Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Disusun sebagai salah satu syarat tugas dalam


Bidang Studi Sosiologi

DAMPAK MOBILITAS SOSIAL

Disusun Oleh:
Kelompok
1. RUSLAN
2. FELISITAS
3. NATALIA

KELAS : XI IPS A

SMA PELITA NGABANG


TAHUN PELAJARAN
2017 /2018
KATA PENGANTAR

Sembah dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, hikmat dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Dampak Mobilitas Sosial)” sebagai salah satu persayaratn tugas dalam bidang
studi Bahasa Indonesia di SMA Pelita Ngabang.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
Yanuarafika, S.Pd., selaku guru bidang studi Sosiologi di SMA Pelita Ngabang,
orang tua yang telah mengasuh dan menafkahi penulis dan teman-teman sekelas
yang telah mendukung dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna seperti yang
diharapkan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
ibu/bapak guru SMA Pelita Ngabang dan para pembaca makalah ini untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kiranya makalah ini dapat bermanfaat baik di kalangan internal
sekolah SMA Pelita Ngabang maupun luar sekolah sebagai salah satu informasi
dan pengetahuan tentang Mobilitas Sosial, semoga Tuhan memberkati kita semua,
Amin.

Ngabang, 14 Agustus 2017

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian Mobilitas Sosial ...................................................... 3
B. Sifat Dasar Mobilitas Sosial ..................................................... 4
C. Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial ............................................... 5
D. Konsekuensi Mobilitas Sosial .................................................. 7
E. Saluran Mobilitas Sosial ........................................................... 9
F. Faktor Penentu Mobilitas Sosial ............................................... 11
G. Dampak dari adanya Mobilitas Sosial ...................................... 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan yang nyta ini semua orang pasti menginginkan
untuk dapat memperoleh status dan penghasilan yang lebih tinggi daripada apa
yang pernah dicapai oleh orang tuanya. Semua orang pasti menginginkan
suatu kehidupan yang serba berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan.
Keinginan-keinginan itu adalah normal, karena pada dasarnya manusia
mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas. Seperti halnya kalau kita
menanyakan tentang cita-cita dari seorang anak, maka ia akan menjawab pada
suatu status yang kebanyakan mempunyai konotasi pada penghidupan yang
baik. Hanya saja apakah keinginan-keinginan, impian-impian, dan cita-cita itu
berhasil atau sama sekali gagal dalam proses perjalanan seseorang.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena
keinginan untuk pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih
tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hidup. Namun pada
kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial
turun tanpa direncanakan. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas
dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian mobilitas sosial?
2. Apa sifat dasar dari mobilitas sosial?
3. Apa saja bentuk-bentuk dari mobilitas sosial?
4. Apa konsekuensi mobilitas sosial?
5. Apa saluran mobilitas sosial?

1
6. Apa faktor-faktor penentu mobilitas sosial?
7. Bagaimana dampak dari adanya mobilitas sosial?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakan masalah diperoleh tujuan penulisan
makalah Dampak Mobilitas sosial adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian mobilitas sosial.
2. Untuk Mengetahui sifat dasar mobilitas sosial.
3. Untuk Mengetahui bentuk-bentuk dari mobilitas sosial.
4. Untuk Mengetahui konsekuensi mobilitas sosial.
5. Untuk Mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial.
6. Untuk Mengetahui saluran mobilitas sosial.
7. Mengetahui dampak dari adanya mobilitas sosial.
8. Untuk memenuhi tugas dalam bidang studi Sosiologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mobilitas Sosial


Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata
mobility yang berkata dasar mobile (bahasa Inggris). Kata mobile berarti aktif,
giat, gesit, sehingga mobility adalah gerakan. Secara harfiah, mobilitas sosial
berarti gerakan dalam masyarakat.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-
pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan
antara individu dengan kelompoknya. Apabila seorang guru kemudian pindah
dan beralih pekerjaan menjadi pemilik took buku, dia melakukan gerak sosial.
Juga apabila seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp.
500.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yan lebih
tinggi. Proses tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja, tetapi
mungkin juga pada kelompok-kelompok sosial. Misalnya, suatu golongan
minoritas dalam masyarakat berasimilasi dengan golongan mayoritas.
Beberapa pengertian mobilitas sosial menurut para ahli :
1. Henry Clay Smith (1968) mengatakan mobilitas sosial adalah gerakan
dalam struktur sosial (gerakan antarindividu dengan kelompoknya).
2. Haditono (1991) mengatakan mobilitas sosial adalah perpindahan
seseorang atau kelompok dari kedudukan yang satu ke kedudukan yang
lain, tetapi sejajar.
3. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1992) mengatakan mobilitas sosial
adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain.
4. David Jary dan Julia Jary (1991) mendefinisikan mobilitas sosial yakni:
dapat dijelaskan bahwa pergerakan individu, kadang-kadang kelompok
antara posisi berbeda dalam hierarki stratifikasi sosial pada masyarakat.
Dalam masyarakat modern, posisi-posisi kelas dalam struktur pekerjaan
menjadi perhatian utama dalam studi mobilitas sosial. Mobilitas sosial

3
meliputi pergerkan suatu kelas atau hierarki status, mobilitas ke atas
(upward mobility), atau mobilitas ke bawah (downward mobility) dimana
fokus dan perhatian sosiologi adalah pada perbedaan antara kelas sosial-
ekonomi atau posisi status, atau hal itu mungkin merupakan lebih pada
waktu singkat, sebagai contoh, naik atau turun karier individu,
intragenerational mobility. Hal itu biasanya diterima bahwa, secara umum,
masyarakat modern lebih menerima mobilitas dibandingkan tipe-tipe
masyarakat tradisional (masa lampau), yakni terma-terma komparatif dari
kelas pada masyrakat terbuka (open-class societies).
Dapat disimpulkan, mobilitas sosial adalah gerakan atau
perpindahan individu dari suatu kedudukan ke kedudukan lainnya dalam
masyarakat. Kedudukannya yang baru dapat menjadi lebih tinggi atau
lebih rendah.

B. Sifat Dasar Mobilitas Sosial


Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas
sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang
rendah.
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak
sosial karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan.
Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial
masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai
tergantung pada usaha dan kemampuan individu. Memang benar bahwa anak
seorang camat mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada
anak seorang penjual tomat. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak
menutup kemungkinan bagi anak penjual tomat untuk memperoleh kedudukan
yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya.Seperti Chairul
Tanjung, Dahlan Iskan, dll. Namun kenyataan tidaklah seideal itu. Dalam
masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi

4
(dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam
dengan kuat, dan lain sebagainya.
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial
para individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang
sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat
mobilitas sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung
dalam status para nenek moyang mereka.

C. Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial


Menurut P.A.Sorokin (1928), tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil
ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya
adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang
sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak objek-objek sosial seperti
misalnya radio, mode pakaian, ideology, dan lain sebagainya. Dengan adanya
gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial.
Mobilitas sosial horizontal dibedakan dua dalam dua bentuk sebagai
berikut:
1. Mobilitas sosial antar wilayah/geografis. Gerak sosial ini adalah
perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain,
seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
2. Mobilitas antargenerasi. Secara umum, mobilitas antargenerasi berarti
mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi
anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan
perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi.
Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan
pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh:
Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan
pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya

5
menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas anatargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo
awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam
bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit
usaha sendiri yang akhirnya semakin besar.
2. Mobilitas intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang
terjadi di antara beberapa generasi. Mobilitas ini dibedakan menjadi dua:
mobilitas intergenerasi naik (contoh: bapaknya seorang kepala sekolah,
anaknya seorang direktur) dan mobilitas intergenerasi turun (contoh:
kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat, dan anaknya sebagai
kepala desa).
Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek
sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat.
Gerak sosial vertikal meliputi, (a) Social climbing, dari status yang rendah ke
status yang tinggi, di mana status yang tinggi itu telah ada sebelumnya dan
membentuk kelompok atas status yang baru, karena status yang lebih atas
belum ada (promosi), misalnya kelompok konglomerat, eksekutif,
supereksekutif, dan seterusnya; (b) Social sinking dari kelompok yang
tinggi/atas turun ke rendah, dan derajat kelompoknya turun.
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke
dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada.
Misalnya, seorang yang bekerja di kantor A dan diangkat menjadi pejabat
di kantor A.
2. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Misalnya, dengan dibentuknya sebuah organisasi,

6
memberi kesempatan kepada seseorang untuk menjadi ketua umum,
bertanda yang bersangkutan naik status.
Gerak sosial vertikal yang turun mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
Misalnya, seorang pejabat dipecat karena korupsi.
2. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sabagai kesatuan.

D. Konsekuensi Mobilitas Sosial


Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan
berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif. Beberapa studi
mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang
mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga,
perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun
demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang
mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari
mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat, manfaat dan
kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka, masih dapat
diperdebatkan.
Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas
sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan
memperoleh hal-hal posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:
1. Mengalami kepuasaan, kebahagiaan dan kebanggaan.
2. Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau
kelompok individu untuk lebih maju.
3. Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang
untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemjuan sehingga dapat
meraih kedudukan yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan
dirinya dengan situasi baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi
sebagai berikut:

7
1. Konflik antar-kelas
Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial.
Misalnya konflik antara majikan dengan buruh yang menghendaki
kenaikan upah.
2. Konflik antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras,
etnisitas, agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena
perebutan peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh
sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh
kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.
3. Konflik antar-individu
Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya
individu ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang
lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima
kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4. Konflik antar-generasi
Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi.
Fenomena yang sering terjadi adalah ketika anak-anak berhasil meraih
posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya, timbul
ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua maupun
anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam
generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya sebagai
generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan
sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir,
berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari
pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi anak-anaknya.
5. Konflik status dan konflik peran
Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan
yang lebih tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut
untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang baru.

8
Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan
menimbulkan konflik status dan konflik peran.
Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang
oleh seseorang karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini
berkaitan dengan banyaknya status yang disandang oleh seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat
melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal
ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai
dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk
konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari
kedudukannya yang tinggi.

E. Saluran Mobilitas Sosial


Menurut P.A.Sorokin dalam Ary H. Gunawan (2000) mengatakan ada
sejumlah saluran mobilitas sosial adalah sebagai berikut:
1. Angkatan Bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan
untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut
kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara
karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, dia akan mendapatkan
penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan
pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan
masyarakat rendah.
2. Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan dapat meningkatkan status sosial seseorang,
misalnya seorang yang berjasa dalam perkembangan agama seperti ustadz,
pendeta, dan biksu. Status sosial para penyebar ajaran agama ini akan
meningkatkan status sosialnya di masyarakat, terutama bagi komunitas
pengikut agama tertentu.

9
3. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan umumnya merupakan saluran yang konkrit
dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator
(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan
lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan lebih tinggi. Seorang anak dari keluarga miskin
mengenyam sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus dia
memiliki pengetahuan bisnis dan menggunakan pengetahuannya untuk
berusaha, sehingga dia berhasil menjadi pengusaha sukses, yang telah
meningkatkan status sosialnya.
4. Organisasi Politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan
anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan
yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
5. Ekonomi
Organisasi ekonomi, seperti perusahaan, koperasi, BUMN, dapat
meningkatkan tingkat pendapatan seorang. Semakin besar prestasinya,
semakin besar jabatannya. Jika jabatannya tinggi maka pendapatannya
bertambah. Karena pendapatannya bertambah berakibat pada kekayaannya
bertambah. Juga karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosial di
masyarakat meningkat.
6. Keahlian
Seperti situs-situs karya ilmiah, orang yang rajin menulis dan
menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti
statusnya akan dianggap lebih tinggi dari pengguna biasa. Sejumlah
pemikiran atau ide-ide penting akan bermanfaat bagi para pembaca dan
mungkin akan berguna dalam menambah ilmu pengetahuan terkait, atau
bahkan ide tersebut dapat menjadi bahan dn insprasi solusi terhadap suatu
permasalahan kehidupan yang sedang dihadapinya.

