Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA (CARSINOMA MAMMAE)

I. PENGERTIAN
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat
pada payudara. (Medicastore, 2011).
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan
di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak
di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, 2011).

II. ETIOLOGI
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae.
b. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal
pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
1. Adanya kecendrungan pada keluarga tertentulebih banyak kanker payudara
daripada keluarga yang lain.
2. Pada kembar monozygote, terdapat kanker yang sama
3. Terdapat kesamaan lateralisasi kanker buah dada pada keluarga dekat dari
penderita kanker payudara
4. Seorang dengan klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari pria normal
atau angka kejadiannya 2%.
d. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor.

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko
pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm : Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat
adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arah sel ganas.
b. Masa Reproduksi yang relatif panjang
Masa reproduksi yang ditandai dengan datang bulan atau hamil yang lebih panjang,
meningkatkan resiko memperoleh kanker payudara. Masa reproduksi ini relatif
memanjang jika:
1. Wanita memperoleh haid pertama (menarche) padfa usia muda (kurang dari 10
tahun). Menarche umumnya diperoleh pada usia 13 tahun.
2. Wanita yang terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun). Umumnya
pada usia 55 tahun, perempuan akan mengalami henti haid atau menopause. Pada
beberapa orang, menopause bisa datang pada usia yang lebih dari itu bahkan ada
yang lebih dari 60 tahun.
3. Wanita yang belum mempunyai anak kandung .teorinya, kenapa kaum wanita yang
mengalami hal di atas beresiko lebih besar memperileh kanker payudara adalah
karena terpapar dengan hormon estrogen relatuf lebih lama dibandingkan dengan
wanita-wanita lain.
c. Ca Payudara yang terdahulu : Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena
mammae adalah organ berpasangan
d. Keluarga : Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,
dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
e. Tidak pernah menyusui anaknya.
f. Makanan terutama makanan yang banyak mengandung lemak
g. Usia yang makin bertambah. Kanker payudara 78 % menunjukkan terjadi pada usia
lebih 50 tahun dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan rata-rata
kanker payudara ditemukan pada usia 64 tahun.
h. Wanita yang gemuk : Bagi wanita yang kurang bisa menjaga berat badannya,
dikatakan memiliki resiko terkena kanker payudara lebih tinggi. Dengan menurunkan
berat badan, biasanya level estrogen tubuh akan turun pula. Estrogen yang tinggi,
terutama pada usia menopause dapat menyebabkan sel pada payudara berubah
menjadi sel ganas.
i. Obat anti konseptiva oral : Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12
tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

III. TANDA DAN GEJALA


Gejala umum Ca mamae adalah :
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
c. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
d. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
g. Ada rasa sakit
h. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
i. Ada pembengkakan didaerah lengan
j. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
k. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
l. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
m. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
n. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
o. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi Ca Mamma menurut Adjie (2010) :
a. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya.
b. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting
susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa
terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba
dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil
dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah
tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya
pada payudara yang sama).
c. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk
keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada
kedua payudara).
d. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh
lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah
kanker lobuler.
e. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
f. Karsinoma tubuler Kanker ini berasal dari kelenjar susu

Staging (Penentuan Stadium Kanker) menurut Agustiani (2010) :


Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan
menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
jaringan payudara yang normal
b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke
struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding
dada dan tulang dada
g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. Selain stadium kanker, terdapat faktor lain
yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
1. Jenis sel kanker
2. Gambaran kanker
3. Respon kanker terhadap hormon
4. Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih
sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
5. Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

V. PATOFISIOLOGI
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi
sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi
dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun : Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker,
tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan
dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun : Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi
pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi : Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun : Bila tumor makin membesar maka kemungkinan
penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

VI. KOMPLIKASI
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran
limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan
adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan
cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit
selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan
bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause
kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang
tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh
darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan
yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan
seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari
kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu
(5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi
aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
b. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor
local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.

IX. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)
b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak
kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan),
faktro etiologi/resiko.
c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mamae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain
estrogen dan progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh
hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi+ 1 minggi dari hari akhir
menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri
didepan dalam posisi yag lebih kurang sama tinggi.
1. Inspeksi
- Simetri mamma kiri-kanan
- Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah
ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling dan lain-lain.
2. Palpasi
- Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada,
jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
- Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan operabilitas.
- Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)
- Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)
- Stadium kanker.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu : Galktografi,USG abdomen, Bone scan, CT scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- Rutin, darah lengkap, urine
- Duyla darah puasa dan 2 jpp
- Enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear
c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan pleura effusion
- Secret putting susu
2. Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi Vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi

B. Diagnosa Keperawatan
Pra Operasi
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

C. Intervensi
Pre Operasi
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.
Tujuan :
– Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
– Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
– Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Tentukan pengalaman klien 1. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit sebelumnya akan memberikan dasar
yang dideritanya. untuk penyuluhan dan menghindari
2. Berikan informasi tentang adanya duplikasi.
prognosis secara akurat. 2. Pemberian informasi dapat membantu
3. Beri kesempatan pada klien untuk klien dalam memahami proses
mengekspresikan rasa marah, takut, penyakitnya.
konfrontasi. Beri informasi dengan 3. Dapat menurunkan kecemasan klien.
emosi wajar dan ekspresi yang 4. Membantu klien dalam memahami
sesuai. kebutuhan untuk pengobatan dan efek
4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan sampingnya.
efek samping. Bantu klien 5. Mengetahui dan menggali pola koping
mempersiapkan diri dalam klien serta mengatasinya/memberikan
pengobatan. solusi dalam upaya meningkatkan
5. Catat koping yang tidak efektif kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
seperti kurang interaksi sosial, 6. Agar klien memperoleh dukungan dari
ketidak berdayaan dll. orang yang terdekat/keluarga.
6. Anjurkan untuk mengembangkan 7. Memberikan kesempatan pada klien
interaksi dengan support system. untuk berpikir/merenung/istirahat.
7. Berikan lingkungan yang tenang 8. Klien mendapatkan kepercayaan diri
dan nyaman. dan keyakinan bahwa dia benar-benar
8. Pertahankan kontak dengan klien, ditolong.
bicara dan sentuhlah dengan wajar.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
– Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
tingkatan siap.
– Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
– Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
– Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Intervensi Rasional
1. Review pengertian klien dan 1. Menghindari adanya duplikasi dan
keluarga tentang diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan
pengobatan dan akibatnya. klien.
2. Tentukan persepsi klien tentang 2. Memungkinkan dilakukan
kanker dan pengobatannya, ceritakan pembenaran terhadap kesalahan
pada klien tentang pengalaman klien persepsi dan konsepsi serta kesalahan
lain yang menderita kanker. pengertian.
3. Beri informasi yang akurat dan 2. Membantu klien dalam memahami
faktual. Jawab pertanyaan secara proses penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang 3. Membantu klien dan keluarga dalam
tidak diperlukan. membuat keputusan pengobatan.
4. Berikan bimbingan kepada 4. Mengetahui sampai sejauhmana
klien/keluarga sebelum mengikuti pemahaman klien dan keluarga
prosedur pengobatan, therapy yang mengenai penyakit klien.
lama, komplikasi. Jujurlah pada 5. Meningkatkan pengetahuan klien dan
klien. keluarga mengenai nutrisi yang
5. Anjurkan klien untuk memberikan adekuat.
umpan balik verbal dan mengkoreksi 6. Mengkaji perkembangan proses-
miskonsepsi tentang penyakitnya. proses penyembuhan dan tanda-tanda
6. Review klien /keluarga tentang infeksi serta masalah dengan
pentingnya status nutrisi yang kesehatan mulut yang dapat
optimal. mempengaruhi intake makanan dan
7. Anjurkan klien memelihara minuman.
kebersihan kulit dan rambut. 7. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.

Post Operasi
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf,
diseksi otot.
Tujuan :
– Tampak rileks
– Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
– Mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
2. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
3. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
5. Sokong dada saat latihan nafas dalam
6. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan
sebelum aktivitas dijadwalkan
7. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika. Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :
– Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
– Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
– Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
– Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
Intervensi Rasional
1. Kontak dengan klien sering dan 1. Perasaan empatik dan perhatian
perlakukan klien dengan hangat dan sikap untuk siap membantu klien
positif. dalam mengatasi permasalahan
2. Berikan dorongan pada klien untuk yang ada.
mengekpresikan perasaan dan pikiran 2. Perasaan yang diungkapakan
tentang kondisi, kemajuan, prognose, pada orang yang dipercaya akan
sisem pendukung dan pengobatan. membuat perasaan lega dan tidak
3. Berikan informasi yang dapat dipercaya tekanan batin.
dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang 3. Informasi yang akurat
penyakitnya. memberikan masukan dan
4. Bantu klien mengidentifikasi potensial instropeksi diri dalam menerima
kesempatan untuk hidup mandiri melewati dirinya.
hidup dengan kanker, meliputi hubungan 4. Ektulisasi diri dibutuhkan bagi
interpersonal, peningkatan pengetahuan, klien dengan kanker
kekuatan pribadi dan pengertian serta 5. Respon klien yang negatfi
perkembangan spiritual dan moral. diperlukan bantuan baik fisik
5. Kaji respon negatif terhadap perubahan mapun psikis-moral untuk
penampilan (menyangkal perubahan, memenuhi kebutuhan sejhri-
penurunan kemampuan merawat diri, sehari.
isolasi sosial, penolakan untuk 6. Dampak dari pada chemoterapi
mendiskusikan masa depan. perlu adanya penjelasan dan
6. Bantu dalam penatalaksanaan alopesia perawatan rambut.
sesuai dengan kebutuhan. 7. Konseling kesehatan secara
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang bersama akan lebih lebih efektif.
terkait untuk tindakan konseling secara
profesional.

e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
– Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
– Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
– Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
Intervensi Rasional
1. Monitor intake makanan setiap hari, 1. Memberikan informasi tentang status
apakah klien makan sesuai dengan gizi klien.
kebutuhannya. 2. Memberikan informasi tentang
2. Timbang dan ukur berat badan, penambahan dan penurunan berat
ukuran triceps serta amati penurunan badan klien.
berat badan. 3. Menunjukkan keadaan gizi klien
3. Kaji pucat, penyembuhan luka yang sangat buruk.
lambat dan pembesaran kelenjar 4. Kalori merupakan sumber energi.
parotis. 5. Mencegah mual muntah, distensi
4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi berlebihan, dispepsia yang
makanan tinggi kalori dengan intake menyebabkan penurunan nafsu
cairan yang adekuat. Anjurkan pula makan serta mengurangi stimulus
makanan kecil untuk klien. berbahaya yang dapat meningkatkan
5. Kontrol faktor lingkungan seperti bau ansietas.
busuk atau bising. Hindarkan 6. Agar klien merasa seperti berada
makanan yang terlalu manis, berlemak dirumah sendiri.
dan pedas. 7. Membantu menghilangkan gejala
6. Ciptakan suasana makan yang penyakit, efek samping dan
menyenangkan misalnya makan meningkatkan status kesehatan klien.
bersama teman atau keluarga. 8. Mempermudah intake makanan dan
7. Berikan pengobatan sesuai indikasi minuman dengan hasil yang
8. Pasang pipa nasogastrik untuk maksimal dan tepat sesuai
memberikan makanan secara enteral, kebutuhan.
imbangi dengan infus.

f. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek


radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
– Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
– Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
Intervensi Rasional
1. Kaji integritas kulit untuk melihat 1. Memberikan informasi untuk
adanya efek samping therapi kanker, perencanaan asuhan dan
amati penyembuhan luka. mengembangkan identifikasi awal
2. Anjurkan klien untuk tidak terhadap perubahan integritas kulit.
menggaruk bagian yang gatal. 2. Menghindari perlukaan yang dapat
3. Ubah posisi klien secara teratur. menimbulkan infeksi.
4. Berikan advise pada klien untuk 3. Menghindari penekanan yang terus
menghindari pemakaian cream kulit, menerus pada suatu daerah tertentu.
minyak, bedak tanpa rekomendasi 4. Mencegah trauma berlanjut pada kulit
dokter. dan produk yang kontra indikatif

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Dika, Prasetyo. 2016. Laporan Pendahuluan pada Ca Mammae/Kanker Payudara,
(Online),(https://www.academia.edu/14732106/Laporan_Pendahuluan_Ca_Mamm
ae_Carsinoma_Mammae_Kanker_Payudara), diakses pada 3 Maret 2019.
Sumardiko, Dwi. 2015. Laporan Pendahuluan pada Kanker Payudara, (Online),
(https://www.academia.edu/9889702/Laporan_Pendahuluan_Ca_Mamae), diakses
pada 3 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai