Abstract
Kerangka tektonik regional Indonesia bagian barat terdiri dari paparan sunda yang stabil, jalur geosinklin yang terdiri dari busur dalam
vulkanic dan busur luar non vulkanic. Busur dalam vulkanis memanjang dari Sumatera bagian barat sampai Pulau Jawa bagian tengah. Busur
non vulkanic merupakan jalur pulau-pulau disebelah barat Sumatera hingga pegunungan samudera di selatan Pulau Jawa (Koesoemadinata &
Pulonggono, 1975). Cekungan Sumatera Selatan termasuk pada daerah Indonesia bagian barat, merupakan salah satu cekungan sedimen tersier
yang berada pada zona antara Paparan Sunda dan busur dalam vulkanik. Cekungan Sumatera Selatan dibatasi Daratan Sunda di sebelah timur
laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara, Pegunungan Bukit Barisan disebelah barat daya serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan
Tiga Puluh di sebelah barat laut. Cekungan Sumatra Selatan dibagi menjadi dua sub cekungan utama
Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indo-
Australia, yang bergerak ke arah utara hingga timurlaut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam. Zone penunjaman lempeng meliputi
daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang berada di antara zone interaksi
tersebut turut bergerak dan menghasilkan zone konvergensi dalam berbagai bentuk dan arah. Penunjaman lempeng Indi-Australia tersebut
dapat mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan struktur di Sumatera Selatan. Tumbukan tektonik lempeng di Pulau Sumatera
menghasilkan jalur busur depan, magmatik, dan busur belakang. Cekungan Sumatera Selatan terbentuk dari hasil penurunan (depression) yang
dikelilingi oleh tinggian-tinggian batuan Pratersier. Pengangkatan Pegunungan Barisan terjadi di akhir Kapur disertai terjadinya sesar-sesar
bongkah (block faulting). Selain Pegunungan
1
Sumatera Selatan dapat dibedakan menjadi tiga Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat
kelompok, yaitu, Zone Sesar Semangko, zone laut-tenggara tetapi sesar yang terbentuk berarah
perlipatan yang berarah baratlaut-tenggara dan zona timur laut-barat daya dan barat laut- tenggara. Jenis
sesar-sesar yang berhubungan erat dengan perlipatan sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar
serta sesar-sesar Pratersier yang mengalami naik, sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan
peremajaa. struktur yang dominan adalah struktur yang berarah
barat laut-tenggara sebagai hasil orogenesa Plio-
Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan Plistosen. Dengan demikian pola struktur yang terjadi
merupakan cekungan Tersier berarah barat laut – dapat dibedakan atas pola tua yang berarah utara-
tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit selatan dan barat laut-tenggara serta pola muda yang
Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di berarah barat laut-tenggara yang sejajar dengan Pulau
sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah Sumatera.
tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan
Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan
Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang
memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan
Cekungan Sumatera Tengah.Posisi Cekungan
Sumatera Selatan sebagai cekungan busur belakang
(Blake, 1989).
2
Kapur Awal yang diduga berkembang sebagai Sesar Gambar 3.Elemen tektonik Regional Sumatera Selatan
Geser Musi dan Sesar Geser Lematang. (Pertamina, 2012.)
Fasa Sagging ( Oligocene Akhir – Miocene Akhir ) 5. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan
Fasa ini diduga terbentuk karena proses Pada dasarnya stratigrafi cekungan Sumatera
penyeimbangan-penyeimbangan isostatis yang Selatan terdiri dari satu siklus besar sedimentasi yang
menghasilkan depresi – depresi dangkal yang dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase
selanjutnya merubah cekungan Sumatera Selatan regresi pada akhir siklusnya. Awalnya siklus ini
menjadi bersifat “back arc”. Dari Oligosen Akhir dimulai dengan siklus non-marine, yaitu proses
sampai Miosen, di seluruh cekungan terjadi diendapkannya formasi Lahat pada oligosen awal dan
penurunan (subsidensi) yang meluas.Penurunan ini setelah itu diikuti oleh formasi Talang Akar yang
bergabung dengan perubahan “eustatic sea level” diendapkan diatasnya secara tidak selaras. Fase
mengubah fasies sedimentasi dari yang bersifat transgresi ini terus berlangsung hingga miosen awal,
darat/lacustrine menjadi laut dangkal (Formasi Upper dan berkembang formasi Batu Raja yang terdiri dari
Talang Akar/TRM, Batu Raja).Selanjutnya batuan karbonat yang diendapkan pada lingkungan
terendapkan Formasi Gumai dan Air Benakat pada back reef, fore reef dan intertidal. Sedangkan untuk
lingkungan laut yang lebih dalam (Gambar 2) fase transgresi maksimum diendapkan formasi Gumai
bagian bawah yang terdiri dari shale laut dalam secara
selaras diatas formasi Batu Raja. Fase regresi terjadi
pada saat diendapkannya formasi Gumai bagian atas
dan diikuti oleh pengendapan formasi Air Benakat
secara selaras yang didominasi oleh litologi batupasir
pada lingkungan pantai dan delta. Pada pliosen awal,
laut menjadi semakin dangkal karena terdapat dataran
delta dan non-marine yang terdiri dari perselingan
batupasir dan claystone dengan sisipan berupa
batubara. Pada saat pliosen awal ini menjadi waktu
pembentukan dari formasi Muara Enim yang
berlangsung sampai pliosen akhir yang terdapat
pengendapan batuan konglomerat, batu apung dan
lapisan batupasir tuffa.
3
merupakan dapat menjadi batuan induk. Pada bagian
tepi graben ketebalannya sangat tipis dan bahkan tidak
ada, sedangkan pada bagian tinggian intra-graben sub
cekungan selatan dan tengah Palembang ketebalannya
mencapai 1000 m (Ginger & Fielding, 2005).
Formasi Batu Raja diendapkan secara selaras di Formasi Air Benakat diendapkan selama fase
atas formasi Talang Akar pada kala miosen awal. regresi dan akhir dari pengendapan formasi Gumai
Formasi ini tersebar luas terdiri dari karbonat pada kala tengah miosen (Bishop, 2001).
platforms dengan ketebalan 20-75 m dan tambahan Pengendapan pada fase regresi ini terjadi pada
berupa karbonat build-up dan reef dengan ketebalan lingkungan neritik hingga shallow marine, yang
60-120 m. Didalam batuan karbonatnya terdapat shale berubah menjadi lingkungan delta plain dan coastal
dan calcareous shale yang diendapkan pada laut dalam swamp pada akhir dari siklus regresi pertama. Formasi
dan berkembang di daerah platform dan tinggian ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan
(Bishop, 2001). Produksi karbonat berjalan dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam
baik pada masa sekarang dan menghasilkan kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit
pengendapan dari batugamping. Keduanya berada dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan
pada platforms di pinggiran dari cekungan dan reef bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan
yang berada pada tinggian intra-basinal. Karbonat formasi ini diperkirakan antara 1000-1500 m.
dengan kualitas reservoir terbaik umumnya berada di
selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian Formasi Muara Enim, Formasi ini diendapkan
utara sub-cekungan Jambi (Ginger dan Fielding, pada kala akhir miosen sampai pliosen dan merupakan
2005). Beberapa distribusi facies batugamping yang siklus regresi kedua sebagai pengendapan laut
terdapat dalam formasi Batu Raja diantaranya adalah dangkal sampai continental sands, delta dan batu
mudstone, wackestone, dan packstone. Bagian bawah lempung. Siklus regresi kedua dapat dibedakan dari
terdiri dari batugamping kristalin yang didominasi pengendapan siklus pertama (formasi Air Benakat)
oleh semen kalsit dan terdiri dari wackstone dengan ketidakhadirannya batupasir glaukonit dan
bioklastik, sedikit plentic foram, dan di beberapa akumulasi lapisan batubara yang tebal. Pengendapan
tempat terdapat vein. awal terjadi di sepanjang lingkungan rawa-rawa
dataran pantai, sebagian di bagian selatan cekungan
Sumatra Selatan, menghasilkan deposit batubara yang
luas. Pengendapan berlanjut pada lingkungan delta
plain dengan perkembangan secara lokal sekuen
serpih dan batupasir yang tebal. Siklus regresi kedua
terjadi selama kala Miosen akhir dan diakhiri dengan
tanda-tanda awal tektonik Plio-Pleistosen yang
menghasilkan penutupan cekungan dan onset
pengendapan lingkungan non marine Batupasir pada
formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris
volkanik. Pada formasi ini terdapat oksida besi berupa
konkresi-konkresi dan silisified wood. Sedangkan
4
batubara yang terdapat pada formasi ini umumnya
berupa lignit. Ketebalan formasi ini tipis pada bagian
utara dan maksimum berada di sebelah selatan dengan
ketebalan 750 m (Bishop, 2001).
5
Migrasi vertikal dapat terjadi melalui rekahan-rekahan
b. Reservoar dan daerah sesar turun mayor. Terdapatnya resapan
Dalam cekungan Sumatera Selatan, beberapa hidrokarbon di dalam Formasi Muara Enim dan Air
formasi dapat menjadi reservoir yang efektif untuk Benakat adalah sebagai bukti yang mengindikasikan
menyimpan hidrokarbon, antara lain adalah pada adanya migrasi vertikal melalui daerah sesar kala
basement, formasi Lahat, formasi Talang Akar, Pliosen sampai Pliestosen.
formasi Batu Raja, dan formasi Gumai. Sedangkan
untuk sub cekungan Palembang Selatan produksi f. Prinsip Metode Seismik
hidrokarbon terbesar berasal dari formasi Talang Akar Metode seismik merupakan metode yang banyak
dan formasi Batu Raja. Basement yang berpotensi dipakai dalam menentukan lokasi minyak bumi.
sebagai reservoir terletak pada daerah uplifted dan Dengan metode ini, orang memperoleh informasi -
paleohigh yang didalamnya mengalami rekahan dan informasi tentang struktur lapisan ddi bawah
pelapukan. Batuan pada basement ini terdiri dari permukaan tanah. Prinsip metode seismik yaitu pada
granit dan kuarsit yang memiliki porositas efektif tempat atau tanah yang akan diteliti dipasang
sebesar 7 %. Untuk formasi Talang Akar secara umum geophone yang berfungsi sebagai penerima getaran.
terdiri dari quarzone sandstone, siltstone, dan Sumber getar antara lain bisa ditimbulkan oleh
pengendapan shale. Sehingga pada sandstone sangat ledakan dinamit atau suatu pemberat yang dijatuhkan
baik untuk menjadi reservoir. Porositas yang dimiliki ke tanah (Weight Drop). Gelombang yang dihasilkan
pada formasi talang Akar berkisar antara 15-30 % dan menyebar ke segala arah. Ada yang menjalar di udara,
permeabilitasnya sebesar 5 Darcy. Formasi Talang merambat di permukaan tanah, dipantulkan lapisan
Akar diperkirakan mengandung 75% produksi minyak tanah dan sebagian juga ada yang dibiaskan,
dari seluruh cekungan Sumatera Selatan (Bishop, kemudian diteruskan ke geophone – geophone yang
2001). Pada reservoir karbonat formasi Batu Raja, terpasang dipermukaan.
pada bagian atas merupakan zona yang porous
dibandingkan dengan bagian dasarnya yang relatif
ketat (tight). Porositas yang terdapat pada formasi
Batu Raja berkisar antara 10-30 % dan
permeabilitasnya sekitar 1 Darcy.
6
megaskopis diperkirakan andesit di sini cukup baik maupun perorangan ataupun kelompok, untuk
sebagai bahan bangunan (agregat beton). memenuhi kebutuhan daerah sekitarnya sebagai bahan
bangunan, baik dalam pembangunan sarana jalan
Granit dan Granodiorit maupun pembangunan pemukiman.
Granit Desa Tanjung Sakti, Kecamatan Tanjung
Sakti ini, termasuk jenis granit aplit dengan komposisi Bentonit
Kuarsa 34 %, Plagioklas, 30 %, ortoklas 30 %, Endapan bentonit di daerah Kabupaten Lahat ini
hornblende 2 %, opak (trace), zircon 1 %, sphene 1 % pada umumnya merupakan bagian dari lapisan
dan lempung-serisit 2 %, dari hasil poles terlihat ataupun sisipan dalam Formasi Muaraenim, Formasi
kilapnya cukup baik dan permukaan halus, namun Kasai dan Formasi Gumai (Cekungan Palembang).
terlihat banyak bidang retakan dan mudah pecah. Umumnya endapan bentonit tersingkap secara
Dilihat dari hasil poles tersebut granit di daerah ini setempat-setempat pada tebing jalan, sungai, dan
kurang baik digunakan sebagai batu ornamen. (batu bekas galian sumur air.Endapan bentonit yang
hias) terdapat di daerah ini belum diusahakan/ditambang.
Hasil analisa kimia dan bleaching power terhadap
Granodiorit terdapat di daerah Pagarjati, conto bentonit di daerah ini dengan nomor conto
Kecamatan Kikim Selatan, Berdasarkan hasil analisa Lh/Btn 01, diketahui komposisinya SiO2 54 %, Al2O3
petrografi terhadap conto batuannya, diketahui batuan 26,37 %, Fe2O3 2,36 %, CaO 1,33 %, MgO 1,69 %,
ini adalah jenis kuarsit dengan kandungan kuarsa 94 Na2O 0,12 %, K2O 0,63 %, dan lainnya di bawah 1 %,
%, serisit 5 %, opak/oksida besi 1 %. Komiditi kuarsit hasil analisa bleaching power terhadap conto bentonit
banyak digunakan sebagai tungku tahan api dari daerah Kabupaten Lahat, sebelum aktivasi
bertemperatur tinggi dalam peleburan besi baja. berkisar antara 52 - 78 % dan sesudah aktivasi berkisar
antara 82 – 86 %
Melihat dari hasil analisa tersebut di atas, maka
bentonit daerah Kabupaten Lahat dapat digunakan
Tras sebagai bahan pembersih dalam industri minyak.
Endapan tras di daerah kabupaten Lahat tersebar
luas di daerah Kecamatan Dempo Selatan dan Toseki
Kecamatan Tebing Tinggi. Secara megaskopis Endapan yang diduga toseki yang terdapat di
mutunya diperkirakan cukup baik sebagai bahan daerah Desa Pagerjati Kecamatan Kikim Selatan. Dari
bangunan (pasir aduk, pasir timbun, dan batako). Dari hasil analisa X-RD, diketahui batuan ini mengandung
hasil analisa kimia terhadap conto dari daerah ini, kaolinit, alpha quatz (kuarsa) dan pyrophillite, dari
diketahui komposisi SiO2 67,60 dan 64,30, Al2O3 hasil analisa bakar sifat keramik, terlihat berwarna
13,99 dan 20,43, Fe2O3 2,11 % dan 3,64 %, CaO 1,86 krem, sedangkan dari hasil analisa kimia kandungan
% dan 1,81 %, MgO 0,40 % dan 0,29 %, Na2O 2,05 SiO2 cukup tinggi yaitu 78,23 %, Al2O3 12,28 %,
% dan 0,66 %, K2O 3,58 % dan 0,11 % dan lainnya di Fe2O3 1,29 %, Cao 1,24 %, K2O 1,00 % dan MgO,
bawah 1 %. Sedangkan untuk penggunaan sebagai Na2O, dan lainnya di bawah 1 %, batuan ini dapat
bahan baku semen poszolan dan portlan pozolan dipakai sebagai bahan baku bodi keramik dengan
semen (PPC) perlu dilakukan analisa fisik dan nilai beberapa imbuhan sebagai pengoreksi.
aktivitinya.
Batubara
Lempung Batubara yang terdapat di daerah Kabupaten
Endapan lempung terdapat hampir di semua Lahat ini secara umum berkualitas rendah, hanya di
wilayah dalam Kabupaten Lahat, Endapan lempung beberapa tempat di daerah Kabupaten Lahat yang
(tanah liat) yang terdapatnya tidak jauh dari jalan raya berkualitas tinggi seperti yang terdapat di daerah
sebagian telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat Bukit Kendi, Kecamatan Merapi dan Bukit Bunian,
sebagai bahan baku pembuatan batu bata dan genting Kecamatan Pulau Pinang. Sampai saat ini batubara
(gerabah kasar) seperti yang terdapat di daerah yang terdapat di daerah Kabupaten Lahat ini belum
Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat, Dari hasil diusahakan/tambang.
analisa sifat-sifat keramik, terhadap beberapa conto
lempung dari daerah ini, dapat diketahui mutunya b. Kabupaten Musi Rawas
cukup baik sebagai bahan body keramik halus seperti Bahan galian unggulan di daerah Kabupaten Musi
keramik hias dengan penambahan felspar dan pasir Rawas diantaranya adalah bentonit, lempung, andesit,
untuk mengurangi sifat permukaan kasar dan daya zeolit, pasir kuarsa, dan granodiorit.
susut. Dari hasil analisa kimia, diketahui kandungan
SiO2 berkisar antara 64,05 % - 68,90 %, , Al2O3 16,18 Bentonit
% - 116,49 %, Fe2O3 2,77 % - 3,72 %, CaO di bawah Endapan bentonit yang terdapat di daerah Desa
2 % ,MgO dibawah 1%, Na2O di bawah 1 %, Trawas, Kecamatan BKL Ulu Trawas, di daerah Desa
K2O 0.08 % - 1,38 %,. Bila dilihat dari nilai Kebur, kecamatan Muara Beliti, dan Desa Lubuktuo,
kandungan SiO2 yang cukup tinggi dan kadar Fe2O3 Kecamatan Muara Kelingi, Hasil analisa kimia
yang kecil, lempung tersebut jaga dapat dipakai terhadap conto bentonit di daerah ini dengan nomor
sebagai bahan baku dalam industri semen. conto Mr/Btn 01, diketahui komposisinya SiO2 54 %,
Al2O3 26,37 %, Fe2O3 2,36 %, CaO 1,33 %, MgO 1,69
Sirtu %, Na2O 0,12 %, K2O 0,63 %, dan lainnya di bawah
Sirtu (pasir dan batu) banyak terdapat pada 1 %, analisa X-RD, diketahui mengandung mineral
beberapa aliran sungai dan anak sungai di daerah ini halaysite, montmorillonite dan alpha Quartz, dan
sebagian telah dimanfaatkan baik oleh perusahaan berdasarkan hasil analisa bleaching power terhadap
7
conto Mr/Btn 02 dan Mr/Btn 03, diketahui daya petrografi diketahui batuan ini Breksi Tuf, oleh
bleachingnya sebelum diaktifka sebesar 84 dan penduduk di daerah Desa Trawas breksi tuf ini
setelah diaktifka naik menjadi 85 dan 86 %. Dari hasil dimanfaatkan sebagai bahan pondasi dan pengeras
tersebut dapat disimpulkan bahwa bentonit ini juga jalan. Dari pengamatan secara megaskopis batuan ini
dapat digunakan sebagai pembersih dalam industri kurang baik sebagai bahan bangunan karena
minyak. batuannya mudah pecah dan rapuh.
8
untuk sub cekungan Palembang Selatan produksi Gafoer S., Cobrie T., Purnomo J., 1986 Peta Geologi Lambar Lahat,
Sumatera Selatan. P3G
hidrokarbon terbesar berasal dari formasi Talang Akar
dan formasi Batu Raja. Sukmawan, dkk., 1996 Laporan Inventarisasi Bahan Galian Industri
dan Batuan Di Daerah Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan.
Metode seismik merupakan metode yang banyak Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral.
dipakai dalam menentukan lokasi minyak bumi. Naibaho, T, 2000, Penyelidikan Pendahuluan Bahan Galian
Dengan metode ini, orang memperoleh informasi - Mineral/Industri Di Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera
informasi tentang struktur lapisan di bawah Selatan. Kanwil Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Propinsi Sumatera Selatan Proyek Pengembangan Pertambangan dan
permukaan tanah. Energi Sumatera Selatan
Zulfikar, dkk. 1990, Laporan Sementara Penyelidikan Geologi
9. Daftar Pustaka Pendahuluan Terhadap Batumulia dan Bahan Galian industri Di
Gafoer S., Amin T.C., Pardede R., 1992, Peta Geologi Lembar Daerah Kabupaten Muara Enim dan Lahat Propinsi Sumatera
Bengkulu, Sumatera. P3G Selatan., Direktorat Sumberdaya Mineral.