PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran napas sehingga
penderita mengalami keluhan sesak napas atau kesulitan bernapas. Tingkat
keparahan asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam
menyimpan oksigen. Asma merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap sepele.
Berdasarkan data WHO tahun 2006, sebanyak 300 juta orang menderita asma dan
225 ribu penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma
80% terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat
pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan. Angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20
persen untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
A. Definisi
Menurut Somantri, 2009 Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial
yang memunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh
berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik,
psikologi.
Menurut Scadding dan Godfrey, 2010 asma merupakan penyakit yang ditandai
oleh variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran udara dalam
saluran napas paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau
mengi dan sesak napas.
Menurut Marni, 2014 asma adalah obstruksi reversible yang ditandai dengan
peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan napas.
B. Etiologi
Menurut Lippincott Williams & Wilkins, 2003 terdapat dua macam penyebab
dari asma, yaitu alergen ekstrinsik dan alergen intrinsik.
a. Polen (tepung bunga sari), Bulu binatang, Debu rumah atau kapang,
Bantal kapuk atau bulu.
2
Alergen dapat meningkatkan IgE dalam tubuh penderita yang
merupakan pencetus terjadinya asma.
Obat obatan tersebut dapat menjadi faktor pemicu dari asma yang
dapat meningkatkan kadar IgE dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan timbulnya asma.
b. Kelelahan
c. Perubahan suhu
3
Pajanan asap mengandung gas sisa pembakaran berupa CO2 karena
afinitas CO2 terhadap hemoglobin jauh lebih inggi daripada afinitas
O2.sehingga hemoglobin cenderung mengikat CO2 yang
mengakibatkan kadar O2 dalam tubuh menurun, proses pernapasan
terganggu sehingga menyebabkan sesak nafas. (Dr. Yusi
Capriyanti,2015)
f. Faktor genetik
C. Patogenesis
Histamin terikat pada tempat tempat reseptor adrenergik beta 2 pada bronkus
dan menyebabkan pembengkakan pada otot polos. Membran mukosa
mengalami inflamasi, iritasi dan pembengkakan. Histamin juga menstimulasi
sel goblet mensekresi mukus yang lengket.
4
5
D. Patofisiologis
a. Hipoksemia
Terjadi penyempitan saluran napas akibat dari obstruksi jalan napas yang
dikarenakan kombinasi spasme otot bronkus, penyumbatan oleh mukus,
oedema mukosa bronkus, dan inflamasi dinding bronkus sehingga tekanan
partial oksigen pada peredaran darah ikut menurun, dengan demikian
oksigen pada peredaran darah juga menurun.
b. Hipoventilasi
CO2 mengalami retensi pada alveoli, sehingga kadar CO2 dalam peredaran
darah meningkat yang memberikan rangsangan pada pusat pernapasan
sehingga terjadi hipoventilasi.
c. Asidosis Respiratorik
Pada saat inspirasi, lumen bronkus yang sempit masih dapat sedikit
mengembang sehingga udara dapat masuk kedalam alveoli. Pada saat
ekspirasi, peningkatan tekanan intratorakal menyebabkan penurunan lumen
bronkus. Sehingga tubuh tidak dapat mengeluarkan CO2 menurunkan PH
darah.
d. Hipoksia Anemik
6
1.1.5 Gambaran Makroskopis
A. Definisi
B. Etiologi
7
Menurut Risna Annisa (2012), asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan
hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-
kelenjar yang mengsekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan akibatnya
bronkus menjadi menyempit dan tersumbat.
Menurut Robbins dan Contran (2010), Tiap isapan rokok dapat menjadi
faktor penyebab hipersekresi bronkial. Rokok berpotensi merusak bulu-bulu
kecil di dalam alveolus yang disebut rambut silia. Rambut silia berfungsi
menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau lendir yang berlebihan.
Setelah beberapa lama, kandungan rokok bisa menyebabkan kerusakan
permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini terjadi, kotoran
tidak bisa dikeluarkan dan dibuang dengan normal. Dahak dan kotoran yang
menumpuk di dalam paru-paru membuat sistem pernapasan menjadi lebih
rentan terserang infeksi.
2) Virus
3) Alergi
Menurut Frank E. Lucente (2011), anak-anak yag kurang dari 3 tahun belum
memiliki kadar IgE yang memadai untuk menimbulkan reaksi alergi. Namun,
bayi bahkan dapat menderita intolerensi makanan yang tidak diperantai IgE
(terutama terhadap protein tinggi).
8
C. Patogenesis
Menurut Kowalk Welsh Mayer, 2011 Hipersekresi bronkus adalah salah satu
gejala dari asma yang biasa dikenal dengan nama hiperreaktivitas bronkus.
Keadaan ini terjadi akibat beberpa alergen yang masuk dalam tubuh sehingga
mempengaruhi Limfosit B menghasilkan IgE. IgE yang berikatan dengan
alergen akan menstimulasi sel mast mengeluarkan histamin H1 yang
mengakibatkan kontraksi otot polos pada bronkus, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah sekitar saluran napas dan sekresi mukus yang berlebihan pada
bronkus yang disebut sebagai hipersekresi bronkus. Alergen yang masuk juga
memengaruhi sel globet memproduksi mukus berlebih sebagai respon tubuh
terhadap alergen.
Alergen
Limfosit B menghasilkan IgE abnormal
IgE + Alergen
Menstimulasi Sel Mast
Histamin
Sekresi Mukus Bradikanin
(Pembengkakan otot polos)
9
D. Patofisiologi
2) Hipoksemia
E. Gambaran Makroskopis
(Sumber:
http://penyakitbronkitis.com/)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas pada saluran bronkhial yang
mempunyai ciri kontraksi spasme pada saluran napas terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus
seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, psikologi.
Penyebab terjadinya asma dapat disebabkan dari dalam (intrinsik) dan luar
(ekstrinsik).
11
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan S, 2000, Ilmu Kedokteran Forensik, Pedoman Bagi Dokter. Jawa Tengah:
Badan Penerdit Undip
Robbins & Contran, 2010. Dasar Patologis Penyakit, Ed. 7. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Tim Penyusun Pusat. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
http://kamuskesehatan.com/arti/patogenesis/
Kowalak Welsh Mayer, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Eddy Surjanto, Yusup & Natalie. 2016. Peran Stres Pada Serangan Asma. Solo:
Fakultas Kedokteran Univ Sebelas Maret.
(fk.uns.ac.id/index.php/penelitiandosen/detail/peran-stress-pada-serangana-
sma)
Isnaniyah, Eva & Khaisyar,. 2015. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang
Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP DR. M Djamil Padang.
Padang: Jurnal Kesehatan Andalas
12