Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI WANITA


Dosen : Dr.Annisa N, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Debora Injilia H. 1611015040
2. Ghina Fauziah 1611015088
3. Ira Tri Handayani 1611015023
4. Lukluk Habybah 1611015010
5. Niken Diyah Ayu R. 1611015032
6. Norma Sari 1611015114
7. Novita Wahyuni 1611015111
8. Nur Hasiyanita 1611015142
9. Retno Hanani 1611015014
10. Widya Sari 1611015077

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Mulawarman
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Fertilitas,
Kontrasepsi dan Infertilitas.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Samarinda, 09 Maret 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
A. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar ............................................................. 6
B. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam .......................................................... 8
C. Siklus Menstruasi ............................................................................................. 14
D. Siklus Ovarium ................................................................................................ 18
E. Hormon Wanita ................................................................................................ 19
F. Ovulasi ............................................................................................................. 20
G. Pubertas ............................................................................................................ 21
H. Siklus seksual pada pubertas ............................................................................ 22
I. Menopause ....................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 24
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ genetalia dalam (interna) yang terletak
didalam rongga panggul, dan organ genetalia luar (eksterna). Organ-organ wanita ini
berkembang dan matang (matur) akibat rangsangan hormon estrogen dan
progesteron. Seiring peningkatan usia atau bila produksi hormon ovarium menurun,
struktur reproduksi ini akan mengalami atropi (ukuran mengecil). Struktur organ
reproduksi ini selain didukung oleh persyarafan yang kompleks dan luas juga
didukung oleh suplai darah yang banyak. Pada kenyataannya, penampilan genetalia
eksterna sangat bervariasi dan berbeda pada setiap wanita. Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, usia, ras dan jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita dan ini akan
menentukan ukuran, bentuk dan warna genetalia eksterna. Organ genetalia eksterna
ini terdiri atas vulva dan perineum. Sedangkan organ genetalia dalam ini terdiri atas
vagina/liang sanggama, uterus, tuba uterina dan ovarium.
Selain organ reproduksi, wanita juga mempunyai organ pendukung reproduksi
yaitu payudara. Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Suplai darah ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri
aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena
supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran limfatik dari bagian sentral
kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila.
Limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar.
Organ reproduksi dapat mengalami kelainan atau gangguan yang sangat
mempengaruhi kehidupan wanita dan dapat menyebabkan tingginya morbiditas dan
mortalitas. Kelainan tersebut dapat terjadi karena keturunan/genetik, infeksi, virus
dan sebagainya. Macam-macam gangguan pada organ reproduksi wanita antara lain
gangguan menstruasi, endometriosis, kanker, kelainan bentuk dan ukuran, infeksi dan
sebagainya. Oleh karena itu, anatomi fisiologi reproduksi wanita menjadi penting
untuk dibahas.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi dan fisiologis organ reproduksi wanita bagian luar ?
b. Bagaimana anatomi dan fisiologis organ reproduksi wanita bagian dalam ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologis organ reproduksi wanita bagian luar
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologis organ reproduksi wanita bagian dalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar


Menurut Bobak (2004) Organ-organ reproduksi wanita bagian luar terdiri
atas struktur-struktur sebagai berikut:
1. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal
pada waktu melakukan hubungan seks.
2. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah.
Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
Permukaan terdiri dari:
a. Bagian luar: Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
b. Bagian dalam: Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
3. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
4. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
6. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
7. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
8. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
9. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah
berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
B. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam
Menurut Bobak (2004) Organ-organ reproduksi wanita bagian dalam terdiri
atas struktur-struktur sebagai berikut:
1. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang
dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena
itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol
ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan
jalan lahir pada waktu persalinan.
2. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di
pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas
kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang
berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8cm,
dan multipara 8-9 cm.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu:


a. Peritoneum
1) Meliputi dinding rahim bagian luar
2) Menutupi bagian luar uterus
3) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
4) pembuluh darah limfe dan urat saraf
5) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b. Lapisan otot
1) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
2) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
3) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan
serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti.
c. Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
d. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar
panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum
(suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod, ligamentum
sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
1) Ligamentum latum
a) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas
sampai ke dinding panggul
b) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
c) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
d) Ligamentum rotundum (teres uteri)
e) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis
dan mencapai labia mayus
f) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
g) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
2) Ligamentum infundibulo pelvikum
a) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding
panggul
b) Menggantung uterus ke dinding panggul
c) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii
proprium
3) Ligamentum kardinale machenrod
a) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
b) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
c) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum Merupakan penebalan dari
ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
4) Ligamentum vesika uterinum
a) Dari uterus menuju ke kandung kemih
b) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
e. Pembuluh darah uterus
1) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding
lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar
endometrium membentuk arteri spinalis uteri
2) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba
fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
f. Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf
simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser
yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.
3. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke
arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang
tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan
yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
a. Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
c. Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
d. Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
a. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
b. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
c. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
d. Tempat terjadinya konsepsi.
e. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
4. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.Letak:
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum
dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Bagian-bagian yang terdapat pada ovarium di antaranya :
a. Epithelium germinatum lapisan epitel kuboiadl sederhana yang
menutupi permukaan ovarium. Lapisan ini berfungsi sebagai sumber
folikel ovarium.
b. Tunica albugenia, merupakan pembungkus yang terbuat dari jaringan
ikat kolagen, terletek di sebelah bawah epithel germinatum.
c. Stroma, merupakan jaringan ikat yang terletak di sebelah bawah tunica
albugenia. Terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar disebut korteks dan
lapisan dalam disebut medula. Pada bagian kortektes terdapat folikel-
folikel ovarium
d. Folikel ovarium, adalah ovum dan jaringan-jaringan di sekitarnya yang
terdapat dalam bermacam-macam tingkat perkembangan
e. Folikel graf , suatu kelenjar endokrin yang berasal dari ovum yang telah
matang. Bagian ini menghasilkan hormon estrogen.
f. Corpus luteum kelenjar tubuh yang berkembang dari folikel graff
setelah terjadinya ovulasi. Bagian ini menghasilkan hormon-hormon
progesteron, estrogen dan relaksin.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ovarium
merupakan gonad yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon-
hormon kelamin wanita seperti progesterone, estrogen dan relaksin.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a. Korteks ovarii
1) Mengandung folikel primordial
2) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
3) Terdapat corpus luteum dan albikantes
b. Medula ovarii
1) Terdapat pembuluh darah dan limfe
2) Terdapat serat saraf
5. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium
a. Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b. Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c. Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
d. Bagian belakang terdapat ligamentum ovary

C. Siklus Menstruasi
Pada suatu saat perkembangannya, seorang wanita mendapatkan menstruasi,
yaitu meluruhnya jaringan yang terdapat di dalam uterus. Peluruhan ini terjadi
karena tidak terjadi pembuahan atas ovum oleh sperma. Proses menstruasi ini
melibatkan beberapa hormon dan peristiwanya terjadi pada ovarium dan uterus.
Periode siklus menstruasi ini pada umumnya berkisar 28 hari, namun biasa 40
hari atau 21 hari. Pengendali peristiwa menstruasi adalah bagian otak yang
disebut hipotalamus yang antara lain berfungsi untuk mengendalikan proses
perkembangan ovum di dalam ovarium. Hipotalamus mengeluarkan hormon
Gonadotropin Relasing Hormon (GnRH). Hormon ini mempengaruhi bagian
otak lain, yaitu pituitary bagian depan untuk menghasilkan hormon Folikel
Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinazing Hormon (LH).
Karena siklus menstruasi berjalan terus-menerus, maka pembicaraan tentang
menstruasi biasanya dimulai pada hari pertama menstruasi. Seperti dikatakan di
atas bahwa menstruasi melibatkan ovarium dan uterus, maka pembicaraan
selanjutnya akan dimulai dengan ovarium. Menurut Weinsberghe (1995) proses
yang terjadi di dalam ovarium dikelompokkan menjadi 3 fase. Fase pertama
disebut folikuler, diikuti fase ovulasi dan terakhir fase luteal. Fase folikuler
merupaka fase perkembangan ovum yang bermula dari folikel. Fase ini dimulai
pada hari pertama menstruasi dan berlangsung sampai hari ke – 10. Pada saat ini
hormon estrogen dan progesterone di dalam darah rendah, maka otak
menghasilkan hormonhormon GnRH, FSH, dan LH. Keberadaan hormon –
hormon tersebut merangsang 20 folikel primordial mulai tumbuh menjadi folikel
primer. Dan selanjutnya menjadi folikel sekunder. Dari 20 folikel primordial
hanya satu yang tumbuh menjadi folikel matang sedangkan yang lainnya
mengalami degradasi. Folikel matang berada di dalam semacam kantong yang
disebut folikel Graff. Karena adanya hormon FSH dan LH, sel-sel granulose
yang ada di dalam folikel Graff menghasilkan hormon estrogen. Keberadaan
hormon estrogen dalam darah memberikan efek balik negatif terhadap pituitary
bagian depan hipotalamus, sehingga pengeluaran hormon FSH dan LH menurun.
Disamping itu folikel Graff juga sensitive terhadap keberadaan hormon FSH dan
LH, dan meningkatkan pengeluaran hormon estrogen. Jika folikel terus
mengeluarkan estrogen, maka akan memberikan efek positif terhadap
pengeluaran hormon LH. Pengeluaran hormon LH mempengaruhi proses ovulasi.
Proses ovulasi yaitu keluarnya telur (ovum/oocit) dari ovarium ke dalam
rongga pelvic dan bergerak menuju saluran uterin (tuba falopi). Setelah peristiwa
ovulasi, fase berikutnya muncul, yaitu fase luteal. Setelah ovum keluar dari
ovarium, folikel Graff tetap pada permukaan ovarium. Folikel ini berubah
menjadi corpus luteum karena adanya hormon LH. Corpus luteum selanjutnya
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam darah menghambat
dikeluarkannya hormon LH dan FSH, sehingga manghambat pertumbuhan
folikel baru (tidak terbentuk folikel baru). Pada hari ke 22, corpus luteum mmulai
mengalami kemunduran berubah menjadi corpus albicans dan pengeluaran
hormon estrogen dan progesterone menurun. Hal ini menyebabkan proses
menstruasi dan di dalam ovarium mulai terbentuk folikel baru sebagai persiapan
siklus menstruasi berikutnya.
Peristiwa yang terjadi di dalam uterus sejalan dengan peristiwa yang terjadi
di dalam ovarium dan saluran telur, yang dapat di bagi dalam tiga fase pula. Fase
pertama adalah fase menstruasi, kemudian fase proliferasi dan terakhir fase
sekretori. Fase menstruasi berawal dari hari pertama menstruasi sampai hari ke –
lima. Telah dikatakan di atas bahwa proses menstruasi disebabkan oleh
menurunnya kadar hormon estrogen dan progesterone dalam darah. Menstruasi
merupakan peluruhan endometrium yang terdapat di dalam uterus, yang terdiri
dari jaringan dan darah. Fase proliferasi pada uterus bersamaan dengan fase
proliferasi pada ovarium. Pada saat ini dinding dalam uterus (stratum
fungsionalis dan endometrium) menebal. Fase sekretori uterus bersamaan dengan
peristiwa ovulasi, di mana dinding dalam uterus makin menebal dan
diperlengkapi dengan jaringan yang memungkinkan tumbuh berkembangnya
janin apabila terjadi pembuahan (fertilisasi). Kalau tidak terjadi pembuahan,
maka jaringan tersebut akan luruh sebagai menstruasi.
Secara garis besar peristiwa yang terjadi di dalam ovarium dan uterus pada
masa menstruasi adalah terlihat pada Tabel berikut
Tabel: Peristiwa yang Terjadi dalam Ovarium dan Uterus pada Masa
Menstruasi
Masa Menstruasi Kejadian
Ovarium Uterus
Hari ke 1 – 5 *Korpus luteum dari siklus Peluruhan lapisan
menstruasi sebelumnya endometrium uterus
mengalami kemunduran (menstruasi)

*Konsentrasi estrogen dan


progeste- ron mengalami
kemunduran

*GnRH dari hipotalamus


merang- sang kelenjar
pituitary depan untuk
mengeluarkan hormon
FSH dan LH yang semula
terhambat. Bebe rapa
folikel di dalam ovarium
membesar

Hari ke – 6 FSH merangsang


perkembangan beberapa
folikel dan satu folikel
dominan terpilih

Hari ke 7 – 12 Folikel dominan Folikel dominan


menghasilkan hor-mon menghasilkan hor-mon
estrogen, FSH tidak estrogen, FSH tidak
diproduksi lagi diproduksi lagi

Hari ke 12 – 13 Peningkatan kadar hormon Endometrium terus


estrogen dalam darah berkembang
memicu pengeluaran
hormon LH dari kelenjar
pituitary depan

Hari ke – 14 Hormon LH merangsang Endometrium terus


folikel matang berkembang
berkembang secara tepat
mengeluarkan telur
(ovum) yang disebut
ovulasi

Hari ke 15 – 25 Corpus luteum


menghasilkan hormon
estrogen dan progesterone.
Kadar hormon estrogen
dalam darah tinggi
sehingga menghambat
pengeluaran hormon LH
dan FSH. Hal ini
menyebabkan tidak ada
foliker baru yang
dihasilkan

Hari ke 25 - 28 Apabila telur tidak dibuahi Tanpa adanya hormon


( tidak terjadi fertilasi) dan estrogen dan progesterone,
tidak tertanam pada endometrium hancur dan
endometrium, corpus mulai meluruh sehingga
luteum berubah menjadi terjadi menstruasi. Cairan
corpus albicans sehingga menstruasi merupakan
menyebabkan menurunnya gabungan dari jaringan
produksi hormon estrogen endometrium dan darah yang
dan progesteron Hal ini keluar melalui vagina.
menyebabkan Dengan demikian siklus
dihasilkannya kembali uterus mulai lagi.
hormon FSH yang
menyebabkan tumbuhnya
folikel baru. Dengan
demikian siklus ovarium
mulai lagi

D. Siklus Ovarium
Dalam ovarium banyak terdapat sel-sel telur muda yang dikelilingi oleh sel
gepeng bangunan ini disebut folikel primordial. Sebelum pubertas ovarium masih
dalam keadaan istirahat. Pada waktu pubertas pada pengaruh hormon dari lobus
anterior hipofise yaitu FSH. Folikel primordial mulai tumbuh walaupun hanya
satu yang masak kemudian pecah dan yang lainnya mati.
E. Hormon Wanita
Pada wanita terdapat releasing factor (RF) yang dikeluarkan dari
hipotalamus ke hipofisis yang merangsang pengeluaran. Follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), keduanya dikeluarkan dari
hipofisis anterior.
1. Hormon estrogen, Disekresi oleh sel-sel trache intravolikel ovarium,
korpus lotum dan plasenta, sebagian kecil oleh korteks adrenal . estrogen
mempermudah pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan tuba
uterina dan jumlah otot uterus dan kadar protein kontraktil uterus.
Estrogen mempengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi
FSH, dalam beberapa keadaan menghambat sekresi LH dan pada keadaan
lain meningkatkan LH.
Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus yang terdapat pada
kelenjar mamae dan merupakan hormon feminisme wanita terutama
disebabkan hormone androgen. Kerja estrogen pada uterus, vagina, dan
beberapa jaringan lainnya menyangkut interaksi dan reseptor protein
dalam sitoplasma sel. Pengaruh terhadap organ seksual, pembesaran
ukuran tuba palopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons
veneris, dan labia mengawali pertumbuhan mame. Kelenjar mame
berkembang dan menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat,
tumbuh rambut pada pubis dan aksila serta kulit menjadi lembut.
2. Hormon progesteron, hormone ini dihasilkan oleh korpus luteurh dan
plasenta, yang bertanggungjawab atas perubahan endometrium dan
perubahan siklik dalam serviks dan vagina. Progesteron juga memiliki
pengaruh anti-estrogenik pada sel-sel miometrium, yang menurunkan
kepekaan otot tersebut. Sensitivitas miometrium terhadap oksitosin dan
aktivitas listrik spontan, miometrium sementara meningkatkan potensial
membran serta bertanggungjawab meningkatkan suhu basa tubuh pada
saat ovulasi.
3. Follicle stimulating hormone (FSH), mulai ditemukan pada gadis umur 11
tahun dan jumlahnya terus-menerus bertambah sampai dewasa. FSH
dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofise. Pembentukan FSH ini akan
berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalam jumlah yang
cukup, suatu keadaan yang terjadi pada kehamilan.
4. Luteinizing hormone (LH), LH bekerja sama dengan FSH menyebabkan
terjadinya sekresi estrogen dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan
penimbunan substansi dari progesteron dalam sel granulose. Bila estrogen
dibentuk dalam jumlah yang cukup besar akan menyebabkan pengurangan
produksi FSH sedangkan produksi LH bertambah hingga tercapai suatu
rasio produksi FSH dan LH dapat merangsang terjadinya ovulasi.
5. Prolaktin (luteotropin, LTH), hormone ini ditemukan pada wanita yang
mengalami menstruasi, terbanyak pada urine wanita hamil, masa laktasi
dan menopause dibentuk oleh sel alfa (asidofil) dari lobus anterior
kelenjar hipofise.
Fungsi hormon ini adalah mempertahankan produksi progesteron dari
korpus luteum kelenjar hipofise, dirangsang dan diatur oleh pusat yang
lebih tinggi hipotalamus untuk menghasilkan gonodotropbin releasing
factor.

F. Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah
terjadinya menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi dinding luar volikel
yang menonjol akan membengkak dengan cepat dan daerah kecil bagian tengah
kapsul yang disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit
kemudian cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma sekitar dua menit
kemudian folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairannya. Stigma akan
robek cukup besar dan cairan yang lebih kental yang terdapat dibagian tengah
folikel mengalami evaginasi keluar dan ke dalam abdomen. Cairan kental ini
membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulose kecil yang
disebut korona radiata. Luteinizing hormone diperlukan untuk pertumbuhan
akhir folikel dan ovulasi. Kecepatan sekresi LH menimbulkan kelenjar hipofise
anterior meningkat dengan cepat. FSH juga meningkat kira-kira 2-3 kali lipat
pada saat bersamaan. Dibutuhkan dua peristwa untuk berlangsungnya ovulasi:
1. Kapsul folikel mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang
mengakibatkan pelarutan dinding kapsul, mengakibatkan membengkaknya
seluruh folike, dan degenerasi dari stigma.
2. Terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke dalam
dinding folikel.
Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam
folikel yang berperan pada pembengkakan folikel. Akhirnya pembengkakan dan
degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya folikel disertai dengan pengeluaran
ovum.

G. Pubertas
Pubertas yaitu dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan menarke
dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon
gonadotropin oleh hipofise yang perlahan. Dimulai pada tahun ke-8 dari
kehidupan dan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11-16
tahun.
Pada wanita, kelenjar hipofise dan ovarium akan mampu menjalankan fungsi
penuh apabila dirangsang secara tepat. Timbulnya pubertas di rangsang oleh
beberapa proses pematangan yang berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus
dan sistem limbic ditandai dengan,
1. Peningkatan sekresi estrogen pada pubertas
2. Variasi siklus seksual bulanan
3. Peningkatan sekresi estrogen lebih lanjut selama beberapa tahun pertama
dari kehidupan seksual
4. Terjadinya penurunan progresif dari sekresi estrogen menjelang akhir
kehidupan seksual
5. Hampir tidak ada sekresi estrogen dan progesteron sesudah menopause

H. Siklus seksual pada pubertas


Bila lonjakan LH praovulasi tidak cukup besar, ovulasi tidak berlangsung,
disebut sebagai anovulatorik. Variasi siklus seksual terus berlanjut tetapi
mengalami perubahan. Tidak adanya ovulasi menyebabkan korpus luteum gagal
berkembang, sebagai akibatnya hampir tidak ada sekresi progesteron selama
bagian akhir dari siklus. Siklus akan memendek beberapa hari tetapi ritmenya
terus berlanjut yang memungkinkan progesteron tidak dibutuhkan untuk
mempertahankan siklus itu sendiri walaupun dapat mengubah ritmenya. Siklus
anovulatorik biasanya terjadi selama beberapa siklus pertama sesudah pubertas
atau beberapa bulan bahkan tahunan sebelum menopause. Hal ini mungkin
karena pada saat tersebut lonjakan LH tidak cukup kuat untuk terjadinya ovulasi.

I. Menopause
Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur
dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus sesudah beberapa bulan sampai
beberapa tahun, dan siklus terhenti sama sekali. Hormone-hormon kelamin
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada, disebut sebagai
menopause. Penyebab menopause adalah matinya ovarium. Sepanjang kehidupan
seksual seorang wanita kir-kira 400 folikel primordial, tumbuh menjadi folikel
vesicular, dan berovulasi, sementara ratusan ribu ovum berdegenerasi.
Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi
dapat menghambat produksi FSH dan LH, juga tidak dapat merangsang lonjakan
LH dan FSH untuk menimbulkan ovulasi. Pada saat menopause seornag wanita
harus menyesuaikan kembali kehidupan fisiologis yaitu kehidupan yang kosong
tanpa hormone-hormon tersebut. Hilangnya estrogen menimbulkan perubahan
fisiologis tubuh :
1. Rasa panas ditandai dengan kemunduran kulit yang ekstrem
2. Gelisah, letih, dan ansietas
3. Penurunan kekuatan pada tulang seluruh tubuh
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. 2004. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A. Wijaya Rini. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Alihbahasa oleh : Maria A, dkk. Jakarta : EGC
Sumiati. 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal Biologi:Vol. 2 No. 2.
Sutarno, Nono. 2010. Reproduksi Manusia. Perpustakaan Digital: Universitas
Terbuka. Diakses melalui: http://repository.ut.ac.id/4358/1/PEBI4525-M1.pdf
Syaifuddin, H. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi 3.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai