Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Pada pasal 70 menjelaskan
bahwa pasien dengan gangguan jiwa mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan jiwa, mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat
psikofarmaka sesuai dengan kebutuhannya. (Kementerian Kesehatan RI, 2016)
World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh dunia
mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan
akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid, 2013).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan jiwa adalah melakukan upaya
meningkatkan pandangan pada dirinya berbentuk penilaian subjektif individu terhadap dirinya,
perasaan sadar dan tidak sadar, persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh. Pandangan atau
penilaian terhadap diri meliputi, ketertarikan talenta dan keterampilan, kemampuan yang
dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan persepsi terhadap moral yang dimiliki. (Muhith, 2015)
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar harga diri rendah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan teoritis harga diri rendah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus harga diri rendah
4. Mahasiswa mampu mejelaskan strategi pelaksanan pada klien dan keluarga dengan harga
diri rendah
5. Mahasiswa mampu menjelaskan analisa proses interaksi pada klien dengan harga diri
rendah

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif
tentang kemampuan dirinya. Harga diri rendah situasional yaitu evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif. (Fitria, 2013)
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan kehilangan
rasa percaya diri, pesimis, dan tidak berharga dikehidupan. (Dermawan, D., 2013)
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri disertai
kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara
lambat dan suara lemah. (Suerni, Keliat, 2013)
B. Rentang Respon Harga Diri Rendah

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Respon adaptif terdiri dari aktualisasi dan konsep diri positif. Aktualisasi diri
adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep diri positif adalah apabila individu
mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal
positif maupun yang negatif dari dirinya. (Prabowo, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Respon maladaptif dapat berupa harga diri rendah,
keracuan identitas, dan dipersonalisasi. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung

2
untuk menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain. Keracunan
identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain. (Prabowo, 2014)
C. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1. Perkembangan individu
Perkembangan Individu yang meliputi :
 Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai
orang lain.
 Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau orang
tua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
 Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
 Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2. Ideal diri
Ideal diri meliputi yaitu :
 Individu selalu dituntut untuk berhasil.
 Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
 Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
 Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa
malu dan rendah diri.

3
 Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti
trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
c. Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi
penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian yang kemudian perawat
mendiskusikannya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran
dirinya. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi
diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan harga diri rendah situasional
yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapatkan feed
back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecendrungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada
situasi yang penuh dengan stressor, individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran
adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif
atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.
Proses terjadinya harga diri rendah dapat juga dimulai dari akibat faktor predisposisi yang
diantaranya pengalaman kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep
diri, arah yang tidak menerima kasih sayang, individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan orang tua, harapan
realistis. Selain faktor predisposisi, faktor presipitasi juga salah satu penyebab terjadinya harga
diri rendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak cepat atau dituruti, kesalahan dan

4
kegagalan berulang kali, cita-cita yang tidak dapat dicapai gagal, bertanggung jawab tehadap diri
sendiri.
D. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Mekanisme koping jangka pendek yang terdiri dari :
 Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif).
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya, ikut serta dalam
klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).
 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
b. Mekanisme koping jangka panjang mencakup berikut ini :
 Penutupan identitas seperti, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
 Identitas negatif seperti, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,
pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk)
E. Penatalaksanaa Harga Diri Rendah
1. Psikofarmako
a. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan menilai realistis,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh. Efek
samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam fungsi netral serta
fungsi kehidupan sehari-hari.

5
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis berat, psikoneurosis, dan
obstruksi saluran cerna
2. Psikoterapi
a. Terapi okupasi/ rehabilitasi
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih
sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress dan mengenal masalah dan perlibatan
kembali pasien ke dalam aktivitas.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau
kelompok serta bimbingan yang praktis.
3. Manipulasi lingkungan
a. Bersikap menerima psien dan negatifismenya
b. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di ruangan
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab nya
sendiri. Misalnya, menata tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum obat.
d. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri
F. Prinsip Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Diskusi
2. Wawancara
3. Menganalisa data

6
BAB III
TINJAUAN ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya meliputi nama klien ( idntitas ), umur, jenis, kelamin, agama, alamat lengkap,
tanggal masuk, No. MR, penanggung jawab, keluarga yang bisa dihubungi.
2. Alasan Masuk
Biasanya klien mengkritik diri sendiri, pearasaan tidak mampu, pandangan hidup pesimis,
tidak menerima pujian, penurunan produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri,
kurang memprhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada
bicara lemah.
3. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
Biasanya klien mengalami HDR cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar,biasanya
klien bersepsi terhadap dirinya,biasanya klien memiliki rasa frustasi tidak mampu
melakukan peran nya seperti orang normal lainnya,biasanya pandangan dan keyakinan
klien HDR terhadap gangguan jiwa sesuai dengan budaya dan agama yg dianut,biasanya
klien tidak medekatkan diri dengan yang maha kuasa.
6. Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,

7
keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
8. Status Mental
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak
rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang :
a. Makan
Observasi frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/tidak suka/pantangan) dan cara
makan. Observasi kemampuan klien dalam menyiapakan dan membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK, pergi menggunakan dan membersihkan
wc dan merapikan pakaian nya.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut,gunting kuku, dan observasi kebersihan tubuh.
d. Istirahat dan tidur
Observasi lama dan waktu tidur siang/tidur malam, persiapan sebelum tidur seperti,
menyikat gigi,cuci kaki dan berdo’a, kegiatan sesudah tidur, seperti, merapikan tempat
tidur, mandi/cuci muka dan menyikat gigi.
e. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberiaan, serta
reaksi obat.
10. Mekanisme Koping :
a. Koping adaptif dapat berupa bicara pada orang lain, mampu menyelesaikan masalah,
teknik relaksasi, aktifitas kontruksi, olah raga dan lain lain

8
b. Koping maladaptive dapat berupa minum alcohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja
berlebihan, menghindar dan mencerai diri.
11. Masalah Psikososial :
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik dari rumah sakit, teman akrab dan orang
tua
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien mengatakan lebih senang
menyendiri dari pada ngobrol dengn temannya.
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik klien mengatakan mahasiswa Emputantular
jurusan TIK smester III, dan sekarang masih cuti.
d. Masalah dengan perkerjaan, spesifik klien mengatakan belum memiliki perkerjaan dan
masih kuliah.
e. Masalah dengan perumahan, spesifik klien mengatakan tidak memiliki masalah di
rumah kecuali dengan ayahnya.
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik klien mengatakan merasa malu karena masih
meminta uang dengan orang tuanya, itu di karenakan klien belum berkerja.
g. Masalah dengan dukungan lingkungan, spesifik klien mengatakan tidak punya masalah
dengan lingkungan tetapi kadang klien merasa malas bergaul.
12. Masalah keperawatan yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan isolasi social
13. Pengetahuan : Penyakit Jiwa dan faktor presifitasi serta masalah keperawatan kurang
pengetahuan dalam merawat diri sendiri
14. Aspek Medis :
Diagnosa medik : Skizofaranoid
Therapy medis : Stelazine 5 mg 3 x 1 tablet
Tryhexsipindile (THD) 2 mg 3 x 1 tablet
CP2 (Clopamizine) 100 mg 1 x 1 tablet
B. Daftar Masalah
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
adalah sebagai berikut :
1. Harga diri rendah
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

9
3. Isolasi sosial
4. Koping individu tidak efektif
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan
C. Pohon Masalah Harga Diri Rendah
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasa
Effeck
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Core Problem

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif

D. Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah


1. Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan
E. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Harga diri Pasien mampu : Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Pengkajian dan


rendah 1. Meningkatkan pertemuan : latihan kegiatan positif yang
kepercayaan diri Klien mampu dimiliki klien yang pertama
yang dimiiki meningkatkan harga
1. Identifikasi
klien dan melatih diri dengan cara :
pandangan/penilaian pasien
klien sesuai 1. Mengkaji
tentang diri sendiri dan
kemampuannya kemampuan yang
pengaruhnya terhadap orang
melalui tindakan dimiliki klien serta
lain, harapan yang telah
keperawatan melatih kegiatan
dicapai dan belum tercapai,
sehingga klien pertama
10
tidak lagi merasa 2. Latihan kegiatan upaya yang dilakukan untuk
putus asa dan kedua yang telah mencapai harapan yang belum
lebih berarti disepakati terpenuhi.
2. Melakukan 3. Latihan kegiatan 2. Identifikasi kemampuan
kegiatan kedua ketiga melakukan kegiatan dan aspek
3. Melakukan 4. Latihan kegiatan positif ( buat daftar kegiatan )
kegiatan ketiga ke empat yang 3. Bantu pasien menilai kegiatan
4. Melakukan telah disepakati yang dapat dilaksanakan saat
kegiatan ke klien ini ( pilih dari daftar kegiatan
empat yang dapat dilaksanakan ).
4. Buat daftar kegiatan yang
dapat dilaksanakan saat ini.
5. Bantu pasien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk
dilatih.
6. Latih kegiatan yang dapat
dipilih ( alat dan cara
melakukannya ).
7. Masukkan kegiatan yang telah
dilatih pada jadwal kegiatan untuk
latihan.
8.
9. SP 2 Pasien : Strategi pelaksaan
pertemuan 2 pada pasien
dengan melatih kegiatan positif
yang ke 2
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan pasien

11
melakukan kegiatan pertama
yang telah di latih. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien memilih kegiatan
kedua yang akan dilatih
5. Latih kegiatan kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan latihan kedua dalam
jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien : Strategi pelaksaan


pertemuan 3 pada pasien
dengan melatih kegiatan yang
postif yang ke 3

1. Evaluasi tanda dan gejala


harga diri rendah
2. Validasi kemampuan kegiatan
pertama dan kedua yang telah
di latih. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukankegiatan pertama
dan kedua.
4. Bantu pasien memilih kegiatan
ketiga yang akan dipilih
5. Latih kegiatan ketiga ( alat dan
cara )
6. Masukkan latihan ketiga dalam
jadwal kegiatan harian

12
SP 4 Pasien : Strategi
Pelaksanaan pertemuan 4 pada
pasien

1. Evaluasi tanda dan gejala


harga diri rendah
2. Validasi kemampuan
melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, kedua dan
ketiga
4. Bantu pasien memilih kegiatan
keeempat yang akan dilatih
5. Latih kegiatan ke empat ( alat
dan Cara )
6. Masukkan kegiatan ke empat
dalan jadwal kegiatan harian

keluarga mampu : Setelah 2-4x SP 1 keluarga : Mendiskusikan


1. Keluarga pertemuan : masalah yang dihadapi
membantu pasien Keluarga mampu keluarga dalam merawat pasien
mengidentifikasi meningkatkan harga di rumah
kemampuan yang diri klien dengan cara 1. jelaskan tentang pengertian,
dimiliki pasien : tanda dan gejala harga diri
2. Keluarga 1. Membantu pasien rendah
memfasilitasi melakukan 2. jelaskan cara merawat pasien
pelaksanaan kegiatan yang dengan harga diri rendah
kemampuan yang positif untuk 3. demonstrasikan cara merawat

13
masih dimiliki meningkatkan pasien dengan harga diri
pasien harga diri rendah
3. Keluarga 2. Memberikan 4. beri kesempatan kepada
memotivasi pujian kepada keluarga untuk
pasien untuk klien setiap mempraktekkan cara merawat
melakukan melakukan pasien tersebut
kegiatan yang kegiatan positif
sudah dilatih dan terhadap diri klien
10. SP 2 keluarga : latih keluarga
memberikan 3. Melatih klien
mempraktekkan cara merawat
pujian atas melakukan
pasien langsung kepada pasien
keberhasilan kegiatan postif
1. Evaluasi kegiatan cara
pasien tersebut
merawat pasien yang telah
4. Keluarga mampu
didemonstrasikan
menilai
2. Latih keluarga
perkembangan
mempraktekkan cara
perubahan
merawat pasien langsung
kemampuan
kepada pasien
pasien
3. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian pasien

SP 3 keluarga : Membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga
1. Evaluasi kegiatan yang telah
dilatih keluarga langsung
kepada pasien
2. Anjurkan untuk melakukan
kegiatan positif pasien ketika
dirumah
3. Keluarga membantu melatih
14
pasien melakukan kegiatan
positif yang dilakukan pasien
selama dirumah sakit ketika
sudha berada dirumah

F. Implementasi Keperawatan
Petunjuk dalam implementasi yaitu intervensi dilakukan sesuai dengan rencana,
keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien
dalam situasi yang tepat, serta dokumentasi intrvensi dan respon klien.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukann
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.

15
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Ruang Rawat : Helikonia Tanggal Di Rawat : 06 Juli 2017

I. Identitas Pasien
 Nama : Ny. T
 Umur : 21 tahun
 Alamat : Jl. Taratak no 10
 Tgl. Dirawat : 06 Juli 2017
 Tgl. Pengkajian : 07 Juli 2017
 No. Rekam Medik : 1005673
 Informan : klien dan ibu kandung klien
II. Alasan masuk :
Klien dibawa kerumah sakit jiwa oleh petugas karena mengamuk dijalan yang tidak jauh
rumah klien. Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah di periksakan ke puskesmas
dan petugas puskesmas memberikan rujukan kepada klien ke rumah sakit jiwa tetapi klien
menolak. Petugas puskesmas memberikan obat penenang ketika klien mengamuk dan hanya
bersifat sementara sehingga pengobatan tersebut tidak berhasil.
III. Faktor Predisposisi
1. Sebelumya pasien pernah dirawat di RSJ sebanayak 1 kali dan yang terakhir tahun 2015.
2. Setelah keluar pasien rajin minum obat dan tidak ada gejala lagi.
3. Pasien mengatakan sering mengalami penolakan dari teman-temannya sekitar 3 bulan
yang lalu karena pasien pernah dirawat di RSJ sehingga jarang yang ingin berteman
kepada pasien dan pasien sering dikucilkan serta di ledek oleh teman satu kampus.
Masalah keperawatan : respon pasca trauma
4. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa yaitu tante klien (adik
kandung ibu). Keluhan yang dialami tante klien tidak dapat dikaji karen hanya fokus
kepada pengkajian klien. Tante klien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan sampai
sekarang masih kontrol ke rumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
16
5. Pasien pernah mengalami kegagalan dalam penerimaan mahasiswa pada perguruan tinggi
negeri dan pasien harus mengganggur satu tahun. Sedangkan teman-teman pasien yang
lain diterima diperguruan tinggi negeri dengan jurusan nyang diinginkan. Teman-teman
pasien sering menghina pasien dengan mengatakan bodoh dan tolol sehingga pasien
merasa depresi.
Masalah keperawatan : gangguan pertumbuhan dan perkembangan
IV. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital : TD 130/80mm/Hg, N 73x/mnt, S 36,2˚c, P 21 x/mnt.
b. Ukur : BB 53 kg, TB 159 cm
c. Keluhan fisik : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
V. Psikososial
1. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Suami Istri

: Perempuan : Saudara Kandung

17
: Pasien : Tinggal satu rumah

X : Meninggal

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien hanya tinggal dengan ibunya
karena kakaknya sudah berkeluarga dan ayahnya sudah meninggal. Pasien diasuh oleh ibu
kandungnya dan pengambilan keputusan juga diambil oleh ibunya sendiri karena ayah pasien
sudah meninggal 10 tahun yang lalu.

Masalah Keperawatan : ketidak efektifan koping keluarga : ketidakmampuan

2. Konsep diri
a). Citra /gambaran tubuh : Pasien sangat menyukai postur tubuhnya yang memiliki
berat ideal dan hidung yang mancung serta kulit putih.
b). Identitas diri : Pasien mengetahui namanya adalah ‘T’ tinggal di taratak, berjenis
kelamin perempuan dan belum menikah. Pasien merupakan anak ke dua dari dua
bersaudara. Pasien senang menjadi seorang perempuan karena perempuan itu anggun.
Pasien kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta dengan jurusan yang diinginkannya.
c). Ideal diri : Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialami,
segera keluar dari RSJ dan berkumpul bersama keluarga terutama ibu. Pasien juga
berharap untuk secepatnya mengikuti perkulihan dan terhindar dari hinaan teman-
teman satu kampus.
d). Peran diri : Pasien mengatakan jika dirumah ia sebagai anak kedua dan tinggal
bersama ibu. Masalah yang dihadapi ibu diceritakan kepada pasien karena tidak
adanya sosok seorang ayah dalam rumah tersebut. Pasien dengan senang hati selalu
memberikan suport dan selalu mendampingi ibu ketika dalam masalah.
e). Harga diri : Pasien merasa malu dan tertekan dengan penyakitnya karena orang lain
sering mengucilkan dan terkadang takut kepadanya.
Masalah keperawatan : klien mengalami harga diri rendah situasional.

18
3. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : Pasien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan di masyarakat karena pasien merasa dikucilkan oleh teman
sebaya di lingkungannya.
c) Hambatan dala berhubungan dengan orang orang lain : Pasien tidak memiliki
hambatan dalam bersosialisasi.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan Allah SWT adalah tuhannya. Kejadian pada
dirinya saat ini merupakan kehendak tuhan. Tetapi masyarakat ada beranggapan
orang-orang yang mengalami gangguan jiwa dianggap penyakit yang dapat menular
sehingga orang dengan gangguan jiwa dihindari atau dikucilkan.
b) Kegiatan ibadah : Pasien melakukan solat 5 waktu sehari semalam karena solat
tersebut wajib bagi umat muslim.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. Status Mental
1. Penampilan
Pasien berpakaian rapi, rambut bersih, gigi terdapat karies, tubuh bersih tidak berbau dan
cara berpakaian sudah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Pasien nyambung jika diajak bicara, dan suara sedikit keras.
Masalah keperawatan : tidak ada masaalah keperawatan
3. Aktifitas motorik
Saat dilakukan wawancara pasien terlihat bersemangat tidak tegang dan tidak ada reaksi
yang berlebihan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

19
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih karena ketika pasien dirumah sakit ibu pasien tinggal dirumah
sendirian dan klien merasa khawatir jika ibunya mengalami masalah kepada siapa ibu akan
bercerita.
Masalah keperawatan: Ansietas
5. Afek
Afek adekuat dibuktikan dengan saat pasien diajak bercerita tentang hal-hal yang
menyenangkan pasien nampak tersenyum, sebaliknya ketika pasien diajak bercerita hal
yang menyedihkan pasien terlihat sedih.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Pasien saat ditanya dapat menjawab dengan benar, namun disaat dia ingin melakukan
aktivitas lain pasien akan meninggalkan tempat sehingga sering pergi disaat wawancara.
Masalah keperawatan : isolasi sosial
7. Persepsi
Pasien mengatakan tidak mendengar atupun melihat sesuatu yang tidak sesuai kenyataan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Pasien menjelaskan apa yang ditanyakan secara baik dan segala tujuan tercapai
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Pasien tidak menganggap dirinya secara berlebihan dan dapat menjelaskan tentang dirinya
sesuai dengan kenyataan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Pasien tidak bingung dan tidak mengalami disorientasi baik orang, tempat maupun waktu.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Pasien dapat menjelaskan kegiatan hari ini dan sebelumnya dengan baik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

20
12. Tingkat kosentrasi dan berhitung
Pasien mampu menjawab saat ditanya 9 + 3 yaitu 12 dan pasien pun dapat berkonsentrasi
dengan baik saat ditanya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Pasien belum menyadari dan menilai bahwa suatu masalah yang dilakukan dengan marah-
marah itu sangat merugikan dirinya sendiri dan oarang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Pasien mengatakan menerima keadaan dirinya yang sedang sakit, pasien hanya merasa
depresi atas perlakuan orang terhadapnya yang kadang tidak bisa menerima keadaannya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
VII. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Klien mampu mempersiapkan makanan, menjaga kerapian dan mencuci peralatan makan
dengan baik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
Pasien dapat BAB/BAK secara mandi dan menjaga kebersihan setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
Pasien dapat melakukan aktivitas mandi secara mandiri. Pasien mampu membedakan
peralatan mandi, dan pasien mampu menentukan waktu kapan harus mandi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakain/ berhias
Pasien dapat melakukan aktivitas berpakai dan berhias secara mandiri. Pasien dapat
membedakan warna yang senada ketika berpakaian dan berhias sewajarnya saja.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

21
5. Istirahat dan tidur
Klien tidak pernah tidur siang dan tidur malam lama 6 jam karena klien sering bermain
gedget sebelum tidur dan akan tertidur ketika lelah bermain gedget. Klien jarang
melakukan kebersihan diri sebelum tidur seperti mencuci muka ataupun menggosok gigi
sehingga klien sering mimpi buruk ketika tidur.
Masalah keperawatan : gangguan pola tidur
6. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang telah disediakan oleh perawat dengan kooperatif.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan kesehatan
klien mengatakan ketika dirinya sakit tidak pernah ke rumah sakit, namun pergi beli obat
ke apotik atau pun kewarung.
Masalah keperawatan : konflik pengambilan keputusan
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien mampu mempersiapkan menjaga kebersihan rumah, memasak makanan, menjaga
kerapian dan mencuci pakaian secara mandiri.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di luar rumah
Klien belanja kebutuhan sehari-hari dibantu oleh orang tua sedangkan klien mampu
menggunakan transportasi secara mandiri seperti memakai kendaraan jika berpergian.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VIII. Mekanisme Koping


Klien tidak melakukan teknik relaksasi saat panik mulai dirasakan yang membuat klien
berfikir untuk bunuh diri. Klien memberikan reaksi yang sangat berlebihan saat berbicara.
Masalah keperawatan : ketidakefektifan koping individual
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik pasien hanya melakukan kegiatan
kelompok yang sudah direncanakan oleh perawat. Diluar kegiatan itu hanya pasien
habis kan dikamar dan tiduran atau hanya duduk

22
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik tidak banyak melakukan komunikasi
dengan lingkungannya karena pasien merasa dikucilkan.
 Masalah dengan pendidikan, spesifik pasien pernah mengalami gangguan pada
pendidikan yaitu tidak terima pada saat melamar diperguruan tinggi negeri.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik pasien tidak ada masalah dengan pekerjaan.
 Masalah dengan perumahan, spesifik tidak ada.
 Masalah dengan ekonomi, spesifik tidak ada.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien mengeluh karena sering di
kuncikan didalam kamar sehingga merasa jenuh.
 Masalah lainnya, spesifik tidak ada.
Masalah keperawatan : isolasi sosial

X. Pengetahuan Kurang tentang


Pasien tidak tahu dengan pasti tentang penyakit jiwa baik cara mengendalikan, faktor
pencetus maupun pendukung. Untuk obat, pasien hanya mengetahui warna dan jumlah
obatnya saja.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
XI. Aspek Medik
a. Diagnosa medik : Skizofaranoid
b. Terapi medik : Stelazine 5 mg 3 x 1 tablet
Tryhexsipindile (THD) 2 mg 3 x 1 tablet
CP2 (Clopamizine) 100 mg 1 x 1 tablet
XII. Analisa Data
ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan

1 DS: Respon Pasca Trauma

 Pasien mengatakan sering mengalami penolakan


dari teman-temannya sejak 3 bulan yang lalu
karena pasien pernah dirawat di RSJ

23
 Pasien mengatakan jarang yang ingin berteman
kepadanya
 Pasien mengatakan sering dikucilkan
 Pasien mengatakan sering di ledek oleh teman
satu kampusnya
DO: Pasien tampak murung dan menunduk
2
DS:

 Pasien mengatakan pernah mengalami kegagalan


dalam penerimaan mahasiswa pada perguruan
tinggi negeri Gangguan Pertumbuhan
 Pasien mengatakan teman-teman pasien sering dan perkembangan
menghina pasien dengan mengatakan bodoh dan
tolol sehingga pasien merasa depresi.
DO:

 Raut wajah pasien terlihat sedih


 Raut wajah pasien yang kooperatif saat
wawancara

3. DS:

 Pasien mengatakan hanya tinggal dengan ibunya


karena kakaknya sudah berkeluarga dan ayahnya
sudah meninggal. Ketidak Efektifan

 Pasien mengatakan diasuh oleh ibu kandungnya Koping Keluarga :

dan pengambilan keputusan juga diambil oleh Ketidakmampuan

ibunya sendiri karena ayah pasien sudah


meninggal 10 tahun yang lalu.
DO:

24
 Pasien tampak murung dan sedih

4. DS:

 Pasien mengatakan merasa malu dan tertekan


dengan penyakitnya karena orang lain sering Harga Diri Rendah
mengucilkan dan terkadang takut kepadanya. Situalisional

DO:

 Pasien tampak sedih

5. DS:

 Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti


kegiatan di masyarakat karena pasien merasa
dikucilkan oleh teman sebaya di lingkungannya.
 Pasien mengeluh karena sering di kuncikan
didalam kamar sehingga merasa jenuh.

DO :
Isolasi Sosial
 Pasien saat ditanya dapat menjawab dengan
benar, namun disaat dia ingin melakukan
aktivitas lain pasien akan meninggalkan tempat
sehingga sering pergi disaat wawancara.
 pasien hanya melakukan kegiatan kelompok
yang sudah direncanakan oleh perawat. Diluar
kegiatan itu hanya pasien habis kan dikamar dan
tiduran atau hanya duduk

6. DS:
Ansietas
 Pasien mengatakan sedih karena ketika pasien

25
dirumah sakit ibu pasien tinggal dirumah
sendirian
 Pasien mengatakan merasa khawatir jika ibunya
mengalami masalah kepada siapa ibu akan
bercerita

DO:

 Pasien tampak murung dan sedih

7. DS:

 Klien mengatakan tidak pernah tidur siang dan


tidur malam lama 6 jam karena klien sering
bermain gedget sebelum tidur dan akan tertidur
ketika lelah bermain gedget.
 Klien mengatakan jarang melakukan kebersihan
diri sebelum tidur seperti mencuci muka ataupun Gangguan Pola Tidur

menggosok gigi.
 Klien mengatakan sering mimpi buruk ketika
tidur.

DO:

 Mata klien tampak sembab dan bengkak

8. DS:

 Klien mengatakan tidak melakukan teknik


relaksasi saat panik mulai dirasakan yang Ketidak efektifan koping
membuat klien berfikir untuk bunuh diri. individu

DO:

 Klien memberikan reaksi yang sangat berlebihan

26
saat berbicara.

9. DS:

 Pasien mengatakan tidak tahu dengan pasti


tentang penyakit jiwa baik cara mengendalikan,
faktor pencetus maupun pendukung. Kurang Pengetahuan
 Pasien mengatakan tidak tahu nama obat hanya
tahu warna dan jumlah obatnya saja.
DO : Pasien tampak binggung ketika ditanya soal
penyakitnya yang mengalami gangguan jiwa

XIII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Respon Pasca Trauma
2. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Ketidak Efektifan Koping Keluarga : Ketidakmampuan
4. Harga Diri Rendah Situasional
5. Isolasi Sosial
6. Ansietas
7. Gangguan Pola Tidur
8. Ketidak fektifan Koping Individu
9. Kurang Pengetahuan

27
XIV. Pohon masalah
Resiko Perilaku Kekerasan Kurang Pengetahuan

Ansietas Gangguan Pola tidur

Isolasi Sosial

Ketidak efektifan koping keluarga

Harga Diri Rendah Core Problem

Gangguan pert. dan perkem. Respon Pasca Trauma

Koping Individu Tidak Efektif

XV. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
XVI. Rencana Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Harga diri Pasien mampu : Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Pengkajian dan


rendah 1. Meningkatkan pertemuan : latihan kegiatan positif yang
kepercayaan diri Klien mampu dimiliki klien yang pertama
yang dimiiki meningkatkan harga 1. Identifikasi
klien dan melatih diri dengan cara : pandangan/penilaian pasien
klien sesuai 1. Mengkaji tentang diri sendiri dan
kemampuannya kemampuan yang pengaruhnya terhadap orang
melalui tindakan dimiliki klien serta lain, harapan yang telah
keperawatan melatih kegiatan dicapai dan belum tercapai,
sehingga klien pertama upaya yang dilakukan untuk
tidak lagi merasa 2. Latihan kegiatan mencapai harapan yang belum
putus asa dan kedua yang telah terpenuhi.

28
lebih berarti disepakati 2. Identifikasi kemampuan
2. Melakukan 3. Latihan kegiatan melakukan kegiatan dan aspek
kegiatan kedua ketiga positif ( buat daftar kegiatan )
3. Melakukan 4. Latihan kegiatan 3. Bantu pasien menilai kegiatan
kegiatan ketiga ke empat yang yang dapat dilaksanakan saat
4. Melakukan telah disepakati ini ( pilih dari daftar kegiatan
kegiatan ke klien yang dapat dilaksanakan ).
empat 4. Buat daftar kegiatan yang
dapat dilaksanakan saat ini.
5. Bantu pasien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk
dilatih.
6. Latih kegiatan yang dapat
dipilih ( alat dan cara
melakukannya ).
7. Masukkan kegiatan yang telah
dilatih pada jadwal kegiatan
untuk latihan.

SP 2 Pasien : Strategi pelaksaan


pertemuan 2 pada pasien
dengan melatih kegiatan positif
yang ke 2
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama
yang telah di latih. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
29
kegiatan pertama
4. Bantu pasien memilih kegiatan
kedua yang akan dilatih
5. Latih kegiatan kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan latihan kedua dalam
jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien : Strategi pelaksaan


pertemuan 3 pada pasien
dengan melatih kegiatan yang
postif yang ke 3
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan kegiatan
pertama dan kedua yang telah
di latih. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukankegiatan pertama
dan kedua.
4. Bantu pasien memilih kegiatan
ketiga yang akan dipili
5. Latih kegiatan ketiga ( alat dan
cara )
6. Masukkan latihan ketiga dalam
jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien : Strategi
Pelaksanaan pertemuan 4 pada
pasien

30
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan
melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, kedua dan
ketiga
4. Bantu pasien memilih kegiatan
keeempat yang akan dilatih
5. Latih kegiatan ke empat ( alat
dan Cara )
6. Masukkan kegiatan ke empat
dalan jadwal kegiatan harian

keluarga mampu : Setelah 2-4x SP 1 keluarga : Mendiskusikan


1. Keluarga pertemuan : masalah yang dihadapi
membantu pasien Keluarga mampu keluarga dalam merawat pasien
mengidentifikasi meningkatkan harga di rumah
kemampuan yang diri klien dengan cara 1. jelaskan tentang pengertian,
dimiliki pasien : tanda dan gejala harga diri
2. Keluarga 1. Membantu pasien rendah
memfasilitasi melakukan 2. jelaskan cara merawat pasien
pelaksanaan kegiatan yang dengan harga diri rendah
kemampuan yang positif untuk 3. demonstrasikan cara merawat
masih dimiliki meningkatkan pasien dengan harga diri
pasien harga diri rendah
3. Keluarga 2. Memberikan 4. beri kesempatan kepada
memotivasi pujian kepada keluarga untuk
pasien untuk klien setiap mempraktekkan cara merawat

31
melakukan melakukan pasien tersebut
kegiatan yang kegiatan positif
sudah dilatih dan terhadap diri klien
11. SP 2 keluarga : latih keluarga
memberikan 3. Melatih klien
mempraktekkan cara merawat
pujian atas melakukan
pasien langsung kepada pasien
keberhasilan kegiatan postif
1. Evaluasi kegiatan cara
pasien tersebut
merawat pasien yang telah
4. Keluarga mampu
didemonstrasikan
menilai
2. Latih keluarga mempraktekkan
perkembangan
cara merawat pasien langsung
perubahan
kepada pasien
kemampuan
3. Masukkan kedalam jadwal
pasien
kegiatan harian pasien

SP 3 keluarga : Membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga
1. Evaluasi kegiatan yang telah
dilatih keluarga langsung
kepada pasien
2. Anjurkan untuk melakukan
kegiatan positif pasien ketika
dirumah
3. Keluarga membantu melatih
pasien melakukan kegiatan
positif yang dilakukan pasien
selama dirumah sakit ketika
sudha berada dirumah

32
BAB V
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH

A. Tindakan Keperawatan Pada Pasien


Kondisi klien yang harus diperhatikan memiliki ciri sebagai berikut :
a. Klien kelihatan sering menyendiri
b. Klien mengatakan malu dan tak berguna
c. Klien sering mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu
d. Klien lebih banyak diam
e. Selama berkomunikasi kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
c. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang dimilikinya
B. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
SP 1 : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, bagaimana keadaan T hari ini ? Perkenalkan nama saya Willy Febrianti
mahasiswa STIKes Alifah Padang yang akan dinas selama 1 minggu disini.
b. Evaluasi /validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang
kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih"

33
c. kontrak
 topic
“baiklah buk bagaimana kalau mendiskusikan tentang bagaimana kemampuan diri ?
 waktu
“berapa lama ibu manu mengobrol buk? bagaimana kalau 20 menit ?
 tempat
“Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ?
2. Fase Kerja :
"Apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst"
"Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki".
"T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3
yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini."
"Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini."
"O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapihkan tempat tidur T."
"Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?"
"Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik."
"Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !"
"T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus "
"Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan."

34
3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi subjek dan objektif
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur
? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali.
Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang."
" Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00
b. kontrak yang akan dating
 Topik
"baiklah ibu ,cukup untuk hari ini Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang
kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan
mencuci piring besok.
 Waktu
“ ibu mau jam berapa dan berapa lama?bagaimana kalau jam 8 pagi?
 Tempat
“ ibu maunya kita berbinang-bincang dimana ? di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya"saya permisi bu
SP 2 : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
"Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi ? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?"

35
c. kontrak
 Topik
Baiklah buk sesuai janji kita kemaren,hari ini kita jam 8 kita berjumpa lagi.tentang,
kita akan latihan mencuci piring di dapur"
 Tempat
Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!"

2. Fase Kerja

“T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

" Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya"

" Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun
di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak
yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai”

"Sekarang coba T yang melakukan"

"Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya"

3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
" Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring? bagus sekali bu,
b. RTL
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari"
36
"T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.
c. Kontrak yang akan dating
 Topik
Baiklah ibu,cukup untuk hari ini Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga,
setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu?
Ya benar kita akan latihan mengepel"
 Waktu
Mau jam berapa ? bagiman kalau jam 8
 Tempat
Ibu maunya kita berbincang-bincang dimana ? bagaimana kalau kita di
kamar?baiklah buk besok saya akan kesini jam 8 pagi.sampai berjumpa besok
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
C. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga

Tindakan keperawatan pada keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga
diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

A. Tujuan :
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
B. Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
c. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya
d. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah

37
e. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di


rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat

1. Fase Orientasi :

" Selamat pagi !"perkenalkan nama saya willy febrianti yang merawat pasien T."

"Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?

"Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T?"
Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!"

2. Fase Kerja :

"Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T"

" Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap
diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri"

“ Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?"

"Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti"

38
"Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T"

" Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)"

" T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek
list pada jadual yang kegiatannya."

"Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas"

"Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T “

"Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring"

"Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus"

3. Fase Terminasi :

"Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?"

"Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?"

"Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian."

"Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada T"

"Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa."


39
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien

1. Fase Orientasi :

"Selamat pagi Pak/Bu"

"Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?"

"Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari yang
lalu?"

"Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T."

" Waktunya 20 menit."

" Sekarang mari kita temui T"

2. Fase Kerja :

“Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini?"

"Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang
tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih."
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

“ Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu" (Saudara
mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada
pertemuan sebelumnya).

" Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?"

"Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu"

3. Fase Terminasi :

"Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?"


40
"Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T"

"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu"

"Sampai jumpa"

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

1. Fase Orientasi :

"Selamat pagi Pak/Bu"

"Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan jadwal T selama di
rumah"
"Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor"

2. Fase Kerja :

"Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah?

"Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,
baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya"

Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama di
rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi lagi maka bawa segera ke Rs untuk pengobatan lanjut"

"Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah"

3. Fase Terminasi :

"Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian . Ini surat rujukan untuk
perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya.

41
BAB VI
ANALISIS PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Ny. T


Umur : 21 tahun
Interaksi ke : 1 (satu)
Deskripsi klien : Klien tampak lemas dan lesu terkadang berteriak seperti orang
depresi serta klien merasa malu saat teringat hinaan.
Tujuan interaksi : Agar klien mampu merasa memiliki harga diri
N Komunikasi Komunikasi non Analisa berpusat Analisa Rasional
o Verbal verbal pada perawat berpusat
pada klien
1. P:”selamat pagi, P: tersenyum Merasa terkejut Merasa ragu Dimulai
K: “pagi” K: merunduk disapa oleh apakan klien dengan
sambil lihat perawat mau membina
kebawah menerima saling percaya
kehadiran
perawat

2. P : perkenalkan P: sambil Merasa


nama saya tersenyum dan senang
perawata mengulurkan karena klien Diharapkan
willy,saya tangan sambil mau dapat membina
mahasiswa S1 bersalaman menjawab hubungan
keperawatan dengan klien salam saling percaya
stikes alifah untuk
padang yang K: mau menimbulkan
akan praktek bersalamn tapi kepercayaan
selama 2 minggu ragu bagi klien
disini,kalau mengulangi

42
boleh tau nama apa yang
bu siapa? diucapkan
K:nama saya T untuk
memvalidasi
atau
menegaskan
kembali

3 P: nama ibu ny T P: sikap Klien duduk berharap


biasanya terbuka,dan berhadapan dan dapat
dipanggil siapa? tersenyum masih kelihatan melanjutkan
ragu pembicaraan Memberikan
K: saya biasanya K:memperhatika informasi
dipanggil tuti n namun masih Klien mau tentang waktu
ragu menuruti apa dan tujuan
yang di minta pasien
perawat mengadakan
intreaksi
4. P: Bagaimana, P: tetap Berpikir dengan klien
kalau kita tersenyum apakah klien
bercakap-cakap ,memperhatikan Mau mendengar mau
tentang klien dengan perawat dan melanjutkan Kontrak
kemampuan dan sikap terbuka memperhatikanny interaksi diperlukan
kegiatan yang a untuk interaksi
pernah T selanjutnya.
lakukan. K:Tetap Kalimat
tersenyum dan Mengerti apa terbuka
K: baik bu tetap yang dimaksud memberikan
mempertahankan oleh perawat Berharap kesempatan
P: “berapa lama kontak mata klien mulai pada klien

43
ibu manu ekspresi mau untuk
mengobrol tersenyum pada berintrkasi mengungkapka
buk?bagaimana perawat kadang dengan n perasaannya.
kalau 20 menit ? menundukkan perawat
kepala.
K: baik bu
Berharap
P : bagaimana klien mau
kita duduk di terbuka dan
ruang tamu saja? menceritaka
n
K:iya buk
masalahnya
P: jadi hari ini
kita akan
membicarakan
apa yang Menggunakan
dirasakan oleh nada suara
ibuk sedang

P: ibuk,saya
praktek di sini
setiap hari
selama 2
minggu.dari jam
08:00 sampai
14;00 nanti kita
akan sama-sama
membahas
masalah yang
ibuk
rasakan.mudah-
mudahan saya
44
dapat membantu
mengatasi Merasa
masalahnya,untu senang klien
k itu saya sangat setuju untuk
berharap buk kontrak
mau T pertemuan
5. menceritakan Tetap berikutnya..
masalah dan apa memprtahankan klien tampak Pertantaan
yang dirasakan kontak mata dan tidak keberatan Tidak terbuka
tersenyum dengan kontrak memaksaka memberikan
Nampak waktu yang n diri untuk kesempatan
tersenyum dan ditawarkan bertanya pada klien
menatap kea rah untuk
P: Sekarang ini,
pasien Merasa mengungkapka
biar saya
yakin bahwa n perasaannya.
tahu.saya akan
Berdiri mengakhiri
menjaga
disamping klien pembicaraa
kerahasiaan nya
sambil adalah tepat
.apakah ibuk
mengulurkan agar klien
setuju?
tangan kepada bias
klien istirahat.
K: iya buk

Membalas jabat
P:
tangan
ibuk,bagaimana
perasaannya hari
ini,apakah
semalam
tidurnya
nyenyak atau
tidak?
45
P: merasa baik-
baik saja
.bisakan ibuk
menceritakan
mulanya kenapa
sampai ibuk
dibawa kerumah
sakik

K: saya merasa
dicaci karena
saya tidak
sempurna, saya
lagi tidak ingin
menceritakan
secara jelas
sekarang saya
lagi lapar dan
capek

P: Baiklah
mungkin ibu
mau istirahat dan
makan,pertemua
n kita cukup
dulu besok kita
lanjutjan
pembicaraannya
kita lanjutkan

46
besok ?
bagaimna
apakah ibuk
setuju?

K:iya buk

P: bagus sekali
sudah mau
bercerita dengan
saya besok kita
bertemu
lagi.terimakasih
buk,selamat
siang

47
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah merupakan semua pemikiran, penilaian, keyakinan dan kepercayaan
individu terhadap dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri dengan orang terdekat dan realitas dunia.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri.

B. Saran
Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
sehingga pada saat menerapkan tindakan keperawatan secara profesional dan hendaknya
meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai.

48
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, E. 2014. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuhamedika.
Sari, Kartika. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Media
Dermawan, D.R. 2013. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Fitria, N. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba Medika
Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Purwanto, T. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

49

Anda mungkin juga menyukai