Anda di halaman 1dari 47

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu

konstruksi bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya.

Tanah sendiri memiliki peranan yang penting karena tanah merupakan tempat

diletakannya struktur bangunan. Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi

partikel mineral yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang

terbentuk karena pelapukan dari batuan. Tanah yang digunakan dalam pekerjaan

konstruksi memilik sifat fisis atau mekanis yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah

tersebut seperti plastisitas, kekuatan geser, dan perubahan volume yang besar

yang terdapat pada tanah berbutir halus seperti lempung. Perbedaan sifat-sifat

tanah akan berpengaruh pada penggunaannya di bidang konstruksi sehingga perlu

dilakukan pengujian terhadap tanah agar tanah dapat digunakan sesuai dengan

sifatnya.

B. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang harus dilakukan dalam pengujian tanah lapangan

adalah:

a. Melakukan pengujian dengan alat Sondir

b. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan alat

Hand Bor

c. Melakukan pengujian Hidrometer

d. Melakukan pengujian dengan alat DCP

e. Melakukan pengujian Triaxial UU (Uncosolidated Undrained)


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sondir

Sondir merupakan pengujian lapangan untuk mengetahui letak lapisan tanah

keras. Pengujian ini akan menghasilkan nilai perlawanan penetrasi konus dan

hambatan lekat. Nilai perlawanan penetrasi konus yaitu perlawanan tanah

terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Sedangkan

hambatan lekat yaitu perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang

dinyatakan dalam gaya persatuan panjang. Kedua nilai ini didapat dari pembacaan

pada manometer. Perhitungan yang digunakan yaitu :

a. Hambatan Lekat (HL)

𝑨
HL = (𝑱𝑷 − 𝑷𝑲)𝑿 𝑩

Dimana :

JP : Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat (px2)

P : Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A : Interval Pembacaan 20 cm

B : Faktor Alat (L Konus/L torak= 10 cm)

b. Jumlah Hambatan Lekat

𝐉𝐇𝐋𝐢 = 𝐙. 𝐇𝐋

Dimana :

i : Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau

Z : Zigma
B. Hand Bor Test

Hand bore test merupakan pengujian tanah untuk mengetahui

karakteristik suatu tanah. Pengujian ini juga digunakan untuk mengambil contoh

tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di Laboratorium. Penyelidikan sifat

tanah akan dikerjakan dalam percobaan lain sebagai kelanjutan dari percobaan ini.

Tanah yang diselidiki harus berada dalam pada kondisi aslinya dilapangan (tidak

terganggu). Untuk itu contoh tanah diambil secara Undistrubed dari lapangan.

Metode-metode dalam pengeboran antara lain:

a. Wash Drilling (bor dengan air)

Alat ini merupakan peralatan yang paling primitif yang biasa

digunakan dalam pemboran dengan air (Mohr 1943) meliputi :

 Pipa dengan panjang 5 ft dan diameter 21/2 inchi, yang disebut

dengan pipa pelindung (casing), yang berfungsi sebagai penyangga

dinding lubang.

 Beban memancangkan pipa pelindung ke dalam tanah.

 Derek untuk menangani beban dan pipa pelindung.

 Pipa/selang karet penghubung dipasang di antara kepala swivel dan

ujung atas pipa pengunci dan di ujung bawah pipa dipasang mata

bor.Bak penampung air dan pompa tangan atau berbahan bakar.

Untuk memulai pekerjaan pemboran dengan air, terlebih dahulu

ditegakkan derek dan selanjutnya dipancang pipa pelindung yang

panjangnya 5 ft sedalam 4 ft ke dalam tanah. Diujung atas pipa

pelindung dipasang tee dengan gagangnya pada posisi horizontal, dan

sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horizontal kedalam


gagang tee tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek

tersebut dan diisi oleh air. Pipa pencuci (wash pipa) diangkat ke posisi

vertikal dengan menggunakan tali yang ditarik oleh tangan dan

melalui sebuah katrol yang berada di puncak derek dan selanjutnya

diturunkan ke dalam pipa pelindung. Pompa dijalankan dan air

mengalir dari bak melewati kepala swivel masuk ke dalam pipa

pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor serta ruang diantara pipa

pencuci dan pipa pelindung. Sementara proses pemboran berjalan,

pembor mengamati warna dan kondisi umum campuran tanah dan air

yang keluar melalui lubang bor. Bilamana ada perubahan yang

menyolok, maka pemberian air dihentikan dan diambil contoh tanah

dengan split-spoon. Contoh tanah semacam ini diambil pada setiap

kedalalman 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tidak berubah.

a. Rotary Drilling

Gambaran pokok rotary drilling dengan pemboran dengan air,

hanya saja batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika

pembuatan lubang dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat

keluarnya air dari mata bor masuk ke dalam ruang di luar mata bor.

Penekanan batang ketika sedang berputar dikerjakan secara mekanik

dan hidraulik. Batang tersebut diganti dengan tabung sample tanah

bilamana diinginkan pengambilan contoh.

b. Auger Drilling

Pemboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan

auger. Cara kerjanya, auger dibenamkan tak seberapa ke dalam tanah


dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat padanya. Tanah

tersebut diambil untuk diteliti, auger tersebut kembali dimasukkan ke

dalam tanah dan kemudian diputar ke bawah. Apabila lubang tersebut

tidak bias terus terbuka sehingga dapat dimasuki auger karena

disekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding runtuh, maka

harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih

besar daripada diameter auger. Pipa pelindung ini harus dipancang

sampai kedalaman tak lebih dari kedalaman puncak dari contoh yang

berikutnya dan harus dibersihkan dengan memakai auger tersebut.

Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang sudah bersih dan

diputar bke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh contoh

tanah. Auger boring dapat dilaksanakan pada pasir yang terletak di

bawah muka air tanah karena pasir tersebut tidak melekat pada auger.

Desikripsi Visual

Selain dengan penyelidikan di laboratorium, perlu untuk mengetahui

beberapa sifat tanah secara visual, jenis kedalaman tanah dan kekuatan tanah.

Tentu saja deskripsi tanah macam ini adalah kasar, namun demikian deskripsi

visual ini penting untuk memberi gambaran secara umum sifat tanah di lokasi

pengamatan warna dan keadaan tanah (homogeny atau tidak) bias dengan mudah

diamati secara kasar. Jenis-jenis tanah/klasifikasi tanah di lapangan diantaranya

a. Pasir dan kerikil, merupakan agregat tak berkohesi yang tersusun dari

fragmen sub-angular, agaknya berasal dari batuan atau mineral yang

belum mengalami perubahan. Partikel berukuran sampai 1/8 inchi

dinamakan pasir, dan yang berukuran 1/8 inchi sampai 8 inchi disebut
kerikil. Fragmen-fragmen bergaris tengh lebih besar dari 8 inchi dikenal

sebagai bongkah (bouldres).

b. Hardpan, merupakan tanah tahanannya terhadap penetrasi alat

pemboran besar sekali. Sebagian besar harpan dijumpai dalam keadaan

bergradasi baik, luar biasa pada dan merupakan agregat partikel mineral

yang kohesif.

c. Lanau an-organik, merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas

kecil biasanya mengandung butiran (rock flour), sedangkan yang plastis

mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau

plastis. Karena teksturnya yang halus, lanau an-organik sering dianggap

lempung, tetapi sebenarnya dapat dibedakan tanpa pengujian

laboratorium. Jika diguncang dalam telapak tangan, selapis lanau an-

organik jenuh akan mengeluarkan air sehingga permukaanya akan

nampak mengkilat. Selanjutnya dikelukkan di antara jari tangan,

permukaannya kembali pudar/tak berkilat. Prosedur ini dikenal sebagai

uji goncangan. Setelah kering, lapisan menjadi rapuh dan debu dapat

dikelupas dengan menggosokkan pada jari. Lanau relatif bersifat kedap

air, namun dalam keadaan lepas lanau dapat naik ke lubang pengeboran

atau lubang galian seperti layaknya suatu cairan kental. Tanah paling

tidak stabil, menurut kategori ini, dikenal secara setempat dengan nama

yang berbeda-beda, misalnya : Hati sapi (bull’s liver).

d. Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan

campuran partikel-partikel bahan organic terpisah secara halus. Mungkin

pula dijumpai adannya kulit-kulit dan fragmen tumbuhan yang meluruh


sebagian. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat

gelap, disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta berbagai gas

lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada

tanah. Permeabilitas lanau organic sangat rendah sedangkan

compressibilitasnya sangat tinggi.

e. Lempung, merupakan agragat partikel-partikel yang berukuran

microskopic dan sub-microscopic yang berasal dari pembusukkan

kimiawai unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang

kadar air sedang sampai luas. Permeabilitas lempung sangat rendah.

Untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang

bersabun atau seperti terbuat dari lilin, serta amat keras. Pada kadar air

yang lebih tinggi (basah) lempung tersebut bersifat lengket.

f. Lempung organic, adalah lempung yang sebagian sifat-sifat fisis

pentinggnya dipengaruhi oleh adanya bahan organik yang terpisah.

Dalam keadaan jenuh lempung organic cenderung bersifat sangan

compressible, tetapi pada keadaan kering kekuatannya (strength) sangat

tinggi. Warnanya biasanya abu-abu tua atau hitam, disamping itu

mungkin berbauh menyolok.

g. Gambut (peat), adalah agregat agak berserat yang berasal dari serpihan

macroskopik dan microskopik tumbuh-tumbuhan. Warnanya bervariasi

antara cokelat terang dan hitam. Gambut juga compressible sehingga

hamper selalu tidak mungkin menopang pondasi. Berbagai macam teknik

telah dicoba pengembangannya dalam rangka mendirikan tanggul tanah

di atas lapisan gambut tanpa resiko runtuh, namun penurunan


(settlement) tanggul semacam ini tetap cenderung besar serta berlanjut

dengan laju yang makin berkurang selama bertahun-tahun

C. Hydrometer Analisys

Analisa hydrometer adalah cara yang didasarkan atas kecepatan

pengendapan untuk menganalisa distribusi ukuran butiran tanah berbutir halus,

dengan ukuran butir 0,075 mm sampai 0,001 mm ( lolos saringan No.200 ).

Kecepatan mengendap tergantung ukuran butiran, semakin besar ukurannya,

semakin cepat mengendap. Menurut hokum stokes, kecepatan mengendap yaitu :

𝟏 𝑫. 𝒈
𝒗= (𝜸𝒔 − 𝜸𝒘 )
𝟏𝟖 𝜼

dimana:

v : Kecepatan mengendap, (cm/det)

D : Diameter partikel tanah, (cm)

η : kekentalan air, poise (dyne×det/cm3 )

γs : Berat isi partikel tanah

γw : Berat isi air

𝑳
𝑫 = 𝑲√
𝒕

dimana :

L : kedalaman efektif yang diukur

t : lamanya pengendapan berlangsung

30𝜂
K =√𝑔(𝐺 −𝐺
𝑠 𝑤)
Apabila pembacaan hydrometer dalam larutan adalah Rh maka % tanah

yang terlarut ( belum mengendap ) = % tanah yang ukuran butirannya lebih halus

dari diameter efektif D yang diukur.

Persen tanah terlarut dihitung dengan rumus :

𝐑𝐂. 𝐚
𝐏= 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐖𝐒

dimana:

1,65 .𝐺𝑠
a : faktor korelasi =
2,65 .(𝐺𝑠 −1)

Rc : korelasi pembacaan hidrometer = Ra-C0-Cr

Ra : pemberatan hidrometer sebenarnya

C0 : korelasi nol(zero correction)

Ct : koreksi suhu

D. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Awalnya dikembangkan sebagai alternatif untuk mengevaluasi sifat-sifat

perkerasan lentur atau tanah dasar. Pendekatan konvensional untuk mengevaluasi

sifat kekuatan , kekakuan tanah aspal dan tanah dasar melibatkan prosedur inti

sampling dan pengujian Program Laboratorium yang rumit seperti Modulus

Resilien, Marshall Tesdan lainnya. Karena ekonomis dan kesederhanaannya,

pemahaman yang lebih baik dari hasil DCPT dapat mengurangi secara signifikan

tenaga dan biaya yang terlibat dalam evaluasi tanah perkerasan dan tanah dasar.

Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRLL (Transport and

Road Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di

Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan
nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem

perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai

kedalaman + 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan

tanah dasar.

Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang

tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari

palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula. Cara uji ini merupakan

suatu prosedu yang cepat untuk melaksanakan evaluasi kekuatan tanah dasar dan

lapis pondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer,

(DCP).Cara uji ini juga merupakan cara alternatif. jika pengujian CBR lapangan

tidak bisa dilakukan.

Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah konfigurasi khas dari

penetrometer kerucut dinamis (DCP). Seperti ditunjukkan dalam gambar, DCP

terdiri dari atas dan poros yang lebih rendah. Poros atas memiliki 8 kg (17,6 lb)

palu drop dengan 575 mm (22,6 in) tinggi badan drop dan melekat pada poros

yang lebih rendah melalui landasan. Poros rendah berisi landasan dan kerucut

terpasang pada ujung poros. Kerucut tersebut dapat diganti dan memiliki sudut

kerucut 60 derajat atau 30 derajat. Sebagai perangkat membaca, sebuah batang

tambahan digunakan sebagai lampiran ke poros yang lebih rendah dengan tanda di

setiap mm 5.1 (0.2 in).


Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga bagian utama yang

satu sama lain harus disambung sehingga cukup kaku, seperti terlihat pada gambar

dibawah ini.

 Bagian atas yang terdiri dari,

a) Pemegang;

b) Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi 575 mm;

c) Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.

 Bagian tengah yang terdiri dari,

a) Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja;

b) Cincin peredam kejut;

c) Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk kedalaman.

 Bagian bawah yang terdiri dari,

a) Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 m

b) Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai dengan 50 cm,

diameter 16 mm dengan ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir luar di

ujung lainnya.
c) Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja.

d) Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di bagian ujung,

diameter 20 mm, sudut 60° atau 30°

e) Cincin pengaku.

Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan

penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan fondasi

karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus,

pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai

CBR. Pengujian tersebut memberikan sebuah dari kekuatan lapisan bahan sampai

kedalaman 90 cm di bawah permukaan yang ada dengan tidak melakukan

penggalian sampai kedalaman pada pembacaan yang diinginkan.

Hasil DCP terdiri dari jumlah jumlah pukulan terhadap kedalaman

penetrasi. Karena jumlah pukulan yang direkam adalah nilai-nilai kumulatif, hasil
DCPT pada umumnya diberikan sebagai nilai inkremental yang didefinisikan

sebagai berikut,

dimana:

PI = indeks penetrasi DCP dalam satuan panjang dibagi dengan jumlah

pukulan;

ΔDp = kedalaman penetrasi;

ΔBC = jumlah pukulan sampai dengan ΔDp kedalaman penetrasi.

Akibatnya, nilai indeks penetrasi (PI) merupakan karakteristik pengujian

DCP pada kedalaman tertentu.


E. Triaxial UU (Unconsolidated Undrained)

Uji geser Triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk

menentukan parameter tegangan geser. Uji ini telah digunakan sacara luas untuk

keperluan pengujian biasa ataupun keperluan riset. Pada uji ini umumnya

digunakan sebuah sample tanah kira-kira berdiameter 1,5 inc (38,1 mm) dan

panjang 3 inc (76,2 mm).

Untuk pembebanan vertical dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:

1. Dengan memberikan beban mati yang berangsur-angsur ditambah

(penambahan setiap saat sama) sampai benda uji runtuh (deformasi arah

aksialakibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji ukur/dial gage).

2. Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertical)dengan kecepatan

deformasi yang tetap dengan bantuan gigi-gigi mesin atau pembebanan hidrolis.

Cara ini disebut juga sebagai uji regangan terkendali.

Beban aksial yang diberikan diukur dengan bantuan sebuah proving ring

(lingkaran pengukur beban) yang berhuhubungan dengan piston vertical. Alat ini

juga dilengkapi dengan pipa-pipa untuk mengalirkan air ke dan dari dalam sample

tanah dimana pipa-pipa tersebut juga berguna sebagai sarana pengukur tegangan

airpori(pada kondisi uji).

Uji Triaxial UU adalah uji kompresi triaxial dimana tidak diperkenankan

perubahan kadar air dalam contoh tanah. Sampel tidak dikonsolidasikan dan air

pori tidak teralir saat pemberian tegangan geser.Bidang bidang tegangan utama

adalah 3 bidang yang saling tegak lurus dimana bekerja tegangan tegangan normal

dan tanpa tegangan geser.


Tegangan tegangan utama 1, 3adalah tegangan normal yang bekerja pada

bidang bidang tegangan utama. Tegangan deviator adalah selisih antara tegangan

utama terbesar (1) dan tegangan utama terkecil (3). Lingkaran Mohradalah

representasi secara grafis kondisi tegangan tegangan pada suatu bidang dinyatakan

dalam tegangan normal dan tegangan geser.

Garis keruntuhan adalah garis atau kurva yang menyinggung lingkaran

lingkaran Mohr pada kondisi keruntuhan pada sampel yang memiliki tegangan

tegangan keliling yang berbeda. Mempunyai persamaan f= c +  tan 

Bidang keruntuhan adalah bidang dimana kuat geser maksimum dari tanah

telah termobilisasi saat keruntuhan. Secara teoritis pada ujitriaxial, bidang tersebut

menyudut (45+ /2) terhadap bidang horizontal.

Kriteria Keruntuhan Mohr - Coulomb adalah kuat geser tanah yang

diperoleh dari uji triaxial, dinyatakan dalam persamaan F = c +  tan  Kohesi, c

adalah kuat geser tanah bila tidak diberikan tegangan keliling. Sudut geser dalam,

 adalah komponen kuat geser tanah yang berasal dari gesekan antara butir tanah.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. SONDIR (DUTCH CONE PENETROMETER)

1. Tujuan Praktikum

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap

tekanan ujung konus hambatan pelekatnya yang dinyatakan dalam gaya persatuan

luas, serta perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya

persatuan panjang.

2. Peralatanyang Digunakan

Adapun peralatan yang digunakan:

a. Mesin sondir

b. Stang sondir

c. Ambang penekan

d. Angker besi

3. Prosedur Praktikum

a. Membersihkan lokasi percobaan lalu memasang dua atau empat jangkar

spiral sesuai dengan tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki

sondir.

b. Menjepitkan rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut, lalu

mengatur posisi sondir agak tegak lurus, dengan cara mengendurkan

kunci tiang samping lalu menggunakan waterpass untuk mengontrolnya.

c. Membuka kedua kran manometer,


d. Menutup salah satu kran manometer, menekan kunci piston pada alas

rangka, memperhatikan kenaikan jarum manometer, menghentikan

penekanan dan menahan (kunci) stang pemutar apabila jarum akan

mencapai 25% ke maksimal manometer.

e. Memasang friction cone/mantle cone pada draad stang sondir berikut

stang dalamnya. Menempatkan stang sondir tersebut pada lubang

pemusat pada rangka sondir tepat dibawah ruang oli. Pasang kop

penekan.

f. Mendorong treker, pada posisi lubang terpotong lalu memutar engkol

pemutar sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan

pengukuran sudah siap dilakukan.

g. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol,

gunanya untuk mengtahui saat dilakukan pembacaan manometer.

h. Engkol pemutar diputar kembali sehingga patent friction cone/mantle

cone masuk kedalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm, engkol

pemutar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik ke depan

dalam posisi lubang bulat.

i. Membuka kran yang menuju manometer 60 kg/cm2

j. Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam

tanah. Stang dalam akan menekan piston lalu akan menekan oli di

dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer. Mantle

cone hanya akan mngukur tahanan ujung konus (qc) sedangkan friction

cone akan mengukur tahanan ujung konus (qc) dan gesekan dinding

terhadap tanah.
k. Menekan stang, mencatat angka penunjukan pertama pada jarum

manometer, Meneruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak

yang kedua kalinya.

l. Melakukan penekanan dengan hati-hati dan mengamati selalu jarum

manometer. Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas

manometer, tutup kran manometer tersebut dan kran manometer yang

berkapasitas besar dibuka. Stang sondir jangan menyentuh piston karena

dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan merusak

manometer.

m. Memutar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi treker

dipindahkan kembali menjadi posisi lubang terpotong. Melakukan

penekanan kembali sejarak 20 cm berikutnya dan ulangi prosedur

tersebut

n. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, stang sondir perlu ditambah.

o. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari

150 kg/cm2) penyelidikan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam

dicabut kembali.
4. Data Percobaan
Jumlah
Perlawanan Jumlah Hambatan Hambatan
Kedalaman HL x Hambatan
Penetrasi Perlawanan Lekat (HL Setempat
Muka 20/10 Lekat
Konus (qc) (Jp) = Jp-qc) HS=HL/10
Tanah (m) (kg/cm2) (JHL)
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
(kg/cm2)

0,2 0 6

0,4 0 5,5

0,6 0 4,5

0,8 13 18

1 13 16

1,2 49 57

1,4 200 230

Kedalaman Total : 1,4 m

5. Pembahasan
Data Perhitungan

Hambatan
Perlawanan Jumlah Hambatan Hambatan
Kedalaman Lekat HL x
Penetrasi Perlawanan Lekat Setempat
Muka (HL = Jp- 20/10
Konus (qc) (Jp) (JHL) HS=HL/10
Tanah (m) qc) (kg/cm2)
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
(kg/cm2)

0,2 0 6 6 12 12 0,6

0,4 0 5,5 5,5 11 23 0,55

0,6 0 4,5 4,5 9 32 0,45

0,8 13 18 5 10 42 0,5

1 13 16 3 6 48 0,3

1,2 49 57 8 16 64 0,8

1,4 200 230 30 60 124 3

Kedalaman Total : 1,4 m


Grafik Hubungan antara Perlawanan Penetrasi Konus (qc) dan Jumlah

Hambatan Lekat (JHL) dengan pada Sondir

1) Nilai perlawanan penetrasi konus semakin besar menunjukkan bahwa

tanah semakin keras. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik perlawanan

penetrasi konus terhadap kedalaman tanah. Dari data hasil percobaan

sondir, nilai perlawanan penetrasi konus sangat bervariatif. Pada

kedalaman 0 – 0,6 m kekerasan tanah cenderung sama, sedangkan dari

kedalaman 0,6 – 0,8 m tanah cenderung semakin keras. Pada

kedalaman 0,8 – 1 m tanah cenderung lunak kembali. Pada kedalaman

1 m sampai selanjutnya nilai penetrasi konus semakin naik. Sampai

didapat nilai yang sangat tinggi


2) Secara umum perubahan nilai hambatan lekat kumulatif terhadap

kedalaman adalah konstan. Hal ini terlihat dari grafik jumlah

hambatan lekat terhadap kedalaman tanah yang mendekati garis lurus.

6. Kesimpulan

a. Secara keseluruhan, jenis tanah pada lokasi tes sondir tersebut

dikategorikan tanah lempung (yaitu pada kedalaman 0 – 1,4 m).

b. Dari nilai perlawanan penetrasi konus, tanah yang berada di lapisan

permukaan dengan kedalaman 1,4 m menunjukkan nilai perlawanan

penetrasi konus yang besar. Oleh karena itu, secara konseptual lapisan

tanah tersebut merupakan lapisan tanah keras.

c. Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada kedalaman 1,4 m

jumlah hambatan lekatnya sebesar 124 kg/cm2.


7. Dokumentasi
B. HAND BOR

1. Tujuan

Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengambil contoh tanah dari

berbagai kedalaman.

2. Peralatan yang digunakan

a. Peralatan Hand Bor

b. Stang bor

c. Pemutar Stang Bor

d. Tabung Sampel

e. Stick Aparat

f. Palu besar

g. Plastik (untuk penyimpanan sampel)

h. Kop penahan

i. Meteran

j. Kunci T pemutar

3. Prosedur Percobaan

a. Membersihkan daerah sekitar lubang yang akan dibor.

b. Memasang auger pada stang bor, lalu pasang pemutarnya.

c. Menekan auger kedalam tanah sambil diputar, setelah contoh tanah

mengisi auger sampai penuh (20 cm), kemudian auger diangkat dengan

hati-hati.
d. Mengeluarkan contoh tanah dari dalam auger untuk dibuat deskripsi jenis

tanahnya dan bahan-bahan yang dikandungnya. Simpan dalam

kaleng/plastik

e. Contoh tanah yang didapat adalah contoh tanah yang tidak asli

(distrubed sample) dan hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi dan

diskripsi tanah.

f. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (Undistrubed sample) digunakan

tabung contoh.

g. Auger yang tadi digunakan sekarang diganti dengan tabung contoh yang

telah disambung dengan stick aparat. Masukkan kedalam lubang yang

telah dibentuk.

h. Bila tanahnya cukup lunak, tabung contoh ditekan perlahan-lahan sampai

masuk sedalam 40 cm kemudian diputar satu kali untuk

melepaskan/memotong contoh tanah pada dasar tabung kemudian

diangkat.

i. Bila tanahnya cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan, gunakan

palu untuk memukulya, lakukan dengan cara perlahan-lahan.

j. Setelah didapatkan contoh tanah asli dalam tabung, lepaskan stick aparat

lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah kedua bagian ujung

tanah setebal 1 cm kemudian tutup.

k. Contoh tanah asli ini dimasukkan kembali kedalam peti pelindung karena

tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh.


4. Data Hasil Praktikum

Kedalaman
Warna Jenis tanah
(cm)

0 Agak coklat Pasir

20 Coklat Pasir kelempungan

80 Coklat Pasir kelempungan

100 Coklat kehitaman Lempung

5. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini, dapat diketahui cara melakukan pengujian

bor tangan dan mendeskripsikan tanah tersebut. Dari praktikum yang dilakukan

belum mencapai kedalaman sampai ditemukannya muka air tanah. Hand bor

dilakukan sampai kedalaman 100 cm dan sample yang didapat dari hasil hand bor

sampai kedalaman tersebut dikategorikan tanah lempung


C. ANALISA HIDROMETER (HYDROMETER TEST)

1. Tujuan Praktikum

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ukuran dan susunan butir

(gradasi) tanah yang lolos saringan nomor 200.

2. Peralatan yang digunakan

a. Hidrometer

b. Gelas ukur 1000 ml

c. Thermometer

d. Batang pengaduk

e. Stopwatch

f. Botol air suling

g. Water glass

h. Cawan

3. Prosedur Praktikum

a. Mengukur diameter dalam hidrometer jar dengan menggunakan jangka

sorong lalu hitung luas permukaannya (A1).

b. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml lalu isi dengan air sampai skala 800 ml,

kemudian masukkan hidrometer kedalamnya. Hitung volume hidrometer

yang terendam yaitu selisih antara pembacaan kedua dan pembacaan

pertama (Vh).

c. Menenentukan titik tengah bagian hidrometer yang menggelembung, beri

tanda dengan spidol.

d. Mengukur jarak antara titik tersebut dengan skala hidrometer paling atas

(Zra), demikian pula dengan skala paling bawah (Zrb)..


4. Cara Analisis

a. Mengambil sampel tanah yang terapung lolos saringan no 200 sebanyak

60 gram

b. Tambahkan water glass sebanyak 30 gram dan air sebanyak 120 ml,

diamkan selama 24 jam.

c. Memasukkan larutan tanah tadi kedalam hidrometer jar 1000 ml yang

sudah bersih lalu bilas dispersion cup berulang kali dengan air suling

sampai bersih.

d. Menambahkan air suling kedalam hidrometer jar sampai themperaturnya

sama dengan themperatur air pada bak perendam. siapkn stopwatch dan

formulir percobaan.

e. Mengangkat hidrometer jar dari balik bak perendam lalu tutup bagian

atasnya dengan telapak tangan. Balikan hidrometer jar berulang kali

sampai 30 detik, jangan sampai ada tanah yang masih menempel pada

dasar hidrometer jar tersebut, masukkan kembali hidrometer jar kedalam

bak perendam.

f. Segera memasukkan hidrometer kedalam larutan tanah, melakuakan

pembacaan (r) pada menit ke 0,5, 1, 2, 5, 10, 20, 40, 60, 120, 180, 1440.

g. Mencatat pukul berapa percobaan ini dilakukan lalu susun waktu

pembacaan selanjutnya. Tutuplah hidrometer jar dengan kertas lembab

untuk menghindari penguapan selama percobaan ini berlangsung.

h. Memasukkan larutan tanah kedalam cawan sampai benar-benar bersih,

lalu masukkan kedalam oven selama 24 jam pada suhu 110ºC.

i. Menimbang berat tanah kering setelah di oven.


5. Data Praktikum

a. Data Analisis Hidrometer

Berat jenis tanah : 2,55

Berat tanah : 60

Berat jenis air : 0,99627

Kekentalan air : 0,00836

a : 1,02

Hyd.
Actual Corr.
Corr. Corr
Time Temp Hyd Reading % Finer 30 Diameter
Temp Only for D (mm)
Reading Hyd. (Rc)
Miniscus L L/t g(GKs Gw)
Rc*a/Ws
(t) (⁰C) Ra Ct Ra-C₀-Ct R K*((L/t)^
*100%
0,5)
0,5 28 40 2,5
1 28 39 2,5
2 28 38 2,5
5 28 35 2,5
10 28 33 2,5
20 28 31 2,5
40 28 30 2,5
60 28 29 2,5
120 28 28 2,5
180 28 26 2,5
1440 28 23 2,5

b. Data analisa saringan

Berat
% % Tertahan % Lolos
Diameter Tertahan
Tertahan komulatif Komulatif
Saringan No (mm) (gr)
4 4,75 0
10 2 0,9
20 0,84 2,6
40 0,425 4,3
60 0,25 3,8
100 0,15 1,9
200 0,074 1,8
Pan 0,001 0
Total 15,3
6. Pembahasan

a. Data Perhitungan Analisis Hidrometer

Actual Corr. Hyd. Corr 30


Corr. Diameter D
Time Temp Hyd Reading % Finer Only for g(Gs  Gw )
Temp (mm)
Reading Hyd. (Rc) Miniscus L L/t K
Rc*a/Ws*100
(t) (⁰C) Ra Ct Ra-C₀-Ct R K*((L/t)^0,5)
%
0,5 28 40 2,5 36,7 1,00629 0,8 7,952 0,2651 0,1282748 0,06604
1 28 39 2,5 35,7 0,97887 0,8 8,277 0,1380 0,04764
2 28 38 2,5 34,7 0,95145 0,8 8,602 0,0717 0,03434
5 28 35 2,5 31,7 0,86919 0,8 9,577 0,0319 0,02292
10 28 33 2,5 29,7 0,81435 0,8 10,227 0,0170 0,01675
20 28 31 2,5 27,7 0,75952 0,8 10,877 0,0091 0,01221
40 28 30 2,5 26,7 0,73210 0,8 11,202 0,0047 0,00876
60 28 29 2,5 25,7 0,70468 0,8 11,527 0,0032 0,00726
120 28 28 2,5 24,7 0,67726 0,8 11,852 0,0016 0,00520
180 28 26 2,5 22,7 0,62242 0,8 12,502 0,0012 0,00436
1440 28 23 2,5 19,7 0,54016 0,8 13,477 0,0002 0,00160

b. Data Perhitungan Analisa Saringan

Berat %
Diameter % % Lolos
Saringan No Tertahan Tertahan
(mm) Tertahan Komulatif
(gr) komulatif
4 4,75 0 0 0 100,00
10 2 0,9 5,88 5,88 94,12
20 0,84 2,6 16,99 22,88 77,12
40 0,425 4,3 28,10 50,98 49,02
60 0,25 3,8 24,84 75,82 24,18
100 0,15 1,9 12,42 88,24 11,76
200 0,074 1,8 11,76 100,00 0
Pan 0,001 0 0 100,00 0
Total 15,3
c. Grafik Hubungan Diameter Saringan dengan Kadar Butiran

Gravel
Gravel
105 Sand Sand

Clay
Clay 95 Silt Silt F F M C M C
85

75

65

55

45
% Lolos

35

25

15

-50.001 0.01 0.1 1 10

Diameter (mm)

MAXIMUM
4,76 mm < 100% 4,750
DIAMETER

4,76 - 2,00 mm 94% 60 % DIAMETER 0,618

2,00 - 0,42 mm 77% 30 % DIAMETER 0,089

0,42 - 0,074 mm 49% 10 % DIAMETER 0,030

COEFFICIENT OF
0,074 - 0,005 mm 20,838
0% UNIFORMITY

COEFFICIENT OF
0,005 mm > 0,432
0% CURVATURE

Butir 2 mm = 100 %

Pasir Kasar 2,0 – 0,42 = 100 % - 94% = 6 %

Pasir Halus 0,42 – 0,074 = 94 % - 77% = 17 %


7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh kesimpulan bahwa jenis butiran/

gradasi tanah yang di uji adalah tanah lempung berpasir.


8. Dokumentasi
D. DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

1. Tujuan Praktikum

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai CBR langsung

dilapangan pada kedalaman tertentu dengan menggunakan alat dynamic cone

penetrometer.

2. Peralatan yang digunakan

a. Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

b. Konus

c. Mistar

3. Prosedur Praktikum

a. Meletakkan alat pada posisi titik pengujian secara tegak lurus dengan

tanah

b. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan

sehingga menumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini menyebabkan

konus menembus lapisan material uji.

c. Baca kedalaman konus setiap 5 kali tumbukan

d. Ulangi hal tersebut sampai kedalaman maksimum pada konus


4. Data Praktikum

No Titik : 1

N D Ad SPP

0 0

5 19,5

10 65,3

15 93,5

5. Pembahasan

a. Hasil Tes Dynamic Cone Penetrometer

No Titik : 1

N D Ad SPP

0 0 19,5 3,9

5 19,5 45,8 9,16

10 65,3 28,2 5,64

15 93,5
b. Grafik Hasil Tes Dynamic Cone Penetrometer

0 5 10 15 20
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

6. Grafik Dynamic Cone Penetrometer


7. Kesimpulan

a. Cone Penetrometer merupakan alat yang sederhana dalam

pengoprasiannya untuk mendapatkan harga CBR.

b. Dari Dynamic Cone Penetrometer ini dapat diketahui nilai CBR

langsung lapangan melalui grafik standar yang ada.

c. Dari percobaan ini harga CBR yang diperoleh pada yaitu 7,8%
8. Dokumentasi
E. TRIAXIAL UU (UNCOSOLIDATED UNDRAINED)

1. Tujuan

Tujuan uji triaxial UU adalah untuk mengetahui kekuatan geser tanah;

yaitu c (kohesi) dan (sudut geser dalam), dalam tegangan total ataupun efektif

yang mendekati keadaan aslinya di lapangan. Tujuannya adalah untuk digunakan

dalam analisis kestabilan jangka pendek (short termstability analysis)

2. Alat

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain

a. Alat Triaxial

b. Oli dan Kuas

c. Mistar

d. Membran karet

e. Sample tanah undistrubed yang diambil dengan tabung Silinder

f. Stopwatch

g. Alat untuk mengeluarkan tanah dari tabung (piston plunger)

h. Oven

i. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

j. Cawan(container)
3. Prosedur Praktikum

Persiapan Sampel :

a. Tanah hasil boring dicetak dengan cetakan sampel berupa tabung lali

simpan dalam stoples selama 24 jam.

b. Jumlah sampel untuk percobaan ini ada 3 buah sampel lalu timbang

serta ukur tinggi dan diameter masing – masing sample.

Jalannya Percobaan :

a. Siapkan sampel, ukur panjangnya (Lo), isi gas dan kemudian dicari

luas penampangnya (A).

b. Masukkan tanah ke dalam membran karet lali masukkan dalam alat

triaxial.

c. Pasang bagian penutup sel triaksial, paskan bagian atas dan putar

sampai kencang.

d. Isi sel triaksial dengan air, putar kran air , buka penutup katup agar

bisa naik, setelah air penuh tutup lagi penutup katup.

e. Mengatur manometer beban dan manometer waktu untuk jarum

(besar) dalam kondisi nol.

f. Memberi tekanan dengan memutar kran tekanan sebesar 100, 150, dan

200 dengan memutar kran ke posisi atas.

g. Menghidupkan triaxial test dengan memutar engkol secara konstan

lalu menyamakan bacaan manometer waktu dengan Vertical Dial

Reading pada tabel, baca load dial dan angka pori untuk mengatur

kecepatan putar (W)

h. Setelah waktu habis mesin dimatikan.


i. Keluarkan air dari alat triaxial.

j. Setelah air habis, keluarkan sampel luar dan ambil sampel dan oven

selama 24 jam lalu timbang berat tanah.


4. Data Praktikum
Luas = 11,94 cm2

Volume = 92,89 cm3

Kalibrasi = 0,1446

Berat Basah(gr) = 186 (sampel 1), 190 (sampel 2), 182,7 (sampel 3)

Berat Basah(gr) = 156,8 (sampel 1), 160,7 (sampel 2), 153,2 (sampel 3)

Bacaan Dial Beban (kg) s1- s3 (kg/cm2) s1 (kg/cm2)


Luas
Waktu e Angka
s3 (kg/cm2) s3 (kg/cm2) terkoreksi s3 (kg/cm2) s3 (kg/cm2)
(menit) (%) Koreksi
(cm2)
1,0 1,5 2

0,0 0,00 0 0 0

0,2 0,10 8 5 16

0,4 0,20 13 20 27,5

0,6 0,30 17 30 39,5

0,8 0,40 20 40 52

1,0 0,50 21 50,5 65

2,0 1,00 24 108 126

3,0 1,50 26 156 181

4,0 2,00 24 150 218

5,0 2,50 22 50 160


5. Perhitungan dan Pembahasan

a. Tabel Perhitungan

Bacaan Dial Beban (kg) s1- s3 (kg/cm2


Luas
Waktu e Angka
s3 (kg/cm2) s3 (kg/cm2) terkoreksi s3 (kg/cm2)
(menit) (%) Koreksi
(cm2)
1,0 1,5 2 1,0 1,5 2 1,0 1,5

0,0 0,00 0 0 0 0,00 0,00 0,00 1,000 11,94 0,000 0,000

0,2 0,10 8 5 16 1,16 0,72 2,31 1,001 11,95 0,097 0,060

0,4 0,20 13 20 27,5 1,88 2,89 3,98 1,002 11,96 0,157 0,242

0,6 0,30 17 30 39,5 2,46 4,34 5,71 1,003 11,98 0,205 0,362

0,8 0,40 20 40 52 2,89 5,78 7,52 1,004 11,99 0,241 0,482

1,0 0,50 21 50,5 65 3,04 7,30 9,40 1,005 12,00 0,253 0,609

2,0 1,00 24 108 126 3,47 15,62 18,22 1,010 12,06 0,288 1,295

3,0 1,50 26 156 181 3,76 22,56 26,17 1,015 12,12 0,310 1,861

4,0 2,00 24 150 218 3,47 21,69 31,52 1,020 12,18 0,285 1,780

5,0 2,50 22 50 160 3,18 7,23 23,14 1,026 12,25 0,260 0,590

s1f =
b. Grafik Hubungan antara Regangan dengan Tegangan Derivator

2.9

2.4
Tegangan deviator (kg/cm2)

1.9

1.4 1
1.5
0.9 2

0.4

-0.1
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Regangan (%)

c. Grafik Hubungan antara Tegangan geser dengan Tegangan Normal.

1.5
Tegangan geser (kg/cm2)

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Tegangan Normal (kg/cm2)

6. Kesimpulan

Dari percobaan Triaxial yang telah dilakukan, didapat hasil parameter

sebagaii berikut:

Sudut geser tanah (C) = -0,505 kg/cm2

Sudut geser dalam (= 32,168ᵒ


7. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai