Anda di halaman 1dari 11

NAMA :ALDI DAWA MUZZIKRI

NIM : C1C016058

A. Etika Profesi Akuntan

Etika profesi akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa
etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola
etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional
(Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik,
penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di
dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi
kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam
dua kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari
kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh
kaum profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari
perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998).
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan pelanggaran etika, yaitu:
1. Kebutuhan individu, contohnya korupsi karena alasan ekonomi
2. Tidak ada pedoman, karena area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan
3. Perilaku dan kebiasaan individu contohnya kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi
4. Lingkungan yang tidak etis, contohnya pengaruh dari komunitas
5. Perilaku dari komunitas, contohnya efek primordialisme yang kebablasan
B. Prinsip Etika Akuntan
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan
hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan 90lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.
Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Profesi
Ketika melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang profesional, setiap anggota
harus mempergunakan pertimbangan moral dan juga profesional didalam semua
aktivitas/kegiatan yang dilakukan..
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota harus senantiasa bertindak dalam krangka memberikan pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan yang diberikan publik, serta menunjukkan
komitmennya sebagai profesional.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Tiap individu anggota berkeharusan untuk menjaga tingkat keobyektivitasnya dan
terbebas dari benturan-benturan kepentingan dalam menjalankan tugas kewajiban
profesionalnya.
5. Kompetensi dan Sifat Kehati-hatian Profesional
Tiap anggota harus menjalankann jasa profesional dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan serta memiliki kewajiban memepertahankan keterampilan profesional pada
tingkatan yang dibutuhkan guna memastikan bahwa klien mendapatkan manfaat dari jasa
profesional yang diberikan dengan kompeten berdasar pada perkembangan praktek,
legislasi serta teknik yang mutahir.
6. Kerahasiaan
Anggota harus menghormati kerahasiaan informasi selama melaksanakan jasa
profesional dan juga tak boleh menggunakan ataupun mengungkapkan informasi tersebut
jika tanpa persetujuan terlebih dahulu kecuali memiliki hak ataupun kewajiban sebagai
profesional atau juga hukum untuk mengungkapkan informasinya.
7. Perilaku Profesional
Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi yang baik dan
menjauhi kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Anggota harus menjalankan jasa profesional sesuai standar tehknis dan standard
proesional yang berhubungan/relevan. tiap tiap anggota memiliki kewajiban melaksanakan
penugasan dari klien selama penugasan tersebut tidak berseberangan dengan prinsip
integritas dan prinsip objektivitas.

C. Kode Etik Profesi Akuntansi


Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan
masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Lembaga yang menaungi
profesi akuntan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Secara garis besar kode etik dan perilaku professional, yaitu:
1. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama
profesional komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem
komputasi, termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
2. Hindari menyakiti orang lain
Konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan, kehilangan
harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
3. Bersikap jujur dan dapat dipercaya
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu
organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
4. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi
Nilai – nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip – prinsip
keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
5. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten
Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat – syarat perjanjian lisensi
dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
6. Memberikan kredit yang pantas untuk property intelektual
Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan
intelektual.
7. Menghormati privasi orang lain
Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran
informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
peradaban.
8. Kepercayaan
Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah
membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.
Dalam dunia lembaga akuntansi, ada yang namanya kode etik profesi akuntansi,
seorang akuntan profesional harus memiliki Etika Profesi Akuntansi. di Indonesia, kode
etik ini di gawangi oleh organisasi profesi akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ).
Adapun tujuan dari kode etik profesi akuntan ini diantaranya, yaitu:
1. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standar

D. Regulasi Dalam Rangka Penegakan Etika Kantor Akuntan Publik


Setiap orang yang melakukan tindakan yang tidak etis maka perlu adanya penanganan
terhadap tindakan tidak etis tersebut. Tetapi jika pelanggaran serupa banyak dilakukan oleh
anggota masyarakat atau anggota profesi maka hal tersebut perlu dipertanyakan apakah
aturan-aturan yang berlaku masih perlu tetap dipertahankan atau dipertimbangkan untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan.
Secara umum kode etik berlaku untuk profesi akuntan secara keselurahan kalau melihat
kode etik akuntan Indonesia isinya sebagian besar menyangkut profesi akuntan publik.
Padahal IAI mempunyai kompartemen akuntan pendidik, kompartemen akuntan manajemen
disamping kompartemen akuntan publik. Perlu dipikir kode etik yang menyangkut akuntan
manajemen, akuntan pendidik, akuntan negara (BPKP, BPK, pajak).
Kasus yang sering terjadi dan menjadi berita biasannya yang menyangkut akuntan publik.
Kasus tersebut bagi masyarakat sering diangap sebagai pelanggaran kode etik, padahal
seringkali kasus tersebut sebenarnya merupakan pelanggaran standar audit atau pelanggaran
terhadap SAK. Terlepas dari hal tersebut diatas untuk dapat melakukan penegakan terhadap
kode etik ada beberapa hal yang harus dilakukan dan sepertinya masih sejalan dengan salah
satu kebijakan umum pengurus IAI periode 1990 s/d 1994, yaitu :
1. Penyempurnaan kode etik yang ada penerbitan interprestasi atas kode etik yang ada baik
sebagai tanggapan atas kasus pengaduan maupun keluhan dari rekan akuntan atau
masyarakat umum. Hal ini sudah dilakukan mulai dari seminar pemutakhiran kode etik IAI,
hotel Daichi 15 juni 1994 di Jakarta dan kongres ke-7 di Bandung dan masih terus
dansedang dilakukan oleh pengurus komite kode etik saat ini.
2. Proses peradilan baik oleh badan pengawas profesi maupun dewan pertimbangan profesi
dan tindak lanjutnya (peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan pemberhentian
sebagai anggota IAI).
3. Harus ada suatu bagian dalam IAI yang mengambil inisiatif untuk mengajukan pengaduan
baik kepada badan pengawasan profesi atas pelanggaran kode etik meskipun tidak ada
pengaduan dari pihak lain tetapi menjadi perhatian dari masyarakat luas.
Di Indonesia, melalui PPAJP – Dep. Keu., pemerintah melaksanakan regulasi yang
bertujuan melakukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan penegakkan etika
terhadap kantor akuntan publik. Hal ini dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh
asosiasi profesi terhadap anggotanya. Perlu diketahui bahwa telah terjadi perubahan
insitusional dalam asosiasi profesi AP. Saat ini, asosiasi AP berada di bawah naungan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sebelumnya asosiasi AP merupakan bagian dari
Institut Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Kompartemen Akuntan Publik.
Perkembangan terakhir dunia internasional menunjukkan bahwa kewenangan
pengaturan akuntan publik mulai ditarik ke pihak pemerintah, dimulai dengan Amerika
Serikat yang membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB
merupakan lembaga semi pemerintah yang dibentuk berdasarkan Sarbanes Oxley Act 2002.
Hal ini terkait dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap lemahnya regulasi yang
dilakukan oleh asosiasi profesi, terutama sejak terjadinya kasus Enron dan Wordcom yang
menyebabkan bangkrutnya Arthur Andersen sebagai salah satu the Big-5, yaitu kantor
akuntan publik besar tingkat dunia. Sebelumnya, kewenangan asosiasi profesi sangat besar,
antara lain:
1. pembuatan standar akuntansi dan standar audit;
2. pemeriksaan terhadap kertas kerja audit; dan
3. pemberian sanksi.
Dengan kewenangan asosiasi yang demikian luas, diperkirakan bahwa asosiasi profesi
dapat bertindak kurang independen jika terkait dengan kepentingan anggotanya. Berkaitan
dengan perkembangan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Rancangan Undang-Undang
tentang Akuntan Publik (Draft RUU AP, Depkeu, 2006) menarik kewenangan pengawasan
dan pembinaan ke tangan Menteri Keuangan, disamping tetap melimpahkan beberapa
kewenangan kepada asosiasi profesi.
Dalam RUU AP tersebut, regulasi terhadap akuntan publik diperketat disertai dengan
usulan penerapan sanksi disiplin berat dan denda administratif yang besar, terutama dalam hal
pelanggaran penerapan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Di samping itu
ditambahkan pula sanksi pidana kepada akuntan publik palsu (atau orang yang mengaku
sebagai akuntan publik) dan kepada akuntan publik yang melanggar penerapan SPAP.
Seluruh regulasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelaporankeuangan,
meningkatkan kepercayaan publik serta melindungikepentingan publik melalui peningkatan
independensi auditor dan kualitas audit.

REVIEW JURNAL

JURNAL 1
Nama Jurnal E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1
Judul Jurnal PENGARUH INDEPENDENSI , PROFESIONALISME,
DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA
AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
BALI
Nama Penulis  Kompiang Martina Dinata Putri
 I.D.G Dharma Suputra
Tahun Jurnal 2013
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
independensi, profesionalisme, dan etika profesi terhadap
kinerja auditor pada kantor akuntan publik di Bali
Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam pengambilan sampel
ialah purposive sampling. Jumlah kuisioner yang
disebarkan sebanyak 76 kuisioner. Namun, yang kembali
dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut sebanyak 55
kuisioner. Analisis data yang pergunakan ialah regresi
linear berganda dengan melihat koefisien determinasi, nilai
statistik F dan statistik t.
Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
 Variabel independen berupa independendi,
profesionalisme, dan etika profesi
 Variabel dependen berupa kinerja auditor
Hasil Penelitian Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa independensi,
profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi tingkat independensi, profesionalisme, dan
etika profesi maka semakin tinggi hasil kinerja yang
dihasilkan oleh auditor.
Kesimpulan Penelitian independensi, profesionalisme, dan etika profesi
berpengaruh terhadap kinerja auditor karena semakin tinggi
sikap independensi, profesionalisme, dan etika auditor
seorang auditor maka kinerja yang dihasilkan akan semakin
tinggi. Auditor yang mampu mengambil posisi independen
dalam setiap melaksanakan tugasnya dan memiliki
kemampuan yang memadai di bidang profesinya disertai
dengan etika kerja yang konsisten maka akan berdampak
pada kinerjanya yang semakin berkualitas.
Tanggapan Jurnal penelitian ini sudah cukup baik dalam membahas
tentang pengaruh independensi , profesionalisme, dan etika
profesi terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik
di bali. Walaupun masih terdapat beberapa keterbatasan
dalam penelitian ini yaitu Hasil penelitian ini hanya dapat
dijadikan analisis pada obyek penelitian yang cukup
terbatas yaitu profesi auditor pada kantor akuntan publik,
dan pemilihan sampelnya hanya pada kantor akuntan publik
di wilayah propinsi Bali, sehingga adanya kemungkinan
perbedaan pada hasil penelitian dan kesimpulan apabila
penelitian yang dilakukan pada tempat obyek penelitian
yang berbeda dengan profesi yang berbeda pula. Selain itu
penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel yakni
independensi, profesionalisme , etika profesi. Disarankan
agar research selanjutnya bisa menambahkan faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor dan memperluas wilayah
yang diteliti.

JURNAL 2
Nama Jurnal JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER
Judul Jurnal PENGARUH KODE ETIK PROFESI AKUNTAN
PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT AUDITOR
INDEPENDEN DI SURABAYA
Nama Penulis  Bhinga Primaraharjo
 Jesica Handoko
Tahun Jurnal 2011
Tujuan Penelitian Studi ini dirancang untuk menganalisis pengaruh prinsip-
prinsip integritas. objektivitas. kompetensi. dan
profesionalisme auditor independen tentang audit kualitas.
Metode Penelitian Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan uji validitas. keandalan, dan regresi linier
dengan bantuan SPss for windows. Objek penelitian ini
adalah auditor independen di Surabaya. Itu data penelitian
diperoleh dari data kuesioner yang jumlah datanya 35
responden.
Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
 Variabel independen berupa kode etik profesi akuntan
publik
 Variabel dependen berupa kualitas audit auditor
independen di surabaya
Hasil Penelitian Hasilnya menunjukkan itu prinsip integritas. objektivitas,
dan profesionalisme tidak memiliki signifikansi
berpengaruh pada kualitas audit. sedangkan prinsip
kompetensi berpengaruh signifikan pada kualitas audit. Dari
hasil ini. auditor independen harus menjadi perhatian di
kompetensi untuk menciptakan kualitas audit yang baik.
Kesimpulan Penelitian Berdasarkan dari hasil anal isis dan pembahasan, maka
simpulan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Variabel prinsip integritas, prinsip objektivitas dan
prinsip perilaku profesional tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit auditor independen di Surabaya_
2. Variabel prinsip kompetensi berpellgaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit auditor independen di
Surabaya.
Tanggapan Jurnal penelitian ini sudah cukup baik, dalam membahas
tentang pengaruh kode etik profesi akuntan publik terhadap
kualitas audit auditor independen di Surabaya, walaupun
masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
yaitu Data yang dapat diolah hanya didapat dari 35 kuesioner
atau dengan kata lain hanya jawaban 35 orang auditor yang
dapat digunakan dalam penelitian sehingga data terse but
diperkirakan tidak mewakili jumlah populasi penelitian
ini. Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner didapat dari
gabungan penelitian (Elfarini, 2007; Fridati, 2005; Wurangian,
2005) dan tidak diujicobakan terlebih dahulu sebelum
disebarkan ke seluruh KAP sehingga tidak dapat diketahui
hasil uji coba yang dapat menjadi pertimbangan dalam
penyebaran kuesioner selanjutnya. Yang diharapkan untuk
penelitian berikutnya bisa diperbaiki

JURNAL 3
Nama Jurnal JURNAL NeO-Bis
Judul Jurnal Pengaruh etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan
perilaku disfungsional terhadap kualitas audit
Nama Penulis  Dina purnamasari
 Erna hernawati
Tahun Jurnal 2013
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan perilaku
disfungsional terhadap kualitas audit
Metode Penelitian Studi ini dilakukan dengan metode survey terhadap lima
belas auditor yang bekerja di kantor akuntan public (KAP)
dijakarta. Analisis data menggunakan metode regresi linear
berganda.
Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
 Variabel independen berupa etika auditor, pengalaman,
pengetahuan dan perilaku disfungsional
 Variabel dependen berupa Kualitas Audit
Hasil Penelitian Hasil uji menunjukan bahwa secara simultan variabel etika
auditor, pengalaman, pengetahuan, dan peerilaku
disfungsional memiliki pengaruh yang signifikan erhadap
kualitas audit. Namun demikian, secara parsial hasil uji
menunjukan bahwa variabel pengalaman dan perilaku
disfungsional pengaruhnya tidak signifikan terhadap
kualitas audit. Semntara itu variabel etika auditor dn
pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit.
Kesimpulan Penelitian 1. Etika auditor, pengalan, pengetahuan dan perilaku
disfungsional secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas audit para auditor yang
bekerja dikantor akuntan public di Jakarta pusat. Hasil
pengujian secara parsial etika auditor dn pengalaman
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit. Sedangkan pengalaman dan perilaku
disfungsional pengaruhnya tidak signifikan terhadap
kualitas audit.
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien
determinasi yang disesuaikan (R²) sebbesar 0,553.
Koefisien ini memiliki arti bahwa keempat variabel
independen secara simultan memiliki hubungan dengan
variabel dependen yaitu 55,3% sedangkan sisanya
sebesar 44,7% dapat dijelaskan oleh factor lain diluar
model ini.
3. Hasil penelitian ini ada yang mendukung penelitian
sebelumnya dan ada juga yang tidak mendukung
penelitian sebelumnya. Terjadinya perbedaan hasil
penelitian mungkin disebabkan karena perbedaan
jumlah sempel, responden penelitian, tahun penelitin
dan tempat dilakukannya penelitian.
Tanggapan Jurnal ini sudah cukup baik dalam membahas tentang
pengaruh etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan
perilaku disfungsional terhadap kualitas audit. Dimana
dalam penelitian ini sampel yang di ambil adalah 15
auditor yang bekerja di KAP di Jakarta. Saran saya ada
baiknya sampel yang diambil diperbanyak lagi sehingga
hasil yang diperoleh bisa lebih beragam.

Anda mungkin juga menyukai