10
7. Perkawinan
Melalui perkawinan, seorang bisa berubah kedudukan atau status
sosialnya. Misalnya, seorang pria miskin yang menikah dengan seorang
janda kaya dengan sendirinya status sosial pria itu berubah menjadi orang
kaya yang dikarenakan istrinya kaya.

F. Faktor Penentu Mobilitas Sosial


Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama
faktor struktur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan
tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur
ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan
penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua. Kedua, faktor individu, dalam hal ini
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
1. Faktor Struktur
a. Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor,
yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua sektor tersebut
tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana sektor fomal
memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan
yang tinggi sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki
kedudukan yang rendah dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan
aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas
masyarakat yang terlibat di dalamnya. Demikian halnya pada
masyarakat yang aktivitas ekonominya didominasi oleh sektor
pertanian dan penghasilan bahan baku (pertambangan, kehutanan)
lebih banyak memiliki status kedudukan rendah, dan sedikit
kedudukan yang berstatus tinggi, sehingga tingkat mobilitasnya
rendah. Tingkat mobilitas pada negara-negara maju, mengalami
peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industrialisasi.

11
b. Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas
dasar jiwa sosial, bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang
mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan menentukan ciri
khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa
jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan
gaya dan wajah masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga
unsur ini, dalam kaitan satu dengan yang lainnya dapat disebut sebagai
sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang
bersangkutan. Di negara-negara berkembang ternyata perkembangan
ekonomi menimbulkan beberapa jenis dualism, yaitu kegiatan-kegiatan
ekonomi dari keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan lainnya dalam
suatu sektor tidak mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat
dengan tegas dibedakan dalam dua golongan. Pertama, adalah
kegiatan-kegiatan atau keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh
unsur-unsur yang bersifat tradisional, dan yang kedua adalah berbagai
kegiatan-kegiatan atau keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh
unsur-unsur modern. Dualisme ekonomi itu dapat kita lihat antara
sektor pertanian tradisional, yang dicirikan oleh tingkat produktivitas
yang rendah dan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat berada
pada tingkat yang lazim disebut dengan istilah tingkat pendapatan
subsiten. Sedangkan pada sektor ekonomi modern, dicirikan dengan
tipe ekonomi pasar, dimana kegiatan masyarakat dalam memproduksi
sebagian besar ditujukan untuk pasar. Adanya dualism ekonomi ini,
tentunya akan mempengaruhi terhadap cepat tidaknya mobilitas itu
berlangsung dan besar-kecilnya kesempatan untuk melakukan
mobilitas.
c. Penunjang dan Pengambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal dari kelas sosial menengah pada
umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih menunjang
mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah.

12
Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes,
rekomendasi, “jaringan hubungan antar teman (merupakan jaringan
hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi atau
dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi
menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang
luar” untuk dapat menerobosnya), dan deskriminasi terang-terangan
terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-
orang dari kelas sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik. Di lain
pihak, fakor penghambat tersebut juga menutup kemungkinan
terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok orang dari kelas sosial
atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula faktor penunjang
mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya undang-
undang anti deskriminasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja
baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor
penunjang penting untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang
dari status sosial rendah.
2. Faktor Individu
a. Perbedaan Kemampuan
b. Perbedaan Perilaku
Yang dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah
suatu pandangan atau orientasi sikap individu terhadap mobilitas.
Perbedaan orientasi sikap individu terhadap mobilitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pendidikan, kesenjangan nilai, kebiasaan kerja,
pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara bermain”, dan pola
kesenjangan nilai.
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga mobilitas yang utama.
Walaupun kadar penting tidaknya pendidikan pada semua jenjang
pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti
dokter, guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan
sangatlah menunjang. Tetapi latar belakang pendidikan seseorang

13
mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir sebagai olahragawan,
seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran
pendidikan disini lebih menekankan pada upaya untuk
mengembangkan kemampuan seseorang untuk menyalurkan dan
memanfatkan informasi sebagaimana yang diperlukan.
2) Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan seseorang.
Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya mobilitas
naik, namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami
mobilitas naik tanpa adanya kerja keras.
3) Pola Penundaan Kesenangan
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian-bersakit-
sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini merupakan suatu
pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan.
Sebagai contoh: orang yang lebih senang menyimpan uangnya
untuk ditabung daripada untuk kesenangan jangka pendek; para
siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci
daripada pola penundaan kesenangan adalah adanya perencanaan
untuk masa depan dan adanya keinginan yang kuat untuk
merealisasikan rencana tersebut.
4) Kemampuan “Cara Bermain”
“Cara bermain” dan atau seni “penampilan diri” mempunyai
peran penting dalam mobilitas naik. Bagaimana menjadi orang
yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya;
bagaimana menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang
lain. Ini semua mungkin merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara positif
bukanlah berarti meremehkan kemampuan, namun justru melalui

14
penampilan diri merupakan sarana/media yang dapat dimanfaatkan
untuk menunjukkan kemampuan.
5) Pola Kesenjangan Nilai
Pola kesenjangan nilai merupakan suatu perilaku dimana
seseorang mempercayai segenap nilai yang diakui, tetapi tidak
melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau mengakui
kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai
sasaran. Orang semacam ini bukanlah hipokrit, tetapi mereka hanya
tidak menyadari bahwa pola perilakunya tidak searah dengan
tujuannya. Sebagai contoh: hampir semua orang tua menginginkan
anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik di sekolah, tetapi
mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan
agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
3. Faktor Keberuntungan/Kemujuran
Banyak orang yang benar-benar bekerja keras dan memenuhi
semua persyaratan untuk menjadi orang yang berhasil, namun tetap
mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan kadangkala justru jatuh
pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor keberuntungan/kemujuran
ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan alasan umum bagi
suatu kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri sebagai
salah satu faktor dapat mobilitas.
Dalam beberapa pembahasan di atas, lebih banyak berkisar tentang
determinan (faktor penentu mobilitas naik). Pada dasarnya semua faktor
penentu mobilitas naik adalah juga sebagai faktor penentu mobilitas
menurun. Sebagai contoh adalah faktor struktur, pada saat negara
Indonesia mengalami krisis ekonomi maka banyak perusahaan mengalami
gulung tikar, terjadi stagnasi ekonomi dan penurunan produktivitas, serta
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, kondisi krisis yang dialami
negara kita ini cenderung akan meningkatkan jumlah orang yang harus
kehilangan status sosial. Adapun faktor-faktor individu seperti pendidikan,

15
kebiasaan kerja, keberuntungan, menentukan siapa yan harus mengalami
penurunan status.

G. Dampak dari Adanya Mobilitas Sosial


Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah sebagai
berikut:
1. Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan
berprestasi agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif,
dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik
yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya
konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya.
Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau
antar kelompok.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok
orang dari strata sosial yang satu ke strata sosial yang lain.
Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua, yaitu:
1. Horizontal, yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari
satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
2. Vertikal, yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari
suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya maka terdapat dua jenis gerak vertikal, yaitu yang
naik (social climbing) dan yang turun (social sinking)
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas
sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang
rendah.
Mobilitas sosial pasti akan terjadi pada seluruh masyarakat, namun
seberapa cepat perubahan tersebut itulah yang membedakan antara satu tempat
dengan tempat yang lainnya tergantung dari seberapa kuat faktor pendorong
dan penghambatnya.

B. Saran
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran
sosial, oleh karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik
kita juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus
terbuka dan positif terhadap perubahan positif yang ada di masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyowati, Budi. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. ke-45 (Edisi Revisi).
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
HD, Hj. Safarina. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan. Cet. ke-2 (Edisi Revisi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
File:///F:/Dokter ilmu Contoh Makalah Tentang (MOBILITAS SOSIAL).htm
http://astutioti.blogspot.co.id/2014/12/makalah-mobilitas-sosial.html
http://wwwilmuduniaku.blogspot.co.id/2016/11/makalah-mobilitas-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai