Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
- Nama : Tn. S
- Usia : 57 tahun
- Alamat : Jakarta Utara
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Agama : Islam
- Suku : Jawa

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Husada
Tanggal : 2 November 2018
Jam : ± 10.30 WIB

 Keluhan Utama : kemerahan pada kedua pipi disertai gatal sejak 2 bulan SMRS.
 Perjalanan Penyakit Sekarang
Os datang ke poli kulit dan kelamin RS Husada pada tanggal 2 November 2018, dengan
keluhan kemerahan, gatal pada kedua pipi sejak 2 bulan SMRS. Os mengaku awalnya
timbul bercak kemerahan pada bagian kedua pipi sebesar ujung jarum pentul namun
sekarang meluas. Selain itu, os mengeluh gatal dan memberat jika os berkeringat. Gatal
terasa berkurang bila digaruk dan akan mengeluarkan cairan yang lengket. Os merasa kulit
pada wajah dan dada nya terasa kasar, bersisik dan perih. Os mengaku keluhan ini
dirasakan os ketika kepanasan. Dahulu os tidak pernah mengelami sakit serupa. Os tidak
sedang memakai obat atau cream untuk perawatan wajah (-).

 Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit seperti ini : tidak pernah
- Riwayat asma : disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga

1
- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat penyakit kulit : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal

 Riwayat Alergi
- Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.

 Keadaan Sosial Ekonomi


Os tinggal di lingkungan cukup bersih. Os tidak pernah memakai handuk berbarengan
dengan penghuni yang lain. Os jarang mencuci muka. Di lingkungan tempat tinggal os
tidak ada yang menderita sakit seperti os.

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
TD : 110/70mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
RR : 19 kali/menit, regular
Suhu : 36.50C
Kepala : normochepal, rambut berwarna hitam, menipis
Leher : pembesaran KGB (-)
Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang.
Thorax : Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak teraba

2
Ekstremitas Superior : akral hangat, edema -/-, CRT< 2dtk
Inferior : akral hangat, edema -/-, CRT< 2dtk

 Status Dermatologis :
Regio : facialis
Effloresensi : tampak bercak eritematosa berukuran plakat berbatas tegas
dengan tepi ireguler, pada bagian tengah tampak skuama.

3
D. RESUME
Os datang ke poli kulit dan kelamin RS Husada 2 November 2018, dengan keluhan kemerahan,
gatal pada kedua pipi sejak 2 bulan SMRS. Awalnya hanya timbul bercak kemerahan pada
bagian kedua pipi dan dada sebesar ujung jarum pentul namun sekarang meluas. Keluhan gatal,
terutama jika berkeringat, jika di garuk akan mengeluarkan cairan yang lengket. Kulit pada
wajah pasien terasa kasar, bersisik dan perih. Keluhan terjadi jika os kepanasan. Dahulu os
belum pernah mengelami sakit serupa. Os tidak sedang memakai obat atau cream untuk
perawatan wajah (-).
Status generalis pasien dalam batas normal, status dermatologiskus didapatkan pada Regio
maxilaris bilateral tampak bercak eritematosa berukuran plakat berbatas tegas dengan tepi
ireguler, pada bagian tengah tampak skuama.

E. DIAGNOSIS KERJA:
Dermatitis seboroik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Usulan pemeriksaan) :


Pemeriksaan histopatologis kulit

4
G. PENATALAKSANAAN
Umum :
Hindari panas yang berlebihan
Memakai pakaian yang menyerap keringat

Khusus :
Topical : deksamethasone + ketokonazole
Oral : Cetirizine 1x10 mg

1. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad funcionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam

ANALISA KASUS

Anamnesis
 Bercak kemerahan, gatal dan berminyak pada kedua pipi dan dada sejak 2 bulan SMRS.

5
 Gatal, jika di garuk akan mengeluarkan cairan yang lengket.
 Kulit pada wajah pasien terasa kasar, bersisik dan perih.
 Keluhan terjadi jika os kepanasan.
 Os tidak sedang memakai obat atau cream untuk perawatan wajah (-).

Pemeriksaan Fisik
Status generalis dalam batas normal, pada status dermatologi di dapatkan pada regio maxilaris
bilateral tampak bercak eritematosa berukuran plakat berbatas tegas dengan tepi ireguler, pada
bagian tengah tampak skuama.

