Anda di halaman 1dari 23

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA PEMISAHAN DAN PENGUKURAN

Oleh :
Dr. Wiji, MSi
Dr. Hernani, MSi
Dra. Soja Siti Fatimah, MSi
Dra. Zakiyah, MSi
Drs. Hokcu Suhanda, MSi

LKIUPI
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA, FPMIPA, UPI
2019

Page 1 of 23
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Alloh SWT, buku penuntun praktikum Kimia Pemisahan
dan Pengukuran ini dapat diselesaikan
Buku ini berisi tentang instruksi kerja, kewajiban mahasiswa, dan berbagai ketentuan-ketentuan selama
pelaksanaan praktikum. Instruksi kerja meliputi lima instrumen yaitu Spektrofotometer Uv/Vis,
Spektrofotometer IR, AAS, HPLC dan GC.
Penyusun menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu akan
senantiasa diperbaiki dari tahun ke tahun berdasarkan masukan ketika buku penuntun ini diaplikasikan.
Semoga bermanfaat

Page 2 of 23
DAFTAR ISI

Kata pengantar 2
Alur layanan praktikum 4
Alur pelaksanaan praktikum 5
Kewajiban mahasiswa praktikan 6
Ketentuan pembuatan jurnal 6
Ketentuan pelaksanaan pretes dan tes akhir praktikum 7
Ketentuan pembuatan laporan praktikum 7
Standar Penilaian Praktikum 8
Instruksi kerja Spektrofotometer UV/Vis 12
Instruksi kerja HPLC 15
Instruksi kerja GC 19
Instruksi kerja AAS 21

Page 3 of 23
ALUR LAYANAN PRAKTIKUM

Pelaksana Proses Dokumentasi

Mulai

Menyerahkan daftar MP kepada KLPr

Menyerahkan daftar Fasilitator kepada KLPr


KL CM-LKI-PR.01-

Membagi kelompok 01
KL
Menetapkan jadwal praktikum
CM-LKI-PR.01-
Menyusun penuntun praktikum 02
KLPr Melakukan ujicoba materi praktikum

Memberikan pengarahan pra praktikum kepada MP


KLPr CM-LKI-PR.01-
Membuat jurnal 03

Mengikuti pretes
KLPr , DP T CM-LKI-PR.02-
Lulus? 01
DP, OI Y
Melaksanakan praktikum

Mengikuti ujian akhir praktikum CM-LKI-PR.03-


KLPr Menetapkan nilai dan kelulusan MP 01

Mengevaluasi pelaksanaan layanan praktikum


MP CM-LKI-PR.03-
02
Selesai
MP

CM-LKI-PR.04-
DP 05

Page 4 of 23
CM-LKI-PR.01-
MP 04

MP CM-LKI-PR.04-
05
KLPr
KLPr, DP
CM-LKI-PR.01-
05

CM-LKI-PR.04-
05
CM-LKI-PR.01-
06
CM-LKI-PR.01-
07
CM-LKI-PR.01-
08
CM-LKI-PR.05-
01
CM-LKI-PR.05-
02
CM-LKI-PR.05-
03

Page 5 of 23
ALUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pelaksana Proses Dokumentasi

Mulai

Mengisi presensi kegiatan praktikum

Meminjam peralatan penunjang yang diperlukan


DP,OI/Lb, CM-LKI-PR.04-
MP Memberikan pengarahan awal praktikum 05

Menunjukkan cara mengoperasikan instrumen


MP, Lb CM-LKI-PR.04-
Melakukan preparasi sebelum pengukuran
01

Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja MP


DP
T
Sesuai?

OI Y
Melakukan analisis/pengukuran

MP Mencatat hasil pengukuran/ analisis

Mendiskusikan interpretasi hasil analisis instrumen

Mengembalikan peralatan penunjang yang telah digunakan


DP
Membuat analisis data dan kesimpulan CM-LKI-PR.04-
02
Membuat dan menyerahkan laporan akhir praktikum
DP
Menilai laporan akhir praktikum

Selesai

MP & OI

MP

MP, DP

Page 6 of 23
MP, Lb

MP
MP
CM-LKI-PR.04-
DP 03

CM-LKI-PR.04-
04

KEWAJIBAN MAHASISWA PRAKTIKAN

1. Menghadiri dan melaksanakan seluruh kegiatan praktikum (100%)


2. Menggunakan jas lab selama kegiatan praktikum di laboratorium
3. Membawa kertas milimeter block
4. Membawa kit praktikum yang terdiri dari lap, 5 pipet tetes, korek api, tissu gulung, sabun cuci,
sikat tabung, kertas label, gunting, dan botol vial

Page 7 of 23
5. Membuat jurnal sebelum melaksanakan praktikum
6. Mengikuti dan lulus pretes sebelum melaksanakan praktikum
7. Mengikuti seluruh tahapan kegiatan praktikum
8. Membuat laporan setelah melaksanakan praktikum
9. Mengikuti tes akhir praktikum

KETENTUAN PEMBUATAN JURNAL


1. Jurnal ditulis dalam buku berukuran A4
2. Jurnal sekurang-kurangnya berisi :
a. Tanggal praktikum
b. Judul praktikum
c. Tujuan praktikum
d. Prinsip dasar (termasuk skema dan fungsi setiap komponen instrument)
e. Alat dan bahan praktikum
f. Bagan alir prosedur kerja
g. Cara pembuatan larutan (termasuk perhitungan konsentrasinya)
h. Data pengamatan
i. Analisis
j. Kesimpulan
3. Jurnal harus dibawa ketika pretes dan praktikum

KETENTUAN PELAKSANAAN PRETES DAN TES AKHIR PRAKTIKUM


1. Pretes dilakukan secara lisan atau tertulis oleh dosen praktikum sesuai judul praktikum
2. Pretes dilaksanakan sebelum praktikum sesuai jadwal/perjanjian
3. Komponen-komponen pertanyaan pretes meliputi : prinsip kerja instrumen, komponen-komponen
instrumen dan fungsinya, serta ruang lingkup kegiatan praktikum
4. Tes akhir praktikum dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau tes keterampilan

Page 8 of 23
5. Tes akhir dilaksanakan setelah mahasiswa praktikan menyelesaikan praktikum dan telah
mengumpulkan laporan praktikum
6. Komponen-komponen pertanyaan tes akhir praktikum difokuskan kepada cara pengoperasoian alat,
preparasi sampel, penyiapan larutan standar dan interpretasi hasil pengukuran instrumen

KETENTUAN PEMBUATAN LAPORAN


1. Laporan dibuat oleh perorangan
2. Laporan dikumpulkan satu pekan setelah praktikum berakhir
3. Laporan diketik menggunakan kertas A4 dengan kover
4. Laporan berisi :
a. Tanggal praktikum
b. Judul praktikum
c. Tujuan praktikum
d. Tinjauan pustaka
e. Alat dan bahan praktikum
f. Prosedur kerja praktikum
g. Hasil dan analisis data
h. Kesimpulan
i. Daftar pustaka
j. Lampiran (cara pembuatan larutan, perhitungan, data pengamatan)
5. Laporan disusun dalam bentuk bundel seluruh kelompok, per judul praktikum dan diurutkan
berdasarkan tanggal praktikum
6. Apabila dalam satu judul praktikum, ditemukan 2 atau lebih laporan yang diduga “copy paste” maka
laporan-laporan tersebut tidak syah dan nilainya 0 (nol)

STANDAR PENILAIAN PRAKTIKUM


A. PRETES
Nilai Pretes maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian

Page 9 of 23
1 Menjelaskan prinsip kerja instrumen 30 %
2 Mengetahui komponen-komponen instrumen dan fungsinya 30 %
3 Menjelaskan ruang lingkup praktikum yang akan dilakukan 40 %

B. KINERJA
Nilai kinerja maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Menyiapkan alat dan bahan dengan benar 10 %
2 Melakukan preparasi larutan standar dengan benar 20 %
3 Mendapatkan hasil pengukuran yang baik 25 %
4 Melakukan pekerjaan secara berkelompok 10 %
5 Menginterpretasi hasil analisis dengan benar 25 %
6 Memperhatikan penanganan limbah dan lingkungan 10 %

C. LAPORAN
Nilai laporan maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
No Indikator Bobot Penilaian
1 Mencantumkan tanggal dan judul praktikum 5%
2 Menuliskan tinjauan pustaka yang meliputi prinsip dasar analis suatu 20 %
instrumen, gambar skema instrument dan fungsi setiap komponen-
komponen dari instrumen
3 Menuliskan alat praktikum dengan ukuran dan jumlah yang benar 10 %
4 Menuliskan prosedur kerja praktikum secara lengkap, jelas tahapan- 10 %
tahapannya dan sesuai dengan pekerjaan praktikum
5 Menuliskan hasil percobaan, analisis data dan kesimpulan sesuai tujuan 30 %
percobaan
6 Mengutip daftar pustaka yang relevan 10 %
7 Menuliskan lampiran yang terdiri dari cara pembuatan larutan, data 15 %
pengamatan, dan perhitungan yang diperlukan

D. UJIAN AKHIR
Nilai ujian akhir maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Page 10 of 23
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Menjelaskan cara preparasi sampel dan standar 35 %
2 Menjelaskan cara pengoperasian instrumen 30 %
3 Menafsirkan hasil pemisahan/pengukuran instrumen 35 %

E. NILAI AKHIR PRAKTIKUM

1. Kehadiran mahasiswa 100 % menjadi syarat mutlak kelulusan


2. Komponen penilaian terdiri dari :
a. Nilai pretes dan jurnal dengan bobot 10%
b. Nilai kinerja dengan bobot 30%
c. Nilai laporan dengan bobot 20%
d. Nilai tes akhir praktikum dengan bobot 40 %
3. Range nilai antara 0 sampai dengan 100
4. Mahasiswa dinyatakan lulus pretes apabila memiliki nilai diatas 50
5. Nilai mutu diberikan berdasarkan rentang nilai sebagai berikut :
a. Antara 0 sampai dengan 54 nilai mutu E
b. Antara 55 sampai dengan 59 nilai mutu D
c. Antara 60 sampai dengan 65 nilai mutu C
d. Antara 66 sampai dengan 70 nilai mutu C+
e. Antara 71 sampai dengan 75 nilai mutu B-
f. Antara 76 sampai dengan 80 nilai mutu B
g. Antara 81 sampai dengan 85 nilai mutu B+
h. Antara 86 sampai dengan 91 nilai mutu A-
i. Antara 92 sampai dengan 100 nilai mutu A
6. Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum apabila tidak mendapatkan nilai mutu E

Page 11 of 23
INSTRUKSI KERJA UV-VIS

1. Tujuan
Menentukan kadar besi dalam obat (sangobion) menggunakan spektrofotometer UV-Vis

2. Prinsi Dasar
Besi dalam Sangobion terkandung sebagai besi (II) glukonat C 12H24FeO14, Mr = 448,156 g/mol).
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi
(II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang
gelombang antara 500-530 nm. Intensitas sinar yang diserap larutan sampel akan berkorelasi
dengan kuantitas analit yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer (A =
εbc).

3. Alat dan Bahan


a. Alat
 Spektrofotometer  Corong pendek
 Labu takar 100 mL dan 25 mL  Pipet seukuran/buret mikro
 Gelas kimia  Pipet tetes
 Botol semprot  Batang pengaduk
 Spatula

b. Bahan
 Aquaregia (Campuran HClpekat : HNO3  Larutan 1,10 fenantrolin 0,1%
pekat = 3:1)  Larutan CH3COONa 5 %
 Garam (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O  Aquades Sampel obat yang
 Larutan Hidroksilamin HCl 5 % mengandung besi

4. Langkah kerja
a. Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 ppm
 Timbang ± 70 mg garam (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O, Mr = 392.13 g/mol
 Larutkan dalam labu takar 100 mL.

Page 12 of 23
 Tambahkan 5 mL asam sulfat 2 M untuk menghindari hidrolisis, kocok hingga larutan
jernih.
 Encerkan hingga tanda batas

b. Pembuatan larutan baku Fe(II) 10 ppm


 Pipet sebanyak 10 mL larutan baku 100 ppm
 Masukkan ke dalam labu 100 mL
 Encerkan hingga tanda batas

c. Preparasi larutan sampel dan pembuatan deret standar

Preparasi sampel :
 Timbang satu tablet/kapsul obat hingga sepuluh kapsul, rata-ratakan
 Timbang obat tanpa kapsul hingga sepuluh kapsul, rata-ratakan.
 Haluskan obat tersebut kemudian timbang + 100 mg.
 Larutkan dengan 3 mL air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1) sambil dipanaskan (lakukan di ruang
asam) sampai kisat.
 Jika sudah dingin, encerkan dengan akuades sedikit demi sedikit hingga semua bagian
padat larut. Pindahkan ke dalam labu takar 250 mL kemudian tanda bataskan.
 Pipet 2.0 mL larutan sampel di atas masukkan ke dalam labu ukur 25 mL, tambahkan 1
mL larutan hidroksilamin-HCl 5 %, 8 mL CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1%.
Tanda bataskan.

Pembuatan deret standar :


 Buatlah larutan deret standar Fe (II) 1; 1,5; 2, 2,5, dan 3 ppm dalam labu takar 25 mL.
 Sebelum ditandabataskan, tambahkan ke dalam masing-masing labu 1 mL larutan
hidroksilamin-HCl 5 %, 8 mL CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1%.
Catatan : Penyiapan larutan sampel dan standar dilakukan secara bersamaan. Diamkan
larutan deret standar maupun sampel selama 10 menit sebelum dilakukan pengukuran.

d. Penentuan panjang gelombang maksimum


 Dari larutan deret standar, gunakan salah satu larutan untuk menentukan panjang
gelombang optimum.

Page 13 of 23
 Pengukuran absorban larutan dilakukan pada rentang panjang gelombang 400-600 nm.
e. Pengukuran deret standar dan sampel
 Lakukan pengukuran serapan larutan deret standar dan sampel pada panjang gelomba
optimum.
 Buatlah kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi vs serapan deret standar.

f. Perhitungan hasil analisis


 Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis :
y = ax + b
dimana y adalah serapan dan x adalah konsentrasi.
 Tentukan konsentrasi besi dalam sampel berdasarkan kurva kalibrasi di atas.
 Hitung banyaknya besi dalam satu kapsul sampel obat (sangobion), bandingkan dengan
kemasan.

Page 14 of 23
INSTRUKSI KERJA HPLC

1. Tujuan
b. Mahasiswa memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.
c. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat , serta dapat mengikuti manual
pengoperasian HPLC.
d. Mahasiswa dapat menentukan/menghitung kadar zat aditif dalam sampel minuman.

1. Prinsip Dasar
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk
keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan
pada pengukuran luas area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas area standar.
Pada prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang
akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan
menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Terdapat berbagai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan minuman diantaranya :
natrium benzoat, vitamin C,dan kafein untuk masing-maing tujuan tertentu. Ketiga zat aditif tersebut
merupakan senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda, dan memiliki gugus kromofor yang
menyebabkan senyawa tersebut dapat menyerap sinar UV. Berdasarkan karaktersitik senyawa ini
memungkinkan dilakukannya analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18
dan fasa gerak polar.

2. Alat dan Bahan


a. Alat
 Perangkat HPLC
 Spatula
 Labu ukur 50 mL dan 10 mL (6 buah)
 Neraca analitik terkalibrasi
 Corong pendek
 Pipet tetes
 Gelas kimia 20 mL
 Gelas ukur 500 mL
 Ultrasonic vibrator
Page 15 of 23
 Pipet seukuran (1,2,3,4, dan 5 mL)
 kertas saring whattman
 membrane PTFE dan selulosa nitrat

b. Bahan
 Natrium benzoat p.a 20 mg
 Vitamin C standar 20 mg
 Kafein 20 mg
 Metanol for HPLC
 Sampel minuman yang mengandung vit. C
 Kalium dihidhirogenfosfat
 Aquabides
 asetonitril

3. Langkah Kerja
a. Pembuatan fasa gerak (Pelarut)
 Hitunglah jumlah KH2PO4 yang diperlukan untuk membuat larutan KH2PO4 0.01 M sebanyak
500mL dalam akuades. Kemudian ‘ajust’ pH pada nilai 2,65 dengan asam fosfat.
 Lakukan penyaringan untuk larutan KH2PO4 menggunakan membran selulosa nitrat
 Lakukan penyaring pula untuk asetonitril dengan PTFE
 Hilangkan gelembung pada larutan dengan ultrasonic vibrator selama 15 menit.
 Buatlah campuran larutan fasa gerak KH2PO4 dan asetonitril (60:40) untuk keperluan
larutan standar dan larutan sampel, sesuai kebutuhan

b. Pembuatan larutan induk natrium benzoat, Vit C, dan kafein


 Timbanglah zat standar natrium benzoat 20mg, vit C 20 mg dan kafein 20 mg
 Campurkan ketiga zat standar dengan melarutkan dalam 50 mL fasa gerak secara kuantitatif
pada labu ukur.
 Homogenkan selama 5 menit menggunakan ultra sonic vibrator.

5.3 Pembuatan deret larutan standar natrium benzoat, Vit C, dan kafein
 Pipet larutan induk masing-maing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL encerkan dengan fasa
gerak dalam labu ukur 10 mL.

Page 16 of 23
 Homogenkan larutan, kemudian, saringlah semua larutan standar tersebut dengan
menggunakan membrane PTFE.
 Tempatkan hasil saringan ke dalam vial bertutup yang telah diberi label.
 Lakukan degassing selama 5 menit. Larutan standar siap diinjeksikan.

5.4. Pembuatan larutan sampel


 Pipet 5 mL larutan sampel larutkan dengan fasa gerak hingga 10 mL secara kuantitatif pada
labu ukur.
 Lakukan penyaringan dengan PTFE, tampung dalam botol vial bertutup.
 Hilangkan gelembung pada larutan sampel dengan menggunakan ultrasonic vibrator selama
5 menit.

5.5. Penyiapan Instrumen HPLC


Sementara melakukan preparasi sampel dan standar, hidupkan peralatan HPLC sesuai dengan
langkah berikut :
 Kondisikan instrumen HPLC dengan:
Fasa gerak dengan sistem elusi gradien dengan kondisi:

Waktu(menit) % asetonitril %KH2PO4


0 60 40
1 40 60
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 60 40

Kolom : C-18 (12,5 cm)


Panjang gelombang : 254 nm
Laju alir : 0,75 mL/menit
Volume injeksi : 20 µL

 Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar.


 Tekan tombol “ON” pada sakelar listrik.
Page 17 of 23
 Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol penampung.
 Tekan tombol “ON” pada alat, berturut-turut untuk power, detector dan pompa.
 Lakukan pemrograman alat dengan computer.Ikuti langkahnya sesuai isntruksi dalam komputer .
 Pilihlah mode yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrumen
 Apabila kromatogram telah menunjukkan base line yang mendatar, maka instrumen siap
digunakan,
 Injeksikan berturut-turut larutan standar (mulai dari konsentrasi terendah), dan terakhir larutan
sampel
 Cetak hasil pengukuran, catat kondisi percobaannya.
 Setelah selesai digunakan, matikan pompa dengan menyoroti tanda pompa dalam computer.
 Tutup file sesuai petunjuk, lalu matikan computer.
 Untuk mematikan, tekan tombol “Off” pada pompa, detector dan power secara berurutan.
Putuskan sambungan listrik.

5.6. Perhitungan hasil analisis


Dari hasil operasi instrumen akan diperoleh kurva kalibrasi. Bila kurva kalibrasi diperoleh dengan
koefisien regresi > 0,997, anda boleh melanjutkan perhitungan kadar zat aditif dalam sampel.
Hitunglah kadarnya dalam satuan % w/w
Bila tidak diperoleh kurva yang linier, maka lakukan diskusi untuk mencari
penyebabnya.

Page 18 of 23
INSTRUKSI KERJA GC
1. Tujuan
1.1. Mahasiswa dapat mengenal cara pengoperasian instrumen GC
1.2. Mahasiswa dapat memahami cara kerja instrumen GC untuk analisis kualitatif
1.3. Peserta dapat menentukan beberapa komponen dalam sampel premium, pertamak, dan
pertamak plus

2. Prinsip Dasar
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam suatu campuran
berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen ke dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa gas
dan fasa diam bisa cairan atau padatan. Selain pemisahan, kromatografi gas juga dapat melakukan
pengukuran kadar komponen-komponen dalam sampel.
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada
temperatur pengujian. Senyawa yang sukar menguap atau tidak stabil juga apat diukur tetapi harus
melalui proses derivatisasi terlebih dahulu.
Komponen-komponen utama dalam instrumentasi kromatografi gas terdiri dari gas pembawa,
injektor, kolom, detektor dan recorder.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi, ko-kromatografi atau spiking, dan
spektrometri.

3. Alat dan Bahan


3.1. Alat
 Perangkat GC
 Botol vial
 Gelas ukur 10 mL
3.2. Bahan
 Standar Heksana p.a
 Standar Toluena p.a
 Standar Xilene p.a
 Sampel premium
 Sampel pertamak
Page 19 of 23
 Sampel pertalite

4. Langkah Kerja
4.1. Siapkan Larutan standard dengan cara mencampurkan 0,5 mL hexane; 0,5 mL toluene dan 0,5
mL xilena.
4.2. Siapkan larutan sampel premium/pertamax/pertalite sebanyak 1 mL
4.3. Siapkan larutan campuran sampel dan standar masing-masing 0,5 mL
4.4. Simaklah operator dalam menyiapkan dan menjelaskan cara mengoperasikan instrumen GC.
 Seting gas pembawa dan gas pembakar
 Menyalakan GC, diikuti computer.
 Mengatur parameter operasional GC
suhu injector 150ºC, suhu detector 250ºC, suhu awal kolom pada 40ºC kemudian diprogram
dengan kenaikan 8ºC permenit sampai 150ºC dipertahankan selama 2 menit , detector FID,
kolom DB-5, gas pembawa H2 tekanan 4-5 Bar.
4.5. Ukurlah larutan standar, sampel dan campuran yang sudah disiapkan dengan instrumen GC
 Ambil sebanyak 0,5 µL larutan yang akan diukur dengan syringe dan injeksikan pada GC.
4.6. Simaklah operator mengukur dan mencetak hasil
4.7. Diskusikan hasil pengukuran dengan dosen praktikum

Page 20 of 23
INSTRUKSI KERJA AAS
1. Tujuan
Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat:
a. mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar tembaganya dengan alat
spektrometer serapan atom.
b. menyiapkan larutan kerja dari larutan “stock” yang tersedia.
c. memahami prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan alat spektrometer
serapan atom.

2. Prinsip Dasar
Metode AAS adalah metode spektrometri yang didasari oleh adanya serapan/absorpsi cahaya ultra
violet (uv) atau visible (vis) oleh atom-atom suatu unsur dalam keadaan dasar yang berada di dalam
nyala api. Cahaya UV atau vis yang diserap berasal dari energi yang diemisikan oleh sumber energi
tertentu.
Besarnya cahaya yang diserap oleh suatu atom dalam keadaan dasar sebanding dengan
konsentrasinya. Hal ini berdasarkan hukum Lambert-Beer yang secara sederhana dirumuskan
sebagai berikut:
A=abC
Keterangan:
A = absorbansi/ daya serap
a = absorftivitas
b = lebar kuvet (cm)
C = konsentrasi

Dengan cara kurva kalibrasi, yaitu hubungan linier antara absorbansi (sumbu Y) dan konsentrasi
(sumbu X), kita dapat menentukan konsentrasi suatu sampel.
Ada tiga komponen alat yang utama dalam SSA, yaitu (1) unit atomisasi, berupa nyala api dari
pembakaran bahan bakar tertentu dengan oksidan; (2) sumber energi, berupa hollow cathode; dan
(3) unit pengukur fotometrik, terutama berupa detektor yang dapat mendeteksi intensitas cahaya
yang melaluinya.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
 Labu takar 50 mL 2 buah
 Labu takar 25 mL 4 buah
 Pipet tetes 1 buah
Page 21 of 23
 Gelas kimia 100 mL 1 buah
 Gelas kimia 600 mL 1 buah
 Corong kecil 1 buah
 Pipet ukur 1 mL 1 buah
 Hot plate 1 buah
 Kaca arloji 1 buah
b. Bahan
 Larutan HNO3 0,2M
 Larutan stock Cu(II) 1000 ppm

4. Langkah Kerja
a. Preparasi sampel
 Ambil 50 mL sampel dan masukkan ke dalam gelas kimia 100 mL.
 Tambahkan 2,5 mL HNO3 pekat, aduk, kemudian uapkan di atas hot plate sampai volumenya
menjadi + 15 mL.
 Tambahkan lagi 2,5 mL HNO3 pekat, tutup dengan kaca arloji dan panaskan kembali sampai
warna larutan jernih.
 Dinginkan larutan sampel, tambahkan sedikit aquades dan tuangkan ke dalam labu takar 50
mL
 Tepatkan volume sampel sampai dengan 50 mL dengan cara menambahkan aquades.
 Jika masih ada yang tidak larut saring dengan kertas saring Whatmann.
b. Pembuatan Larutan blanko
 Buatlah larutan blanko berupa larutan HNO 3 yang memiliki pH 2,0.
c. Pembuatan larutan kerja Cu (II)
 Buatlah larutan kerja Cu(II) dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm; dengan cara
mengencerkan larutan stock dengan larutan blanko.
Catatan:
Untuk larutan kerja konsentrasi terkecil dibuat dalam labu takar 50 mL, sedangkan untuk larutan
standar lainnya dibuat dalam labu takar 25 mL.
d. Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran konsentrasi sampel
 Ukur absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah anda siapkan dimulai dari
konsentrasi terendah.
 Ukur absorbansi larutan sampel.

Page 22 of 23
 Buat grafik hubungan absorbansi vs. konsentrasi dengan program Excell,
 Tentukan persamaan matematik hubungan linier antara absorbansi dengan konsentrasi.
 Tentukan konsentrasi (ppm) tembaga(II) dalam larutan contoh uji.

Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai