Anda di halaman 1dari 2

BAB V

KESIMPULAN

Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang

terlokalisir. Abses paru Primer adalah akibat pneumonia aspirasi atau bronkogenik.

Abses paru Sekunder adalah infeksi yang terjadi pada orang yang sebelumnya sudah

mempunyai kondisi seperti obstruksi, bronkiektasis, dan gannguan imunitas. Abses

paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme : kelompok bakteri anaerob,

kelompok bakteri aerob, kelompok jamur.

Diagnosis abses paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan

pemeriksaan penunjang. Keluhan penderita yang khas seperti malaise, demam tinggi,

batuk purulent dengan bau amis. Dari pemeriksaan laboratorium. Hitung leukosit

umumnya tinggi berkisar 10.000-30.000/mm3.

Pada gambaran radiologik dapat ditemukan gambaran satu atau lebih kavitas yang

disertai dengan adanya air fluid level. Khas pada abses paru anaerobik kavitasnya

singel (soliter) yang biasanya ditemukan pada infeksi paru primer, sedangkan abses

paru sekunder (aerobik, nososkomial atau hematogen) lesinya biasanya multiple.

Pada terapi peroral diberikan: Penisilin oral 750 mg empat kali sehari. Apabila

hasil terapi kurang memuaskan, terapi dapat dirubah dengan: Klindamisin 600 mg tiap

8 jam, Metronidazol 4x500 mg, atau Gentamisin 5 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis

tiap hari.

44
Drainase postural selalu dilakukan bersama dengan pemberian terapi antibiotik.

Tubuh diposisikan sedemikian rupa sehingga drainase pun menjadi lancar. Pada

kebanyakan pasien, drainase spontan terjadi melalui cabang bronkus,

denganbproduksivsputumcpurulen.

Pembedahan dilakukan bila terapi antibiotik gagal, yaitu bila : Abses menjadi

menahun, Kavitas, produksi dahak, dan gejala klinik masih tetap ada setelah terapi

intensif selama 6 minggu,

Angka kematian yang disebabkan oleh abses paru terjadi penurunan dari 30 –

40 % pada era preantibiotika dan sampai 15 – 20 % pada era sekarang.

45

Anda mungkin juga menyukai