Koinfeksi PDF
Koinfeksi PDF
Coinfection
HIV & Viral Hepatitis
HIV & Hepatitis Virus
a guide for clinical management
pedoman untuk penatalaksanaan klinis
Munculnya terapi antiretroviral (ART) memberi rasa optimistis yang besar untuk orang yang hidup
dengan HIV (Odha) dan dokternya. Harapan hidup yang lebih baik, risiko infeksi oportunistik yang
lebih rendah, dan mutu hidup yang lebih baik menjadi kenyataan untuk kebanyakan orang yang hidup
dengan HIV yang mempunyai akses luas pada pengobatan HIV yang lebih baik ini. Namun,
perkembangan dalam penatalaksanaan klinis HIV disertai kerumitan terapeutik yang lebih tinggi dan
munculnya morbiditas baru. Terkait dengan hal ini, koinfeksi HIV dan hepatitis virus serta
hepatotoksisitas terkait ART menjadi masalah klinis yang mulai muncul.
Prevalensi koinfeksi HIV dan hepatitis virus sangat berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis dan
demografi. Di Australia, hampir 20 persen Odha diperkirakan koinfeksi dengan hepatitis B kronis atau
hepatitis C kronis. Negara lain, terutama negara dengan proporsi HIV terkait penggunaan narkoba
suntikan yang lebih tinggi, mempunyai prevalensi koinfeksi lebih tinggi. Pemahaman riwayat alami
koinfeksi HIV dan hepatitis virus mendasari penatalaksanaan klinis. Oleh karena ini, Bab 1 meliputi
epidemiologi koinfeksi HIV dan hepatitis virus, termasuk interaksi yang penting antara virus yang
diangkut darah ini.
Perkembangan penyakit hati yang lebih cepat pada orang koinfeksi HIV dan hepatitis C kronis, serta
terapi antiviral hepatitis C yang semakin manjur mendasari anjuran mengenai penatalaksanaan klinis
koinfeksi HIV dan hepatitis C yang diuraikan pada Bab 2. Walau terapi antiviral hepatitis C semakin
baik, kemanjuran tetap di bawah optimal, terutama untuk orang dengan hepatitis C genotipe 1 dan
mereka dengan kerusakan kekebalan yang berat. Interaksi antara terapi antiviral hepatitis C dan ART
meningkatkan kesulitan dalam keputusan terapeutik. Oleh karena itu, diusulkan pengambilan strategi
penatalaksanaan klinis berdasarkan penilaian prognosis HIV dan hepatitis C, serta kemungkinan ada
tanggapan pada terapi antiviral hepatitis C.
Beberapa terapi antiviral hepatitis B, di antaranya yang mempunyai kegiatan ganda terhadap HIV dan
hepatitis B, baru dikenalkan atau dalam perkembangan. Kemajuan ini pada penatalaksanaan terapeutik
hepatitis B pasti akan meningkatkan harapan untuk penatalaksanaan klinis koinfeksi HIV dan hepatitis B,
seperti diuraikan pada Bab 3. Kegiatan ganda beberapa unsur ini seharusnya memperbaiki penanganan
kedua infeksi virus kronis ini.
Pencegahan dan penatalaksanaan toksisitas terkait ART tetap menjadi masalah besar dalam perawatan
klinis untuk Odha. Hepatotoksisitas adalah unsur penting dari bidang penatalaksanaan klinis ini. Pada
Bab 4, peninjauan terhadap penelitian mengenai hepatotoksisitas terkait ART dikajikan, termasuk
kejadian dan prediktor peristiwa tersebut. Tambahannya, algoritme penatalaksanaan yang praktis
disediakan.
Edisi risalah yang direvisi ini termasuk kemajuan terapeutik, terutama yang di bidang koinfeksi
hepatitis C dan HIV.
Kami berharap risalah ini akan menyediakan alat untuk dokter HIV yang dapat memperbaiki
kepercayaan diri dalam penatalaksanaan koinfeksi HIV dan hepatitis virus serta juga hepatotoksisistas
terkait ART.
Gregory Dore
Joe Sasadeusz
lebih 240.000 orang koinfeksi HIV-HCV Di antara Odha, prevalensi infeksi HBV aktif
(prevalensi 30 persen)6 tetapi angka ini sangat tidak mencapai tingkat yang sama seperti HCV,
berbeda-beda dalam penelitian dari negara bagian tetapi tetap lebih tinggi secara bermakna
yang berbeda.7 dibandingkan masyarakat umum. Prevalensi
Sebuah penelitian dari New York HBsAg-positif umumnya berkisar 6-10 persen,5,13
memperkirakan seroprevalensi HCV adalah 40 dengan lebih sedikit perbedaan berdasarkan
persen pada orang terinfeksi HIV,8 sementara wilayah geografis dan faktor risiko penularan
sebuah penelitian dari San Francisco HIV dibandingkan dengan prevalensi HCV.
memperkirakan prevalensi sebagai 16 persen.9 Mekanisme yang melatarbelakangi risiko
Seperti pada penelitian di Eropa, perbedaan dalam infeksi HBV yang lebih tinggi untuk Odha
prevalensi HCV terkait dengan perbedaan berhubungan dengan cara penularan melalui seks
proporsi kelompok berisiko tinggi misalnya dan parenteral yang serupa.
pengguna narkoba suntikan dan orang dengan
hemofilia dalam populasi yang ditelitikan.
Di wilayah lain, pola serupa dilihat dengan Prevalensi di Australia
angka prevalensi terutama ditentukan oleh faktor Pada akhir 2004, diperkirakan ada 14.840 Odha di
risiko. Di Manipur, India, 92 persen pengguna Australia, sementara kurang lebih 194.000 orang
narkoba suntikan dengan HIV diperkirakan hidup dengan infeksi hepatitis C kronis.14 Lebih
koinfeksi HCV.10 Di Malawi, dengan pola lanjut diperkirakan 65.000 lagi terpajan pada
penularan HIV terutama adalah melalui HCV dengan mempunyai antibodi terhadap
heteroseks, prevalensi HCV (kurang lebih 16,5 HCV tetapi tanpa bukti ada infeksi aktif.
persen) adalah serupa pada perempuan dengan Prevalensi persis infeksi hepatitis B belum
atau tanpa HIV.11 diketahui, dengan perkiraan terbaru memberi
Sebuah analisis retrospektif terhadap kesan bahwa antara 90.000 dan 160.000 orang di
prevalensi HCV di penelitian CAESAR di Australia sudah HBsAg-positif.15
bebagai negara (Kanada, Australia, Eropa, Afrika Australian HIV Observational Database
Selatan) menunjukkan angka keseluruhan 15,6 (AHOD) mengumpulkan informasi demografis
persen dengan prevalensi berkisar dari 1,9 persen mengenai Odha dari 24 tempat di seluruh
di Afrika Selatan hingga 48,6 persen di Italia Australia dan sampai sekarang melibatkan lebih
(Gambar 1.1).12 dari 2.000 peserta.16 Tujuh puluh tujuh persen
kohort ini sudah dites untuk HBsAg dan 82
Prevalensi koinfeksi berdasarkan negara: persen untuk antibodi HCV. Prevalensi HBsAg
Gambar 1.1
penelitian CAESAR adalah 6,3 persen sementara prevalensi antibodi
60 HCV adalah 13,1 persen (prevalensi kohort
keseluruhan adalah 4,8 persen dan 10,1 persen
berturut-turut bila data kosong dianggap negatif).
50
Dari peserta yang dites, 1,3 persen (1,0 persen dari
kohort keseluruhan) dicatat sebagai positif untuk
% koinfeksi HCV
Jerman
Kanada
Swedia
Swiss
Afrika Selatan
Belgia
Australia
Italia
Inggris
Prancis
kemungkinan karena tingkat viremia yang lebih toleransi kekebalan ini, perkembangan pada
tinggi pada ibu.31 Bedah sesar dan menghindari penyakit hati lanjut termasuk sirosis dan
penyusuan dianjurkan untuk ibu koinfeksi untuk karsinoma hepatoselular kemungkinan
mengurangi risiko penularan HIV dari ibu-ke- dipercepat.40
bayi.
HIV-HCV
Setelah infeksi akut, kemungkinan terjadinya
Riwayat alami koinfeksi HIV dan infeksi HCV kronis meningkat dari 60-70 persen
hepatitis virus pada orang tanpa HIV menjadi 80-90 persen pada
Odha.41-42 Seperti koinfeksi HIV-HBV, orang
Dampak HIV pada viral load, penularan koinfeksi HIV-HCV ditunjukkan mempunyai
dan sifat kronis tingkat viremia yang lebih tinggi dibandingkan
mereka dengan HCV saja43-45 dan di beberapa
HIV-HBV penelitian tingkat lebih tinggi ini terkait dengan
tekanan kekebalan yang lebih lanjut.46 Tingkat
Orang tertular hepatitis B pada masa dewasa
viremia HCV yang tinggi kemungkinan
membutuhkan perkembangan tanggapan
mengakibatkan risiko penularan yang lebih tinggi
kekebalan yang kuat untuk memulihkan infeksi
dan penurunan pada keberhasilan terapi.47
akut dan mencegah perkembangan infeksi kronis:
Namun tidak mungkin bahwa viremia HCV
hal ini dapat dicapai pada kebanyakan orang
yang lebih tinggi pada orang koinfeksi HIV-HCV
dewasa (>90 persen) yang tidak terinfeksi HIV.
mengakibatkan angka perkembangan penyakit
Namun, orang dewasa dengan HIV yang tertular
dan fibrosis yang lebih tinggi. Tidak ada
HBV mempunyai kemungkinan pemulihan yang
hubungan antara jumlah HCV dan
lebih rendah, dan kemungkinan ini terkait
perkembangan fibrosis41,50 pada orang dengan
langsung dengan tingkat tekanan kekebalan pada
HCV atau koinfeksi HIV-HCV.
saat tertular HBV.34 Karena jalur penularan HBV
dan HIV serupa, ada prevalensi koinfeksi HIV- Dampak HIV pada perkembangan penyakit
HBV yang tinggi, terutama di antara LSL, dan hati
tanda HBV sebelumnya atau baru dapat
ditemukan dalam lebih dari 50 persen LSL dengan HIV-HBV
HIV.35 Reaktivasi HBV pada orang yang
Pada era sebelum ART, mortalitas dari penyebab
sebelumnya hilang HBsAg terdeteksi dapat
lain terkait HIV dan populasi penelitian kecil
dikaitkan dengan peningkatan pada tekanan
menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan
kekebalan dalam konteks infeksi HIV.36,37 Orang
luasnya penyakit hati terkait HBV secara
dengan koinfeksi HIV-HBV yang belum diobati
benar.49,50 Namun sebuah analisis baru mengenai
mengalami angka HBsAg/HbeAg-positif yang
kohort Multicentre AIDS Cohort Study (MACS)
lebih tinggi dan tingkat DNA HBV yang lebih
menunjukkan risiko mortalitas terkait hati yang
tinggi; namun mereka mempunyai tingkat
lebih tinggi pada orang koinfeksi HIV-HBV,
transaminase yang lebih rendah dan kegiatan
terutama mereka dengan tingkat tekanan
peradangan-nekro yang lebih rendah pada
kekebalan yang paling besar.51 Pada penelitian ini
histologi dibandingkan orang yang hanya
terhadap 5.293 LSL, dengan 6 persen di antaranya
terinfeksi HBV.38,39 Walau tampaknya ada status
HBsAg-positif dan 41 persen HIV-positif,
mortalitas terkait hati adalah lebih dari delapan
Meta-analisis penelitian yang menunjukkan risiko kali lipat lebih mungkin pada mereka koinfeksi
relatif (RR) untuk penyakit hati dekompensasi HIV-HBV dibandingkan mereka dengan HIV saja
Tabel 1.2
(PHD) dan sirosis pada orang koinfeksi banding dan hampir 19 kali lebih mungkin bila
dengan orang HCV saja.54 dibandingkan dengan mereka dengan HBV saja.
Penelitian Jumlah pasien RR PHD (95% CI) RR sirosis (95% CI) Orang dengan nadir jumlah CD4 <100 berisiko
(HIV+/total) tertinggi terhadap mortalitas terkait hati dan ada
Makris et al
55
36/138 4,21 (0,96-18,41) 3,9 (1,4-10,8) kecenderungan peningkatan pada mortalitas
Soto etal 46 116/547 1,94 (0,92-4,1) dalam tahun-tahun setelah ART tersedia.
Pol et al 60 52/514 2,6 (1,1-5,9)
Benhamou et al 59 122/244 1,46 (0,76-2,83)
Eyster et al 57 98/156 3,2 (0,6-17)
Telfer et al 56 103/255 21,4 (2,6-174,5)
Lesens et al 58 81/134 7,4 (2,2-25,5)
27. Brettler DB, Mannucci PM, Gringeri A, et al. The 41. Thomas DL, Astemborski J, Rai RM, et al. The
low risk of hepatitis C virus transmission among natural history of hepatitis C virus infection: host,
sexual partners of hepatitis C-infected hemophilic viral, and environmental factors. J Am Med Assoc
males: an international, multicenter study. Blood 2000; 84:450–6.
1992; 80:540–3. 42. Mehta SH, Cox A, Hoover DR, et al. Protection
28. Osmond DH, Padian NS, Sheppard HW, Glass S, against persistence of hepatitis C. Lancet 2002;
Shiboski SC, Reingold A. Risk factors for hepatitis 359:1478–83.
C virus seropositivity in heterosexual couples. J 43. Cribier B, Rey D, Schmitt C, Lang JM, Kirn A, Stoll-
Am Med Assoc 1993;269:361–5. Keller F. High hepatitis C viraemia and impaired
29. Hisada M, O’Brien TR, Rosenberg PS, Goedert JJ. antibody response in patients coinfected with HIV.
Virus load and risk of heterosexual transmission of AIDS 1995;9:1131–6.
human immunodeficiency virus and hepatitis C 44. Thomas DL, Shih JW, Alter HJ, Vlahov D, Cohn S,
virus by men with hemophilia. The Multicenter Hoover DR et al. Effect of human
Hemophilia Cohort Study. J Infect Dis immunodeficiency virus on hepatitis C virus
2000;181:1475–8. infection among injecting drug users. J Infect Dis
30. Thomas DL, Villano SA, Riester KA, et al. Perinatal 1996;174:690–5.
transmission of hepatitis C virus from human 45. Sherman KE, O’Brien J, Gutierrez AG, Harrison S,
immunodeficiency virus type 1-infected mothers. Urdea M, Neuwald P et al. Quantitative evaluation
Women and Infants Transmission Study. J Infect of hepatitis C virus RNA in patients with concurrent
Dis 1998;177:1480–8. human immunodeficiency virus infections. J Clin
31. Granovsky MO, Minkoff HL, Tess BH, et al. Microbiol 1993;31:2679–82.
Hepatitis C virus infection in the mothers and 46. Soto B, Sanchez-Quijano A, Rodrigo L, del Olmo
infants cohort study. Pediatrics 1998;102:355–9. JA, Garcia-Bengoechea M, Hernandez-Quero J et
32. Conte D, Fraquelli M, Prati D, Colucci A, Minola E. al. Human immunodeficiency virus infection
Prevalence and clinical course of chronic hepatitis modifies the natural history of chronic parenterally-
C virus (HCV) infection and rate of HCV vertical acquired hepatitis C with an unusually rapid
transmission in a cohort of 15,250 pregnant progression to cirrhosis. J Hepatol 1997;26:1–5.
women. Hepatology 2000;31:751–5. 47. Poynard T, McHutchison J, Goodman Z, Ling MH,
33. Gibb DM, Goodall RL, Dunn DT, et al. Mother-to- Albrecht J. Is an “a la carte” combination interferon
child transmission of hepatitis C virus: evidence for alfa-2b plus ribavirin regimen possible for the first
preventable peripartum transmission. Lancet 2000; line treatment in patients with chronic hepatitis C?
356:904–7. The ALGOVIRC Project Group. Hepatology 2000;
34. Bodsworth NJ, Cooper DA, Donovan B. The 31:211–8.
influence of human immunodeficiency virus type 1 48. Fanning L, Kenny E, Sheehan M, et al. Viral load
infection on the development of the hepatitis B and clinicopathological features of chronic hepatitis
virus carrier state. J Infect Dis 1991;163:1138–40. C (1b) in a homogeneous patient population.
35. Petoumenos K. 2003. (Unpublished data). Hepatology 1999;29:904–7.
36. Vento S, di Perri G, Luzzati R, Cruciani M, 49. Puoti M, Spinetti A, Ghezzi A, et al. Mortality for
Garofano T, Mengoli C et al. Clinical reactivation of liver disease in patients with HIV infection: a cohort
hepatitis B in anti-HBs-positive patients with AIDS. study. J Acquir Immune Defic Syndr 2000;24:211–
Lancet 1989; 1:332–3. 7.
37. Homann C, Krogsgaard K, Pedersen C, Andersson 50. Mai AL, Yim C, O’Rourke K, Heathcote EJ. The
P, Nielsen JO. High incidence of hepatitis B interaction of human immunodeficiency virus
infection and evolution of chronic hepatitis B infection and hepatitis B virus infection in infected
infection in patients with advanced HIV infection. J homosexual men. J Clin Gastroenterol
Acquir Immune Defic Syndr 1991;4:416–20. 1996;22:299–304.
38. Gilson RJ, Hawkins AE, Beecham MR, et al. 51. Darby SC, Ewart DW, Giangrande PL, et al.
Interactions between HIV and hepatitis B virus in Mortality from liver cancer and liver disease in
homosexual men: effects on the natural history of haemophilic men and boys in UK given blood
infection. AIDS 1997;11:597–606. products contaminated with hepatitis C. UK
Haemophilia Centre Directors’ Organisation.
39. Colin JF, Cazals-Hatem D, Loriot MA, et al.
Lancet 1997; 350:1425–31.
Influence of human immunodeficiency virus
infection on chronic hepatitis B in homosexual 52. Monga HK, Rodriguez-Barradas MC, Breaux K, et
men. Hepatology 1999; 29:1306–10. al. Hepatitis C virus infection-related morbidity and
mortality among patients with human
40. Thio CL, Seaberg EC, Skolasky R Jr, et al. HIV-1,
immunodeficiency virus infection. Clin Infect Dis
hepatitis B virus, and risk of liver-related mortality
2001; 33:240–7.
in the Multicenter Cohort Study (MACS). Lancet
2002; 360:1921–6. 53. Yee TT, Griffioen A, Sabin CA, Dusheiko G, Lee
CA. The natural history of HCV in a cohort of
haemophilic patients infected between 1961 and
1985. Gut 2000; 47:845–51.
Namun viral load HCV tidak mempunyai Indikasi untuk biopsi hati
pola prognostik terkait kelanjutan penyakit
Kategori orang koinfeksi HIV-HCV yang berikut
(berbeda dengan viral load HIV), dan tidak harus
sebaiknya diusulkan melakukan biopsi hati:
dipantau terus-menerus.
Alasan untuk tingkat transaminase yang tinggi Ɣ Tingkat ALT abnormal dan lamanya infeksi
diperkirakan lebih dari 10 tahun
dalam darah dan hasil tes RNA HCV negatif
termasuk unsur ART yang hepatotoksik. Ɣ Tingkat ALT abnormal dan lamanya infeksi tidak
Karena kebanyakan orang tidak bergejala pada diketahui, terutama pada orang berusia 35 tahun
ke atas
saat tertular HCV, sebaiknya Odha yang terus
berisiko melakukan tes antibodi HCV secara Ɣ Tingkat ALT normal tetapi ada bukit klinis
penyakit hati kronis, mis. hepatomegali dan
berkala (setiap 12 bulan). Semua orang didiagnosis
spider naevi
dengan infeksi HCV yang baru menular (antibodi
HCV positif dengan antibodi HCV negatif dalam Ɣ Genotipe/viral load HCV yang kurang
menanggapi, terutama orang dengan genotipe 1
masa dua tahun sebelumnya, atau hepatitis akut dan viral load tinggi
klinis dengan antibodi HCV atau PCR positif)
sebaiknya dirujuk agar dinilai untuk terapi
antiviral dini. alkohol, riwayat psikiatris, dan tes darah serta
Penting dicatat bahwa beberapa jangkitan status vaksinasi untuk virus hepatitis A (HAV)
HCV akut pernah dilaporkan di antara laki-laki dan virus hepatitis B (HBV). Genotipe dan viral
HIV-positif yang berhubungan seks dengan laki- load HCV adalah penting untuk menentukan
laki. Pada jangkitan ini, penularan seksual tanggapan yang mungkin pada terapi antiviral.
tampaknya bentuk penularan utama dengan Riwayat psikiatris terutama penting, karena
prakek misalnya fisting (memasukkan kepalan mengalami tingkat depresi yang tinggi dengan
tangan dalam dubur) dan penggunaan toy terapi berdasarkan interferon, dengan begitu
(mainan) berperan.8,9 Oleh karena itu, penting membentuk titik acuan dini sebelum terapi.
mempertimbangkan HCV sebagai diagnosis Pada orang koinfeksi HIV-HCV, risiko
mungkin dalam populasi ini dan skrining untuk penyakit hati yang berlanjut adalah relatif tinggi.
orang macam ini mungkin dapat dibenarkan. Walau tidak wajib dilakukan biopsi hati sebagai
persyaratan untuk memulai terapi HCV di
Australia, penentuan stadium penyakit sebaiknya
Penilaian lanjutan dan rujukan dipertimbangkan untuk mereka dengan infeksi
HCV kronis yang dikonfirmasi serta tingkat
untuk mempertimbangkan terapi
transaminase yang tinggi. Terutama mereka yang
Penilaian lanjutan pada orang koinfeksi HIV- diperkirakan sudah terinfeksi lebih dari sepuluh
HCV harus termasuk riwayat narkoba dan tahun sebaiknya didorong untuk melakukan
biopsi hati.
Selain tingkat ALT yang terus normal
Gambar 2.1 Algoritme tes HCV untuk Odha
dikatikan dengan kelanjutan penyakit yang
Antibodi HCV lamban, kaitan tingkat ALT dengan risiko
positif negatif
fibrosis hati adalah lemah.10 Oleh karena itu,
dalam kisaran abnormal, ALT tidak mempunyai
ALT ALT ALT ALT tingkat prediksi stadium penyakit hati yang
normal abnormal normal abnormal
atau
tinggi.
pajanan Walaupun hasil tes antibodi yang negatif
risiko tinggi sebelumnya sering tidak tersedia, dan hepatitis
akut bergejala jarang, penilaian faktor risiko
HCV-RNA kuantitatif
negatif
HCV-RNA HCV sering dapat membantu menentukan
kuantitatif lamanya kemungkinan infeksi HCV. Contohnya,
+ seorang antibodi HCV-positif dan mempunyai
genotipe HCV
riwayat menyuntik selama dua tahun, 18 sampai
negatif positif positif 20 tahun sebelumnya tanpa faktor risiko lain
Tiada bukti infeksi HCV Infeksi HCV aktif boleh dianggap terinfeksi waktu itu. Anggapan
aktif - Lihat penyelidikan lanjut itu dapat disesuaikan dengan kegiatan penyakit
- Tes ulang bila bukti & indikasi rujukan pada biopsi dan membantu pengambilan
pajanan untuk biopsi hati
keputusan mengenai terapi.
Penelitian terhadap koinfeksi HIV-HCV persen untuk kelompok PEG + RBV banding 12
ketinggalan oleh penelitian pada populasi dengan persen untuk kelompok IFN + RBV.16
hanya HCV, tetapi penemuan dari tiga penelitian Angka SVR mungkin berbeda antara
penting yang menilai interferon pegilasi dengan penelitian ini karena berbagai alasan. Populasi
ribavirin untuk koinfeksi HIV-HCV baru saja pasien adalah berbeda antara penelitian.
diterbitkan: penelitian APRICOT, penelitian Khususnya, proporsi pasien dengan sirosis,
RIBAVIC dan penelitian ACTG 5071.14-16 Semua sebuah faktor yang berhubungan dengan angka
penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa SVR yang lebih rendah, adalah lebih tinggi pada
bentuk interferon pegilasi (PEG) dalam penelitian RIBAVIC (39 persen) dibandingkan
kombinasi dengan ribavirin (RBV) lebih baik penelitian APRICOT (15 persen). Juga lebih
dibandingkan interferon baku (IFN) dengan banyak pasien di penelitian RIBAVIC
ribavirin. menghentikan terapi secara dini dibandingkan
Penelitian APRICOT adalah uji coba berbagai mereka di penelitian APRICOT. Penelitian
pusat internasional yang melibatkan 860 pasien ACTG memakai takaran RBV yang lebih rendah,
dan adalah satu-satunya penilitian pendaftaran yang sekarang diketahui kurang efektif.
yang dilakukan pada populasi pasien ini. Tambahan, kebutuhan untuk perbaikan
Penelitian dirancang untuk membagi peserta histologis dalam penelitian ACTG mungkin
dalam tiga kelompok untuk membandingkan menyebabkan penghentian terapi secara dini pada
PEG + RBV banding monoterapi PEG banding pasien yang pada akhirnya mungkin mencapai
IFN + RBV yang baku, Penelitian ini mencapai SVR.
angka SVR yang paling tinggi terlapor sampai saat Dipertimbang bersama, penelitian ini jelas
ini pada pasien koinfeksi HIV-HCV, dengan PEG menunjukkan kemanjuran interferon pegilasi
+ RBV mencapai SVR 40 persen dibandingkan dalam terapi kombinasi dengan ribavirin yang
12 persen untuk IFN + RBV dan 20 persen lebih baik. Namun tanggapan pada terapi tetap di
untuk monoterapi PEG. Penelitian APRICOT bawah optimal, terutama untuk mereka dengan
memakai interferon alfa-2a pegilasi (PEGASYS) HCV genotipe 1.
180µg dengan 800mg ribavirin selama 48
minggu.14 Pasien dengan infeksi genotipe 1
diobati dengan PEG + RBV mencapai SVR yang Peningkatan toksisitas terapeutik
lebih rendah secara bermakna (29 persen) dalam koinfeksi HIV-HCV
dibandingkan mereka dengan infeksi genotipe 2/3
Sebelumnya, satu pertimbangan utama mengenai
(62 persen).
terapi koinfeksi adalah keamanan rejimen terapi
Penelitian RIBAVIC Prancis adalah uji coba
dan khususnya interaksi yang mungkin antara
berbagai pusat yang melibatkan 412 pasien dan
ART dan terapi HCV. Angka pemberhentian
melakukan perbandingan antara interferon 2b
keseluruhan di penelitian ini pada kelompok
(PEGINTRON) 1,5µg/kg/hari dan IFN baku
PEG + RBV adalah: 25 persen untuk APRICOT,
keduanya dalam kombinasi dengan RBV 800mg/
42 persen untuk RIBAVIC dan 12 persen untuk
hari. SVR untuk kelompok PEG + RBV dalam
ACTG. Penelitian APRICOT menunjukkan
penelitian ini sekali lagi lebih tinggi secara
tidak ada perbedaan dalam angka pemberhentian
bermakna dibandingkan kelompok IFN + RBV
atau efek samping berat antara kelompok. Lagi
(26 persen banding 18 persen).15
pula, pola dan angka efek samping yang
Penelitan ACTG 5071 AS adalah satu lagi uji
dilaporkan adalah serupa antara ketiga kelompok.
coba berbagai pusat yang melibatkan 134 pasien
Data ini memberi kesan bahwa pola keamanan
yang dibagi secara acak pada dua kelompok:
PEG serupa dengan IFN baku.
interferon pegilasi 2a (PEGASYS) 180µg/minggu
Tambahan, tidak ada dampak negatif pada
banding IFN dengan memakai 6MU untuk 12
pengendalian HIV. Sebaliknya, kelompok PEG +
mingu diikuti oleh 3MU untuk 48 minggu terapi
RBV mencapai hampir 1 log penurunan pada
keseluruhan. Takaran RBV pada penelitian ini
viral load HIV pasien dengan viral load HIV
berkisar antara 600-1.000mg/hari. Pasien
terdeteksi pada awal. Hal ini menghilangkan
melakukan biopsi hati tambahan pada 24 minggu
ketakutan sebelumnya bahwa RBV dapat
dan diteruskan pada penelitian bila mereka
menghambat fosforilasi analog nukleosida
memenuhi perbaikan histologis yang ditentukan
misalnya AZT dan d4T, dengan akibat
sebelumnya. SVR pada penelitian ini adalah 27
pengendalian HIV dihambat.
Kebal Vaksinasi
Antigen e Antigen e
negatif HBV negatif HBV
Semua orang HBsAg-positif harus melakukan hepatitis B (HBsAb)-positif.9 Lagi pula, pada
tes fungsi hati berurutan untuk menenutukan orang koinfeksi HIV-HBV, tingkat DNA HBV
apakah kegiatan peradangan-nekro yang lebih tinggi secara bermakna, dan angka
bermakna ada atau muncul. Bila ada bukti serokonversi dari HBeAg menjadi anti-HBe
biokimia adanya peradangan hati (didefinsi adalah lebih rendah pada orang yang hanya
sebagai tingkat ALT di atas batas atas nilai terinfeksi HBV.4,9-11
normal (BANN)), biopsi hati umumnya Tingkat replikasi virus HBV yang tinggi
dianjurkan untuk menentukan grade dan stadium dilihat pada orang koinfeksi HIV-HBV
penyakit (kecuali ada kontraindikasi kuat berhubungan dengan tingkat ALT yang lebih
misalnya kelainan perdarahan). Biopsi hati adalah rendah secara bermakna4,9-11 dan biopsi hati
penting untul penatalaksanaan karena tindakan biasanya menunjukkan kegiatan peradangan-
ini satu-satunya cara untuk menentukan tingkat nekro yang lebih rendah.4 Keadaan ini adalah
fibrosis hati dan kegiatan peradangan-nekro, serta konsisten dengan model luka-luka
juga mampu mengesampingkan faktor lain yang imunopatogenik infeksi HBV. Namun kelanjutan
menyumbang pada disfungsi hati, terutama pada sirosis adalah lebih umum, yang
toksisitas hati. menunjukkan fibrosis lanjut.4
Tidak jelas mengapa hal ini terjadi, dan
mungkin ada kaitan dengan faktor misalnya
Manifestasi klinis tingkat replikasi HBV yang lebih tinggi,
peradangan hati terkait dengan pemulihan
Koinfeksi HIV menghasilkan perubahan yang
kekebalan, toksisitas obat antiretroviral (ARV),
bermakna pada riwayat alami infeksi HBV.3-5
disregulasi kekebalan yang menyebabkan fibrosis,
Infeksi HBV persisten adalah lebih umum pada
atau patogenisitas langsung HBV yang lebih
Odha, dengan penelitian di antara laki-laki yang
tinggi pada orang koinfeksi HIV-HBV.
berhubungan seks dengan laki-laki terpajan pada
Pada orang dengan kekebalan lemah, HBV
HBV menunjukkan bukti adanya infeksi HBV
dapat jarang melakukan dampak sitopatik
kronis pada 25 persen6 orang dibandingkan
langsung yang tidak dimediasi kekebalan, yang
dengan 3-5 persen pada mereka tanpa HIV.7,8
menghasilkan kondisi yang unik disebut sebagai
Secara jarang, reaktivasi infeksi HBV dapat terjadi
fibrosing cholestatic hepatitis (FCH). FCH
pada rangkaian tekanan kekebalan lanjutan walau
serokonversi menjadi antibodi permukaan
selama 48 minggu pada pasien yang belum pernah Peradangan hati terkait ART juga pernah
diobati sebelumnya.32 Obat ini juga manjur dilaporkan dalam berbagai keadaan lain, termasuk
terhadap HBV yang resistan terhadap 3TC, tetapi reaktivasi infeksi HBV,35,41 perkembangan
resistansi silang ditujukkan dalam tabung reistansi terhadap 3TC42 dan setelah berhenti
percobaan dengan HBV yang resistan terhadap penggunaan 3TC pada orang yang mengalami
3TC.33,34 Penelitian pada orang koinfeksi HIV- pemulihan kekebalan.43
HBV akan segera dikeluarkan. Obat ini tidak Penting menilai status HBV sebelum mulai
bergiat terhadap HIV dan mungkin juga menjadi ART agar mengetahui orang berisiko flare hati.
pilihan yang masuk akal untuk orang yang belum Orang dengan tingkat DNA HBV yang
membutuhkan ART atau mereka yang mungkin bermakna secara klinis (>104-105 copy/ml),
bermasalah dengan pemulihan kekebalan, karena terutama mereka dengan sirosis atau dengan
DNA HBV dapat dikurangi sebelum mulai ART jumlah CD4 nadir yang rendah, mungkin
penuh. terutama berisiko dekompensasi hati dengan flare
ini. Strategi yang membutuhkan penyelidikan
Terapi kombinasi
lebih lanjut untuk mengurangi risiko ini
Peran 3TC, adefovir, tenofovir dan entecavir termasuk penggunaan terapi HBV dengan dua
sebagai terapi kombinasi dengan atau tapa obat yang aktif, dengan tenofovir sebelum
modulator kekebalan misalnya aIFN adalah penambahan unsur ART ketiga setelah tingkat
menarik. Uji coba klinis terhadap kombinasi ini DNA HBV menurun menjadi tingkat yang tidak
untuk menilai keamanan dan kemanjuran sedang bermakna (mis. <105 copy/ml). Pendekatan lain
dilakukan. yang mungkin akan segera tersedia adalah untuk
memakai obat anti—HBV yang manjur yang
Pemulihan kekebalan
tidak mempunyai kegiatan terhadap HIV pada
Pada orang koinfeksi HIV-HBV, pemulihan awal sebelum mulai ART. Entacavir mempunyai
kekebalan setelah mulai ART dikaitkan dengan potensi untuk ini, dan akan mengurangi
peningkatan akut pada tingkat ALT dalam serum kekhawatiran mengenai perkembangan resistansi
yang disebut sebagai flare hati.35-37 Flare ini oleh HIV sementara mengurangi tingkat DNA
umumnya terjadi segera setelah mulai ART pada HBV. Setelah hal ini tercapai, ART penuh
orang dengan viral load HBV yang tinggi sebelum dengan obat aktif terhadap HBV dapat dimulai
diobati.35,38,39 Lagi pula, flare pemulihan telah dengan aman.
dilaporkan terjadi walau dimasukkan unsur yang Penggunaan kortikosteroid dalam keadaan ini
aktif terhadp HBV misalnya 3TC sebagai bagian sangat kontroversial. Perhatian teoretis termasuk
dari rejimen ART awal akibat pemulihan dampak obat tersebut yang diketahui
kekebalan yang terjadi sebelum ada penurunan meningkatkan replikasi HBV dan berpotensi
yang efektif pada DNA HBV.40
4. Colin J, Cazals-Hatem D, Loriot M, et al. Influence 19. Marcellin P, Boyer N, Colin J, et al. Recombinant
of human immunodeficiency virus infection on Alpha Interferon for Chronic Hepatitis B in Anti-HIV
chronic hepatitis B in homosexual men. Positive Patients Receiving Zidovudine. Gut
Hepatology 1999;29:1306–10. 1993;Suppl:S106.
5. Horvath J, Raffanti S. Clinical aspects of the 20. Chen D, Yim C, O’Rourke K, Krajden M, Wong D, J
interactions between human immunodeficiency H. Long-term follow-up of a randomized trial of
virus and the heterotropic viruses. Clin Infect Dis interferon therapy for chronic hepatitis B in a
1994;18:339–47. predominately homosexual male population. J
6. Gatanaga H, Yasuoka A, Kikuchi Y, Tachikawa N, Hepatol 1999;30:557–63.
Oka S. Influence of prior HIV-1 infection on the 21. Lau G, Piratvisuth T, Kang XL et.al. Peginterferon
development of chronic hepatitis B infection. Eur J alfa-2a (40KD) (PEGASYS) monotherapy and in
Clin Microbiol Infect Dis 1997;19:237–9. combination with lamivudine is more effective than
7. Hyams K. Risks of chronicity following acute lamivudine monotherapy in HBeAg –positive
hepatitis B virus infection: a review. Clin Infect Dis chronic hepatitis B: results from a large ,
1995;20:992–1000. multinational study. Abstract #20. 55th AASLD.
October 29th –November 2nd 2004. Boston MA.
8. Richards M, Lucas C, Gust I. Hepatitis in male
homosexuals in Melbourne. Med J Aust 22. Coates J, Cammack N, Jenkinson H, et al. 2’,3’-
1983;2:474–5. dideoxy-3’-thiacytidine is a potent, highly selective
inhibitor of human immunodeficiency virus type 1
9. Bodsworth N, Cooper D, Donovan B. The influence
and type 2 replication in vitro. Antimicrob Agents
of human immunodeficiency type 1 infection on the
Chemother 1992;36:733–9.
development of the hepatitis B carrier state. J
Infect Dis 1991;163:1138–40. 23. Doong S, Tsai C, Schinazi R, Liotta D, Cheng Y.
Inhibition of the replication of hepatitis B virus in
10. Gilson R, Hawkins A, Beecham M, et al.
vitro by 2’,3’-dideoxy-3’-thiacytidine and related
Interactions between HIV and hepatitis B virus in
analogues. Proc Natl Acad Sci USA 1991;88:8495-
homosexual men: effects on the natural history of
9.
infection. AIDS 1997;11:597–606.
24. Leung N, Lai CL, Chang T, et al. Extended
11. Hadler S, Judson F, O’Malley P, Altman N, Penley
lamivudine treatment in patients with chronic
K, Buchbinder S. Outcome of hepatitis B infection
hepatitis B enhances hepatitis B e antigen
in homosexual men and its relationship to prior
seroconversion rates: Results after 3 years of
human immunodeficiency virus infection. J Infect
therapy. Hepatology 2001;33:1527–32.
Dis 1991;163:454–9.
25. Benhamou Y, Katlama C, Lunel F, et al. Effects of
12. Fang J, Wright T, Lau J. Fibrosing cholestatic
lamivudine on replication of hepatitis B virus in
hepatitis in a patient with human immunodeficiency
HIVinfected men. Ann Intern Med 1996;125:705–
virus and hepatitis B virus coinfection. Lancet
12.
1993;342:1175.
26. Dore G, Cooper D, Barrett C, Goh L, Thakrar,
13 Liang TJ, Jeffers LJ, Reddy KR, et.al. Viral
Atkins M. Dual efficacy of lamivudine treatment in
pathogenesis of hepatocellular carcinoma in the
human immunodeficiency virus/hepatitis B virus-
United States. Hepatology 1993;18:1326–33.
coinfected persons in a randomized, controlled
14. Scharschmidt B, Held M, Hollander H, et al. study (CAESAR). The CAESAR Coordinating
Hepatitis B in patients with HIV infection: Committee. J Infect Dis 1999;180:607–13.
relationship to AIDS and patient survival. Ann
27. Nagai K, Hosaka H, Kubo S, Nakamura N,
Intern Med 1992;117:837–8.
Shinohara M, Nonaka S. Highly active antiretroviral
15. Solomon R, Van Raden M, Kaslow R, et al. therapy used to treat concurrent hepatitis and
Association of hepatitis B surface antigen and core human immunodeficiency virus infections. J
antibody with acquisition and manifestation of Gastroenterol 1999;34:275–81.
human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1). Am
28. Benhamou Y, Bochet M, Thibault V, et al. Long-
J Public Health 1990;80:1475–8.
term incidence of hepatitis B virus resistance to
16. Di Biscegli A. Interferon therapy for chronic viral lamivudine in human immunodeficiency virus-
hepatitis. N Engl J Med 1994; 330:137-8. infected patients. Hepatology 1999;30:1302–6.
17. McDonald J, Caruso L, Karayiannis P, Scully L, 29. Benhamou Y, Bochet M, Thibault V, et al. Safety
Harri J, Forster G. Diminished responsiveness of and efficacy of adefovir dipivoxil in patients co-
male homosexual chronic hepatitis B virus carriers infected with HIV-1 and lamivudine-resistant
with HTLV-III antibodies to recombinant alpha- hepatitis B virus: an open label study. Lancet
interferon. Hepatology 1987;7:719–723. 2001;358:718–23.
18. Wong D, Cheung A, O’Rourke K, Naylor C, Detsky
A, Heathcote J. Effect of alpha-interferon treatment
in patients with hepatitis B e antigen-positive
chronic hepatitis B. A meta-analysis. Ann Intern
Med 1993;119:312–23.
Ɣ Hepatotoksisitas dialami oleh 5-10 persen orang Kriteria AIDS Clinical Trials Group16
terinfeksi HIV pada 12 bulan pertama setelah
mulai terapi antiretroviral (ART), dengan risiko Grade 1: 1,25-2,5 kali batas atas nilai normal (x BANN);
terus-menerus pada tahun berikut.
Grade 2: 2,6-5,0 x BANN;.
Ɣ Faktor risiko terbesar untuk hepatotoksisitas
Grade 3: 5,1-10 x BANN;
berat adalah hepatitis virus, tingkat ALT/AST
yang tinggi pada awal, dan rejimen ART yang Grade 4: > 10 x BANN.
mengandung nevirapine atau ritonavir dosis
tinggi.
Hepatotoksisitas berat atau peningkatan pada
Ɣ Kebanyakan kasus hepatotoksisitas berat tidak enzim hati (liver enzyme elevation/LEE) telah
berhubungan dengan perkembangan gejala didefinisikan sebagai peningkatan pada ALT dan
hepatitis akut atau hasil buruk terkait penyakit AST menjadi Grade 3 dan Grade 4, atau, kadang
hati yang lain, dan pulih dalam beberapa bulan.
kala hanya peningkatan menjadi Grade 4.
Ɣ ART sebaiknya dihentikan bila terjadi Tambahan, beberapa penelitian memasukkan
peningkatan grade 4 pada ALT/AST, persyaratan untuk peningkatan mutlak pada ALT
hiperlaktatemia, gejala hepatitis akut, atau ciri-
ciri hipersensitivitas obat.
dan AST lebih dari 100 U/L dari awal untuk
menghindari bias seleksi yang lebih
memperhatikan orang dengan ALT dan AST
Pengantar tinggi pada awal.
Pencegahan dan penatalaksanaan terapi
antiretroviral (ART) telah muncul sebagai
masalah besar untuk pengobatan dan perawatan
Kejadian dan prediktor
HIV/AIDS.1,2 Hepatotoksisitas sudah hepatotoksisitas berat
digambarkan secara jelas sebagai unsur dari Banyak penelitian telah menyelidiki masalah
rangkaian luas toksisitas terkait ART.3-15 hepatotoksisitas terkait ART (Table 4.1),4-15
Peningkatan pada enzim hati dalam serum sudah terutama sejak ART mulai dipakai dengan
digambarkan berhubungan dengan semua kombinasi dua NRTI dan satu NNRTI atau satu
golongan utama ART,3-15 dengan beberapa atau lebih protease inhibitor (PI). Kebanyakan
mekanisme yang mendasarinya dikesankan: penelitian ini adalah penelitian kelompok
• toksisitas mitokondria berhubungan dengan retrospektif atau prospektif berdasarkan klinik,
beberapa analog nukleosida (NRTI); dengan kejadian hepatotoksisitas umumnya
• reaksi hipersensitivitas berhubungan dengan dinilai setelah permulaan rejimen ART baru.
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor Perbedaan dalam populasi penelitian, definisi
(NNRTI); hepatotoksisitas, dan angka pemantauan klinis
• sindrom pemulihan kekebalan berhubungan menghambat perbandingan antara penelitian;
dengan hepatitis virus kronis yang mendasari. namun, pola luas hepatotoksisitas sudah muncul.
Bab ini akan menyampaikan peninjauan luas Beberapa penemuan utama berhubungan dengan
mengenai hepatotoksisitas terkait ART, termasuk hepatotoksisitas termasuk:
kejadian dan prediktor, dan mengusulkan
algoritme untuk penatalaksanaan klinisnya.
Tabel 4.1 Kejadian dan prediktor hepatotoksisitas berat setelah permulaan ART
Penelitian Definisi Peserta Rejimen Pemantauan Kejadian Waktu rata-rata hingga Peramal
hepatotoksisitas antiretroviral rata-rata hepatotoksisitas hepatotoksisitas hepatotoksisitas
(minggu) (minggu)
Savès et al Grade 3 atau 4 ALT 748 Mulai ART 56 7,3/100 pt (5,5% pada 23 HBV, HCV, ALT
1999 mengandung PI 6 bulan, 8,0% pada 12 awal
(Perancis) bulan, 13,2% pada 24
bulan)
Savès et al Grade 3 atau 4 ALT 1.249 Rejimen dua 52 5,7/100 pt (3,0% pada 36 HBV, HCV
1999 NRTI 6 bulan, 4,8% pada 12
(Perancis) bulan, 12,7% pada 24
bulan)
Brinker et al Grade 3 atau 4 ALT 394 Mulai ART 65 18% 25 HBV, HCV, ALT
2000 atau AST + tinggi pada awal
(Belanda) peningkatan 100 U/L
Gisolf et al Grade 3 atau 4 + 208 RCT RTV/SQV NA 9% 12 HBV, ALT awal,
2000 peningkatan 100 +/- d4T rejimen
(Belanda) U/L mengandung d4T
Sulkowski et Grade 3 atau 4 ALT 298 Mulai rejimen 24 (NA) 10,4% (37/100 pt) 17 Rejimen
al 2000 (USA) atau AST (87 NA, ARV baru 26 (PI) mengandung RTV,
211 PI) CD4 naik > 50/mm3
Monfataute et ALT > 200 U/L 1.255 Mulai ART NA 8% (berdasarkan NA HCV, HBV/HCV,
2001 (Itali) estimasi K-M pada 24 ALT tinggi pada
bulan) awal
Martinez et al ALT atau AST > 610 Mulai rejimen 38 12,5% atau 13,1/100 NA HCV, ALT awal,
2001 peningkatan 3 x dari kombinasi ARV pt lama ARV
(Spanyol) awal mengandung sebelumnya
NVP
Nunez et al Grade 3 atau 4 ALT 222 Mulai ART 35 9% NA HCV, penggunaan
2001 atau AST atau 3.5 x alkohol tinggi, lebih
(Spanyol) awal (bila abnormal) tua
Aceti et al Grade 3 atau 4 ALT 1.325 ART NA 2,8% setelah 12 NA HBV, HCV, rejimen
2002 (Itali) mengandung PI bulan, 3,7% setelah mengandung RTV
24 bulan (6 bulan pertama)
Palmon et al Grade 3 atau 4 ALT 272 Mulai rejimen 54 1,1% 14 Nil
2002 (AS) atau AST & >5 x mengandung
awal ALT/ AST bila NNRTI
tinggi
Wit et al 2002 Grade 4 ALT atau 560 Mulai ART 156 8% NA HBV, HCV, ALT
(Belanda) AST + peningkatan tinggi pada awal,
200 U/L belum pakai ARV,
baru mulai NPV
atau RTV,
perempuan,
berhenti 3TC (HBV)
Cooper et al Grade 3 atau 4 x 66 Mulai ART 56 26% (PI tunggal) 19% NA Nil
2002 (Kanada) HIV/HCV mengandung PI (PI ganda)
Sulkowski et Grade 3 atau 4 x 568 Mulai ART 45 (NVP) 15,6/100 pt (NVP) 20 (NVP) HBV, HCV, PI
al 2002 (AS) ALT atau AST (256 NVP, mengandung 37 (EFV) 8,0/100 pt (EFV) 14 (EFV) bersama
312 EFV) NNRTI
Koinfeksi dengan virus hepatitis B atau (GGT) relatif umum pada orang yang memakai
virus hepatitis C rejimen ART yang mengandung nevirapine.19,20
Oleh karena itu, patogenesis hepatotoksisitas
Koinfeksi dengan HBV atau HCV berhubungan
terkait NNRTI hampir pasti disebabkan oleh
secara jelas dengan hepatotoksisitas.4-6,8-11,13,15
berbagai faktor, dengan toksisitas yang
Sindrom pemulihan kekebalan pernah
diakibatkan langsung oleh obat, pemulihan
dikesankan sebagai mekanisme yang mendasari
kekebalan dan keburukan hepatitis kronis yang
peningkatan pada risiko ini.22 Pernah diamati
mendasar semua adalah faktor yang mungkin
hubungan antara perubahan pada jumlah CD4
menyumbang.
setelah pemulaan ART dan risiko
hepatotoksisitas berat dalam beberapa penelitian,7 Protease inhibitor
sebuah penemuan yang mendukung pemulihan
Terapi PI, terutama dengan ritonavir,
kekebalan sebagai mekanisme penyebab. Alasan
dihubungkan dengan hepatotoksisitas berat pada
tambahan untuk risiko lebih tinggi berhubungan
beberapa penelitian.7,11,13,15,21 Seperti dengan
dengan koinfeksi hepatitis adalah karena
hepatotoksisitas terkait NNRTI, infeksi HCV
peradangan hati sebelumnya yang dapat
kronis yang mendasar tampaknya meningkatkan
meningkatkan risiko toksisitas langsung dari
risiko, sementara pemulihan kekebalan juga
unsur ART. Berhubungan dengan koinfeksi
dikesankan sebagai mekanisme patogenik.22
HBV, penghentian penggunaan 3TC pernah
Ritonavir adalah penghalang manjur terhadap
dikaitkan dengan hepatotoksisitas,13 dengan
sistem sitokrom P450, jadi kepekatan obat lain
kambuhnya viremia HBV dan peradangan hati
yang lebih tinggi mungkin menjadi faktor
(hepatic flare) yang terkait sebagai mekanisme
penyumbang pada hepatotoksisitas. Hubungan
yang mungkin. Peristiwa seperti ini juga dapat
antara ritonavir dan hepatotoksisitas secara
terkait dengan dekompensasi hati pada orang
umum digambarkan dalam penelitian terapi dosis
dengan penyakit hati yang lebih lanjut.
tinggi. Penggunaan baru ini dengan dosis
NNRTI ritonavir yang rendah atau boosting (pendorong)
(100-200mg per hari) dengan PI kedua tampaknya
Hepatotoksisitas sudah digambarkan dengan baik
tidak terkait dengan kejadian hepatotoksisitas
pada orang dengan HIV yang memakai rejimen
yang tinggi.23,24
yang mengandung NNRTI, terutama
Dibandingkan dengan ritonavir, peningkatan
nevirapine.9,13,15 Meskipun kejadian
pada ALT/AST tampaknya tidak umum terkait
hepatotoksisitas terkait nevirapine yang relatif
dengan indinavir. Sebaliknya, kasus
tinggi pada beberapa penelitian, hepatitis
hiperbilirubinemia tersendiri lebih umum terkait
simptomatis dan hasil klinis lain yang buruk
dengan terapi indinavir.11
jarang terjadi. Lagi pula, risiko hepatotoksisitas
terkait nevirapine adalah rendah pada penelitian Analog nukleosida (NRTI)
lain.10,12 Perbedaan dalam prevalensi faktor risiko
Risiko hepatotoksisitas berat tampaknya relatif
lain, terutama koinfeksi HBV atau HCV,
rendah berhubungan dengan NRTI. Kejadian
mungkin bertanggung jawab untuk penemuan
hepatotoksisitas terkait dengan terapi kombinasi
yang berbeda-beda dari penelitian ini. Walaupun
dua NRTI adalah lebih rendah dibandingkan
hepatotoksisitas terkait nevirapine tampaknya
dengan terapi kombinasi dua NRTI dan
lebih umum pada 12 minggu pertama terapi, ciri-
NNRTI20 dan rejimen ART yang mengandung
ciri lain hipersensitivitas obat, misalnya ruam,
NNRTI atau PI.4,7 Meskipun mengandung risiko
biasanya tidak terjadi, yang memberi kesan
hepatotoksisitas berat relatif rendah, NRTI
bahwa ada keterlibatan mekanisme patogenik
memang dihubungkan dengan hasil buruk pada
lain. Meskipun risiko hepatitis fulminan terkait
hati. Hasil buruk ini, termasuk kasus kegagalan
nevirapine adalah sangat rendah, ada kasus yang
hati, berhubungan dengan perkembangan
terdokumentasi berhubungan dengan rejimen
steatohepatitis dan hiperlaktatemia, dan
profilaksis pascapajanan (PPP).17 Kasus hepatitis
umumnya dianggap berasal dari toksisitas
kolestatik – dengan gambaran bercampur
mitokondria.25-28 NRTI yang paling umum
transaminitis dan kolestasis hepatitis – pernah
dikaitkan dengan steatohepatitis dan
ditemukan terkait dengan nevirapine,18 dan
hiperlaktatemia adalah analog timidin, yaitu d4T
tampaknya berhubungan dengan kolestatis yang
dan ddI, walaupun kasus pernah dikaitkan dengan
langsung diakibatkan oleh obat. Peningkatan
AZT. Gejala seperti kelesuan yang meningkat,
asimptomatis pada gamma glutamyl transferase
Pemantauan tes fungsi hati sebaiknya dilakukan • ciri-ciri lain terkait – misalnya, bila
setiap 3-4 minggu hingga tingkat kembali hiperlaktatemia terjadi, d4T dan ddI tidak
menjelang normal atau awal. Indikasi untuk boleh dipakai lagi;
penghentian ART termasuk: • pilihan ART yang tinggal – mungkin harus
• hepatitis simptomatis – anoreksia, mual, mencoba memakai kembali bila pilihan
kelelahan, diare, sakit perut, kelesuan yang terbatas.
meningkat, ikterus; Mulai ART kembali, terutama bila memakai
• hepatomegali lembut; kembali unsur dari rejimen sebelumnya, harus
• peningkatan pada ALT dan AST lebih dari 10 dipantau dengan tes fungsi hati setiap 3-4 minggu
x BANN; sedikitnya untuk beberapa bulan pertama.
• tanda hipersensitivitas obat – ruam,
hipereosinofilia;
• hiperlaktatemia – tingkat laktat di atas 3 Kesimpulan
mmol/L. Walaupun hepatotoksisitas berat di antara orang
Pada orang yang harus berhenti memakai yang memakai ART biasanya tidak berhubungan
ART, jangka waktu penghentian sementara terapi dengan hasil buruk pada hati, dibutuhkan
dapat sebagian dituntun oleh tingkat fungsi pemantuan dan penyelidikan secara hati-hati
kekebalan, tetapi harus sedikitnya hingga tingkat terhadap berbagai faktor yang dapat
ALT/AST menurun menjadi di bawah 2-3 x menyumbang. Hubungan antara peningkatan
BANN dan gejala mereda. pada ALT dan AST dan peningkatan pada
Penyelidikan lanjut pada peningkatan mortalitas jangka menengah dalam penelitian
enzim hati baru29 adalah alasan lanjutan untuk memantau
dan menyelidiki secara sesuai komorbiditas
Pada orang dengan peningkatan ALT dan AST di penyakit hati yang berpotensi pada orang
bawah 10 x BANN, tidak mempunyai ciri-ciri terinfeksi HIV.
hiperlaktatemia atau hipersensitivitas obat, dan
tidak ada gejala atau tanda hepatitis akut, ART
dapat diteruskan dengan pemantauan tes fungsi Ucapan terima kasih
hati setiap 3-4 minggu. Peningkatan lanjut pada Profesor Geoffrey Farrell dan Profesor Martyn
ALT and AST (di atas 10 x BANN) dan French memberikan komentar yang berharga
perkembangan gejala akan memerlukan pada draft awal bab ini.
penghentian ART. Rujukan pada spesialis untuk
penyelidikan lanjut dan mungkin biopsi hati
diusulkan bila tidak ada pemulihan ALT dan Referensi
AST (menjadi di bawah 2-3 x BANN) atau ada 1. Powderly WG, Carr A. AIDS 2001. Clinical
hepatitis virus kronis (HBV atau HCV) treatment. Overview. AIDS 2001;15(Suppl
mendasar. Penyelidikan terhadap penyebab 5):S159–S160.
penyakit hati kronis yang lain dan ultrasound 2. Carr A, Workman C, Smith DE, et al. Mitochondrial
hati dapat dilakukan sebelum dirujuk. Toxicity (MITOX) Study Group. Abacavir
substitution for nucleoside analogs in patients with
Pilihan rejimen ART HIV lipoatrophy: a randomized trial. J Am Med
Assoc 2002;288:207–15.
Bila hepatotoksisitas berat mendesak penghentian
3. Rodriguez-Rosado R, Garcia-Samaniego J,
ART, pilihan rejimen untuk memulai lagi akan
Soriano V. Hepatotoxicity after introduction of
tergantung pada beberapa faktor: highly active antiretroviral therapy. AIDS
• penilaian kemungkinan ada hubungan dengan 1998;12:1256.
unsur ART tertentu – kemungkinan risiko 4. Savès M, Vandentorren S, Daucourt V, et al.
meningkat dengan nevirapine atau ritonavir Severe hepatic cytolysis: incidence and risk factors
dosis tinggi; in patients treated by antiretroviral combinations.
• keberadaan ciri-ciri hipersensitivitas obat – Aquitaine Cohort, France, 1996-1998. AIDS 1999;
13:F115–F121.
abacavir tidak boleh dimulai lagi setelah
5. den Brinker M, Wit WNM, Wertheim-van Dillen
hipersensitivitas, dan unsur lain mungkin
PME, et al. Hepatitis B and C virus co-infection and
terkait dengan ruam kulit yang berat juga the risk for hepatotoxicity of highly active
tidak boleh dipakai lagi; antiretroviral therapy in HIV-1 infection. AIDS
2000;14:2895–2902.
Acronim
Ab antibodi HBeAg antigen e hepatitis B
Ag antigen HBsAb antibodi permukaan hepatitis B
AHOD Australian HIV Observational Database HBsAg antigen permukaan hepatitis B
AIDS acquired immune deficiency syndrome HBV virus hepatitis B
aIFN interferon-alfa HCC karsinoma hepatoselular
ALT alanine aminotransferase HCV virus hepatitis C
Anti-HBc antibodi terhadap antigen core hepatitis B HIV human immunodeficiency virus
ART antiretroviral therapy IDU pengguna narkoba suntikan
AST aspartate aminotransferase Ig immnoglobulln
BANN batas atas nilai normal LEE tingkat enzim hati tinggi
bDNA branched DNA LSL laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki
CAESAR penelitian multipusat dilakukan di Kanada, MACS Multicentre AIDS Cohort Study
Australia, Eropa, Afrika Selatan NNRTI non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
CMV sitomegalovirus NRTI nucleoside analogue reverse transcriptase
DNA deoxyribonucleic acid inhibitor (analog nukleosida/nukleotida)
EBV virus Epstein Barr Odha orang dengan HIV/AIDS
ETR tanggapan virologi pada akhir terapi PCR polymerase chain reaction
EuroSIDA penelitian kohort besar terhadap Odha di PHD penyakit hati dekompensasi
Eropa PI protease inhibitor
FCH fibrosing cholestatic hepatitis RNA ribonucleic acid
GGT gamma glutamyltransferase RR risiko relatif
HAV virus hepatitis A SVR tanggapan virologi terus-menerus
HBcAg antigen core hepatitis B US ACTG United States AIDS Clinical Trials Group
spiritia