Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu tanaman hortikultura, khususnya untuk

tanaman hias. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Famili ini merupakan

famili bunga-bungaan yang paling besar dan bentuk hasilnya adalah bunga potong.

Anggrek diperkirakan mempunyai 5000 spesies yang tersebar diseluruh Indonesia.

Spesies anngrek yang ada di Indonesia mempunai potensi yang dapat dipakai

sebagai induk silang. (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015).

Dendrobium sp merupakan salah satu jenis dari tanaman anggrek. Tanaman

anggrek mempunyai banyak jenis yaitu Cymbidum, Cattleya, Phalaenopsis, Vanda,

dan Oncidium, yang paling terkenal adalah anggrek jenis Dendrobium sp. Anggrek

jenis ini paling terkenal di daerah Papua dan Maluku. Anggrek ini mempunyai

peranan penting dalam bidang pertanian, yaitu nilai estetika yang tinggi serta warna

bunga yang sangat beragam dan bentuk dari anggrek yang ukurannya sangat unik

sehingga mempunyai daya tarik tersendiri. Anggrek sangat banyak diminati oleh

konsumen dari dalam negeri maupun dari luar negeri (Widiastoety dkk, 2010).

Banyak konsumen yang berminat karena anggrek ini sangat mudah beradaptasi

didataran rendah, perawatannya tidak terlalu sulit walaupun anggrek tumbuh

dengan lambat, dan mudah berbunga dibandingkan dengan jenis anggrek lainnya.

Jika tanaman sudah berbunga dan keindahannya sudah dapat dinikmati maka

banyak konsemun yang hendak membelinya (Suradinata et al., 2016).

1
Anggrek Dendrobium sp memiliki potensi besar dalam bidang bisnis.

Potensi produksi anggrek ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman

hias lainnya. Data BPS (2014) menunjukan bahwa jumlah produksi anggrek sebesar

19.739.627 tangkai atau sekitar 1,01%.

Permintaan Dendrobium sp di Indonesia sangat meningkat karena harganya

yang murah dan hasilnya menarik para konsumen tidak dapat terpenuhi, hal ini

disebabkan stok dan standardiasi yang tidak tercapai. Perbanyakan Dendrobium sp

dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan sehingga tanaman yang dihasilkan

akan lebih banyak dalam waktu yang singkat. Namun tanaman dari hasil teknik

kultur jaringan ini biasanya tidak menghasilkan tanaman yang dewasa, hal ini

disebabkan karena pada saat melakukan teknik kultur jaringan pada saat tahap

aklimatisasi dilakukan dengan baik. Seperti yang kita tahu bahwa aklimtisasi adalah

proses penyusaian planlet dari kondisi mikro dalam botol ke kondisi lingkungan

luar yang tidak secara langsung terkena sinar matahari. Perbanyakan tanaman

anggrek Dendrobium sp menggunakan aklimatisasi jarang dilakukan, karena

umumnya aklimatisasi planlet merupakan tahap yang kritis sehingga bisa menjadi

kendala dalam menyebabkan produksi bibit secara massal dan menyebakan

kematian.

Pada perbanyakan menggunakan planlet dari anggrek diletakkan pada

ruangan yang teduh, agar anggrek Dendrobium sp dapat menyesuaikan lingkungan

yang baru. Untuk menghasilkan tanaman yang lebih banyak maka planlet anggrek

Dendrobium sp memerlukan bibit yang unggul dan baik serta dapat diberikan pupuk

sesuai dosis.

2
Permasalahan

Perbanyakan tanaman anggrek Dendrobium sp dilakukan menggunakan

teknik kultur jaringan dapat menggunakan berbagai jenis media tanam, seperti

arang, pakis, moss, dan cocopeat. Perbanyakan anggrek menggunakan berbagai

jenis media tanam dinilai lebih baik karena umumnya bahan tanaman mudah

diperoleh, dan sangat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobium sp. (Andalasari, Tri Dewi et al, 2014).

Pembudidayaan tanaman anggrek dalam kondisi yang besar, dapat

menggunakan biji karena tanaman anggrek dapat menghasilkan biji yang banyak.

Perbanyakan biji anggrek dengan teknik kultur jaringan harus sesuai dengan

tahapan, seperti pembuatan media, inisiasi, sterilisasi dan aklimatisasi. Tahapan

teknik kultur jaringan jika tidak dilakukan sesuai dengan prosedur, maka dapat

menghasilkan produksi yang rendah.

Jenis media yang paling baik dalam pertumbuhan anggrek Dendrobium sp

adalah jenis media tanam yang memiliki kemampuan menyimpan air dan hara

dengan baik, yaitu cocopeat. Tingkat jenis media tanam dapat ditentukan pada saat

muncul tunas dan jumlah tunas. (Wardani, Sri et al. 2011).

Terbatasnya pemanfaatan bibit anggrek yang telah melewati kultur jaringan

dengan menggunakan jenis media tanam dalam budidaya anggrek menyebabkan

informasi tentang pertumbuhan anggrek masih berkurang. Oleh karena itu, perlu

dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan dan jenis media tanam yang berasal dari

kultur jaringan anggrek Dendrobium sp.

3
Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengukur pengaruh jenis media tanam

terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium sp; (2) menentukan jenis

media tanam yang efektif terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium sp.

Hasil penelitian ini bermanfaat kepada masyarakat tentang respon

pertumbuhan anggrek Dendrobium sp yang diperbanyak dengan menggunakan

teknik kultur jaringan.

Hipotesis

H0 = Terdapat jenis media tanam yang tidak mempengaruhi pertumbuhan planlet

anggrek Dendrobium sp.

H1 = Terdapat jenis media tanam yang mempengaruhi pertumbuhan planlet

anggrek Dendrobium sp.

4
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Anggrek

Anggrek merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam family

Orchidaceae dan genus Dendrobium. Tanaman ini merupakan bunga potong yang

banyak disukai selain mawar dan melati. Spesies dari genus ini tersebar didaerah

tropis seperti Indonesia. Tanaman anggrek paling banyak terdapat dikawasan

Indonesia Timur, seperti Papua dan Maluku. (Widiastoety, Dyah et al., 2010)

Tanaman yang bersifat epifit yaitu hidupnya menempel pada batang, dahan,

ataupun ranting pohon yang sudah mati adalah anggrek Dendrobium sp. (Sutiyoso

et al., 2003). Anggrek Dendrobium sp memiliki berbagai macam jenis bentuk,

warna dan ukurannya sehingga berpotensi untuk terus dikembangkan.

(Widiastoety, Dyah et al., 2010). Anggrek Dendrobium sp selain di Indonesia,

tersebar di seluruh dunia diantaranya Jepang, Cina, Malaka dan Australia. (Pernata,

2005).

Widiastoety et al., 2010 menyatakan bahwa tanaman anggrek dapat

diperbanyak secara vegetative, generative, ataupun dengan melalui kultur jaringan.

Vegetative dan generative tidak efektif pada perbanyakan tanaman anggrek. Oleh

karena itu, cara yang efektif pada perbanyakan tanaman anggrek dilakukan dengan

metode teknik kultur jaringan. Metode ini dapat menghasilkan tanaman dalam

jumlah banyak dan dilakukan secara singkat. Jaringan meristem merupakan salah

satu jaringan yang dapat digunakan dalam perbayakan tanaman anggrek untuk

5
menghasilkan bibit anggrek yang banyak dari tanaman tunggal dan relatif singkat.

(Sarwono, 2002).

Morfologi Tanaman Anggrek

Batang anggrek disebut pseudobulb atau yang disebut dengan batang semu.

Terdapat dua golongan batang semu, yaitu banyak ruas (tipe homoblastik) dan satu

ruas (tipe heterblastik). Batang semu homoblastik terdapat pada anggrek

Dendrobium sp. (Hew et al., 2004)

Daun anggrek mempunyai bentuk, ukuran dan ketebalan yang berbeda-beda

dari setiap spesiesnya. Bentuk memanjang dengan tulang daun sejajar dan tepi daun

yang rata merupakan ciri dari daun anggrek Dendrobium sp. Terdapat dua golongan

dari ketebalan daun anggrek yaitu berdaging dan tipis. Anggrek Dendrobium sp

memiliki jenis daun yang tebal. (Yusnita, 2010).

Akar anggrek dapat dipengaruhi oleh habitatnya. Lunak dan mudah patah

merupakan salah satu ciri dari tanaman anggrek Dendrobium sp. Akar anggrek

ujungya meruncing, licin dan lengket. Akar anggrek merupakan akar udara atau

akar nafas yang menggantung bebas atau menempel pada tempat anggrek

menempel. (Hew et al., 2004).

Bunga pada anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna dan corak yang

memiliki keindahan tersendiri, sehingga banyak yang tertarik untuk budidaya

tanaman anggrek Dendrobium sp. Bunga anggrek termasuk bunga sempurna yang

mempunyai bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina terletak

pada tengah bunga. (Yusnita, 2010).

6
Buah anggrek Dendrobium sp berwarna kuning bila sudah masak, dan

bentuknya bulat dengan tiga rusuk sejati. Pembuahan hingga buah masak pada

tamanan anggrek membutuhkan waktu tergantung genus dan spesiesnya. Waktu

yang diperlukan untuk anggrek Dendrobium sp adalah 3-3,5 bulan hingga masak.

(Yusnita, 2010).

Syarat Tumbuh Anggrek

Tanaman anggrek umumnya dapat di tanam didaerah tropis dan subtropis.

Persyaratan dan kebutuhan hidup anggrek terpenuhi dengan baik akan

menghasilkan bunga yang teratur dan dapat tumbuh sehat. Syarat tumbuh dari

tanaman anggrek adalah ketinggian tempat, cahaya matahari, kelembaban dan

kebutuhan air.

1. Ketinggian Tempat

Anggrek yang paling baik dapat tumbuh didaerah tropis. Ketinggian tempat

dibagi menjadi 3, yaitu dataran tinggi, dataran sedang, dan dataran rendah. Anggrek

yang tumbuh pada dataran sedang salah satunya adalah Dendrobium.

(Pranata,2005). Ketinggian didataran sedang sekitar 500-1000 mdpl dengan suhu

29-32℃ untuk siang hari dan 19-21℃ untuk malam hari.

2. Kebutuhan Cahaya

Anggrek Dendrobium membutuhkan cahaya sekitar 35-65%. Anggrek yang

tergolong epifit, membutuhkan intensitas cahaya sekitar 50-60%. Anggrek yang

tergolong litofit atau yang tumbuh di batu-batuan dapat tahan terhadap cahaya

matahari penuh.

7
3. Kelembaban Udara

Kelembaban yang dibutuhkan anggrek cukup tinggi. Anggrek mengambil

kebutuhan airnya melalui udara yang berasal dari alam aslinya. Kelembaban yang

diperlukan anggrek sekitar 50-80% dan pada musim berbunga sekitar 50-60%.

4. Kebutuhan Air

Kebutuhan air yang dibutuhkan anggrek tercukupi, maka anggrek dapat

tumbuh dengan baik. Cuaca, jenis, ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan

tanaman tergantung dari banyaknya penyiraman dan frekuensi. Penyakit kebusukan

yang disebabkan oleh bakteri terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Anggrek

yang mengalami dehidrasi karena kekeringan yang berkepanjangan akan ditandai

dengan pseudobulb yang berubah menjadi keriput. (Sutiyoso dan Sarwono, 2002).

Kultur Jaringan Anggrek

Kultur jaringan merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan dalam

perbanyakan tanaman anggrek. Tanaman anggrek Dendrobium sp merupakan salah

satu anggre yang sulit dikembangkan secara generative, sehingga metode teknik

yang efisien untuk kembangkan tanaman anggrek Dendrobium sp adalah kultur

jaringan. Tanaman anggrek ini termasuk tanaman yang cukup lambat dalam

pertumbuhannya.

Kegiatan awal terjadinya teknik kultur jaringan ini disebabkan karena

adanya bukti teori Totipotensi sel. Totipotensi sel adalah setiap sel tanaman untuk

tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap dalam kondisi yang sesuai.

(Yusnita, 2003). Eksplan yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah

jaringan-jaringan yang masih muda dan lunak.

8
Tahapan pada kultur jaringan yaitu pembuatan media, inisiasi, sterilisasi,

dan aklimatisasi. Tahapan kultur jaringan harus sesuai agar menghasilkan tanaman

yang lebih banyak. Tahapan yang digunakan oleh peneliti adalah tahapan

aklimatisasi. Masa aklimatisasi menunjukan beberapa sifat yang kurang

menguntung, karena lapisan lilin yang terdapat pada tanaman anggrek stomata tidak

berfungsi sehingga tidak berkembang dengan baik, maka disebut dengan masa yang

kritis. (Zulkarnain, 2009)

Fungsi utama jenis media untuk menopang tegaknya tanaman dari tahapan

aklimatisasi sehingga suplai hara yang utama diberikan melalui daun. Kriteria jenis

media tanam adalah tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit dan hama,

mampu meningkatkan air dan unsur hara yang baik. (Iswanto, 2002). Jenis media

tanam yang akan digunakan mudah didapat dan harga relatif murah. Jenis media

tanam yang biasa digunakan dalam aklimatisasi anggrek adalah pakis, arang kayu,

arang sekam, serabut kelapa, moss, potongan batu, kulit pohon akasia, dan

cocochip.

Andalasari, Tri et al. (2014) membandingkan jenis media tanam pada

pertumbuhan hasil planlet anggrek Dendrobium sp dari 6 media yaitu Arang Kayu,

Pakis, AS+SG, Akasia, Cocochip, Kelapa, diperoleh bahwa untuk tinggi tanaman,

jumlah daun, panjang daun dan lebar yang paling baik adalah jenis media pakis,

sedangkan untuk yang paling rendah adalah media cocochip karena anggrek tidak

mampu berdiri tegak sehingga cahaya matahari dan udara yang manfaatkan lebih

sedikit dibandingkan dengan pakis yang mampu menyerap dan mengikat air dengan

baik.

9
Aklimatisasi

Aklimatisasi merupakan tahap akhir dalam kegiatan kultur jaringan.

Aklimatisasi adalah tahapan yang memindahkan planlet yang di dalam botol ke

lingkungan luar dengan menggunakan jenis media tanam. Aklimatisasi dapat

dilakukan jika tanaman anggrek sudah memiliki organ yang lengkap, biasanya

berumur 4 bulan sampai dengan 8 bulan.

Penyusaian terhadap iklim pada lingkungan baru dalam budidaya tanaman

menggunakan bibit dari teknik kultur jaringan merupakan masalah yang sangat

penting. Kondisi iklim dari aklimatisasi mikro didalam botol berbeda dengan

kondisi iklim diluar mikro yaitu letakkan bibit ditempat yang teduh agar

kelembaban udara tinggi, bibit tidak boleh terkena langsung cahaya matahari.

Syarat tumbuh aklimatisasiharus mempunyai kemampuan dalam menahan

air yang tinggi, mempunyai aerasi yang baik dan tidak mudah ditumbuhi jamur serta

mudah menyatu. Pada tahap aklimatisasi ini banyak mengalami kegagalan yang

terjadi.

10
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Bioteknologi

Universitas Papua selama 4 bulan yaitu bulan Mei hingga Agustus 2018.

Bahan Dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet anggrek

Dendrobium berumur 5 bulan, air, pakis, arang kayu, arang sekam, serabut kelapa,

moss, dan cocochip.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu, jangka

sorong, pinset, penggaris, bolpen, buku, hand sprayer, pot penampan.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 6 perlakuan media tanam. Perlakuan media tanam terdiri dari pakis (P1),

arang kayu (P2), arang sekam (P3), serabut kelapa (P4), moss (P5), dan cocochip

(P6). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 satuan

percobaan.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan tanaman anggrek yang akan diaklimatisasi. Menyiapkan 16

pot. Menyiapkan media tanam berupa pakis, arang kayu, arang sekam, serabut

11
kelapa, moss, dan cocochip, Kemudian siram setiap media yang sudah di masukan

ke dalam pot dengan air. Hal ini bertujuan agar media yang digunakan bebas dari

bakteri maupun jamur yang dapat menyerang planlet anggrek saat aklimatisasi.

Aklimatisasi

Planlet anggrek di pindahkan dari botol kultur jaringan dengan mengunakan

pinset. Pengambilan planlet anggrek harus dilakukan secara hati-hati dengan cara

menarik pangkal batang angrek terlebih dahulu. Planlet dicuci dan dibersihkan dari

media yang melekat pada anggrek. Planlet dicuci menggunakan wadah berisi

aquades yang sudah steril dan direndam menggunakan fungisida/antibiotik.

Pemeliharaan

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan pada planlet anggrek diantaranya

yaitu : penyiraman dan pengendalian hama. Penyiraman dilakukan setiap dua hari

sekali pada setiap media. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mengusir dan

membunuh serangga atau hama yang menyerang tanaman anggrek saat

aklimatisasi.

Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu :

1. Tinggi planlet

Diamati dengan cara mengukur tinggi planlet mulai dari permukaan media

sampai daun tertinggi tanaman.

2. Jumlah daun

Daun yang dihitung adalah daun yang membuka sempurna. Pengamatan

dilakukan setiap 2 minggu sekali.

12
3. Panjang daun

Pengukuran panjang daun hanya dilakukan pada daun yang baru terbuka, diukur

dari pangkal daun hingga ujung daun.

4. Lebar daun

Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang terbuka sempurna, diukur

setiap 2 minggu sekali.

5. Diameter batang

Diamati dengan cara mengukur batang planlet dengan menggunakan jangka

sorong setiap 2 minggu sekali.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam pada taraf nyata

5%, sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan media diuji dengan

menggunakan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 5% (p=0,05).

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai