Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP. 19650309 199002 1 001
Dr. Ir. Ali Musyafa, M.Sc. NIP. 19600901 198701 1 001
Hendra Cordova, ST. MT NIP. 19690530 199412 1 001
Dr. Katherin Indirawati, ST, MT NIP. 19760523 200012 2 001
Dr. Ir. Imam Abadi, MT NIP. 19761006 199903 1 002
Ir. Ya'umar, MT NIP. 19540406 198103 1 003
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan nilai-nilai karakteristik statik pengukuran, yaitu: range, span,
sensitivitas, histerisis, dan non-linearitas.
2. Menganalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik sistem
pengukuran.
B. DASAR TEORI
1. Karakteristik Statik
Karakteristik statik adalah sifat sebuah instrumen yang tidak bergantung pada waktu.
Beberapa karakteristik statik instrumen yang sering digunakan adalah :
● Range (span)
Range menyatakan jangkauan pengukuran sebuah instrumen. Sedangkan span adalah
selisih nilai maksimum dan minimum yang dapat diukur oleh alat. Contoh:
termometer memiliki range -0,5 sampai +40,5 oC, subdivision 0,1°C, artinya kisaran
pengukuran –0,5 sampai 40,5 °C, skala interval 0,1 °C.
● Linieritas
Pengukuran yang ideal adalah jika hubungan antara input pengukuran (nilai
sesungguhnya) dengan output pengukuran (nilai yang ditunjukkan alat ukur) adalah
berbanding lurus, dan dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut:
Oideal = KI + a
OmaxOmin
dengan K adalah kemiringan garis = ImaxImin
a adalah pembuat nol (zero bias) = Omin - KImin
Jika sebuah instrumen memiliki hubungan input-output tidak berupa garis lurus,
penyimpangan dari garis lurus tersebut dikenal sebagai nonlinieritas. Seringkali
nonlinieritas dinyatakan dalam nonlinieritas maksimum dalam bentuk prosentase
skala penuh, yaitu:
ˆ
N
O
KI
amax
100
%
O O
maxmin
Sebuah alat ukur mempunyai nonlinieritas 1 % jika kurva hubungan input dan output
berkelok menyimpang 1%. Bentuk nonlinieritas dapat berupa parabola, berkelok,
lengkung dan sebagainya. Control valve linier pada 40 – 75 % bukaan, artinya
hubungan sinyal input dengan aliran (flow) yang melalui control valve linier pada 40 –
75 %.
ˆOI
O
I
H 100
%
O
maxO
min
Gambar 3. Histeresis
● Efek Lingkungan
Secara umum, output (O) tidak bergantung hanya pada sinyal input (I) tetapi
juga bergantung pada input dari lingkungan seperti suhu, tekanan atmosfer,
kelembaban, tegangan suplai, dan sebagainya. Ada dua tipe input dari lingkungan,
yaitu modifying input dan interfering input.
Modifying input IM menyebabkan sensitivitas linear sistem berubah. K adalah
sensitivitas pada kondisi standar ketika IM = 0. Jika input diubah dari nilai standar,
maka IM mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas berubah dari K
menjadi K+ KM IM, dimana KM adalah perubahan kepekaan terhadap perubahan unit
IM. Gambar 4 (a) menunjukkan efek dari modifikasi suhu sekitar pada elemen linier.
Interfering input II menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada
kondisi standar ketika II = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka II mengalami
penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a menjadi a+ KIII ,
dimana KI adalah perubahan zero bias untuk unit perubahan di II. Gambar 4 (b)
menunjukkan efek dari gangguan suhu sekitar pada elemen linier.
Dengan demikian
Gambar 4. (a) Modifying dan (b) Interfering Input
2. pH
pH merupakan sebuah ukuran yang digunakan dalam menentukan apakah larutan
tersebut bersifat asam, basa, dan netral. Asam dan basa tersebut merupakan dua
golongan zat kimia yang sangat penting. Pada larutan yang bersifat asam memiliki
nilai pH lebih kecil dari 7, sedangkan basa memiliki nilai pH lebih besar dari 7
dan untuk sifat netral memiliki pH sama dengan 7. Penentuan pH bisa bermacam-
macam cara, diantaranya dengan menggunakan alat ukur pH meter, atau indikator
universal seperti kertas lakmus dan PP.
Sorasen merupakan seorang ahli kimia menyusun konsep model matematis
untuk menghitung konsentrasi berdasarkan pH dengan persamaan berikut :
pH log[ H ].......................................................................(1.1)
pH 14 log[ OH ]..................................................................(1.2)
Dimana [H+] = Molaritas Ion H+
3. pH Meter
Besaran pH suatu larutan bisa diketahui melalui beberapa indikator universal yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun dengan adanya sensor pH atau lebih dikenal
dengan pH meter dapat mempermudah pembacaan nilai suatu larutan pH. Oleh
karena itu didalam pH meter biasanya menggunakan prinsip potensiometri dengan
pemanfaatan beda potensial antara elektroda sebagai bahan referensi dan elektroda
kerja seperti pada gambar
[ H ] a . Ma............................................................(1.6)
Dimana : a = jumlah H+ , dan Ma = Kemolaran Asam
Untuk Basa Kuat seperti NaOH, berikut persamaannya :
[OH ] b . Mb..............................................................(1.7)
Dimana : b = jumlah H+ , dan Mb = Kemolaran Asam
C. PERALATAN DAN KOMPONEN PERCOBAAN
1. Serbuk NaOH
2. Aquades
3. Ethanol
4. Timbangan Digital
5. Gelas Beker
6. Spatula
7. pH meter
D. LANGKAH PERCOBAAN
➢ Percobaan I
1. Bersihkan alat yang akan digunakan (gelas beker, spatula) dengan ethanol dan
siapkan bahan yang diperlukan.
2. Buatlah 100 ml larutan NaOH dengan variasi konsentrasi 0,01 M; 0,02 M; 0,04
M; 0,06 M; 0,08 M; 0,1 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1 M.
3. Lakukan kalibrasi pH meter pada point pH = 10.
4. Lakukan pengukuran pH larutan dari konsentrasi 0,01 M sampai 1 M.
5. Lihat dan catat pembacaan pada pH meter
6. Ulangi langkah (4) s.d (5) dengan pergeseran turun (dari 1M sampai 0,01 M)
7. Isi Tabel 3.1 dengan data yang telah diperoleh,
Tabel 3.1. Data hasil percobaan
➢ Percobaan II
1. Lakukan langkah-langkah percobaan I dari (a) s.d (e), dengan mengganti volume
larutan menjadi 50 ml.
2. Isi Tabel 3.2 dengan data yang telah diperoleh dari percobaan II.
Tabel 3.2. Data hasil percobaan efek lingkungan
No [NaOH] pH Larutan
.
1.
2.
3.
…
11.
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Lakukan perhitungan dan jelaskan mengenai karakteristik statik sistem
pengukuran pH (range input dan output, span, linieritas, nonlinieritas dan
histeresis) dari data percobaan yang telah diperoleh (Percobaan 1).
2. Jelaskan pengaruh lingkungan (berupa perubahan volume larutan) terhadap
karakteristik statik sistem pengukuran, dengan menghitung nilai KM dan KI
(Percobaan 2).
3. Buat Laporan Resmi Praktikum
MODUL IV
PENGUKURAN KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami karakteristik dinamik dari suatu alat ukur.
2. Menentukan hubungan input dan output sebagai fungsi waktu.
B. DASAR TEORI
Karakteristik dinamik dari sebuah alat ukur menggambarkan perilakunya
antara waktu yang terukur dengan perubahan nilai dan waktu ketika instrumen output
mencapai nilai stabil. Seperti dengan karakteristik statis, nilai-nilai untuk karakteristik
dinamis dikutip dalam lembaran instrumen data hanya berlaku pada saat instrumen
yang digunakan dalam kondisi lingkungan tertentu. Dalam setiap sistem, pengukuran
linier invarian waktu, persamaan umum yang dapat ditulis antara input dan output
untuk waktu t> 0:
dimana qi adalah jumlah yang diukur, q0 adalah output dan a0, a1, an, an-1,b0, bm
adalah konstanta. Jika kita membatasi pertimbangan bahwa perubahan dalam
kuantitas saja yang diukur , maka persamaan (2.1) tereduksi menjadi:
……………………………………………………………………………………………2.6
Hal ini mudah untuk kembali mengungkapkan variabel a0, a1, a2 dan B0 dalam
persamaan (2.8) dalam hal tiga parameter K (sensitivitas statis), ‰ (undamped
frekuensi natural) dan (redaman rasio), di mana:
Ini adalah persamaan standar untuk sistem orde dua dan instrumen yang responnya
dapat dijelaskan dengan persamaan tersebut dikenal sebagai instrumen orde 2. Jika
persamaan (2,9) diselesaikan secara analitis, bentuk dari respon yang diperoleh
tergantung pada nilai rasio redaman. Respon output dari alat orde dua untuk berbagai
nilai dan perubahan nilai dari jumlah yang diukur pada waktu t diperlihatkan pada
Gambar 2.3.
Untuk kasus (A) di mana D=0, tidak ada redaman dan output instrumen amplitudo
berosilasi konstan jika terganggu oleh perubahan dalam besaran fisis yang diukur.
Untuk D=0,2, diwakili dengan kasus (B), respon terhadap perubahan input masih
berosilasi namun osilasi berangsur-angsur mereda.
Untuk kurva (C) dan (D) overshoot masih lebih, dan akhirnya respon menjadi sangat
overdamped seperti yang ditunjukkan oleh kurva (E) di mana output perlahan-lahan
menuju bacaan yang benar. Jelas, kurva respons ekstrem (A) dan (E) adalah sangat
tidak cocok untuk setiap alat ukur. Jika instrumen itu mengalami perubahan input
maka strategi desain akan menuju ke arah rasio redaman 0,707, yang memberikan
respon kritis teredam (C).
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Ukurlah suhu ruang saat percobaan
2. Panaskan air dalam wadah dengan heater hingga mencapai suhu yang ditentukan
yaitu T 0C (sesuai ketentuan asisten).
3. Lakukan pembagian tugas pada setiap anggota kelompok praktikum sebagai
berikut:
● Pengamat temperatur
● Pemegang stopwatch
● Pencatat data
● Pengendali temperatur dengan heater
Lakukan simulasi dengan dibantu oleh asisten.
4. Gunakan termometer digital untuk menjaga temperatur air tetap pada T0C dengan
menggunakan heater secara manual
5. Pada saat temperatur air telah mencapai T0C, celupkan segera termometer raksa
ke dalam wadah air dan catat penunjukan temperatur pada termometer raksa
setiap 20 detik hingga penunjukan mantap di nilai T0C
6. Setelah kondisi mantap tercapai, cabut termometer raksa segera dan catat
penunjukan temperatur pada termometer raksa setiap 20 detik hingga penunjukan
mantap di nilai suhu ruang
7. Isi tabel percobaan seperti yang tercantum pada tabel 1.
8. Perhitungan eror dinamik pada saat termometer raksa berada di air adalah :
9. error = T – T terukur
10. Perhitungan eror dinamik pada saat termometer raksa berada di udara adalah :
11. error = T ruang – T terukur
12. Buat grafik berdasarkan data tersebut.
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Buatlah analisis tentang karakteristik dinamis instrumen berdasarkan data yang
anda peroleh.
2. Tentukan konstanta waktu dari sensor termometer raksa berdasarkan data yang
anda peroleh.
3. Simpulkan percobaan ini.
4. Buat laporan resmi percobaan.
KALIBRASI
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan dunia industri yang semakin maju seperti sekarang ini,
persaingan usaha dan pasar merupakan perhatian utama apabila kita ingin tetap bertahan.
Salah satu jalan yang harus ditempuh ialah dengan cara menjaga dan meningkatkan
mutu (quality) dari produk atau jasa yang kita tawarkan. Industri yang tetap eksis adalah
industri yang memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul,
menjaga kualitas produk dan selalu mengupayakan inovasi teknologi baru. Agar industri
dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di industri perlu ketersediaan
peralatan pendukung (instrumen) yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu
mengoperasikan instrumen dengan baik dan tepat. Sehingga penggunaan instrumen dan
peralatan lainnya dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
Jurusan Teknik Fisika FTI – ITS , sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi
terkemuka ingin menjawab tantangan masa depan terkait dengan teknologi instrumentasi
di industri, yakni dengan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi teknis
dalam penguasaan berbagai macam instrumentasi yang ada di industri, baik dalam hal
operasional, pemeliharaan dan perbaikan. terkait dengan pemeliharaan, salah satu faktor
penting yang harus dipahami adalah tentang keandalan sebuah instrumen, yang mana
kehandalan ini sangat erat hubungannya dengan tingkat akurasi atau ketelitian instrumen
tersebut. salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui dan memperbaiki akurasi
dari sebuah instrumen adalah dengan melakukan kalibrasi secara teratur. Kalibrasi yang
benar dan memenuhi standar sangat diperlukan untuk bisa menjamin bahwa sebuah
peralatan layak untuk dipakai. Oleh karena itu, pengetahuan akan kalibrasi ini sangat
dibutuhkan terutama untuk menunjang keahlian para mahasiswa dalam proses
pemeliharaan sebuah peralatan/instrumen.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum sistem pengukuran dan kalibrasi ini adalah agar para
mahasiswa menguasai prosedur dan metode pengukuran serta kalibrasi yang sesuai
dengan standar nasional (SNI 19-17025 ).
C. KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa:
● Mengetahui prosedur pengukuran dan kalibrasi yang benar
● Mampu melakukan kalibrasi internal
● Membuat membuat sertifikat kalibrasi
D. MATERI PRAKTIKUM
TEORI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN KALIBRASI
STUDI KASUS
Seorang perawat Sebuah RS sedang mengukur suhu badan salah seorang pasiennya
dengan menggunakan sebuah termometer gelas yang cukup teliti dan hasilnya 39,4 oC. Ia
tidak segera mencatatnya pada buku laporan kerja karena merasa sedikit ragu dengan
hasil pengukurannya, sebab suhu tersebut relatif tinggi bagi pasien tersebut. Ia
memutuskan untuk melakukan pengukuran lagi dan hasilnya malah menunjukkan nilai
berbeda, yaitu 39,6 oC. Karena bingung dan penasaran, ia melakukan sekali lagi
pengukuran dengan maksud memastikan apakah hasil pengukuran yang pertama atau
kedua yang akan diambil. Ternyata pengukuran ke-3 menunjukkan 39,5 oC. Akhirnya ia
memutuskan untuk mencoba dan mencoba lagi pengukurannya hingga 10 kali dengan
harapan akan mendapatkan hasil terbanyak pada nilai tertentu dan nilai itulah yang akan
diambil. Karena dia yakin bahwa nilai yang didapat tidak akan jauh dari sekitar nilai 39
o
C, dan nilai terbanyak yang keluar tersebut bagi dia cukup beralasan untuk diambil
karena sudah mewakili dari serangkaian proses pengukurannya.Ia tetap yakin seyakin-
yakinnya bahwa ia tidak bisa memastikan di antara ke 10 hasil pengukuran tersebut mana
yang menunjukkan nilai sebenarnya. Dia hanya mendapatkan nilai terbaiknya saja.
Hasil pengukuran dia selengkapnya adalah sbb:
39,4 oC
39,6 oC
39,5 oC
39,4 oC
39, 4 oC
39,5 oC
39,4 oC
39,4 oC
39,5 oC
39,4 oC
Rata –rata : 39,45 oC
-U X r
+U
Dimana: r = Nilai rata-rata dari hasil pengukuran
σ = Penyimpangan hasil pengukuran
U = Ketidakpastian hasil pengukuran
X = Nilai sebenarnya dari besaran ukur
➢ Analisa Tipe A, ( Ua )
Pada tipe ini biasanya ditandai dengan adanya data pengukuran, misalnya n kali
pengukuran, yang selanjutnya dari data tersebut, akan ditemukan nilai rata-ratanya,
standar deviasinya, dan atau repeatability-nya. Bentuk kurva dari tipe ini adalah
sebaran Gauss. Rumus umum ketidakpastian untuk tipe A ini adalah:
Ua = n , dimana σ = Standar Deviasi
Rata–rata = 39,45 oC
Standar Deviasi = 0.07071 oC
➢ Analisa tipe B, UB
Pada analisa tipe ini akan digunakan selain metode statistik, sehingga dari
contoh di atas:
Sertifikat kalibrasi dari termometer gelas: misalnya 0,1 oC.
Nilai ini sudah merupakan hasil dari ketidakpastian diperluas U95 , karenanya
harus dicari terlebih dahulu ketidakpastian kombinasinya, Uc(sebagai ketidakpastian
individual) yaitu dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan k.
Jika tidak ada pernyataan apapun maka dalam setiap laporan kalibrasi dianggap k =
2, untuk tingkat kepercayaan 95%.
Namun, jika kita menginginkan nilai k yang lebih tepat maka harus dicari
terlebih dahulu nilai derajat kebebasannya (v) yang selanjutnya akan ditemukan nilai
k. Dalam pencarian nilai v, terlebih dahulu harus ditemukan nilai reliability-nya (R)
dari laboratorium pemberi sertifikat termometer gelas tersebut, misalnya kita
perkirakan dengan nilai R = 10 %.
Maka didapat:
V = ½ (100 / 10 )2
= 50 , ( Rumus, v = ½ ( 100 / R) 2 )
pada tabel T-distribution didapat k = 2,01
maka nilai yang tepat untuk ketidakpastian kombinasi termometer gelas tersebut
adalah :
UB1 = 0,1 / 2,01 = 0,0498 oC
Untuk resolusi alat dibedakan atas alat digital dan analog.
Jika Alat digital : Ketidakpastian (u)
u = (1/2 resolusi ) / √3
Untuk Alat analog, ketidakpastian (u)
u = Readability / 2
Jika pada ilustrasi tersebut alat yang digunakan adalah termometer digital dengan
resolusi 0,1 oC, maka:
UB2 = (1/2 .0,1 ) / √3 = 0,0298 oC
KETIDAKPASTIAN KOMBINASI , UC
Uc = (U ) (U
a
2
B )2
CH = dT / dH = 1
❖ Misal :
pada pengukuran luas (A), yang merupakan hasil perkalian antara panjang (P ) dan
lebar (L), maka koefisien sensitivitas masing-masing adalah:
A=PxL
CP = dA / dP = L
CL = dA / dL = P
KETIDAKPASTIAN DIPERLUAS
Dalam pelaporan ketidakpastian hasil pengukuran/kalibrasi, yang dilaporkan
adalah ketidakpastian yang sudah dalam bentuk perluasan (expanded), sehingga hasil
tersebut sangat logis dalam kenyataan, selain itu dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%, seperti lazimnya dipakai dalam pelaporan–pelaporan saat ini. Lain
halnya jika ada pengecualian dengan mengambil tingkat kepercayaan tertentu. Rumus
ketidakpastian diperluas (expanded uncertainty) adalah:
U95 = k Uc
Di mana:
U95 = Ketidakpastian diperluas (expanded Uncertainty)
K = Faktor cakupan (caverage factor)
Uc = Ketidakpastian kombinasi (combined uncertainty)
Untuk mendapatkan komponen–komponen di atas yaitu k dan Uc, diperlukan
pemahaman dan pencarian faktor lainnya, yaitu:
Derajat Kebebasan, v
➢ Jika data diperoleh dari pengukuran berulang sebanyak n kali, maka derajat kebebasan
adalah:
V = n-1
Maka :
v = 10 – 1= 9
➢ Jika data merupakan hasil perkiraan atau estimasi dengan reliability ( R ), maka:
V = ½ ( 100 / R)2
Pada contoh di atas, resolusi alat adalah 0,1 oC, dalam hal ini batas kesalahan mutlak adalah
½ x Resolusi , yaitu 0,05 oC, di mana dalam hal ini bentuk kurvanya adalah rectangular,
maka nilai ketidakpastiannya adalah 0,05 / √3 = 0,0289 oC
Dengan estimasi reliability-nya adalah 10%, maka:
V = ½ ( 100 / 10 )2
= 50
Derajat Kebebasan Efektif, V eff
Nilai faktor cakupan (k) untuk perkalian ketidakpastian diperluas di atas didapat dari derajat
kebebasan efektif, V eff, dengan rumus:
𝑈𝐶 4 (𝑦)
Veff = 𝐶𝑖 4 𝑈4 (𝑋𝐼 )
,
∑𝑛
𝑖=1 𝑉𝐼
Uc = Ketidakpastian kombinasi/gabungan
(0,085) 4
(0,0224) 4 (0,0498) 4 (0,0289) 4
0
Veff = 9 50 50 = 316,5
= + 0,16 oC
Faktor Cakupan, k
Matematik
Daftar sumber –
sumber U
Hitung U untuk
Tipe A dan B
Hitung Ci
Hitung U diperluas
Uexp = k. Uc
Selesai
Sedangkan untuk mendapatkan faktor cakupan yang nantinya digunakan untuk
mendapatkan ketidakpastian diperluas, maka salah satu pemecahannya adalah dengan
menyajikan tabel T-Student Distribution, di mana probabilitasnya dinyatakan sbb:
Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan analitis elektronik dengan
rentang ukur/kapasitas sampai dengan 200 gram. Metode ini juga digunakan untuk
pemeriksaan bulanan dan enam bulanan sesuai butir 5.1 dan 5.2.
2. Standar Metode
5. Prosedur
5.1.3. Timbang massa standar (M) dan catat pada kolom 3 sebagai m1.
5.1.4. Sentuh “pan” diamkan ± 30 detik dan catat pada kolom 3 sebagai m2.
5.1.5. Ambil massa dan tunggu sampai nol, lalu catat pada kolom 3 sebagai z2
5.1.6. Hitung rata-rata dari z’ dan m’ lalu catat hasilnya pada kolom 4
5.1.9 Jika koreksi lebih besar dari 3σ, di mana σ adalah standar deviasi dari kemampuan
baca sebelumnya diketahui maka timbangan perlu disetel.
Untuk timbangan baru, standar deviasinya tidak mungkin 3 kali. Maka dari itu, tidak
perlu melakukan penyetelan timbangan.
5.1.11. Hitung ketidakpastian dari kemampuan baca timbangan yang didapat dari resolusi
timbangan
UR = Resolusi/2
√3
Timbangan.
5.2.2. Timbang massa standar (M) yang mendekati setengah kapasitas dan catat
5.2.3. Ambil massa, tunggu sampai stabil dan catat kolom 1 berikutnya z1.
ri = mi – zi,
σ =√Σ(ri – r’)
n–1
Dimana :
ri = perbedaan ke-1…..,n
r’ = rata-rata perbedaan
n = jumlah pembacaan = 10
5.2.9. Catat standar deviasi maksimum pada baris 13. Catatan: Gunakan standar deviasi
terbesar untuk perhitungan ketidakpastian.
Ut = σ maks/√n
n = jumlah pembacaan = 10
5.3.3. Timbang Massa Standar yang sesuai pada penimbangan pertama dan catat pada kolom
5 sebagai m1.
5.3.4. Sentuh Pan, tunggu ±30 detik kemudian catat pada skala 5 sebagai m1’.
5.3.5. Ambil Massa Standar, tunggu sampai stabil dan catat pada kolom 5 sebagai z 2. Jangan
nol-kan timbangan.
5.3.6. Hitung rata-rata pembacaan nol dan catat pada kolom 6 sebagai z1’.
5.3.7. Hitung rata-rata pembacaan massa pada timbangan dan catat pada kolom 6 sebagai
m1’.
5.3.8. Hitung perbedaan ri = mi’ – zi’ dan catat pada kolom 7 sebagai ri.
5.3.9. Hitung koreksi dgn rumus C = M – ri dan catat pada kolom 8 sebagai C1.
5.3.10. Ulangi butir 2 sampai dengan 9 untuk titik lainnya sampai 100% kapasitas timbangan
5.3.12. Jumlahkan ketidakpastian dari Massa Standar yang digunakan, catat pada kolom 3
UMc = √Σ(UMi)²
2
5.4. Pengaruh Pembebanan Di Tengah
5.4.1. Lakukan pada penimbangan kira-kira 1/3 dari kapasitas maksimum timbangan, jika
dispesifikasikan pabrik pembuat maka lakukan sesuai dengan pabrik pembuat.
5.4.3. Letakkan massa standar di tengah-tengah “pan”, timbangan di “tare” dan catat
pembacaan pada kolom 2.
5.4.4. Pindahkan massa ke depan, belakang, kiri, dan kanan pada daerah garis Pan dan catat
pembacaannya pada kolom 2.
5.4.5. Hitung perbedaan maksimum dengan cara mengurangkan hasil terbesar dengan hasil
terkecil. Jika massa lebih dari 500 g maka gunakan piringan non-magnetik dengan
diameter yang sesuai dengan besarnya diameter massa.
F = 2σ maks + Q
Di mana :
7. Ketidakpastian Penimbangan
Hitung dengan rumus sbb :
U95 = ± k . Uc
Di mana :
8. Formulir
1. Pilih salah satu dari skala multimeter untuk dilakukan pengukuran (200 mV, 2 Volt,
20 Volt, 200 Volt, 1000 Volt)
2. Lakukan pengukuran tegangan menggunakan multimeter uji dan multimeter standar
secara bersamaan dan catat pembacaan multimeter uji pada kolom 2 dan multimeter
standar pada kolom 3.
3. Ulangi langkah 2 sebanyak 5 kali dengan skala yang sama.
4. Hitung koreksi dengan rumus:
Q = Pstandar – P alat
Di mana :
Pstandar = pembacaan Multimeter digital standar
P alat = Pembacaan Multimeter digital uji
1. Tentukan 5 titik pada range ukur multimeter uji , 200 mV, 2 Volt, 20 Volt, 200 Volt,
1000 Volt (5, 10, 15, 20, 25 Volt karena regulator terbatas hanya kapasitas 30volt)
2. Lakukan pengukuran tegangan pada titik pertama menggunakan multimeter yang akan
dikalibrasi dan multimeter standar secara bersamaan
3. Catat pembacaan multimeter uji pada kolom 1 pembacaan alat (kondisi naik) dan catat
pembacaan multimeter standar pada kolom pembacaan standar.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk 4 titik berikutnya.
5. Lakukan pengukuran titik ke-5 dan catat pembacaan alat pada kolom 1 pembacaan
alatkondisi turun.
6. Lakukan pengukuran titik ke 5, 4, 3, 2, 1 dan tetap catat pembacaan alat pada kolom 1
pembacaan alat kondisi turun.
7. Ulangi langkah 2-6 sebanyak 4 kali untuk mengisi kolom 2, 3, 4, 5 pembacaan alat,
kondisi NAIK dan TURUN.
8. Hitung rata-rata pembacaan naik dan turun.
8. Hitung Koreksi : Pstandar - P Rata2 pembacaan , dan catat pada kolom koreksi.
σ =√Σ(Di – D )
n–1
Di mana;
Di = koreksi ke- i
D = rata – rata koreksi
N = Jumlah koreksi
5.3 KETIDAKPASTIAN KALIBRASI MULTIMETER
SSR
UA2 = n2
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑛 ∑ (𝑥𝑖 𝑦𝑖 )−∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏= 𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑥𝑖 )2
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
Di mana :
𝑦𝑖 = koreksi ke-i
𝑛 = jumlah i
UB1 = a / 3
U AI U A2 U B1 U B 2 U B3
2 2 2 2 2
Uc =
5.2. Formulir
5.4.1. Lembar kerja yang digunakan No. QF. FKS
5.4.2. Lembar sertifikat yang digunakan No. QF. SKS
LAMPIRAN
HASIL KALIBRASI
1. PEMERIKSAAN SKALA
Rentang Frekuensi Pembacaan Pembacaan Alat Koreksi Standard
(Volt ) (Hz) Standard (Volt) (Volt ) (Volt ) Deviasi
2. PEMBACAAN BERULANG
3. KETIDAKPASTIAN KALIBRASI
Ketidakpastian Hasil Pengukuran ( UA1) = n
Ketidakpastian pendekatan regresi ( UA2)
a
Ketidakpastian Alat Standar (U2) = 3
a = U expand dari kalibrator = 0.5 V
1 / 2resolusi
Ketidakpastian Resolusi (U3) = 3
Disetujui : Diperiksa : Dikalibrasi :
Faktor Cakupan ( K )
Catatan :
1. Faktor Cakupan dihitung dengan menggunakan tabel T student, dimana tingkat kepercayaan/
confidence level yang diambil adalah 95 %
2. Sertifikat yang digunakan adalah hasil kalibrasi dengan acuan yang sama
3. Ketidakpastian hasil pengukuran, didapatkan dengan mengambil standar diviasi maksimum
4. Bila tanda koreksi adalah positif (+), maka jumlahnya harus ditambahkan untuk mendapatkan
hasil yang benar, demikian pula untuk koreksi negatif
Nomor :…………………………..
Number……………………………
ALAT
Equipment
1. Nama : 4. Nomor Seri :
Name Serial Number
2. Kapasitas : 5. Merek / buatan :
Capacity Manufacture
3. Tipe / model : 6. Lain-lain :
Type / model Others
Pemilik
Owner
1. Nama _ :
Name
2. Alamat :
Address
Standar
Standard
1. Nama _ :
Name
2. Ketelusuran :
Traceability
TANGGAL DITERIMA :
Date of acceptance
TANGGAL DI KALIBRASI :
Date of Calibration
LOKASI KALIBRASI :
Location of calibration
KONDISI LINGKUNGAN KALIBRASI :
Environment Condition of calibration
METODE KALIBRASI :
Calibration Method
ACUAN :
Reference
HASIL KALIBRASI DAN KETIDAKPASTIAN KALIBRASI: (Terlampir )
Result of calibration & uncertainty of calibration
DITERBITKAN :
Disahkan oleh /Approved by
Kepala laboratorium
Head of Laboratory
(…………………………)
NIP.
SERTIFIKAT KALIBRASI
CALIBRATION CERTIFICATE
Nomor :.........................................
Number…………………………
1. HASIL KALIBRASI
Result of calibration
2.EVALUASI
Evaluation
Catatan :
DAFTAR PUSTAKA
1. TC , ISO/ IEC 17025, SNI 19-17025, ” persyaratan Laboratorium kalibrasi, BSN, 2005
2. Musyafa’.Ali, abadi,Imam,” modul kalibrasi istrumentasi dan metrologi, Jurusan teknik
Fisika, 2002
3. David B Prowse, uncertainty for mass and balance, Australia , 2000
4. TIM KIM LIPI, kalibrasi dan metrology, LIPI, serpong, 2000