Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam selalu kami tututurkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak
DR.Drs Komaruddin S, M.Ag selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas tugas yang telah
diberikan sehingga menambah pemahaman saya tentang Akhlak.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lain berkat Allah SWT
sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam juga disusun untuk memperluas ilmu tentang Akhlak dalam
Agama Islam, yang saya dapatkan dari berbagai macam sumber informasi dan referensi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa Universitas Tridinanti dan yang lainnya. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen
Mata Kuliah saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca termasuk.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


PENDAHULUAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa komponen utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan
akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan
para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya
hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan
diatas berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.

Kata akhlaq yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata khilqun,
yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu
akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara
makhluk dan Khalik serta antara makhluk dan makhluk lainnya.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan
dibicarakan nanti, merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari’ah.
Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk
perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah :

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tarmizi)

Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak
Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an yang
menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah yang penting ini sering
kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan dengan penggambaran tentant syari’at,
terutama yang berhubungan dengan shalat, sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak
agama Islam, dalam praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain dengan akhlak Islami
yang disebut di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan beliau sehari-
hari.
PEMBAHASAN

Pengertian Akhlak Dalam Islam


Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segisegi persesuaian kata khaliq dan
makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti.
Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti amanah, sabar, pemaaf,
rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.

Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan,
bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam
kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di
dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa
terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Suri teladan yang diberikan Rasulullah SAW.
selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur’an. Butir-butir akhlak yang
baik yang disebut dalam ayat yang ada di dalam AlQur’an terdapat juga dalam Al-Hadits yang memuat
perkataan, tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad SAW. selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah
dan 10 tahun di Madinah. Menurut Siti‘Aisyah ra. (Isteri Rasulullah SAW.), bahwa akhlak Rasulullah
SAW adalah Al-Qur’an. Dan di dalam Al-Qur’an pun Rasulullah SAW. Dipuji oleh Allah SWT. dengan
Firman-Nya

“Dan engkau Muhammad, sungguh memiliki akhlak yang

agung”. (QS. Al-Qalam ayat 4).

Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :

1. Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.

2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.

Secara garis besarnya akhlak dibagi dua, yaitu :

1. Akhlak terhadap Allah SWT.

2. Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)

Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua, yaitu :

1. Akhlak terhadap manusia

2. Akhlak terhadap bukan manusia

Akhlak terhadap manusia dibagi dua, yaitu :

1. Akhlak terhadap diri sendiri

2. Akhlak terhadap orang lain

Akhlak terhadap bukan manusia dibagi dua, yaitu :

1. Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak

terhadap tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna)

2. Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, seperti akhlak

terhadap tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan


bukan manusia, kini disebut akhlak terhadap lingkungan hidup

Macam-Macam Akhlak Dalam Islam


Ada 2 macam jenis pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji) dan akhlak madzmumah
(akhlak tercela) :

Akhlak Mahmudah

Akhlak Mahmudah adalah Akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Contoh akhlak terpuji,
diantaranya:

1. Jujur, adalah tingkah laku yang mendorong keinginan atau niat baik dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya atau orang lain.
2. Berperilaku baik, adalah reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya dengan cara
terpuji.
3. Malu, adalah perangai seseorang untuk meninggalkan perbuatan buruk dan tercela
sehingga mampu menghalangi seseorang untuk berbuat dosa dan maksiat serta dapat
mencegah orang untuk melalaikan orang lain.
4. Rendah hati, sifat seseorang yang dapat menempatkan dirinya sederajat dengan orang lain
dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
5. Murah hati, adalah sikap suka memberi kepada sesama tanpa pamrih atau imbalan.
6. Sabar, menahan segala sesuatu yang menimpa diri (hawa nafsu).

Akhlak Madzmumah

Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela atau akhlak yang buruk. Contoh akhlak
madzmumah antara lain:

1. Riya’, beramal atau melakukan sesuatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang
atau mendapatkan pujian orang. Dengan kata lain, Riya’ yaitu pamer.
2. Sum’ah, melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengaroleh orang lain dengan
maksud agar namanya dikenal.
3. Ujub, mengagumi diri sendiri.
4. Takabur, membanggakan diri sendiri karaena merasa dirinya paling hebat dibandingkan
dengan orang lain.
5. Tamak, serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki
6. Malas, enggan melakukan sesuatu.
7. Fitnah, mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya.
8. Bakhil, tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki dengan orang lain
(pelit). Dan segala yang merugikan makhluk lain.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak


Ada 2 faktor yang mempengaruhi akhlak yaitu faktor keturunan atau keluarga dan faktor lingkungan atau
pergaulan.

Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup akhlak sangat luas. Menurut Muhammad Abdullah Daras ada 5 bagian ruang lingkup
diantaranya:

Akhlak Pribadi (Al-Ahklak Al-Fardiyah)

Akhlak pribadi terdiri dari:

 Ahklak yang diperintahkan


 Akhlak yang dilarang
 Akhlak yang dibolehkan
 Akhlak dalam keadaan darurat
Akhlak Berkeluarga (Al-Akhlak Al-Usrawiyah)

Akhlak berkeluarga terdiri dari:

 Kewajiban timbal balik orang tua dan anak


 Kewajiban suami istri
 Kewajiban terhadap karib kerabat

Akhlak Bermasyarakat (Al-Akhlaq Al Ijtima’iyah)

Akhlak Bermasyarakat terdiri dari:

 Akhlak yang dilarang


 Aklhak yang diperintahkan
 Kaedah-kaedah adab

Akhlak Bernegara (Akhlak ad-Daulah)

Akhlak Bernegara terdiri dari:

 Hubungan antara pemimpin dan rakyat


 Hubungan luar negeri

Akhlak Beragama

Akhlak beragama yaitu kewaiban terhadap Allah Swt.

Menurut Yuniar Ilyas, ruang lingkup akhlak dibagi menjadi 6 bagian diantaranya:

 Akhlak terhadap Allah Swt.


 Akhlak terhadap Rasulullah
 Akhlak terhadap diri sendiri
 Akhlak dalam keluarga
 Akhlak dalam bermasyarakat

Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama


AKHLAK KEPADA ALLAH

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri
perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu beakhlak kepada Allah.

Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air
yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana di firmankan oleh
Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya sebagai berikut :

“(5) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6) Dia tercipta dari air yang
terpancar. (7) yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”(at-Thariq : 5-7)

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada
manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat 78 yang artinya adalah :

“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. ( Q.S an-Nahal : 78)

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13 yang memiliki arti sebagai
berikut :
"(12) Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.
(13) Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kamu yang berpikir.” (Q.S al-Jatsiyah : 12-13 )

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70 yang memiliki arti, yaitu :

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan
lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S al-Israa : 70)

Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian
agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.

Sedangkan menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Memnina Moral dan Akhlak”
bahwa akhlak terhadap Allah itu antara lain :

1. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.

2. Berbaik sangka kepada Allah SWT.

3. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.

4. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.

5. Bertawakal / berserah diri kepada Allah SWT.

6. Senantiasa mengingat Allah SWT.

7. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.

8. Melaksanakan apa yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT.

Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, yaitu bahwa
manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya sematadengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditunjukkan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah
pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin
dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur’an yang harus dipelajari dan
dipelihara kemurniannyadan pelestariannya oleh umat Islam.

AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia.
Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada
menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau
salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yang artinya sebagai
berikut:

"Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah :263)

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak
masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang
dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yang dapat diartikan
sebagai berikut :
"Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu
mereka kerjaka”. (An-Nur : 24)

AKHLAK TERHADAP MAKHLUK SELAIN MANUSIA

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.

Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses yang sedang
berjalan, dan terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung
jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada
diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di
ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-
Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah "umat"
Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral


Secara etimologi akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan
kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan ) dan khalq(penciptaan).

Kesamaan akar kata di atas mengisyarakatkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak (khaliq) dengan perilaku (makhluk). Atau dengan kata lain tata
perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki
manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak (khaliq). Dari pengertian etimologi
tersebut, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar
sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan
dengan alam semesta.

Secara terminologis, menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan
pemikiran. Contohnya, ketika menerima tamu bila seseorang membeda-bedakan tamu yang satu dengan
yang lain atau kadang kala ramah kadang kala tidak, maka orang tersebut belum bisa dikatakan memiliki
sifat memuliakan tamu. Sebab seseorang yang mempunyai akhlak memuliakan tamu, tentu akan selalu
memuliakan tamunya.

Pengertian etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,Ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak.

Adapun etika secara istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah satunya yaitu Ki Hajar
Dewantara menurutnya etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup
manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan
dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.

Adapun moral secara etimologi berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan
baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral secara terminologi adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Selanjutnya pengertian moral dijumpai pula dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current
English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:

 Prinsip-parinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
 Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
 Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhaap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan
adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

PENTINGNYA AKHLAK DALAM ERA GLOBALISASI


Globalisasi memiliki sisi positif dan negatif terhadap pendidikan moral. Disatu sisi, arus
globalisasi merupakan harapan yang akan memberikan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia.
Namun disisi lain, era globalisasi juga memberikan dampak yang sangat merugikan. Dengan
perkembangan sektor teknologi dan informasi, manusia tidak lagi harus menunggu waktu, untuk bisa
mengakses berbagai informasi dari seluruh belahan dunia, bahkan yang paling pelosok sekalipun. Kondisi
ini menjadikan tidak adanya sekat serta batas yang mampu untuk menghalangi proses transformasi
kebudayaan. John Neisbitt, menyebutkan kondisi seperti ini sebagai “gaya hidup global”, yang ditandai
dengan berbaurnya budaya antar bangsa, seperti terbangunnya tatacara hidup yang hampir sama,
kegemaran yang sama, serta kecenderungan yang sama pula, baik dalam hal makanan, pakaian, hiburan
dan setiap aspek kehidupan manusia lainnya. Kenyataan semacam ini, akan membawa implikasi pada
hilangnya kepribadian asli, serta terpoles oleh budaya yang cenderung lebih berkuasa. Dalam konteks ini,
kebudayaan barat yang telah melangkah jauh dalam bidang industri serta teknologi informasi, menjadi
satu-satunya pilihan, sebagai standar modernisasi, yang akan diikuti dan dijadikan kiblat oleh setiap
individu. Globalisasi menyebabkan perubahan sosial yang memunculkan nilai-nilai yang bersifat
pragmatis, materialistis dan individualistik.

Tidak terkecuali, bagi masyarakat Indonesia yang telah memiliki budaya lokal, terpaksa harus
menjadikan budaya barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk bisa disebut sebagai masyarakat modern.
Disamping itu, sebagai bangsa yang berpenduduk mayoritas muslim, yang telah memiliki acuan suci,
yakni Al-Qurán dan tauladan Nabi Muhammad SAW, masyarakat Indonesia juga telah menggantikan
budaya Islam yang telah mampu mengangkat martabat serta derajat masyarakat jahiliyah Arab dengan
budaya barat, yang merupakan produk revolusi industri, yang telah menjatuhkan martabat manusia.
Dengan kebebasan individu dalam faham barat, telah menjadikan masyarakat muslim melepaskan
kontrolnya dari kepercayaan moralitas serta spiritualitas (agama).

Berbagai perilaku destruktif, seperti alkoholisme, seks bebas, aborsi sebagai penyakit sosial yang
harus diperangi secara bersama-sama. Sehingga kenyataan ini menjadikan banyak orang yang tidak lagi
mempercayai kemampuan pemerintah, untuk menurunkan angka kriminalitas serta berbagai penyakit
sosial lainnya.

Dari gambaran diatas, terlepas dari mana yang paling signifikan, namun kenyatan tersebut, telah
menjadikan pendidikan moral serta agama sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi penyakit serta
krisis sosial yang ada ditengah masyarakat.

Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, runtuhnya nilai moralitas serta norma agama
dikalangan masyarakat dan para pemimpin bangsa, sebenarnya sangat pantas untuk kita kemukakan
kepermukaan, dalam upaya menemukan solusi bagi penyelesaian krisis multidimensional yang ada.
Karena ketidak mampuan bangsa ini bangkit dari keterpurukan, lebih diakibatkan oleh kurangnya
kebersamaan serta rasa saling menang dan meraih keuntungan sendiri, diantara setiap elemen bangsa.
Kesadaran dari masing-masing individu serta kelompok akan kemaslahatan bersama-lah, yang akan
menjadi solusi paling tepat bagi upaya penyembuhan penyakit sosial yang ada. Dengan demikian,
pendidikan moral dan agama, menjadi sangat mutlak bagi terbangunnya tata kehidupan masyarakat yang
damai, adil makmur dan bermartabat. Terlebih lagi, dalam konteks kehidupan global yang semakin
transparan dan penuh kompetisi, nilai agama dan moralitas merupakan benteng agar setiap individu tidak
terjerumus dalam prakti kesewenag-wenangan dan ketidak adilan.
KESIMPULAN
Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan
makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti.
Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah
hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.

Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan,
bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam
kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di
dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa
terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.

Akhlak secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Akhlak terhadap Allah SWT.

2. Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT).

Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah SWT dan bergaul dengan orang-
orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.
Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak mulia adalah
dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’aladalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku
mulia maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan manhaj
agamanya. Untuk menciptakan masyarakat yang ber akhlak di era globalisasi ini kita harus mengetahui
tantangan akhlak. Kemudian memberi pengetahuan serta pendidikan tentang akhlak, selalu meningkatkan
akhlak
MAKALAH

IMPLEMENTASI AKHLAK ISLAM

DOSEN PEMBIMBING

DR. Drs. Komaruddin S, M.Ag

DISUSUN OLEH:

Ari Saputra

Dedy Harianto

Eko Syahrudin

M. Al Adha Riski

Rachmat Artico Darmawan

UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN

2017/2018

Anda mungkin juga menyukai