Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunoterapi sebagai pengobatan kanker merupakan strategi yang telah
lama ada dan terus berkembang hingga saat ini. Kebutuhan adanya molekul
terapeutik baru, meningkatnya pengetahuan mengenai pengaturan gen dan
interaksi protein, dan perkembangan teknologi yang pesat telah
mempertahankan pendekatan terapi ini pada garis terdepan pengobatan
kanker. Berbagai hasil dan observasi dari uji klinis memungkinkan pengertian
yang lebih mendalam mengenai mekanisme in vivo dan jalur yang terlibat
dalam respon anti-tumoral; dan karena itu, berkontribusi dalam peningkatan
imunoterapi kanker.
Ide untuk menggunakan imunoterapi untuk membasmi kanker bermulai
pada pada abad ke-19 ketika Dr. William Coley menemukan efek bakteri
pada regresi tumor. Beberapa tahun kemudian, Drs. Richet dan Hericourt
menginjeksi pasien dengan “serum antitumor” yang didapatkan dari hewan
untuk memberikan antibodi terhadap protein terkait tumor (tumor associated
protein), sebuah teknologi yang disebut imunoterapi pasif. Pada awalnya,
vaksin BCG juga digunakan untuk menstimulasi sistem imun aktif
(imunoterapi aktif) dan mengeradikasi kanker. Lebih lanjut, imunoterapi
kanker telah memasukkan penggunaan sel imun yang diinfuskan selama
transplantasi sumsum tulang (imunoterapi adoptif), antibodi, dan sitokin. Hal
ini telah dihubungkan dengan kombinasi dari berbagai pendekatan, seperti
terapi sel dan gen. Terapi berbasis sel punca (stem cell), engineering dan
targeting jaringan juga berkontribusi terhadap keberhasilan terkini pada studi
imunoterapi pre-klinik.
Kemajuan teknologi yang luas diperlukan untuk implementasi pendekatan
imunoterapi yang hingga saat ini terus berkembang. Karena itu penting bagi
dokter untuk mengerti hal ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Immunotherapy?
2. Bagaimana sejarah adanya immunotherapy?
3. Apa saja jenis-jenis immunotherapy?
4. Bagaimana cara pemberian immunotherapy?
5. Apa manfaat immunotherapy pada kanker?
6. Apa efek daripada immunotherapy?

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana itu therapy immunologi,
khususnya pada penderita kanker.
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1 Definisi Immunotherapy
Imunoterapi merupakan metode pengobatan untuk memperkuat sistem
kekebalan tubuh (imun) untuk melawan penyakit tertentu. Pengobatan ini
sudah mulai diteliti dan dilakukan secara terbatas pada 2004-2006 di Amerika
dan mulai dipasarkan tiga tahun kemudian.
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan
Makanan Amerika Serikat mulai menyantumkan imunorterapi sebagai
pengobatan second line pada Desember 2015. Sementara, di Indonesia baru
bisa diakses pada Agustus 2016 dengan akses khusus yang diberikan
Kementerian Kesehatan.
Imunoterapi adalah bentuk perawatan kanker yang memanfaatkan sistem
kekebalan tubuh (imun) manusia untuk melawan kanker. Hal ini bisa
dilakukan dengan dua cara. Yang pertama adalah merangsang sistem
kekebalan Anda sendiri untuk menghentikan pertumbuhan dan perkembang
biakan sel kanker dalam tubuh. Cara kedua yaitu memberikan zat khusus
buatan manusia yang memiliki fungsi dan sifat seperti imun, misalnya protein
imun.
Imunoterapi merupakan terapi untuk menaikkan kekebalan tubuh terhadap
kanker. Pada penderita kanker, kekebalan alamiahnya tertekan sehingga pada
saat kanker itu manifestasi klinik, kemampuan tubuh untuk membunuh sel-sel
kanker telah dilampaui.
Imunoterapi kanker berupaya membuat sistem kekebalan tubuh mampu
mengalahkan keganasan sel-sel kanker, dengan cara meningkatkan atau
mengarahkan reaksi kekebalan tubuh terhadap sel kanker, atau
mengembalikan kemampuan tubuh dalam menaklukkan kanker (body
response modifiers)
2. 2 Imunologi Dasar
Sistem imun dapat dianggap memiliki dua baris pertahanan: pertama,
mewakili suatu respon non-spesifik (tanpa memori) terhadap antigen yang
dikenal sebagai sistem imun bawaan (innate immune system); dan kedua,
sstem imun dapatan (adaptive immune system), yang menunjukkan derajat
spesivisitas dan respon yang lebih tinggi. Sistem imun bawaan sebagai garis
depan pertahanan terhadap patogen yang masuk, merespon secara cepat,
namun tidak dapat “mengingat” patogen yang sama apabila patogen tersebut
menyerang lagi. Meskipun sel dan molekul dari sistem imun dapatan berkerja
lebih lambat dibanding sistem imun bawaan, sistem imun ini memiliki derajat
spesivisitas yang tinggi dan menimbulkan respon yang lebih hebat pada saat
paparan kedua dari patogen yang sama.
Sistem imun dapatan seringkali mengikutsertakan sel dan molekul sistem
imun bawaan untuk melawan patogen berbahaya. Sebagai contoh,
komplemen (suatu molekul dari sistem imun bawaan) dapat diaktivasi oleh
antibodi (suatu molekul dari sistem imun dapatan). Perbandingan dari kedua
sistem dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Sel dan Molekul Sistem Imun Bawaan dan Dapatan
Sistem Imun Sel Molekul
Bawaan Sel Natural Sitokin
Killer (NK) Komplemen
Sel Mast Protein fase akut
Sel Dendritik
Fagosit
Dapatan Sel T dan B Sitokin
Antibodi

2. 3 Sejarah Immunotherapy
Walaupun dibidang ilmu kedokteran immunotherapy termasuk disiplin
baru, sejarahnya bermula sejak tahun 1778 pada saat Edward Jenner, seorang
dokter berkebangsaan Inggris menemukan vaksin cacar. Jenner mengamati
bahwa wanita-wanita pemerah susu yang sudah pernah terkena cacar sapi
(cowpox) terlindung dari virus smallpox (cacar yang menyerang manusia)
yang mematikan. Cowpox adalah virus penyebab cacar pada sapi. Virus ini
tidak terlalu berbahaya dibandingkan dengan salah satu varian nya yaitu
smallpox yang menyerang manusia. Untuk menguji hipotesanya Jenner
menyuntikan cairan yang disedot dari bisul seorang wanita pemerah sapi yang
sedang terkena cacar sapi ke lengan seorang anak kecil untuk menularkan
virus tersebut. Setelah anak tersebut sembuh dari cacar sapi, Jenner
menularkan smallpox kepada anak kecil tersebut. Seperti telah diduga oleh
Jenner, virus yang masuk tersebut tidak berkembang menjadi penyakit cacar
di tubuh anak kecil tersebut. Teknik yang diberi nama vaksinasi oleh Jenner
ini berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi. Tanpa pemahaman
imliah yang memadai, Jenner telah menciptakan metoda yang cukup efektif
untuk mencegah berjangkitnya penyakit yang fatal.
Baru pada akhir abad 19 ilmu kedokteran berhasil menguak rahasianya :
Jenner telah mensimulasi kondisi yang memungkinkan anak tersebut
memperoleh kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu (acquired immunity).
Pada saat sang anak terjangkit penyakit cacar ringan (cowpox), sistem
kekebalan di tubuhnya mengeluarkan reaksi perlawanan terhadap virus yang
datang menyerang. Pada kesempatan lainnya, saat tubuhnya terpapar virus
smallpox, virus tersebut tidak berkembang menjadi penyakit karena limfosit
memory (sel T dan B) dari sel-sel kekebalan telah mengingat infeksi cacar
sapi yang pernah dideritanya. Kondisi ini merangsang tubuh untuk
memproduksi antibodi yang cocok untuk virus yang sejenis dengan virus
cacar sapi yang pernah dideritanya. Experimen rintisan ini membuka jalan
bagi diproduksinya vaksin-vaksin rabies, dipteri, demam kuning / jaundice,
polio, gondongan, hepatitis B, campak, flu, batuk rejan / pertusis, dan tetanus.
Saat ini immunotherapy sudah jamak digunakan untuk mengatasi infeksi
mikroba.
Hubungan antara kanker dan sistem kekebalan baru diketahui kira-kira
seabad yang lalu, jauh sebelum cara kerja sistem kekebalan manusia yang
kompleks betul-betul dipahami. Di awal 1890-an Dr William B. Coley
seorang dokter di New York dibuat bingung oleh hilangnya tumor ganas dari
seorang pasien yang kebetulan terjangkit infeksi bakteri streptococcus akut.
Menduga bahwa infeksi bakteri tersebut (dengan cara yang tidak
dipahaminya) menyebabkan melemahnya tumor, Coley melakukan sebuah
ekperimen. Coley menyuntikkan streptococcus ke tubuh pasien penderita
kanker yang tidak mungkin lagi dioperasi untuk melihat apakah tumor pasien
tersebut akan berkurang. Setelah mencoba tiga macam kultur bakteri ke
dalam tubuh tiga orang penderita, pada experiment yang keempat dia
mendapatkan formula yang sukses menghilangkan tumor pasien seluruhnya.
Dr Coley terus mengembangkan penelitian ini dan menghasilkan campuran
bakteri mati yang dikenal dengan Coley’s mixed bacterial toxin untuk terapi
kanker. Kelompok Coley menangani lebih dari seribu pasien dengan tingkat
keberhasilan yang bervariasi. Pada saat itu immunology masih pada fase awal
dan belum mampu menjelaskan banyak hal. Karena hasil yang tidak bisa
diramalkan dan tidak ada komunitas kedokteran yang sanggup menjelaskan
cara kerja metoda perawatan Coley, metoda ini tidak diakui dan akhirnya
menjadi terlupakan pada tahun-tahun selanjutnya.
Minat para ilmuwan kembali lagi saat anak Dr Coley, Helen Coley Nauts
mempublikasikan hasil pengamatan yang jenius terhadap eksperimen-
eksperimen ayahnya. Hasil pengamatan ini disusun dan dibagi-bagikan ke
komunitas ilmuwan. Perlahan-lahan para ilmuwan mulai mengerti bagaimana
formula Dr Coley berfungsi. Ternyata formula bakteri Dr Coley telah
merangsang sel-sel imun tertentu untuk membunuh sel-sel kanker baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sejak didirikannya Cancer Research
Institute oleh Helen Coley Nauts pada tahun 1953, lembaga itu telah
membagi-bagikan berbagai hasil penelitian untuk mendukung riset lanjutan
yang bertujuan menguak hubungan antara kanker dan sistem kekebalan. Hari
ini cancer immunology merupakan bidang yang berkembang pesat dan Dr
Coley dianggap sebagai bapak “cancer immunotherapy” (terapi sistem
kekebalan untuk melawan kanker).

2. 4 Jenis-jenis Immunotherapy
Imunoterapi untuk kanker memang belum banyak disediakan di berbagai
rumah sakit di seluruh dunia, tak seperti kemoterapi atau radioterapi. Di
Indonesia sendiri imunoterapi untuk kanker masih dalam tahap
pengembangan dan penelitian. Namun, inilah macam-macam jenis
imunoterapi yang telah diteliti dan diterapkan di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
1. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal adalah salah satu imun buatan manusia yang
bisa menargetkan sel kanker tertentu. Antibodi yang diinjeksikan
dalam tubuh ini akan menempel pada sel yang bermasalah sehingga sel
tersebut bisa langsung dilawan.
2. Vaksin kanker
Vaksin adalah salah satu cara untuk membantu tubuh melawan
penyakit. Vaksin yang diberikan akan memicu reaksi sistem kekebalan
tubuh terhadap antigen tertentu, yaitu zat yang bisa mendorong
produksi antibodi. Dengan vaksin tersebut, sistem imun pun akan
bereaksi untuk mendeteksi dan mencegah sel kanker.
3. Terapi T-cell
Ada dua bentuk terapi T-cell yang saat ini dipakai untuk melawan
kanker. Yang pertama, para ahli akan mengambil sel imun Anda yang
sebenarnya mampu mendeteksi dan mencegah tumbuhnya kanker, tapi
jumlahnya terlalu sedikit atau responnya terlalu lemah. Sel imun
tersebut akan kemudian digandakan di laboratorium dan disuntikkan
kembali dalam tubuh supaya reaksinya jadi lebih kuat. Yang kedua, sel
imun Anda akan direkayasa sedemikian rupa agar bisa bekerja lebih
efektif dalam mendeteksi dan menghentikan pertumbuhan kanker
dalam tubuh.
2. 5 Cara kerja Immunotherapy
Sistem kekebalan tubuh Anda terdiri dari berbagai organ tubuh, sel, dan
zat kimia yang bisa membantu menyerang virus, bakteri, dan kuman
penyebab infeksi dan penyakit. Ini karena sistem kekebalan tubuh sudah hafal
zat-zat apa saja yang memang sudah seharusnya tinggal dalam tubuh Anda.
Maka, kalau ada kejanggalan atau zat asing yang tidak dikenalinya, imun
akan langsung bekerja untuk mencegah timbulnya reaksi yang tidak
diinginkan oleh tubuh.
Namun, selama ini sistem imun kesulitan untuk langsung mematikan
kanker. Ini karena kanker lahir ketika ada sel tubuh yang mengalami mutasi
gen dan akhirnya tumbuh atau menyebar di luar kendali. Pasalnya, mutasi
atau perubahan sel ini adalah proses yang biasa terjadi dalam tubuh, sehingga
kadang sistem imun tidak menyadari bahwa hal tersebut bersifat mengancam.
Namun kadang-kadang sistem imun bisa membedakan sel mana yang normal
dan sel mana yang sudah mengandung unsur kanker. Sayangnya, saat itu
biasanya kanker sudah tumbuh cukup ganas sehingga sistem imun kewalahan
untuk menyeranganya.
Para ahli dalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan justru melihat
adanya potensi yang menjanjikan dari masalah ini. Maka, dikembangkanlah
imunoterapi untuk kanker sehingga sistem imun Anda jadi lebih cepat
mendeteksi pertumbuhan kanker dan mampu melawannya dengan lebih
sistematis serta efektif.
Secara sederhana, imunoterapi bisa dikatakan pengobatan kanker dengan
cara meningkatkan imunitas pada pasien. Walaupun pada awalnya
pengobatan dengan metode ini pernah dianggap remeh dan dijadikan hanya
sebagai alternatif. Namun, kini FDA malah sudah menyetujuinya sebagai
pengobatan lini pertama. Imunoterapi bekerja dengan mencegah interaksi
antara sel T milik sistem imun dan tumor. Saat tumor dan sel T berinteraksi,
sebuah protein di tumor yang disebut Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1)
melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun tidak dapat mengenali dan
membunuh sel-sel kanker.
Sejatinya, sel imun dalam tubuh sudah terprogram untuk membunuh sel
kanker. Namun, sel-sel kanker juga membuat zat-zat untuk melemahkan
respons imun dengan cara mengubah bentuk sehingga sulit dikenali sel T.
Melalui imunoterapi, interaksi ini bisa diblok sehingga sel T bisa mendeteksi
dan membasmi sel-sel kanker. Sebelum mendapatkan terapi ini, pasien
disyaratkan harus responsif PD-L1 di tumor. Setelahnya baru pembrolizumab
diberikan dengan cara diinfus selama 30 menit dalam jangka waktu per 21
hari.

2. 6 Indikasi Imunoterapi
Indikasi yang pasti pemberian imunoterapi untuk kanker belum jelas,
namun umumnya imunoterapi diberikan sebagai terapi tambahan untuk
menaikkan daya tahan tubuh, mendorong maturasi atau diferensiasi sel,
menghambat pertumbuhan sel kanker. Imunoterapi pada kanker diperlukan
karena sistem immune tubuh yang kurang merespon terhadap antigen kanker.
Terapi kanker secara konvensional, dengan operasi, radiasi dan obat anti
kanker mempunyai efek sampingan, yaitu immunosupresif atau menurunkan
kekebalan tubuh. Ini dapat menimbulkan sisa-sisa sel kanker yang masih ada
dan yang tidak mati dapat tumbuh lagi dengan cepat. Karena itu imunoterapi
yang menaikkan kekebalan tubuh dapat membantu mengatasi masalah ini.

2. 7 Fungsi Imunoterapi
Untuk memperbaiki kemampuan sistem kekebalan dalam menemukan dan
menghancurkan kanker, para peneliti telah menciptakan pengubah respon
biologis (biologic response modifiers). Bahan tersebut digunakan untuk
fungsi-fungsi berikut :
1. Merangsang respon anti-tumor tubuh dengan meningkatkan jumlah sel
pembunuh tumor atau menghasilkan 1 atau lebih bahan kimia pembawa
pesan (mediator)
2. Secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor atau bahan
kimia pembawa pesan
3. Mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon
kekebalan
4. Mengubah sel-sel tumor untuk meningkatkan kemungkinan mereka
memicu suatu respon kekebalan atau membuat sel-sel tumor lebih
mungkin dirusak oleh sistem kekebalan
5. Memperbaiki toleransi tubuh terhadap terapi penyinaran atau bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam kemoterapi.

2. 8 Cara Pemberian Imunoterapi


Pemberian imunoterapi ialah dengan cara memanipulasi mekanisme
kendali immunitas tubuh dengan suatu biologic response modifiers.Adapun
cara pemberian imunoterapi meliputi :
1. Non spesifik
a. Vaksin
Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja
dimulai. Sebagian besar masih dalam tahap penelitian dan
uji klinis, sehingga belum bisa digunakan secara umum.
Berbeda dengan vaksin pada umumnya yang diberikan
sebagai pencegahan pada orang yang sehat, pada penderita
kanker vaksin digunakan sebagai pengobatan. Vaksin
tersebut merangsang sistem kekebalan tubuh manusia untuk
mampu mengenali sel-sel kanker, menghentikan
pertumbuhannya, mencegah kekambuhannya, dan
membersihkan sisa-sisa kanker dari pengobatan operasi,
kemoterapi, atau radiasi. Jika diberikan dalam tahap dini,
vaksin kanker dapat membuatnya sembuh secara total.
Sedang vaksin yang difungsikan sebagai pencegah kanker,
sebenarnya adalah vaksin untuk melawan virus penyebab
penyakit yang dapat menjurus ke kanker, misalnya vaksin
hepatitis B (kanker hati) dan vaksin human papilloma virus
(kanker leher rahim). Contoh vaksin lainnya adalah BCG
(Bacille Calmette Guérin). Vaksin TBC yang biasa
diberikan pada bayi baru lahir ini bukan golongan vaksin
kanker, tetapi merupakan salah satu perintis imunoterapi
untuk kanker. Biasanya diberikan bersama-sama dengan
kemoterapi, radiasi, atau imunoterapi jenis lain. Fungsi
utamanya meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi dapat juga
menyembuhkan kanker kandung kemih.
b. Interferon (IFN)
Interferon adalah suatu protein yang dihasilkan oleh
sel imun akibat respon terhadap infeksi virus atau stimulasi
akibat suatu DNA rantai ganda, antigen ataupun mitogen.
Ada 3 macam interferon : IFN-, IFN- dan IFN-.
Interferon memiliki berbagai fungsi biologis: sebagai
imunomodulator, antiviral, mengganggu proliferasi sel,
inhibisi angiogenesis, regulasi dari diferensiasi,
meningkatkan ekspresi berbagai antigen permukaan sel,
dan yang paling penting sebagai efek antitumornya adalah
kemampuan antiproliferatif dari interferon. Interferon,
khususnya interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama
yang digunakan untuk mengobati kanker. Sitokin ini
sebenarnya juga diproduksi dalam tubuh, tetapi jumlahnya
kecil. Selain langsung menyerang sel kanker, interferon-α
juga dapat menghentikan pertumbuhan kanker atau
mengubahnya menjadi sel normal. Diduga interferon juga
merangsang kerja sel NK, sel T, dan makrofag; serta
mengurangi suplai darah ke sel kanker.
IFN memiliki kemampuan antitumor untuk: hairy
cell leukemia, chronic myelogenous leukemia, cutaneous T-
cell lymphoma, dan Kaposi's sarcoma, non-Hodgkin’s
Lymphoma, kanker ovarium, kanker ginjal dan kanker buli.
Dosis maksimal yang dapat ditoleransi berada diantara 10-
20/m2 per-hari atau 50/m2 per-dua-hari untuk periode
minggu sampai bulan.
c. Interleukin-2
Ada beberapa tipe interleukin, dalam pengobatan
kanker yang telah dicobakan adalah IL-2, yang juga disebut
dengan T-cell growth factor karena mampu
mempertahankan petumbuhan sel-T yang telah diberi
antigen dalam kultur, IL-2 merangsang pertumbuhan sel-T,
menaikkan aktivitas NK sel, memulihkan supresi imun
karena glikokortikosteroid dan sekresi antibodi oleh sel-T.
Interleukin-2 tidak memiliki efek langsung terhadap
sel kanker, namun efeknya dihasilkan dari kemampuan IL-2
untuk menstimulasi reaksi imun. IL-2 sekarang banyak
digunakan untuk pengobatan pasien melanoma dan kanker
ginjal yang telah bermetastase. Pemberian dosis tinggi yang
digunakan adalah dengan bolus intravena IL-2 dosis tinggi
yaitu 720.000 IU/kg setiap 8 jam, baik IL-2 saja atau
dikombinasi dengan terapi lain.
2. Spesifik
a. Antigen sel tumor
Immunoerapi spesifik diberikan dengan
menggunakan antigen sel tumor, yaitu sel tumor yang
dimatikan atau dilemahkan daya tumbuhnya lebih dulu
degan radiasi atau sitostatika.
b. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal dibuat di laboratorium khusus
untuk melawan antigen tertentu. Antibodi monoklonal
dibuat dengan rekayasa genetika, yaitu dengan teknik
hibridoma Karena tiap jenis kanker mengeluarkan antigen
yang berbeda, maka berbeda pula antibodi yang digunakan.
Antibodi monoklonal juga dapat mempengaruhi cell
growth factors, karenanya dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan sel-sel tumor. Jika dipadu
dengan radioisotop, obat kemoterapi, atau imunotoksin,
antibody monokonal ini merpakan “magic bullet” atau
“peluru ajaib” yang mencari sel kanker dimanapun ia
berada dan membunuhnya tanpa menimbulkan kerusakan
pada sel normal. Beberapa jenis antibodi monoklonal yang
banyak dipergunakan antara lain rituximab (untuk Non
Hodgkin Malignant lymphoma), trastuzumab (kanker
payudara yang sudah menyebar), alemtuzumab (leukemia
limfositik kronis),bevacizumab (kanker usus besar),
cetuximab (kanker usus besar), gemtuzumab ozogamicin
(leukemia myelogenik akut). Antibodi monoklonal untuk
berbagai jenis kanker lainnya sedang dalam tahap uji klinis.

2. 9 Efek Samping Imunoterapi


Seperti halnya terapi perawatan kanker lainnya, imunoterapi untuk kanker
juga bisa menimbulkan efek samping bagi pasien. Biasanya efek samping
yang paling terasa adalah rasa sakit, gatal, atau pembengkakan pada bagian
tubuh yang disuntik dengan imun. Selain itu, efek samping yang mungkin
dialami antara lain adalah:
1. Demam
2. Mual dan muntah
3. Sakit kepala
4. Nyeri sendi dan otot
5. Gejala seperti mau sakit flu
6. Sulit bernapas
7. Tekanan darah tinggi atau rendah
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunoterapi kanker berupaya membuat sistem kekebalan tubuh mampu
mengalahkan keganasan sel-sel kanker, dengan cara meningkatkan atau
mengarahkan reaksi kekebalan tubuh terhadap sel kanker, atau
mengembalikan kemampuan tubuh dalam menaklukkan kanker (body
response modifiers).
Penggunaan imunoterapi spesifik lebih definitif, tetapi lebih rumit dan
biayanya lebih mahal, karena itu lebih sering diberikan imunoterapi
nonspesifik yang lebih sederhana dan lebih murah.
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/imunoterapi-untuk-kanker/

https://sains.kompas.com/read/2017/06/16/190300423/imunoterapi.untuk.kanker.
paru.kini.tersedia.di.indonesia

http://transferfactor-untuk-imunitas.com/2019/01/sejarah-immunotherapy-terapi-
sistem.html

Janis Kuby (1994). Immunology. 2nd edition. W.H.Freeman an Company. Chapter


25

Kirkwood J. Immunotherapy of Cancer in 2012. CA CANCER J CLIN


2012;62:309 -335

Anda mungkin juga menyukai