Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Anaphylaxis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh dan
phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan
perlindungan. (1, 2) Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet
pada tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemon laut untuk kedua
kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mati mendadak.
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, yang dapat
menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau
pencetus lainnya. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi alergi akut sistemik dan
termasuk reaksi Hipersensivitas Tipe I pada manusia dan mamalia pada
umumnya. (3) Reaksi ini harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,
terapi, dan risiko kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi
tanpa keterlibatan atau mediasi dari IgE.
Data yang menjelaskan jumlah insidensi dan prevalensi dari syok dan reaksi
anapilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Amerika
Serikat menunjukkan sepuluh dari 1000 orang mengalami reaksi anapilaksis tiap
tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien rumah sakit di USA
mengalami reaksi anapilaksis. Sehingga, resiko mengalami kematian sebesar 1%
dari yang mengalami reaksi anapilaksis, yaitu sebesar 500-1000 kematian yang
terjadi.
Pada kematian akibat reaksi anafilaksis, onset gejala biasanya muncul
pada 15 hingga 20 menit pertama, dan menyebabkan kematian dalam 1-2 jam.
Reaksi anafilaktik yang fatal terjadi akibat adanya distress pernafasan akut dan
kolaps sirkulasi. (5) oleh karena itu penting sekali memahami dan mengetahui
tentang syok anapilaksis.Dalam referat ini, selain akan dipaparkan aspek klinis
dari syok anafilaktik, dan penatalaksanaan terkini serta sedikit pembahasan
tentang sudut medikolegalnya akan turut pula disertakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,
menyeluruh dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada
seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat
pemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak terjadi pada
kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau pada
pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi
secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan
mendadak terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis
diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi
pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkan
vasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
penurunan peristaltic.
Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut,
berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi
hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen
spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel
mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai
efek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut.

2.Etiologi/Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.
Penyebab yang sering ditemukan adalah:
1. Gigitan/sengatan serangga
2. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
3. Alergi makanan
4. Alergi obat
Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam aliran
darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsang
sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibat
dalam reaksi peradangan kekebalan. Beberapa jenis obat-obatan
(misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), pada
pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi
yang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan reaksi
idiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan mekanisme
sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis
sesungguhnya.

3.Manifestasi Klinik
Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepat
dan lamanya reaksi maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat
dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi berat. Keluhan yang
sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perih dalam
mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada
tungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemui
pada suatu anafilaksis adalah:
a) Gatal di seluruh tubuh
b) Hidung tersumbat
c) Kesulitan dalam bernafas
d) Batuk
e) Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku
f) Pusing, berbicara tidak jelas
g) denyut nadi yang berubah-ubah
h) jantung berdebar-debar (palpitasi)
i) mual, muntah dan kulit kemerahan.
4.Patofisiologi
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan
histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran
udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan;
dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram,
muntah dan diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan
cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan
penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes
ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema
bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran
pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkan
aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergen
dapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan umumnya reaksi
yang berat terjadi secara cepat. Individu yang terkena merasakan gelisah,
diikuti dengan cepat oleh rasa ringan pada kepala yang mengakibatkan
singkop. Rasa gatal di tangan dan di kepala dapat menjadi urtikaria yang
menutupi sebagian besar permukaan kulit. Pembengkakan jaringan local
dapat timbul dalam beberapa menit dan khususnya mengubah bentuk
kelopak mata, bibir, lidah, tangan dan genitalia.
5.Diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan:
1) kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau
wajah)
2) kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok.
3) denyut nadi cepat
4) tekanan darah rendah.
5) Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi
mengi (bengek) dan terdapat cairan di dalam paru-paru (edema
pulmoner).

6.Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan
penanganan segera. Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal,
intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau mulut ke
saluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di
trakea untuk membantu pernafasan).
Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk
membuka saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk
mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk
menyokong fungsi jantung dan peredaran darah. Antihistamin (contohnya
diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan
untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan
penyelamatan dan pemberian epinefrin).

7.Pencegahan
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah
anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi
diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau
epinefrin.
Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat
dicegah dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-
ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktu yang
cukup lama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
Kasus

Seorang anak P berusian 5th dibawa ke IGD ruma sakit citra harapan pada
tanggal 15 maret 2012 pukul 13.00wib dikarenakan gatal-gatal seluruh tubuh dan
diare lebih dari 3x sehari.Setelah dikaji lagi ibu pasien mengatakan anaknya diare
lebih dari 4x sehari,nyeri perut dan kuli kemerahan,selain itu juga ada tanda-tanda
infeksi(tumor,kalor,rubol ,dolor),dari pemeriksaan tanda –tanda vital di dapatkan
Nadi:120x/mnt,RR:28x/mnt,Tekanan Darah:70/70mmHg,Suhu:39 C dan pasien
dalam keadaan pingsan.Karena pasien dalam kondisi tidak sadar kan diri maka
dokter menganjurkan pasien untuk rawat inap.

1.Identitas Pasien
Nama :An.P
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia :5 tahun
Agama :Islam
Tanggal/Jam :15 maret 2012/ 14.00 wib
No.RM :371122
Dx.Medik :Syok Anafilaksi

Identitas Orang tua


Nama :Ny.S
Umur :25 tahun
Pekerjaan :Wiraswasta
Pendidikan :Diploma 3
B.Keluhan Utama
Gatal-gatal seluruh tubuh dan diare lebih dari 3x sehari
C.Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien di gigit oleh
serangga saat pasien maen bersama teman-teman sebayannya.Selang
waktu 2 hari pasien mulai gatal-gatal di seluruh tubuh dan diare lebih
dari 3x dalam sehari.Ke esokan pasien di bawa ke puskesmas terdekat
oleh ibunya karena peralatan di puskesmas kurang memadahi akhirnya
pasien di rujuk untuk di RSU Citra Harapan untuk mendapatkan
perawatan yg lebinintensif dan pelaratnnyan lebih lengkap.
D.Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.Pasien
juga belum pernah di rawat di rumah sakit sebbelumnya karena
penyakit yang lain.
E.Riwayat Penyakit Keluaga
Tidak ada saudara yang menderita seperti anaknya

2.Analisa Data

No. Data fokus Problem Etiologi


1. Ds:Ibu pasien Toksik Diare
mengatakan anak nya
diare lebih dari 3x dalam
sehari.
Do:
-BAB lebih dari 3x
sehari
-Nyeri abdomen
-Kram
-Bising usus hiperetik
-Lemah,pucat
2. Ds:Ibu pasien Kerusakan/pele Pola nafas tidak
mengatakan anaknya mahan efektif
nafas cepat sekali
Do:
-Gerakan otot pernafasa
-Penurunan tekanan
-RR:28x/mnt
3. Ds:Ibu pasien Kelembaban Kerusakan
mengatakan anaknya integritas kulit
merasakan gatal-gatal
dan kulitnya kemerah-
merahan,
Do:
-Kulit kemerah-merahan
-Gangguan pada bagian
tubuh
-Kerusakann lapisan
kulit (dermis)
-Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
4. Ds:Ibu pasien mengtakan Agen biologis Nyeri
anaknya juga mengeluh
perutnya sakit.
P:nyeri di sebabkan
adanya perlukaan di
daerah perut
Q:nyeri seperti tertusuk-
tusuk jarum
R: di perut sebelah kana
atas
S:5
T:sering
Do:
-Atrofi otot
-Gangguan aktivitas
-Anorexia
-Perubahan pola tidur
-Wajah tampak menahan
sakit
- Gelisah
-Merintih
- Mata kurang bercahaya
3.Diagnosa Keperawtan
Diangnosa yang mungkin muncul dari pasien syok anfilaksi adalah:
a .Diare b/ d toksik
b. Pola nafas tidak efektif b/d Kerusakan/pelemahan
c. Kerusakan integritas kulit b/d Kelembaban e.
Nyeri b/ d Agen biologis

4.Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kreterian Intervensi
. Hasil
1. Diare b/ d toksik NOC: NIC:
-Bowl Elimation Diare Management
-Fluid Balance a.Kelola pemeriksaan kultur
-Hidration sensitivitas feses.
-Electrolit and acit b.Evaluasi jenis intake
base balance makanan.
Setelah dilakukan c.Ajarkan pasien tentang obat
tidakan keperawatan anti diare.
selama 2x 24 jam d.Kolaborasi jika ada tanda
diare pasien teratasi diare menetap.
dengan kreteria hasil: e.Monitor tugor kulit
a.Tidak ada diare f.konsultasi dengan ahli gizi
b.Nyeri perut tidak untuk diet yang tepat.
ada
c.Pola BAB normal
d.Asam basa normal

2. Pola nafas tidak NOC: NIC:


efektif b/d -Respiratory a.Posisikan pasien untuk
Kerusakan/pelemah status:ventilation memaksimalkan ventilasi.
an -Respiratory status: b.Monitor respirasi dan status
airway patency O2
-Vital sign status c.Pertahankan jalan nafas
Setelah dilakukan yang paten
tindakan keperawatan d.Monitor vital sign
selama 1x 24 jam e.Monitor pola nafas.
pasien menunjukkan
keefektifan pola
nafas,dengan kreteria
hasil:
a.Pasien mampu
brnafas dengan
normal.
b.frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal.
c.Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal(nadi,pernafa
san, tekanan darah)
3. Kerusakan NOC: NIC:
integritas kulit b/d -Tissue integrity:skin a.Monitor kulit akan adanya
Kelembaban adn mucous kemerahan
membranes b.Monitor aktivitas dan
-Wound mobilisasi pasien.
Healing:primer dan c.Monitor status nutrisi
sekunder pasien.
Setelah dilakukan d.Jaga kebersihan kulit
tindakann pasien agar tetap bersih
keperawatan selama dan kering.
2x 24 jam e.Kolaborasi dengan ahli gizi
kerusakan integritas untuk diet dan
kulit pasien tertasi pemberianvitamin.
dengan kreteria
hasil:
a.Integritas kuli yang
baik bisa di
pertahan kan
b.Tidak ada
lesi/perlukaan
c.Perfusi jaringan
baik
d.Mampu
memperthankan
kelenbaban kulit
dan perawatan
alami
e.Menunjukkan
terjadinya
penyembuhan luka
4. . Nyeri b/ d Agen NOC: NIC:
biologis -Pain Level a.Lakukan pengkajian nyeari
-Pain Control secara komprehensif
-Cornfort Level kualitas dan presipitasi.
Setelah dilakukan b.Observasi reaksi nonverbal
tindakan keperawatan dan ketidak nyamanan.
selama 2x24 jam c.Bantu pasien dan keluarga
pasien tidak untuk mencari dan
mengalami nyeri menemukan dukungan.
dengan kreteria hasil: d.Kontrol lingkungan yang
a.Mampu mengontrol dapat mempengaruhi nyeri
nyeri. seperti suhu ruangan
b.Melaporkan bahwa ,pencahyaan dan kebisingan.
nyeri berkurang e.Kurangi faktor prepitasi
dengan nyeri.
menggunakan f.Kaji sumber dan tipe nyeri
menejemen nyeri. untuk menentukan
c.Mampu mengenali intervensi
nyeri. g.Ajarkan tentang teknik
d.Menyatakan rasa nonfarmaklogi nafas
nyaman setelah dalam,relaksasi,distraksi,ko
nyeri berkurang. mpres dingin.
e.Tanda-tanda vital h.Berikan analgetik untuk
dalam rentang normal mengurangi nyeri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Anapilakis merupakan reaski sitemik, yang merupakan reaski alergi tipe I
yang sering berakibat fatal. Reaksi Anapilaksis dapat disebabkan oleh beragam
macam sebab, diantaranya makanan, latex, obata-obatan, reaksi sengatan serangga
serta masih banyak penyebab lainnya. Pemberian epineprin dengan segera
merupakan penanganan yang sangat penting dalam penatalaksanaan syok
anapilaksis. Dan beberapa penatalaksanaan tambahan diantaranya H1 dan H2
reseftor agonis, kortikosteroid, dan bronkodilator, hanya saja pemberiannya tidak
dapat menggantikan epineprin. Pasien dengan riwayat reaski anapilaksis harus di
berikan edukasi tentang kondisi, khususnya dengan memperhatikan untuk
mencegah faktor yang sudah diketahui dapat mencetuskan reaksi anapilaksis pada
tubuhnya. Serta dianjurkan setiap pasien untuk memiliki dan diajarkan cara
menggunakan epineprin secara auto injeksi (menginjeksi sendiri) dan melakukan
konsultasi kepada orang lain setiap waktu.
DAFTAR PUSTAKA

H. Suyono Slamet. 2001. Buku Ajar, ILMU PENYAKIT DALAM. Jilid II, Edisi
ketiga. Penerbit; Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001
Sylvia. A. Price. 2005. PATOFISIOLOGI, Konsep klinis Proses-proses
Penyakit. Volume 1, Edisi 6. Penerbit; EGC. 2005
Marilynn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit; EGC
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit; EGC. 2001
Johnson Marion PhD, RN, Maas Meridean, PhD, RN, Faan Sue mooerhead, PhD,
RN.1995.Nursing Outcomes Classifocation ( NOC ) . Printed in the United
States of America.

McCloskey Joanne C,PhD, RN,Faan dan Gloria M. Bulechek, PhD, RN. 1996.
.Nursing Intervention Classification ( NIC). Printed in the United States of
America.

Herdman Heather T, PhD, RN. Nanda Diagnosa Keperawatan. 2009-2011. Buku


Kedokteran EGC.
TUGAS KEPERAWATAN ANAK II
ASUHAN KEPERAWATAN MORBILI PADA ANAK
Dosen Pengampu : Titis Sensussiana S.Kep;Ns

Disusun Oleh:
1.Adri Nuryanto (K.005.009.001)
2.Fajriyah Hasni H (K.005.009.006)
3.Lilik Rukmana S (K.005.009.008)
4.Magdalena Vian H (K.005.009.010)
5.Sti Fatima (K.005.009.0)
6.Sari Fauziati (K.006.010.041)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN DUTAGAMA KLATEN 2012

Anda mungkin juga menyukai