Anda di halaman 1dari 22

Panduan ppi rumah sakit

BAB I
DEFINISI

PENDAHULUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Salah
satu program pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI) adalah kegiatan surveilans,
disamping adanya kegiatan lain seperti pendidikan dan latihan,kewaspadaan isolasi
serta Kegiatan surveilans infeksi difasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu
kegiatan yang penting dan luas dalam program pengendalian infeksi dan suatu hal yang
harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program PPI.

Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (community
acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital acquired
infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Karena sering
kali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi
nosocomial (hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare
Associated Infection” (HAI’s) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya dirumah
sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi
pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat
melakukan tindakkan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat
di rumah sakit selanjutnya disebut Infeksi Rumah Sakit (IRS).
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan suatu proses
yang dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisa data
kejadian yang terjadi dalam suatu populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan
sebagai data dasar laju infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan
adanya kejadian luar biasa (KLB), dan sebagai tolak ukur akreditasi rumah sakit.

Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis surveilans yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing rumah sakit.

Dengan adanya kegiatan surveilans pada Program Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) diharapkan dapat menurunkan laju infeksi.

DEFINISI SURVEILANS
Surveilans Infeksi Rumah Sakit (RS) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis,
terus-menerus dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis dan interprestasi dari
data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan unutk digunakan dalam
perencanaan,penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.

Healthcare Assosiated infections ‘’(HAIS)” An Infection Occuring in Patient duning the


prosess of care in a hospital or other healthcare facility which was not present or
incubating at the time of adminision. This includes infections acquired in the hospital
but appeaning after discharge,and also occupational infections among staff of the
facility.( Center for diseases Control ,2007)
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Assosiated infections (HAIS) adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain, yang tidak terjadi infeksi dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien
masuk Rumah Sakit. IRS juga mencakup infeksi yang didapat di Rumah Sakit tetapi
bisa juga muncul setelah keluar Rumah Sakit dan juga infeksi akibat kerja pada fasilitas
kesehatan.
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk
menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah.

Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi:

1. Adanya infeksi baru


2. Perubahan kelompok populasi pasien ,seperti misalnya perlu penerapan cara
intervensi medis lain yang beresiko tinggi

DEFINISI KASUS
Jenis-jenis IRS sangat banyak, tergantung dari jenis perawatan dan tindakan yang kita
lakukan terhadap pasien (saluran pernafasan, pencernaan, kemih, sistem pembuluh
darah, sistem saraf pusat dan kulit). Diantara jenis-jenis IRS ada 4 jenis yang paling
sering terjadi yaitu Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) infeksi yang berhubungan
dengan pemasangan ventilator atau Ventilator associated infection pneumonia (VAP),
infeksi akibat pemasangan kateter urine atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan akibat
Tindakan Pembedahan (SSI).
INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)

Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya
mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah
atau ditemukannya organisme dari hasil kultur darah yang semi kuantitatif/kaulitatif
disertai tanda klinis jelas serta tidak dan/atau hubungannya dengan infeksi. Dalam
istilah CDC disebut sebagai Blood Stream Infection (BSI).
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri yang
kita lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik, yang
secara umum disebut katerer intravaskulker (Intravascular Catheter) .
Contohnya adalah pemasangan vena sentral (CVC : Central Venous Catheter), vena
perifer (infus),
Kriteria IADP
 Kriteria 1 IADP
 Ditemukan pathogen pada kultur darah pesien, dan
 Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari
tubuh pasien
 Kriteria 2 IADP
 Pasien menunjukan minimal satu gejala klinis: demam (suhu >38), menggigil atau
hipotensi, dan
 Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien, dan
 Hasil kultur ysng berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berada
didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum,
misalnya difteroid(Corynebscterium spp), bacillus spp. (bukan B antha racis),
propionibacterium spp., staphylococcus coagulase negative termasuk S. epidermis,
Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
 Kriteria 3 IADP
 Pasien anak usia 1 tahun menujukkan minimal satu gejala seperti berikut: demam (
suh rekta I > 38), hipotermi ( duh rektal < 37), apnoe atau bradikardia, dan
 Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
 Hasil kultur yang berasal dari 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda
didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnyadifteroid
(corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), propionibacterium
spp, staphylococcus coagu/ase negative termasuk S epidermis, streptococcus
viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.

CSEP ( Clinical SEPSIS )/SEPSIS klinis

CSEP hanya dapat dipakai untuk melaporkan IADP pada neonatus dan bayi. Tidak
dipakai untuk pasien dewasa dan anak .

 Kriteria CSEP
 Pasien berumur <1 tahun menunjukan minimal 1 tanda atau gejala klinis tanpa
ditemukan penyebab lain : demam(suhu rectal > 38 hipotermi (suhu rektal < 37)
apnoe atau bradikardi
 Tidak dilakukan kultur darah atau kultur darah negative
 Tidak ditemukan infeksi ditempat lain
 Klinisi melakukan terapi sebagai kasus sepsis
PETUNJUK PELAPORAN IADP

 Phlebitis purulent dikonfirmasikan dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari


ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negative atau tidak ada kultur darah, maka
bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan
infeksi lain dari bagian tubuh.
PNEUMONIA
Ada 2 jenis pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu pneumonia yang
didapatkan akibat perawatan yang lama atau sering disebut sebagai Hospital Asquired
Pneumonia (HAP) dan Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik
atau sering disebut sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP).

DEFINISI HAP

HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien
dirawat dirumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak
menderita infeksi saluran nafas bawah . HAP dapat diakibatkan tirah baring yang lama (
koma / tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster, endotracheal tube (ETT).
DEFINISI VAP

VAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi saluran nafas.

TANDA DAN GEJALA KLINIS PNEUMONIA

Bukti klinis pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala berikut :

 Demam (>38)tanpa ditemukan penyebab lainnya


 Leukopenia ( < 4.000 WBC /mm3 ) atau leukositosis ( >000 SDP/MM3)
 Untuk penderita berumur>70 tahun ada perubahan status mental yang tidak
ditemui penyebab lainnya.
Minimal disertai 2 tanda berikut :

 Timbulnya onset baru sputum purulent atau perubahan sifat sputum


 Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dypspnoe (sesak nafas
) atau tachypnoe (nafas frekuen) Rhonci basah atau suara nafas bronchial
 Memburuknya pertukaran gas misalnya desatuasi O2 (PO2 <240) Peningkatan
kebutuhan oksigen atau perlunya
Populasi beresiko untuk terjadinya pneumonia IRS dibedakan berdasarkan jenis
pneumonianya :

 POPULASI BERESIKO VAP adalah semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik
sehingga terjadinya terutama terfokus pada area spesifik yaitu ICU, NICU / PICU,
ICCU.Sehingga yang digunakan sebagai numenator dalam menghitung laju infeksi
adalah jumlah kasus VAP perperiode tertentu ( 1 bulan,6 bulan,1 tahun) sedangkan
denominatornya adalah jumlah hari pemasangan alat ventilasi mekanik periode
tertentu.
 POPULASI BERESIKO HAP adalah pasien tirah baring lama yang dirawat di rumah
sakit sehingga dapat digunakan sebagai numenator adalah jumlak kasus HAP per
periode tertentu ( 1 bulan ,6 bulan ,1 tahun ) sedangkan denominatornya adalah
jumlah hari rawat pasien tirah baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1
tahun).
INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
Infeksi saluran kemih (ISK) dalam istilah disebut sebagai saluran kemih murni (
urethra dan permukaan kandung kemih ) atau libatkan bagian yang lebih dalam dari
organ-organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan
jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik). Untuk itu dalam menentukan
jenis ISK perlu pengelompokan sebai berikut :
 Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
 Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
 Infeksi Saluran Kemih lainnya

TANDA-TANDA ISK :
 Demam ( > 38 )
 Urgensi
 Frekuensi
 Nyeri supra pubik
TANDA –TANDA ISK ANAK< 1 TAHUN ;
 Demam > 38 rektal
 Hipotermi < 37 rektal
 Apnoe
 Bradikardi
 Letargia
 Muntah-muntah

INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)


ILO adalah istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection (SSI). Ada beberapa
stadium dalam operasi,sehingga penilaian ada tidaknya ILO, juga dikelompokan
berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal istilah :
 Drainase bahan purulent dari insisi superfisial.
 Dapat diisolasikan kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil
secara aseptic dari tempat insisi superficial
 Sekurang-kurangnya terdapat
 Satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : rasa nyeri , pembengkakan yang
terlokalisasi , kemerahan, atau hangat pada perabahan
 Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan yang positif
atau tidak dilakukan Hasil biakan yang negative tidak memenuhi kriteria ini.
BAB II
RUANG LINGKUP SURVEILANS

METODE SURVEILANS
Metode-metode surveilans IRS dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :

1. Berdasarkan jenis datanya


 Surveilans hasil, yaitu surveilans yang memantau laju angka IRS (misalnya: ILO,
IADP, ISK, PNEUMONIA)
 Surveilans proses yaitu surveilan yang memantau pelaksanaan langkah-langkah
pencegahan IRS.
2. Berdasarkan cakupannya
Surveilans komprehensif (hospital –Wide/tradisional surveillance) adalah surveilans
yang dilakukan diarea perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi
selama dirumah sakit
Surveilans target (targeted/sentinel surveillance) adalah surveilansjenis infeksi yang
spesifik.
3. Berdasarkan waktu
 Surveilans periodik adalah surveilans yang dilakukan secara rutin dengan selang
waktu tertentu
 Surveilans prevalensi (prevalensi surveillance) adalah surveilans yang menghitung
jumlah semua IRS , baik kasus lama maupun baru pada hari tertentu atau selama
periode tertentu.
4. Berdasarkan jenis rawat
 Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang dilakukan selama pasien
menjalani rawat inap saja
 Surveilans paska rawat (post-discharge surveillance ) adalah surveilans yang
dilakukan sesudah pasien keluar dari rumah sakit .Surveilans paska rawat dapat
mendeteksi IRS yang tidak langsung timbul seperti ILO yang bisa timbul 30 hari
(tanpa implant) samapai 90 hari sesudah operasi (dengan implant)
Untuk tersedianya data nasional yang seragam,surveilans yang dilaporkan oleh semua
rumah sakit adalah Surveilans secara targeted surveilans paska rawat.

5. Tujuan Surveilans
 Mendapatkan Data Dasar IRS
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur laju angka
dasar ( basaline rate) dari infeksi rumah sakit. Dengan demikian dapat diketahui
seberapa besar resiko yang dihadapai oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit.
Sebagian besar (90-95%) dari IRS adalah endemic dan ini diluar dari KLB yang telah
dikenal .Oleh karena itu kegiatan surveilans IRS ditujukan untuk menurunkan laju
angka endemick tersebut.
Meskipun data surveilans dapat digunakan untuk menentukan laju angka
endemic,namun pengumpulan data saja tidak akan mempengaruhi resiko infeksi jika
tidak disertai dengan upaya pencegahan dan pengedalian infeksi
yang memadai.Bila demikian maka kegiatan surveilans akan sia-sia belaka ,bahkan
selain mahal juga sangat tidak mmemuaskan semua pihak.
 Menurunkan laju infeksi ditemukan factor resiko IRS yang akan diintervensi
sehingga dapat menurunkan laju angka IRS. Untuk mencapai tujuan surveilans
harus berdasarkan cara penggunaan data,sumber daya manusia dan dana yang
tersedia.
 Identifikasi Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui,maka kita dapat segera mengenali bila terjadi
suatu penyimpanan dari laju angka dasar tersebut.yang mencerminkan suatu
peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (outbeak) dari IRS.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada daerah dalam kurun waktu
tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus terjadinya wabah.

KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi rumah sakit yang
menyimpang dari angka dasar endemic yang bermakna dalam kurun waktu tertentu .

Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi peningkatan kasus


infeksi RS dengan cara melakukan pemantauan secara terus-menerus dan sistematis
(surveilans) terhadap factor resiko terjadinya infeksi RS.

Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi sehingga dapat menetapkan
kejadian tersebut merupakan suatu KLB sangat dapat diperlukan ketrampilan khusus
dari para petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk itu.

Petugas diharapkan mampu memahami kapan suatu keadaan /kondisi dinyatakan


sebagai kejadian luar biasa .Suatu KLB dinyatakan apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut :

 Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah.
 Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
 Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
 Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukan kenaika dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian
kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
 Angka kematia n kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% (lima puluh persen)atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
 Angka proporsi penyakit (proporsional rate) penderita baru suatu penyakit pada
satu periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Tanpa adanya ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan tidak ada
gunanya sama sekali dan KLB akan lewat demikian saja.

 Menyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah memerlukan


penanggulan.
Data surveilans yang diolah dengan baik dan disajikan secara rutin dapat menyakinkan
tenaga kesehatan untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) .Data
ini dapat melengkapi pengetahuan yang didapat dari teori karena lebih spesifik, nyata
dan terpecaya. Umpan balik tenaga kesehatan untuk melakukan upaya PPI Rumah
Sakit.

 Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI Rumah Sakit


Setelah permasalahan dapat teridentifikasi dengan adanya data surveilans serta upaya
pencegahan dan pengendalian telah dijalankan, maka masih diperlukan
surveilans secara berkesinambungan guna menyakinkan bahwa permasalahan yang ada
benar-benar –benar telah terkendali.Dengan pemantauan terus-menerus maka suatu
upaya pengendalian yang nampaknya rasional yang akhirnya dapat diketahui bahwa
ternyata tidak efektif sama sekali,sebagai contoh,bahwa perawatan setiap hari untuk
mencegah IRS saluran kemih yang Nampak rasional namun data
surveilans menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.

 Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan pasien yang baik dan tepat dalam hal mengatasi dan mencegah
penularan infeksi serta menurunkan angka resistensi terhadap anti mikroba akan
menurunkan angka IRS Surveilans yang baik dapat menyediakan data dasar sebagai
data pendukung rumah sakit dalam upaya memenuhi standar pelayanan rumah sakit.

 Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS


Surveilans IRS merupakan salah satu unsur untuk memenuhi akreditasi RS yaitu
pencegahan dan pengendalian infeksi. Akan tetapi pengumpulan data surveilans hanya
untuk kepentingan akrediatasi adalah suatu pemborosan sumber daya yang luar biasa
tanpa memberikan manfaat kepada rumah sakit atau pun tenaga yang lain.Oleh karena
itu surveilans harus dikendalikan kepada tujuan yang sebenarnya yaitu untuk
menurunkan resiko IRS.
BAB III
TATA LAKSANA SURVEILANS

IDENTIFIKASI KASUS
Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan disini :

1. Apakah kasus IRS didapatkan secara pasif atau aktif ?


Pada surveilans secara pasif, orang yang tidak duduk dalam komite / Tim PPI dipercaya
untuk mencatat dan melaporkan bila menemukan infeksi selama perawatan. Misalkan
tersedia formulir yang diisi oleh dokter atau perawat yang merawat bila menemukan
IRS pada pasiennya. Oleh karena keterampilan dan pengetahuan tenaga semacam ini
lebih tertuju pada perawatan pasien. Dari pada masalah surveilans, maka tidak heran
kalau masalah yang selalu ada pada surveilans pasif adalah selalu mengsklasifikasi,
underreporting dan kurang runutnya waktu dari data yang terkumpul.

Surveilans aktif adalah kegiatan yangsecara khusus dilakukan untk mencari kasus IRS
oleh orang-orang yang terlatih dan hamper selalu dari komite/Tim PPI
tersebut mencari data dari sumber untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan
apakah terjadi IRS atau tidak.

2. Apakah kasus IRS didapatkan berdasarkan pasien atau temuan laboratorium ?


Kasus IRS didapatkan berdasarkan klinis pasien atau temuan
laboratorium
Surveilans yang didasarkan pada temuan klinis pasien, menelaah factor resiko,
memantau prosedur perawatan pasien yang terkait denagan prinsip-prinsip pencegahan
dan pengendalian infeksi dalam hal diperlukan pengamatan langsung di ruang
perawtan diskusi dengan dokter atau perawatan.

Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata didasarkan atas


hasil pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinik. Oleh karena itu infeksi yang tidak
dikultur yaitu yang didiagnosis secara klinik (berdasarkan gejala dan klinik) saja, seperti
sepsis dapat secara salah diinterpretasikan sebagai IRS (misalnya hasil positif hanya
merupakan kolonisasi dan bukan infeksi)

3. Apakah kasus IRS didapatkan secara prosfektif atau retrospektif ?


Yang dimaksud dengan surveilans prospektif pemantauan setiap pasien selama dirawat
di rumah sakit dan untuk pasien operasi sampai setelah pasien pulang (satu bulan
untuk operasi tanpa implant dan satu tahun jika ada pemasangan implant). Surveilans
retrospektif hanya mengandalakan catatan medic setelah pasien pulang untuk
menemukan ada tidaknya IRS.

Keuntungan yang palin utama pada survelans prospektif adalah :

1. Dapat langsung menentukan kluster dari infeksi.


2. Adanya kunjungan komite/TIM PPI di ruan perawatan.
3. Memungkinkan analisis data berdasarkan waktu dan dapat memberikan umpan
balik.
Kelemahan adalah memerlukan sumber daya yang lebih besar dibandigkan surveilans
retrospektif.

Sistem surveilans IRS secara nasional memerlukan penemuan kasus berdasrkan pasien
yang aktif dan prospektif
1. PENGUMPULAN DAN PENCATATAN DATA
Tim PPI bertanggungjawab atas pengumpulan data tersebut di atas karena mereka yang
memiliki keterampilan dalam mengindentifikasi IRS sesuai dengan criteria yang ada.
Sedangkan pelaksan pengumpul data adalah IPCN yang dibantu IPCLN.

Banyak sumber data diperlukan dalam pelakasanaan surveilans IRS tergantung dari
jenis pelayanan medik yang diberikan oleh suatu rumah sakit. Komite/Tim PPI harus
memiliki askes yang luas sumber data serta perlu mendapatkan kerja sama dari semua
bagian/unit di rumah sakit tersebut, agar dapatkan melaksanakan surveilans dengan
baik atau melaksanakan penyelidikan suatu KLB.

Sering kali diperlukan sumber dari dokter, perawat, pasien maupun keluarga psien, dari
farmasi, catatan medic, catatan perawat. Untuk mengingatkan komite/Tim PPI kepada
suatu infeksi baru dan juga untuk mencari rujukan mengenai cara pencegahan dan
pengendaliannya.

1. Pengumpulan Data Numerator


2. Pengumpulan Data
Pengumpulan numerator data dapat dilakukan oleh selain IPCN misalnya dari database
elektronik tetapi IPCN atau seorang IPCO (Infection Prevention and Control
Officer) atau IPCD (Infection Prevention and Control Doktor) yaneg membuat
keputusan final tentang adanya IRS berdasarkan kriteria yang dipakai untuk
menentukan adanya IRS.
Jenis Data Numerator yang Dikumpulkan

 Data demografik : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik, tanggal
masuk rumah sakit.
 Infeksi : tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul
pertama kali.
 Faktor resiko : alat prosedur, factor lain yang berhubungan dengan IRS.
 Data laboratorium : jenis mikroba, antibiogram, serologi, patologi
 Data radiology/imaging : X-ray, CT scan, MRI dsb.
Sumber Data Numerator

 Catatan masuk/keluar/pindah rawat, catatan laboratorium mikrobiologi.


 Mendatangi bangsal psien untuk mengamati dan berdiskusi dengan perawat
 Data-data psien (catatan kertas atau komputer) untuk konfirmasi kasus.
 Hasil laboratorium dan radiologi/imaging
 Catatan perawat dan dokter dan konsultan
 Diagnosis saat masuk rumah sakit
 Riwayat penyakit dari pemeriksaan fisik
 Catatan diagnostik dan intervensi bedah
 Catatan suhu
 Informasi pemberian antibiotic
 Untuk kasus SSI post-dicharge, sumber data termasuk catatan dari klinik bedah,
catatan dokte, departemen emergenci.
Bagaimana IPCO mengumpulkan data numerator

 Amati catatan masuk/keluar/pindah rawat pasien-pasien yang masuk dengan


infeksi, tempatkan mereka pada kelompok resiko mendapatkan IRS.
 Review laporan laboratorium untuk melihat pasien yang kemungkinan terinfeksi
(misalnya kultur positif mikrobiologi, temuan patologi) dan bicarakan dengan
laboratorium untuk mengidentifikasi pasien yang kemungkinan terinfeksi dan untuk
mengidentifikasi kluster infeksi, khususnya pada area yang tidak dijadikan target
rutin surveilans IRS
 Selama melakukan surveilans ke ruangan, amati lembart pengumpul data, catatan
suhu, lembar pemeberian antibiotic dan catatan medis pasien, bicara dengan
perawat dan dokter untuk mencoba mengidentifikasi pasien-pasien yang
kemungkinan terinfeksi.
 Lakukan rview data pasien yang dicurgai terkena IRS : review perjalnan penyakit
yang dibuat oleh dokter dan perawat, data laboratorium, laporan radologi/imaging,
laporan operasi, dsb : bila data elektronik ada, review dapat dilakukan melalui
computer, tetapi keliling ruangan tetap penting untuk surveilans, pencegahan dan
control aktivitas.
 Review juga dilakukan dari sumber kumpulan data lengkap IRS.
2. Pengumpulan Data Denominator
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data denominator dapat dilakukan oleh selain IPCN, misalnya IPCLN
yang sudah dilatih. Data juga dapat diperoleh, asalakan data ini secara substansial tidak
berbeda dengan data yang dikumpulkan secara manual.

Jenis Data Denominator yang Dikumpulkan

 Jumlah populasi pasien yang berisiko terkena IRS.


 Untuk data laju densitas insiden IRS IRS yang berhubungan dengan alat : catatan
harian jumlah total pasien dan jumlah total harian pemasangan alat (ventilator,
central line, and kateter urin) pada area yang dilakukan surveilans. Jumlahkan
hitungan harian ini pad akhir periode surveilans untuk digunakan sebagai
denominator.
 Untuk laju SSI atau untuk mengetahui indek resiko : catatan informasi untuk
prosedur operasi yang dipilih untuk surveilans (missal : jenis prosedur, tanggal,
faktor resiko, dsb.)
Sumber Data Denominator

 Untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat : datangi area perawatan
pasien untuk mendapatakan hitungan harian dari jumlah pasien yang datang dan
jumlah psien yang terpasang alat yang umumnya berhubungan dengan kejadian IRS
(missal : centrtal line, ventilator atau kateter menetap).
 Untuk laju SSI : dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan data-data psaien
yang diperlukan.
 Numerator
Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat.

Terdapat tiga katagori yang perlu dicatat atas bseorang pasien dengan IRS yaitu data
demografi, infeksinya sendiri dan data laboratorium.

 Denominator
Data yang perlu dicatat.

Denominator dari infection rate adalah tabulasi dari data pada kelompok pasien yang
memiliki yang memiliki resiko untuk mendapat infeksi :
 Pengumpulan da denominator dan numerator dilakukan oleh IPCN yang dibantu
oleh IPCN.
 Data denominator dkumpulkan setiap hari, yaitu jumlah pasien jumlah pemakaiaan
alat-alat kesehatan (kateter urine menetap, ventilasi mekanik, kateter vena central,
kateter vena perifer) jumlah kasus operasi.
 Data numerator dikumpulkan bila ada kasus baru infeksi seperti infeksi saluran
kemih (ISK), infeksi aliran darah primer (IADP) pneumonia baik yang terpasang
dengan ventilator maupun tidak terpasang dengan ventilator infeksi luka operasi
(ILO).
 Teknik Perhitungan

Ada 3 macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans lainnya, yaitu
incidence, prevanlence dan incidence density.

1. Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok
populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula. Di dalam surveilans IRS maka
incindence adalah jumlah kasus IRS baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh
jumlah pasien dengan resiko untuk mendapatkanIRs yang sama dalam kurun waktu
yang sma pula.

2. Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun suatu kelompok populasi adalah jumlah
total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok populasi dalam satu kurun waktu
tertentu (priod prevenlence) atau dalam satu waktu tertentu (point prevalence).

3. Point prevalence nosocomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat dibagi
dengan jumlah pasien dalam survey.
4. Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai
berikut.
I = Incidence rates
P = Prevalences Rates

LA = nilai rata-rata dari lama rawat semua pasien

LN = NILAi rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau lebih IRS.

INTN= Interval rata-rat antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama terjadinya
IRS pada pasien yang mengalami satu atau lebih IRS tersebut

Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan over
estimate untuk resiko infeksi karena lama rawat dari pasien yang tidak mendapt IRS
biasanya lebih pendek dari lama raat pasien dengan IRS. Hal ini dapat mudah dilihat
dengan menata ulang formula sebagai berikut :

P = I (LN – INTN)/ LA

Dimana prevalence sama dengan incidence dikali lama infeksi.

Incidence Density
Adalah rata-rata instans dimana infeksi terjadi,relative terhadap besaran polpualsi yang
bebas infeksi.Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan
orang per satuan waktu.

Contoh popular dari incidencedensity rates (IDR) yang sering dipakai dirumah sakit
adalah jumlah IRS per 1000 pasien/hari.

Incidence density sangant berguna terutama pada keadaan sebagai berikut:

 Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari waktu panjang yang
dialami pasien terhadap factor resiko (misalnya semakin lama pasien
terpajan,semakin besar resiko mendapat infeksi)
Contoh incidence density rate (IRD) :

Jumlah kasus ISK /jumlah hari pemasangan kateter urine oleh karena itu IDR dapat
mengontrol lamanya pasien terpajan oleh factor resikonya ( dalam hal ini pemasangan
kateter urine) yang berhubungan secara linier dengan resiko infeksi.
 Jenis laju lain yang sering digunakan Atack rate (AR) yaitu suatu bentuk khusus dari
incidence rate.Biasanya dinyatakan dengan persen (%) dimana K = 100 dan
digunakan hanya pada KLB IRS yang mana pajanan terhadap suatu populasi
tertentu terjadi dalam waktu pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita hamper
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu (full time ).Dalam
hal ini bantuan computer akan sangat membantu terutama akan sangat meningkatkan
efisien pada saat analisisnya merupakan alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas
komputer, meski di rumah sakit kecil sekalipun lagi pula sistem surveilans tidak hanya
berhadapan dengan masalah pada waktu sekarang saja, tetapi juga harus
mengantisipasi tantangan dimasa depan.
Dalam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu:

1. Memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer
mikro
Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat,memuat data jauh lebih besar dan
memiliki jaringan yang dapat diakses diseluruh area rumah sakit.Semuya data pasien
seperti sensus pasien,hasil laboratorium atau sebagainya,dapat dikirim
secara elektronik.Namun harus diingat bahwa computer mainframe adalah cukup
mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang intersif.
Software untuk program pencegahan dan pengendalian IRS bagi computer mainframe
sampai saat ini masih terbatas mikrokomputer jauh lebih murah dan lebih mudah
dioperasikannya olehn setiap petugas.

2. Mencari software yang sudah tersedia akan memilih yang digunakan. Pemilihan
software harus dilakukan hati-hati dengan mempertimbangkan mahsud dan tujuan
dari surveilans yang akan dilaksanakan dirumah sakit.

EVALUASI,REKOMENDASI DAN DISEMINASI.

Hasil surveilans dapat digunakan untuk melaksanakan program pencegahan dan


pengendalian infeksi dirumah sakit(PPIRS) dalam satu waktu tertentu.

MEMBANDINGKAN LAJU INFEKSI DIANTARA KELOMPOK PASIEN.

Denominator dari suatu laju (rate) harus menggambarkan populasi at risk dalam
membandingkan laju antar kelompok pasien didalam suatu rumah sakit maka laju
tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu terhadap factor resiko yang berpengaruh
besar akan terjadinya infeksi. Kerentaan pasien untuk seperti karakteristik pasien dan
pajanan.
Faktor resiko ini secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu intrinsik dan
ekstrinsik :

1. Faktor Intrinsik adalah factor yang melekat pada pasien seperti yang mendasari dan
ketentuan.Mengidentifikasi factor resiko ini dilakukan dengan mengelompokan
pasien dengan kondisi yang ( distrafiksi)
2. Faktor Ekstrinsik adalah yang lebih berhubungan dengan pelayanan atau perawatan
(perilaku petugas diseluruh rumah sakit). Meskipun hampir semua factor ekstrinsik
memberikan resiko IRS namun yang lebih banyak perannya adalah jenis intervensi
medis yang beresiko tinggi seperti tindakan invansive,tindakan operatif atau
pemasangan alat yang invasive .Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa
pasien yang memiliki penyakit lebih berat
yang meningkatkerentaannya.Alat tersebut merupakan jembatan bagi masuknya
kuman penyakit dari bagian tubuh yang lai dari dari pasien.
Resiko untuk mendapat infeksi luka operasi (ILO),berkaitan dengan beberapa
factor.Diantaranya yang terpenting adalah bagaimana prosedur operasi
dilaksanakan,tingkat kontaminasi mikroorganismeditempat operasi . Lama operasi dan
factor instrinsic pasien. Oleh karena itu factor-faktor tersebut tidak dapat dieliminasi
maka angka ILO disesuaikan terhadap factor-faktor tersebut.

Demikian pula halnya dengan jenis laju yang lain,apabila akan diperbandingkan maka
harus diingat factor-facktor mana yang hanya disesuaikan agar perbandinganya
menjadi bermakna.

MEMPERBANDINGKAN LAJU INFEKSI DENGAN POPULASI PASIEN

Rumah sakit dapat menggunakan data surpelan IRS untuk menelaan program
pencegahan dan pengendaliaan IRS dengan membandingkan angka laju IRS dengan
populasi pasien yang sama laju di rumah sakit yang sama misalnya membandingkan
laju IRS dari 2 (dua) ICU atau dapat pula mengunakan laju IRS dengan angka eksternal
( benchmark rates) rumah sakit atau dengan mengamati perubahan angka menurut
waktu di rumah sakit itu sendiri.

Meskipun angka laju infeksi telah mengalami penyesuan dan melalui uji kemaknaan
namun inter prestasi dari angka-angka tersebut harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak terjadi kekeliruan banyak yang mengangap bahwa angka laju infeksi di rumah
sakit itu mencerminka keberhasilan dan kegagalan dari petugas pelayanan atau
perawatan pasien atau pasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian IRS.

Meskipun ada benarnya masih banyak factor mempengaruhi angka tersebut:

PERTAMA :Definisi yang dipakai atau tehnik dalam surpelen tidak seragam antar
rumah sakit atau tidak dipakai secara kosisten dari waktu ke waktu meskipun dari
sarana yang sama.
Hal ini menimbulkan pariasi dari sensitifitas dan spesifitas penemuan kasusnya.

KEDUA :tidak lengkapnya informasi klinik atau bukti-bukti laboraturium yang tertulis
dicatatan medic pasien member dampak yang serius terhadap validasi dan utilitas dari
angka laju IRS yang dihasilkan

KETIGA: angka tidak disesuaikan terhadap factor resiko intrinsif, faktor resiko ini
sangat penting artinya dalam mendapatkan suatu IRS,namun sering kali lolos dari
pengamatan dan sanggat berpariasi dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang
lain. Sebagai contoh,di rumah sakit yang memeliki pasien dengan
immunocompromised diharapkan memliki karekteristik pasien seperti itu.

KEEMPAT: jumlah population at risk (misalnya jumla pasien masuk/pulang jumlah


hari rawat atau jumlah oprasi) mungkin tidak cukup besar untuk menghitung angka laju
IRS yang sesunguhnya di rumah sakit tersebut.

Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua factor tersebut diatas namun harus
disadari pengaruh factor-facktor tersbut terhadap angka laju infeksi serta
mempertimbangkan hal tersebut pada saat membuat interprestasi

PELAPORAN
Laporan sebaiknya sistematik,tepat waktu informative data dapat disajikan dalam
berbagai bentuk,yang penting mudah dianalisa dan diinterprestasi.penyajian harus
jelas,sederhana,,dapat dijelaskan diri sendiri.Bisa dibuat dalam bentuk grafik,pelaporan
dengan narasi singkat.
Tujuan untuk :

 Memperlihatkan pola IRS dan perubahan yang terjadi (trend)


 Memudahkan analisis dan interprestasi data Laporan dibuat seacra periodic,setiap
bulan,triwulan,semester,tahunan.
DESIMINASI
Surveilans belumlah sempurna dilaksanakan apabila datanya belum didesiminasikan
kepada yang berkentingan untuk melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi.Oleh sebab itu hasil surveilans angka infeksi harus disampaikan
keseluruh anggota komite,direktur rum ah sakit,ruangan atau unit terkait
berkesinambangunan .Disamping itu juga didesiminasikan kepada kepala terkait dan
penanggungjawab ruangan beserta stafnya berikut rekomendasikannya.
Oleh karena IRS mengandung hal sangat sensitive maka data yang di dapat mengarah
ke pasien atau perawatan harus benar – benar terjaga kerahasiaannya.

Di beerapa Negara data seperti ini bersifat rahasia, data seperti ini tidak digunakan
memberikan sangsi tetapi hanya di gunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
Tujuan desiminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan inforamasi tersebut untuk
menetafkan strategi pengendalian IRS. Laporan didesiminasi secara periodic, bulanan,
triwulan, tahunan. Bentuk penyampaian dapat dsecara lisan dalam pertemuan,
tertulius, papan bulletin.

Sudah selayaknya komite / tim PPI menyajikan data surveilans dalam bentuk standar
yang menarik yaitu berupa laporan narasi singkat ( rangkuman ), table,grafik kepada
Komite / tim PPI. Analisa yang mendalam dari numerator dapat dilaksanakan untuk
memberikan gambaran epidemiologinya, termasuk kuman pathogen dan factor
resikonya.

BAB IV
DOKUMENTASI

Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan
data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada untuk itu perlunya dilakukan
surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN, untuk itu
diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu yang sesuai standar jumlah yang
dibutuhakan di sertai ilmu surveilans.

Pendokumentasian surveilans terdiri atas :

1. Laporan Harian dalam bentuk form/sensus harian


2. Laporan bulanan dalam bentuk rekapan sensus harian yang dituangkan dalam
bentuk grafik yang disertai analisa dan rekomendasi
3. Laporan triwulan, semester dan tahunan dalam bentuk grafik yang disertai analisa
dan rekomendasi
POPULASI
UNSUR AT TEMPAT DATA
SURVEILANS RISK INFEKSI DENOMINATOR LAJU/RATIO
Data yang
diperlukan
Laju setiap 100
pasien masuk
atau keluar :
1. Secara
keseluruhan

Jumlah 2. Spesifik bag


1. Pasien masuk tempat tertentu
atau keluar dari
Semua setiap aplikasi 3. Spesifik
tempat surveilans. tempat tertentu
infeksi
Semua dan 2. Persalinan
pasien yang tanggal 4. Laju per 100
normal persalinan
memenuhi infeksi
criteria dalam normal laju per
masuk bulan 3. Operator 100 operasi
Surveilans dalam yang Caesar Caesar
komprehensi surveilans sama
a. ∑ pasien
b. ∑ hari rawat 1. Angka infeks
ICU secara
umum per 100
c. ∑ hari insersi pasien atau
kateter urine 1000 pasien.har
2. Angka ISJ
d. ∑ insersi rumah sakit yan
ventilator per 1 hari insersi
keteter.
Semua Semua e. ∑ pasien pada
pasien di tempat tanggal 1 bulan itu 3. Angka sepsis
ruang rawat infeksi dan tanggal 1 untuk setiap
intensif dan bulan berikutnya. 1000
yang tanggal pemasangan
terpilih ikut infeksi f. ∑ hari rawat sentra line
pasien dalam semua pasian yang
sampai 48 bulan ada pada tanggal 1 4. Angka
jam setelah yang bulan itu dan pada pneumonia
Rawat Intensif pulang sama tanggal 1 bulan rumah sakit
berikutnya. ventilator untuk
100 hari insersi
disetiap ICU

Ratio pemakaian

1. Umum

2. Centra line

3. Ventilator

4. Kateter urin

Jumlah bayi
resiko per 100
pasien dan per
1000 hari rawat.
Data dari 4
macam kategori
BB lahir:

1. Rata-rata tia
100 pasien
beresiko atau
1000 hari rawat

2. ∑ kasus
bakterimia
Semua bayi nasokomial per
dengan 1000 hari insers
perawatan ventilator.
tingkat
111.Semua
pasien Semua
diikuti jenis IRS Data dikumpulkan
Ruang rawat selama 48 dengan untuk 4 macam Ratio pemakaian
bayi dengan jam setelah masa kategori berat bayi alat:
resiko tinggi keluar inkubasi (BB) Lahir
1. Secara umum

2. Untuk setiap
kategori berat
lahir

3. Central
(umbilical) line

4. Ventilator

Data factor resiko


untuk setiap
pasien yang
dipantau:
1. Tanggal
operasi

2. Jenis operasi

3. No.registrasi
pasien

4. Umur
SSI ARTES BY:
1.Indeks
5. Jenis kelamin prosedur

6. Lama operasi Dan resiko

7. Jenis luka 2.Kelas luka


Semua
macam
infeksi 8. Anestesi Ratio infeksi
atau umum untuk setiap
infeksi prosedur angka
pada luka 9. ASA Score rata-rata tempat
operasi infeksi
yang 10. Emergency
Semua dioperasi
pasien yang dalam
menjalani bulan 11. Trauma
tindakan yang
operasi sama 12. Prosedur
ganda

13. Pemeriksaan
endoskopik

14. Tanggal
pulang

Angka rata-rata
untuk setiap
1000 hari rawat:
1. Umum

2. Jenis
pelayanan

3. Tempat
infeksi4.

4. Tempat
infeksi menurut
tempat pelayana

Angka rata-
ratamenurut
ruang rawat
untuk setiap 100
pasien masuk
keluar atau setia
hari rawat.
1. hari rawat untuk
setiap jenis Site specific rate
pelyanan medic per 100 hari
2. ∑ pasien masuk pasien masuk
dan keluar pada atau keluar atau
setiap ruang rawat 1000 hari rawat.

Sama Sama 3.∑ hari rawat DRG SPESIFIC


Surveilans dengan dengan pada setiap ruang rate per 100
komprehensif diatas diatas pasien keluar
dari setiap
kategori DRG.

TABEL 2.REKOMENDASI UNTUK MENCEGAH SEPSIS(2009)(IADP)

Sebelum pemasangan alat intravaskuler

Edukasi petugas tentang pemasangan,pemasangan dan perawatan kateter sentral dan


pencegahan IADP.

Saat pemasangan alat intravaskuler

1. Pakai daftar tilik cara pemasangan


2. Lakukan kebersihan tangan
3. Hindari pemasangan pada vena femoralis pada pasien dewasa
4. Gunakan set steril untuk pemasangan kateter .
5. Pakailah APD semaksimal mungkin selama pemasangan kateter sentral
6. Pakailah antiseptic baerbasis khlorheksidin untuk membersihkan permukaan kulit
pada pasien usia > 2 bulan
Setelah pemasangan alat intravaskuler

1. Lakukan diinfeksi area konektor (hubs), konektor tanpa jarum, sisi tempat
menyuntik sebelumpemberian caiaran /accessing
2. Segera mungkin melepaskan kateter yang tidak diperlukan
3. Untuk kateter sentral tanpa saluran (non-tunneled)pada pasien dan gantilah
dressing dengan transfaran dan lakukan disinfeksi area dengan antiseptic berbasis
khlorhexidin tiap 5-7 hari,atau bila dressing longgar atau lembab,gantilah kassa
verband tiap 2 hari atau jika perlu.
4. Jangan memakai bloodset tetapi pakailah infuset,selang transfuse sel untuk lemak
dalam periode tdak lebih dari 96 jam
5. Lakukan surveilans terhadap adanya IADP
6. Pakailah salep antibiotic pada area pemasangan kateter hemodialise.

Anda mungkin juga menyukai