Anda di halaman 1dari 2

Ruang Lingkup Pembahasan

Telah banyak para tokoh yang memberikan pengertian mengenai semiotik, untuk itu dibutuhkan
pengetahuaan mengenai ruang lingkup pembahasaanya, agar dapat memahami pengertian semiotik itu
sendiri.

Menurut buku Prof. Kaelan, yang dikutip dari Sobur, Ruang lingkup semiotik dibagi atas tiga macam, yaitu

1. Semiotika murni (pure),

2. Semiotik deskriptif (deskriptive) dan

3. Semiotik terapan (applied).

Pure semiotic membahas tentang dasar filosofi semiotika, yaitu berkaitan dengan metabahasa, dalam
arti hakikat bahasa secara universal. Pembahasan tentang hakikat bahasa sebagaimana dikembangkan
oleh Saussur, bahwa bahasa adalah sebagai suatu sistem tanda, sedangkan bagi Peirce tentang hakikat
tanda dalam hubungannya dengan objek, ground serta penafsir.

Adapun deskriptive semiotic, adalah lingkup semiotika yang membahas tentang semiotika tertentu,
misalnya sistem tanda tertentu atau bahasa tertentu secara deskriptif. Sedangkan applied semiotic,
lingkup semiotika pada bidang atau konteks tertentu, misalnya dalam kaitannya dengan sistem tanda,
sosial, sastra, komunikasi, periklanan dan lain sebagainya.[7]

Sedangakan menurut sebuah situs internet Lingkup Semiotika yaitu, Jika berbicara ruang lingkup
semiotika, maka kita harus memahami dulu mengenai esensi dari pengertian semiotika diatas, dari
pengertiannya dapat disimpulkan bahwa semiotika itu merupakan sebuah alternative jitu dalam
penandaan sesuatu dengan tujuan agar terjadi komunikasi yang komunikatif. Jadi lingkup komunikasi itu
sangatlah luas. Semua yang berhubungan dengan ilmu penandaan sesuatu maka besar kemungkinan
tercakup semiotika didalamnya. Adapun utnuk lebih jelasnya contoh lingkup dari semiotika itu sendiri,
diantaranya

1. Semiotika dalam pendidikan

2. Semiotika dalam dunia arsitektur

3. Semiotika dalam dunia bisnis

4. Semiotika dalam dunia seni

5. Semiotika dalam teknologi

6. Semiotika dalam pemerintahan dan sebagainya.[8]

Walaupun ribuan tahun yang lalu para tokoh filsafat Yunani telah membahas tentang fungsi tanda, serta
di abad pertengahan pembahasan tentang penggunaan tanda juga telah disinggung oleh banyak filsuf,
meskipun kadang lebih menonjol tentang tanda bahasa, namun istilah semiotika sendiri baru digunakan
pada abad XVIII oleh Lambert seorang filsuf Jerman. Perkembangan berikutnya para tokoh filsafat bahasa
baru ramai membahas secara sistematis pada abad XX ini. Misalnya Peirce mengembangkan pemikiran
tentang semiotika pada tahun 1993, Roland Barthes membahasnya dalam buku yang berjudul Elements
de Semiologie (1953).

Berdasarkan pembahasan diatas sebenarnya perkembangan semiotik diilhami oleh dua orang tokoh
filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussarure dan Charles Sanders Peirce. Kedua filsuf tersebut memeng
hidup sezaman, namun dalam dalam pembahasannya tentang semiotik mendasarkan pada landasan
paradigmatik yang berbeda. Semiotika Peirce diwarnai oleh filsafat pragmatisme dan logika, sehingga
konsep sehingga konsep semiotikanya juga sangat dilandasi oleh dasar-dasar logika dan aspek pragmatis.
Ia merancang semiotika sebagai suatu teori yang baru sama sekali, dengan konsep-konsep yang baru dan
tipologi yang sangat rinci. Berbeda dengan Pierce, Saussure adalah seorang ahli linguistik, bahkan oleh
kalangan linguis dunia, ia dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Baginya bahasa adalah merupakan
suatu sistem tanda dan merancangkonsep yang sangat canggih tentang ilmu bahasa serta beserta aspek
terapannya. Oleh karena itu konsep Saussure tentang hakikat bahasa merupakan paradigma bagi sistem
linguistik modern. Saussure menyadari bahwa sistem tanda yang disebut bahasa hanyalah salah satu
diantara sistem tanda lainnya dalam kehidupan manusia. Dalam satu kalimat ia mengungkapkan
gagasan, bahwa pada suatu saat harus ada satu teori tentang tanda yang mencakup semua sistem itu,
dan ia mengusulkan dan menyebut teorinya denangan “Semiologi”.[9]

Anda mungkin juga menyukai