Differential Diagnosis
Analisa Differential Diagnosis

Dermatitis seboroik Dermatitis kontak Pityriasis rosea


iritan

Etiologi Masih belum diketahui Bahan iritan : pelarut, Masih belum diketahui
diduga dapat berhubungan deterjent diduga berhubungan
dengan jamur malasezia, dengan makanan,
system imun, psikis, musim. psikis, obat infeksi,
musim dan imunologi

Epidemiologi Prevalensi secara umum Dapat dialami oleh Sering diderita pada
sekitar 3-5% pada populasi semua orang dari usia 30-40 tahun.
umum dan sering di jumpai berbagai golongan umur,
pada pasien laki-lak. ras dan jenis kelamin

6
Predileksi Lokasi yang terkena Tergantung bagian tubuh Di daerah sentral wajah,
seringkali di daerah kulit mana yang terpapar hidung, pipi, dagu,
kepala berambut : alis, lipat bahan iritan kening dan alis.
nasolabial, side burn,
telinga, liang telinga, bagian
atas-tengah dada dan
punggung.

Lesi Eritema, skuama kuning Tergantung pada jenis Eritema, telangiectasia,


dan berminyak, gatal yang iritan juka iritan kuat papu, edema dan
menyengat. akan memberikan gejala pustule
akut, jika iritan lemah
maka akan memberikan
gejala kronik. Dapat
timbul eritema, edema,
bula bahkan nekrosis

7
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengana predileksi di
daerah kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah dan badan. Dermatitis sering dikaitkan dengan
Masasesia, terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan, perubahan
cuaca, ataupun trauma dengan penyebaran lesi di mulai dari derajat ringan misalnya
ketombe sampai bentuk eritroderma.1
Dermatitis seboroik adalah gangguan papuloskuamosa pada daerah yang kaya
sebum terletak pada kulit kepala , wajah , dan batang. Selain sebum , dermatitis ini terkait
dengan Malassezia , kelainan imunologi , dan aktivasi komplemen . Beratnya berkisar dari
ketombe ringan sampai eritroderma eksfoliati.2

2.2 Epidemiologi
Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5% pada populasi umum.
Lesi ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk yang lebih sering
dijumpai.1 Dermatitis seboroik dipisahkan menjadi dua kelompok usia, bentuk infantil
terutama selama 3 bulan pertama kehidupan dan bentuk dewasa yang merupakan bentuk
kronis.3 Pada kelompok orang dengan penyakit autoimun (HIV) prevalensi nya lebih tinggi
yaitu sebanyak 36%. Biasanya di awali pada masa pubertas dan puncaknya pada usia 40
tahun, pada usi tersebut dapat dijumpai bentuk yang ringan, sedangkan pada bayi dapat
terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cap). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingakna jenis kelamin perempuan dan tidak dipengaruhi oleh ras.1,2,3

2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi Dermatitis Seboroik


a. Imunologi
Banyak pasien memiliki tingkat normal spesies Malassezia pada kulit, tetapi memiliki
respon imun yang abnormal yang menekan respon T helper. Antibody antara pasien
dengan dermatitis seboroik dan orang normal adalah sama, spesies Malassezia juga

8
memainkan peran dalam respon inflamasi yang akan mempengaruhi kejadian
dermatitis seboroik.3
b. Faktok fisik
Factor cuaca juga berperan dalam terjadi kasus dermatitis seboroin dimana akan
mempengaruhi kelembapan yang berhubungan dengan kejadian dermatitis seboroik.3
c. Efek mikroba
Pathogenesis dermatitis seboroik selalu dikaitkan dengan ketidakseimbangan atau
kehadiran mikrobakteri yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis seboroik.3
d. Obat-obatan
Beberapa obat yang dikenal untuk memicu dermatitis seboroik seperti letusan termasuk
griseofulvin, cimetidine, lithium, metildopa, arsenik, emas, auranofin, aurothioglucose,
buspirone, chlorpromazine, etionamid, haloperidol, interferon-α, fenotiazin,
stanozolol, thiothixene, psoralen, Methoxsalen, dan trioxsamicrobial.3
e. Neurotransmitter abnormalities
Banyak penyakit neurologis dihubungkan dengan penyakit dermatitis seboroik seperti
penyakit Parkinson, Alzheimer, epilepsy.3
f. Aberrant epidermal proliferation
Pada pasien dermatitis seboroik dapat di jumpai hiperproliferasi epidermis atau
keratinisasi akan meningkat karna aktivitas dari calmodulin, yang dapat ditemui juga
pada pasien psoriasis.3
g. Nutritional disorders
Dermatitis seboroik belum terbukti terkait dengan kekurangan vitamin. Pasien dengan
defisiensi) mungkin memiliki manisfestasi klinisi mirip dengan dermatitis seboroik dan
dapat jika diterapi dengan sulpemen seng gejala akan berkurang atau membaik tetapi
tidak dengan sebaliknya.3
h. Genetic factor
Beberapa kasus dermatitis seboroik di laporkan berkaitan dengan riwayat dermatitis
seboroik pada keluarga.3

9
2.4 Etiopatogenesis
Patogenesis yang tepat dari dermatitis seboroik belum sepenuhnya dijelaskan, tapi
dermatosis ini umumnya terkait dengan ragi Malessezia, imunologi kelainan, aktivitas
sebasea, dan kerentanan pasien. Jumlah sebum yang dihasilkan bukan merupakan faktor
penting, karena tidak semua pasien dengan dermatitis seboroik terjadi peningkatan
produksi sebum.3 Pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan kulit yang lebih tinggi
kandungan lipid trigliserida dan kolesterol, tetapi kandungan asam lemak bebas dan
squalenes nya lebih rendah. Malassezia dan flora Propionobacterium memiliki aktivitas
lipase yang mengakibatkan transformasi trigliserida dn asam lemak bebas . meningkatnya
lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum, respon imunologis terhadap Pitysosporum,
degradasi sebum dapat mengiritasi kulit sehingga menjadi eksema.1,4 Semua tujuh spesies
Malassezia adalah lipofilik kecuali spesies zoofilik, pachydermatis Malassezia. Asam
lemak bebas dan reaktif radikal oksigen yang dihasilkan akan memiliki sifat antibacterial
yang dapat mengubah flora kulit normal sehingga menimbulkan dermatitis.3

2.5 Gambaran klinis


Lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut: wajah, lipat
nasolabial, side burn; telinga dan liang telinga tengah; bagian atas tengah – dada dan
punggun, lipat gluteus, inguinal genital, ketiak.1 Dapat ditemukan skuama berwarna kuning
berminyak, eritematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat.1,3
Penampilan kulit kepala dermatitis seboroik bervariasi dari ringan sampai berat, gatal, lesi
dapat luas dan tebal. Kadang disertai plak tetapi jarang. Dari kulit kepala, dermatitis
seboroik dapat menyebar ke dahi, bagian posterior leher, dan kulit postauricular, seperti
dalam psoriasis.2

10
Gambar 1. Dermatitis seboroik pada ujung kepala dan alis2
Dermatitis seboroik juga dapat terjadi pada bayi, bentuk infantil terjadi selama
beberapa minggu pertama sampai 3 bulan dan akan terjadi lagi ketika neonatus tersebut
mengalami masa pubersitas. Hal ini umumnya terkonsentrasi pada kulit kepala (yaitu,
cradle cap),kuning-coklat, skala berminyak, yang kadang-kadang bisamenyebar ke seluruh
kulit kepala dengan inflamasi,eritematosa, dan bersisik. Lesi dapat dilihat pada wajah, leher
dan dapat menyebar ke badan dan ekstremitas. Diagnosis diferensial harus dilakukan dalam
setiap bayi dengan bentuk luas dermatitis seboroik.3

Gambar 2. Dermatitis seboroik pada bayi3

Table 1. Perbedaan Dermatitis Seboroik pada bayi dan dewasa.3

Eritema dan pruritis yang umum, terkadang dapat disertai sensasi terbakar atau
kesemutan terutama pada kulit kepala. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan persiapan
KOH (kalium hidroksida) jika melibatkan Pityrosporum folikulitis. Pasien
immunocompromise lebih seringt terjadi folikulitis. Dewasa muda biasanya lebih sering

11
terkena penyakit ini karena pengaruh dari aktivitas kelenjar sebasea akibat hormone
androgen yang meningkat pada usia pubertas.3

(a) (b)
Gambar 3. (a) Dermatitis seboroik pada daerah nasolabial, cheeks, alis dan hidung.3
(b) Dermatitis seboroik pada daerah canal eksterna, concha dan
aurikularis.3

2.6 Diagnosis
Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok usia yang
terpengaruh, bentuk pada anak atau bayi sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada
orang dewasa penyakit ini sifatnya kronis.1 Dermatitis seboroik terjadi pada daerah-daerah
yang memiliki aktivitas kelenjar sebasea yang menonjol, terutama hidung dinding
samping, nasolabial dan melolabial lipatan, alis, glabela, kulit kepala, dan dada tengah.
Kasus dermatitis seboroik juga dapat di picu oleh stres emosional , depresi, kelelahan, dan
perubahan musim. Terjadi peningkatan insiden dan keparahan penyakit di musim dingin.
Sinar matahari telah dilaporkan juga meningkatkan dan memperburuk.Selain itu
ditegakkan juga berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan skuama kuning, tingkat
keparahan dan intensitas yang bervariasi. Pada kasus yang sulit dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi.1 Kultur jamur dan kerokan kulit dengan KOH amat bermanfaat
untuk menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.3

2.7 Tatalaksana

12
Pengobatan tidak menyembuhkan secara permanen sehingga terapi dilakukan
berulang saat gejala timbul.1 Dewasa cenderung memiliki kronis dan penyakit berulang,
dan dengan demikian, pasien harus diberitahu bahwa tujuannya pengobatan akan
mengontrol daripada menyembuhkan penyakit.3
Medikamentosa
a. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada kulit dapat
dilakukan dengan mencuci wajah secara berulang dan sering lebih dari biasanya dengan
sabun lunak yang mengandung asam salisilat tapi jangan berupa vaselin.5
b. Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan shampoo kepala yang mengandung anti
malazessia, misalnya : ketoconazole, selenium sulfide, berbagai sampo yang
mengandung ter dan solution terbinafine 1%. Terkadang dapat digunakan terapi
konvensional sinal ultraviolet-B (UVB) atau pemberian itrakonazole 100mg/hari per
oral selama 21 hari untuk kasus yang sulit membaik.1.5
c. Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang, imunosupresan
topical (pimekrolimus) terutama untuk daerah wajah sebagai peganti kortikosteroid
topical.1 penelitian menunjukkan bahwa pimecrolimus 1% krim mengurangi
keparahan dermatitis seboroik berkaitan dengan eritema, pruritus dan scalling. Tingkat
kekambuhan juga lebih rendah untuk pimekrolimus, hal ini menunjukkan bahwa krim
pimecrolimus adalah pengobatan alternatif yang efektif untuk dermatitis seboroik.6

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SL, K Bramono, W Indriatmi.. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke tujuh.
Jakarta.: FKUI; 2016: 232-33.

2. Selden Samuel T MD, Richard P Vinson, Jeffrey Meffert MD. Seborrheic dermatitis.
(internet). Emedicine: Medscape; Feb 2016. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a5

3. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Sebborcheic
Dermatitis. In :Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York : McGraw
Hill Company.2012: 259-63.

4. Dessinioti C, Katsambas A. Seborrheic dermatitis: Etiology, risk factors, and Treatments:


Facts and controversies Clinics in Dermatology. 2013; 3: 343-51.

5. Lehmuskallio E. Seborrhoic Dermatitis. EBM Guidelines. Duodecim Medical Publication


Ltd; 2005: 413-15. Available from :
https://books.google.co.id/books?id=frYEiHYtOv0C&pg=PA413&lpg=PA413&dq=ebm
+guidelines+lehmus+kallio+seborrheic+dermatitis&source=bl&ots=SMW9XXM36z&si
g=tix98sp-

14
CDCBn22Rt1Zv5go50R8&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=ebm%20guideline
s%20lehmus%20kallio%20seborrheic%20dermatitis&f=false

6. Ang-Tiu Charlene U, Chandra F Meghrajani, Clarita C Maano. Pimecrolimus 1% cream


for the treatment of seborrheic dermatitis: a systematic review of randomized controlled
trials. Expert review of clinical pharmacology. Jan 2012: 91-7.

15

Anda mungkin juga menyukai