun mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat
harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Ibnu Taimiyah
mengemukakan pandangannya tentang pasar bebas, dimana harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Mekanisme harga
adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara konsumen
dan produsen baik dari pasar Output (barang) ataupun Input (faktor-faktor
produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang yang menyatukan
nilai tukar suatu unit benda tertentu.

Seperti halnya para pemikir islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah


merupakan institusi yang sangat dibutuhkan begitupun dengan pemikiran Ibnu
Thaimiyah, ia memberi dua alasan dalam menetapkan negara dan
kepemimpinan negara seperti apa adanya. Penekanan dari pembahasanya
lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah pemerintah “ tujuan

12
terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya melaksanakan kebaikan
dan mencegah mereka berbuat munkar”. Amar ma’ruf nahi munkar
merupakan tujuan yang sangat komprehensif. Termasuk didalamnya mengajak
manusia melakukan praktik-praktik sosial dan ekonomi yang bermanfaat dan
mencegah praktik sosial dan ekonomi yang buruk.

B. Saran

Setelah kita mengetahui akan pemikiran ekonomi menurut ibnu taimiyah


maka oleh karenanya menurut ibnu taimiyah sendiri membolehkan transaksi
dalm bentuk bagaimanapun asal tidak keluar dari syariat islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata


Publishing.

Karim, Adiwaran Azwar. 2017. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok:


PT. Raja Grafindo.

Wibowo, Sukarno. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai