B.
C. HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PERAWAT
Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik dengan semua
perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesame
perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi agar tidak terjebak
dalam sikap saling curiga dan benci.
Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh, silih asih, silih asah :
1. Silih asuh dimaksudkan bahwa sesame perawat dapat saling membimbing, manasihati,
menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan.
2. Silih asih dimaksudkan bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya dapat saling
menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai anggota profesi, saling
bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang
dapat membuat sikap saling curiga dan benci.
3. Silih asah dimaksudkan bahwa perawat yang merasa lebih pandai /tahu dalam hal ilmu
pengetahuan, dapat membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesame perawat tanpa
pamrih.
Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antar tenaga professional kesehatan, tetapi
juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan. Telah disadari bersama bahwa
tenaga keperawatan harus bekerja sepanjang waktu untuk member pelayanan
pemenuhankebutuhan dasar klien. Perawat merupakan profesi yang harus setia setiap saat di sisi
klien sehingga kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antar perawat yang terlibat dalam tim
perawatan klien harus dilakukan untuk mencegah terputusnya proses keperawatan yang di
selenggarakan.
Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses keperawatan terhenti, kinerja
asuhan keperawatan juga akan menurun. Agar kerjasama iniberhasil dengan baik, diperlukan hal
hal berikut :
• Pesesuaian pemahaman tentang tujuan perawatan yang akan dilakukan dan
pemahamantentang masing masing tugas anggota tim keperawatan.
• Pendelegasian wewenang.
• Kesediaan untuk menerima umpan balik antar anggota tim keperawatan.
• Terciptanya rasa solidaritas kelompok.
• Terciptanya iklim kerja yang kondusif dalam tim.
CONTOH KASUS
Paulina, A.M.K., seorang perawat lulusan salah satu Akademi Keperawatan, baru saja bertugas
di salah satu rumah sakit di suatu kabupaten (RS tipe C). Di rumah sakit tersebut, tenaga
kesehatan nya sangat terbatas. Pada umumnya, tenaga adalah lulusan Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) sedang yang lulusan akper hanya dua orang. Kepala bidang Keperawa tan di jabat oleh
lullusan SPK yang sudah 20 tahun bertugas di sana.
Kedatangan Paulina cukup membuat para perawat kurang menyenangi nya karena Paulina sering
di panggil oleh direktur untuk berdiskusi tentang bagaimana meningkatkan mutu asuhan
keperawatan di rumah sakit taesebut.
Dalam membina hubungan antar perawat yang ada, baik lulusan SPK maupun lulusan AKPER,
perlu adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga Paulina dapat mengadakan
pendekatan yang baik kepada kepala bidang keperawatan dan juga perawat perawat lain yang
ada.
Begitupula bidang keperawatan, yang dalam hal ini menjabat sebagai manager utama bidang
keperawatan, harus dapat menunjukkan sikap yang bijaksana, walaupun terdapat kesenjangan
dari segi pendidikan.
Dengan demikian, hubungan yang baik dan rasa saling menghargai dan menghormati antar
perawat dapat terbina.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan,
yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan, dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan keperawatan,
perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain
peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses
keperawatan (Nursalam, 2001).
Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya
hubungan yang saling ketergantungan dalan mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan
tindakan asuhan keperawatan .
Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi
secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan
untuk menyalahgunakan.
Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana
pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari salah satu atau
semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan
memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah
dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.
Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen
yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Factor- factor tersebut
adalah : factor agama, social, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat,
dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat
dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. disamping harus menentukan bagaimana
keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien
sebagai manusia yang holistic.
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi
lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga
rontgen dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan
pasien, hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi
masing-masing. Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya dalam
menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin
dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik etis.
Contoh kasus:
Perawat Ranti, S.Kp adalah lulusan fakultas ilmu keperawatan yang bertugas di ruang ICU
rumah sakit tipe B. dalam menjalankan tugasnya, Ranti sangat berdisiplin dan teliti terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien. Oleh karena itulah, Ranti sangat dipercaya oleh dokter
jaga yang bernama dr.Alex.
Bila Ranti bertugas dengan waktu yang bersamaan dengan dr.Alex, Ranti sering mendapat pesan
bahwa dr.Alex tidak dapat hadir dan diberi petunjuk atau protocol bila terjadi perubahan pada
kondisi pasiennya dan Ranti diwajibkan melapor melalui telepon atau ponselnya.
Dalam hal ini, sebenarnya Ranti dan dr.Alex mempunyai tanggung jwab yang berbeda baik
dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab terhadap pasien. Walaupun Ranti dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, akan tetapi terjadi konflik dalam nilai-nilai pribadinya,
apakah ia perlu menjelaskan pada dr.Alex bahwa tanggung jawab tugas mereka berbeda, dan
tidak dapat dilimpahkan begitu saja padanya tanpa alas an yang dapat dipertanggung jawabkan
atau apakah ia perlu melaporkan kepada pihak rumah sakit bahwa dr.Alex sering tidak hadir
untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter jaga.
Hal ini perlu dipertimbangkan dengan matang agar hubungan kerja perawat dan dokter tersebut
dapat tetap terjalin dengan baik dan dapat berperan sesuai dengan profesinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
P.A Potter dan A.G. Perry. Fundamental Of Nursing. Edisi 4. St. Louis : Mosby, 1997