OLEH:
ABU ZAR
NIM : 108101000006
Data Pribadi
Handphone : 081286528585
Golongan Darah :O
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan skripsi yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada upper limb extremities mahasiswa
ketika proses belajar mengajar di kelas Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
Penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar strata satu (S1). Laporan ini merupakan hasil dari proses
kegiatan penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Selesainya laporan skripsi ini tidak luput dari bantuan dan dukungan banyak
pihak yang telah memberikan konstribusi serta masukan-masukan kepada penulis. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Umi dan Ayah yang senantiasa selalu mendukung dan mendengarkan keluh
kesah, memberikan semangat, memberikan support dalam segala hal. Doain
supaya cepet dapet kerja ya.
2. Kakak Saya Hilda Rahmadia dan Chaerunnisa serta adik saya Qeis
Muhammad terima kasih terus memberikan support untuk Saya dan sering
menemani ketika Saya sedang berkeluh kesah.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
vi
4. Bapak dr. Yuli P. Satar, M.ARS, sebagai ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Dan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
kerja samanya dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
Penulis sadari bahwa laporan skripsi ini tidak akan tersusun tanpa kontribusi dan
masukan-masukan dari kalian semua. Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Amiin..
Penulis
vii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Januari 2013
ABSTRAK
Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi ketika otot atau rangka menerima beban
dengan postur statis atau pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan pekerjaan
tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama serta melebihi kemampuan yang
dimiliki oleh individu tersebut. Pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika proses
belajar mengajar di kelas cenderung dengan postur statis, sehingga mungkin untuk
terjadi keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa.
Penelitian yang menggunakan desain cross sectional ini dilakukan pada bulan
September – Oktober di gedung FKIK UIN Jakarta. Populasi pada penelitian ini yaitu
seluruh mahasiswa FKIK dan sampelnya adalah mahasiswa semester 5 yang masih aktif
kuliah sebanyak 107 orang. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan data
primer dan data sekunder yang kemudian diolah untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden
merasakan keluhan muskuloskeletal (72,9%), keluhan terbanyak dirasakan oleh
responden adalah pada bagian pantat dan punggung (56,07%,), pinggang (51,40%) dan
keluhan pada leher (50,48%). Faktor yang berhubungan berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu tingkat risiko ergonomi, antropometri no 14
dan kesegaran jasmani.
Masukan yang diberikan oleh peneliti untuk FKIK UIN Jakarta yaitu dengan
menggunakan kursi yang lebih rendah sesuai dengan antropometri mahasiswa, merubah
sudut sandaran kursi menjadi 100º-110º, menggunakan kursi yang menopang seluruh
bagian punggung, merubah sudut kemiringan alas menjadi 3º-5º dan menggunakan alas
dan sandaran kursi yang dilapisi oleh lapisan lunak. Masukan untuk mahasiswa yaitu
agar rutin olahraga dan mengganti posisi duduk berkala sebelum keluhan dirasakan.
Daftar Bacaan : 49 (1989-2011)
viii
SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
CONCENTRATION SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALH
Essay, January 2012
ABSTRACT
Musculoskeletal complaints can occur when a muscle or order accept loads with
static postures or repetitive work done and the work is done in a long time, and beyond
the capabilities of the individual. Work done by students when the learning process in
the classroom tends to a static posture, so it's possible to happen in the student
musculoskeletal complaints.
The study uses cross-sectional design was conducted in September-October in
the building FKIK UIN Jakarta. The population in this research that all students FKIK
and sample are students who are still active 5th semester college as many as 107 people.
Retrieval of data in this research is the primary data and secondary data were then
processed for analysis.
Based on this research, it is known that the majority of respondents felt the
musculoskeletal complaints (72.9%), most complaints are perceived by the respondents
on the buttocks and back (56.07%), waist (51.40%) and complaints of the neck
(50.48%). Factors related based on the research results obtained in this study is the level
of ergonomic risk, no 14 anthropometric and physical fitness.
Input given by researchers to FKIK UIN Jakarta is by using a lower chair
according to anthropometry students, change the angle the seat to 100 º - 110 º, use a
chair that supports the entire back, change the angle of the base to be 3 º - 5 º and use a
mat and chair covered by a layer of software. Input for students is that regular exercise
and periodically replace a sitting position before a complaint is felt.
Reading List : 49 (1989-2011)
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
1. Tujuan Umum ................................................................................. 10
2. Tujuan Khusus ................................................................................. 10
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12
1. Bagi Peneliti ................................................................................. 12
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................................. 12
3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ..................... 12
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluhan Muskuloskeletal ................................................................................. 15
1. Pengertian Keluhan Muskuloskeletal ......................................................... 15
2. Klasifikasi Keluhan Muskuloskeletal ......................................................... 15
3. Metode Penilaian Keluhan Muskuloskeletal ................................................. 15
B. Faktor Risiko Timbulnya Muskuloskeletal........................................................ 16
1. Faktor Pekerjaan ................................................................................. 16
2. Faktor Individu ................................................................................. 39
3. Faktor Lingkungan ................................................................................. 58
C. Kerangka Teori ........................................................................................... 61
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ................................................................................ 63
B. Definisi Operasional ................................................................................ 66
C. Hipotesis ................................................................................ 71
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 72
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 72
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 73
x
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................................ 76
1. Data Primer ................................................................................ 76
2. Data Sekunder ................................................................................ 81
E. Pengolahan Data ................................................................................. 81
F. Analisis Data ................................................................................. 82
BAB V HASIL
A. Gambaran Tempat Penelitian .................................................................... 87
B. Gambaran Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta ............................................. 91
C. Analisis Univariat ............................................................................................. 94
1. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 94
2. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 96
3. Gambaran Antropometri Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 97
4. Gambaran Jenis Kelamin Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 98
5. Gambaran Kebiasaan Merokok Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 99
6. Gambaran Kesegaran Jasmani Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 99
7. Gambaran Status Gizi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ................................. 100
D. Analisis Bivariat ................................................................................................. 101
1. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan Muskuloskeletal
pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......................................................... 101
2. Hubungan Antropometri dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 102
3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 103
4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 104
5. Hubungan Kesegaran Jasmani dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 105
6. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 106
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 107
xi
B. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal... 108
1. Keluhan Muskuloskeletal ..................................................................... 109
2. Tingkat Risiko Ergonomi ..................................................................... 110
3. Antropometri ............................................................................................. 117
4. Jenis Kelamin ............................................................................................. 122
5. Kebiasaan Merokok ................................................................................. 124
6. Kesegaran Jasmani .......... ...................................................................... 126
7. Status Gizi ............................................................................................. 130
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 133
B. Saran ............................................................................................. 134
xii
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Tabel Presentase Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Bagian Tubuh
Mahasiswa FKIK UIN ........................................................................... 7
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Risiko Ergonomi RULA Berdasarkan Nilai Akhir
yang Didapat............................................................................................ 34
Tabel 2.2 Kategori Indeks Kesegaran Jasmani Berdasarkan Nilai Harvard Step
Test................................................................................................... 46
Tabel 2.3 Ukuran-ukuran Antropometri yang Penting ........................................... 51
Tabel 2.4 Kategori IMT untuk Penduduk Indonesia............................................... 57
Tabel 5.1 Panjang Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta................................. 91
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012............................................. 93
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko
Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012............................. 95
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Antropometri No 8 Mahasiswa FKIK UIN
Jakarta Tahun 2012.................................................................................. 95
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Antropometri No 12 Mahasiswa FKIK UIN
Jakarta Tahun 2012 ................................................................................. 96
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Antropometri No 13 Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta Tahun 2012 ............................................................... 96
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 97
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 97
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 98
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta tahun 2012................................................................. 99
Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 100
xiii
Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Antropometri dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 101
Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 102
Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 103
Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 104
Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 104
xiv
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kursi Kuliah di FKIK .................................................................... 6
Gambar 1.2 Kursi Kuliah di Fakultas Lain......................................................... 6
Gambar 2.1 Postur Lengan Atas......................................................................... 26
Gambar 2.2 Postur Lengan Bawah ..................................................................... 27
Gambar 2.3 Postur Pergelangan Tangan ............................................................ 28
Gambar 2.4 Postur Putaran Pergelangan Tangan ............................................... 28
Gambar 2.5 Tabel Penilaian Skor A ................................................................... 29
Gambar 2.6 Tabel Penilaian Beban .................................................................... 29
Gambar 2.7 Tabel Penilaian Skor C ................................................................... 30
Gambar 2.8 Postur Leher .................................................................................... 31
Gambar 2.9 Postur Punggung ............................................................................. 32
Gambar 2.10 Postur Kaki ...................................................................................... 32
Gambar 2.11 Tabel Penilaian Skor B ................................................................... 33
Gambar 2.12 Tabel Penilaian Beban .................................................................... 33
Gambar 2.13 Tabel Penilaian Skor Total ............................................................. 34
Gambar 2.14 Antropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas ................. 19
Gambar 5.1 Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta........................................ 90
Gambar 5.2 Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta Tampak
Samping........................................................................................... 91
Gambar 5.3 Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta Tampak Depan.............. 92
Gambar 5.4 Sudut Sandaran Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta............................ 92
Gambar 6.1 Kondisi Ketika Posisi Duduk.......................................................... 108
xv
Daftar Bagan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................... 62
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 65
Daftar Grafik
Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Bagian Tubuh yang Dikeluhkan Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta Tahun 2012.............................................................. 94
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Kerugian yang
dialami perusahaan apabila terjadi kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja tidaklah
dan kesehatan kerja yaitu salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, nyaman, sehat, serta bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
2004).
prinsip ilmu psikologi, prinsip ilmu anatomi, prinsip ilmu hygiene, prinsip ilmu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ergonomi ini selain bertujuan untuk
1
Prinsip ergonomi ini juga tercantum dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat
keadaanmu, sesungguhnya aku pun bekerja, maka kelak engkau akan mengetahui!.”
(Terjemahan Q.S. Az-Zumar: 39). Ayat ini dapat diartikan sebagai sebuah perintah
untuk bekerja sesuai keadaan, yaitu sesuai dengan keadaan atribut fisik seperti
antropometri fisik dan fisiologi tubuh dan keadaan non-fisik seperti psikologi dan
Jika otot atau rangka menerima pekerjaan dengan beban yang statis atau
pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama serta
melebihi kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri, maka keadaan-keadaan
tersebut akan dapat menyebabkan keluhan-keluhan yang dapat berupa keluhan pada
sendi, ligamen, tendon dan sebagainya. Keluhan ini bahkan dapat berdampak sampai
menjadi kerusakan pada bagian-bagian tertentu, hal inilah yang biasa disebut dengan
masyarakat dunia. Selama lebih dari 50 tahun, dalam studi ditemukan bahwa 50%
(Bridger, 2003). Penelitian di Amerika pada tahun 2004 (dalam Munir, 2008)
menyatakan bahwa sekitar 60% pekerja manual handling menderita nyeri dan cidera
pada daerah punggung, dan hal itu disebabkan karena aktivitasnya pada saat bekerja
2
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa 40,5% penyakit yang diderita pekerja
gangguan syaraf 6%, gangguan pernapasan 3% dan gangguan THT 1,5%. Sedangkan
hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006-
2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada
serta hasil atau output dari proses belajar mengajar tersebut dapat efektif. Faktor
risiko yang dapat menjadi faktor terjadinya keluhan muskuloskeletal yaitu faktor
Faktor pekerjaan meliputi faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri
seperti beban/gaya, postur tubuh, frekuensi dan durasi paparan. Faktor individu
pekerja yaitu berupa usia, lama bekerja, jenis kelamin, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, antropometri dan status gizi. Sedangkan faktor lingkungan kerja
yaitu area kerja, tekanan, pencahayaan, getaran dan suhu (Peter Vi, 2000 dalam
Suriyatmini 2011).
3
Salah satu bagian dari faktor lingkungan yaitu alat kerja, salah satu contoh
dari alat kerja yang merupakan sarana pendukung dalam proses belajar mengajar
lebih banyak duduk di kursi dengan postur yang statis. Sehingga jika kursi yang
perkuliahan yang diberikan dengan baik, sedangkan jika kursi yang digunakan itu
tidak nyaman, maka proses belajar mengajar dapat terganggu dan cenderung tidak
Menurut Stewart dan Stewart (1983) dalam Ismi (2010), kondisi kerja dapat
diartikan sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu
perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di
lingkungan tersebut. Kondisi kerja yang baik yaitu kondisi lingkungan pekerja yang
baik. Berdasarkan pernyataan ini dapat dikatakan bahwa selama bekerja pekerja
harus nyaman dengan lingkungan kerjanya. Jika dikaitkan dengan kursi kerja, maka
kursi kerja yang digunakan oleh pekerja harus nyaman selama pekerja tersebut
Tubuh manusia tidak didesain untuk duduk dalam jangka waktu yang lama
atau bekerja dalam posisi statis dalam jangka waktu yang lama, dimana bisa
dibutuhkan desain kursi untuk mahasiswa yang lebih ergonomis untuk mencegah
4
mahasiswa tidak sesuai dengan dimensi kursi yang digunakan, maka cepat atau
muskuloskeletal pada bahu, lengan, pinggang, paha dan sebagainya (Muliani, 2008).
Menurut Londong (2012), jika tinggi kursi yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan gangguan peredaran darah di tungkai bawah. Bila terlalu rendah akan
tungkai ( leg room ) yang lebih luas. Kedalaman tempat duduk Bila terlalu dalam
(melebihi ukuran pantat ke belakang lutut) akan berakibat tekanan pada daerah
belakang lutut tersebut. Sudut optimal sandaran duduk kursi adalah 100o – 110o.
(FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta karena kursi
kuliah yang ada di FKIK berbeda dengan kursi pada fakultas lainnya dan persentase
keluhan di FKIK lebih tinggi dibandingkan dengan fakultas lain. Kursi kuliah di
FKIK dapat dilihat pada gambar 1.1. Mahasiswa pada saat proses belajar mengajar
dapat duduk di kursi belajar mengajar selama berjam-jam dengan postur yang statis.
5
Gambar 1.1 Kursi Kuliah di FKIK
Selain itu, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang belajar
mengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
pada saat perkuliahan. Berikut adalah tabel presentase keluhan yang dirasakan oleh
6
Tabel 1.1 Tabel Presentase Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Bagian Tubuh
Mahasiswa FKIK UIN Ketika Duduk di Kursi Kuliah
Tahun 2012
Presentase
No Bagian Tubuh
Keluhan (%)
1 Pantat 92,31
2 Paha 65,38
3 Lutut 50,00
4 Betis 46,15
5 Pergelangan kaki 34,62
6 Telapak kaki 42,30
7 Pinggang 88,46
8 Lengan atas 38,46
9 Bahu 73,08
10 Leher 92,31
11 Lengan bawah 30,77
12 Punggung 88,46
Dapat dilihat dari tabel 1.1 diatas bahwa keluhan muskuloskeletal tertinggi
yang dirasakan oleh mahasiswa FKIK yaitu pada bagian pantat, leher, punggung,
pinggang, bahu dan paha. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti ”Faktor-
7
B. Rumusan Masalah
muskuloskeletal atau yang biasa disebut dengan keluhan otot rangka ketika duduk di
adalah rasa pegal, kesemutan, nyeri dan sakit. Dalam proses belajar mengajar
tersebut postur mahasiswa didalam kelas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
belajar mengajar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan
C. Pertanyaan Penelitian
8
2. Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa ketika proses
Jakarta?
10. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal
pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?
9
11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan
UIN Jakarta?
12. Apakah ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal
pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?
13. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Negeri Jakarta.
2. Tujuan Khusus
10
d. Diketahuinya gambaran jenis kelamin mahasiswa ketika proses belajar
pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta
11
l. Diketahuinya hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan
pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan
Jakarta. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi, dapat menjadi
referensi tambahan bagi penelitian serupa serta dapat juga dijadikan sebagai
12
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Oktober tahun 2012 pada
antropometri, jenis kelamin, kebisaan merokok, kesegaran jasmani dan status gizi
Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, observasi serta
data terkait jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani dan diketahuinya
13
data tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa. Dan pengukuran langsung dilakukan
untuk mendapatkan data antropometri mahasiswa, gambaran kursi kuliah dan data
status gizi mahasiswa. Data sekunder diperoleh dari profil institusi, dokumen jumlah
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluhan Muskuloskeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai keluhan
a. Keluhan sementara, yaitu keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada saat otot
rangka menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
meskipun pembebanan kerja telah dihentikan tetapi rasa sakit pada otot rangka
adalah menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). NBM yaitu peta
15
tingkat keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja. NBM membagi
tubuh menjadi nomor-nomor dari leher hingga kaki yang akan mengestimasi
sebagai berikut:
1. Faktor Pekerjaan
Faktor pekerjaan meliputi faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri seperti
beban/gaya, postur tubuh, frekuensi dan durasi paparan (Peter Vi, 2000 dalam
Suriyatmini 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009) pada pekerja
operator Can Plant, pekerjaan dengan tingkat risiko ergonomi yang lebih tinggi
(61,3%).
menjadi tiap-tiap bagian tubuh. Untuk pajanan pada bagian leher, didapatkan
bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan pada leher dengan timbulnya
16
keluhan muskuloskeletal pada leher. Untuk pajanan pada bagian bahu dan
lengan, didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan pada bahu dan
lengan dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada bahu dan lengan. Untuk
pajanan pada pergelangan tangan dan tangan, didapatkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pajanan pada pergelangan tangan dan tangan dengan timbulnya
pada bagian punggung, didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan
a. Postur Tubuh
Postur tubuh yaitu posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja
yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements
serta ukuran peralatan/benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja (Pulat,
1992).
bekerja dengan aman, nyaman dan tahan lama. Postur tubuh yang tidak
seimbang dan berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama akan
postural stress. Tekanan pada otot bagian leher, bahu, lengan dan pergelangan
tangan dapat menyebabkan postural stress akibat postur tubuh yang tidak
17
b. Beban/gaya
yang berat (Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011). Menurut ILO (dalam
seseorang adalah 22-25kg. Bentuk dan ukuran benda yang diangkat juga ikut
mempengaruhi hal tersebut. Ukuran objek harus cukup kecil agar dapat
memiliki pegangan, tidak ada sudut tajan dan tidak dingin atau tidak panas
kekuatan jari, karena kemampuan otot jari terbatas sehingga dapa cidera pada
jari. Semakin berat objek yang ditangani, tenaga yang dibutuhkan akan
oleh tubuh untuk menangani suatu objek, maka semakin tinggi risiko terkait
gangguan otot rangka apabila hal tersebut dilakukan dengan postur yang salah
1999).
c. Frekuensi
dalam suatu periode waktu, jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara berulang,
tanpa adanya variasi gerakan maka dapat disebut sebagai repetitive. Posisi
18
sebanyak 30 kali dalam semenit dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota
tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki (Humantech, 1995 dalam
Suriyatmini 2011).
d. Durasi
risiko. Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat
tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang
salah terkait dengan berapa kali terjadi pekerjaan berulang dalam melakukan
dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher,
muskuloskeletal pada bagian leher (Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011).
19
prioritas) dari faktor-faktor ergonomi. Metode EASY merupakan bagian
pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan
pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian
20
Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan
sedang atau rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Kelebihan BRIEF
Trauma Disorders).
berat.
kekurangannya yaitu:
dinilai.
21
c) Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama.
jenis pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat,
penilaian dapat dilengkapi secara cepar untuk setiap tugas atau pekerjaan.
QEC memberikan evaluasi pada desain peralatan dan tempat kerja. QEC
2005). Tujuan dari penggunaan QEC (Stanton, dkk, 2005) adalah sebagai
berikut:
perubahan.
22
e) Membandingkan pajanan antar karyawan dalam satu pekerjaan
yang meliputi:
tahap berikutnya
dilakukannya.
tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga merekomendasi intervensi
23
ergonomo yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan (Stanton,
dkk, 2005).
masa depan.
penyesuaian ergonomi.
d) Metode ini sejalan dan sesuai dengan metode penilaian risiko K3.
pemahaman atas tindak lanjut proses pekerjaan (Li dan Buckle, 1999
membutuhkan validasi.
24
4) Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
cepat dan sistematik dari risiko postur terhadap pekerja. Analisis dapat
manufaktur atau retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya
risiko rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor
25
pengendalian yang disarankan. Prosedur untuk penggunaan metode RULA
secara umum, yaitu dibagi atas 3 langkah berikut (Stanton, dkk, 2005):
(a) +1 jika lengan atas membentuk sudut 20° extension hingga 20°
flexion
(b) +2 jika lengan atas membentuk sudut extension lebih dari 20° atau
(d) +4 jika lengan atas membentuk sudut 90° flexion atau lebih
Keterangan:
26
(2) Langkah kedua, penilaian lengan bawah:
(b) +2 jika lengan bawah membentuk sudut lebih dari 60º - 100º
flexion
Keterangan:
(a) +1 jika lengan bawah melintasi garis tengah badan atau keluar dari
sisi
ataupun extension.
(c) +3 jika pergelangan tangan membentuk sudut lebih dari 15º flexion
maupun extension.
Keterangan:
ulnar.
27
Gambar 2.3 Postur Pergelangan Tangan
(b) +2 jika pergelangan tangan berada pada atau hampir berada pada
28
Gambar 2.5 Tabel Penilaian Skor A
29
(8) Langkah kedelapan, masukkan hasil skor penilaian kedalam tabel C.
Keterangan:
30
Gambar 2.8 Postur Leher
Keterangan:
31
Gambar 2.9 Postur Punggung
(a) +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
(b) +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki
(c) +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
32
Gambar 2.11 Tabel Penilaian Skor B
kedalam tabel C.
33
Gambar 2.13 Tabel Penilaian Skor Total
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Risiko Ergonomi RULA Berdasarkan Nilai Akhir
yang Didapat
Kategori Tingkat Indikasi Skor Akhir
Risiko Ergonomi Perhitungan RULA
Level 1 Dapat diterima 1–2
Level 2 Perlu penyelidikan lebih lanjut 2–3
Level 3 Perlu penyelidikan lebih lanjut dan 5–6
perubahan perlu dilakukan
Level 4 Perlu penyelidikan lebih lanjut dan 7
perubahan segera dilakukan
34
c) Sudah mencakup postur, tekanan, dan frekuensi.
c) Beban dan waktu (frekuensi dan durasi) tidak dijelaskan secara spesifik
d) Waktu untuk intervensi tidak dijelaskan secara jelas (Stanton, dkk, 2009).
dari postur saat bekerja yang dikombinasikan dengan obervasi dari kegaiatan
35
Berikut adalah kelebihan dan metode OWAS menutu ILO (1998
a) Mudah digunakan
prioritas intervensi
d) Angka pada tiap bagian tubuh bisa diguanakan untuk studi epidemiologi.
2009), yaitu:
kombinasi.
tangan.
36
REBA juga telah dikembangkan untuk menilai jenis dari postur
pekerjaan yang tidak bisa diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan
kesehatan dan jasa industri lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai postur
tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe dari pergerakan atau aksii, gerakan
berulang dan rangkaian. Hasil dari skor REBA adalah dihasilkan untuk
memperlihatkan sebuah indikasi dari tingkat risiko dan kondisi penting untuk
yaitu:
a) Amati pekerjaannya
37
b) Pilih postur yang akan dinilai
c) Menilai postur
d) Proses penilaian
untuk proses penilaian ini. Skor grup A terdiri dari postur (tubuh, leher dan
kaki) dan grup B terdiri dari postur (lengan atas, lengan bawah dan
Hasil akhir dari penilaian REBA yaitu grand score dengan kriteria
sebagai berikut:
mungkin diperlukan.
38
c) Skor 4 – 7 memiliki tingkat risiko ergonomi sedang, penyelidikan lebih
2. Faktor Individu
a. Jenis Kelamin
menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari
kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan
otot wanita.
b. Lama Kerja
39
Oleh karena itu, masa kerja berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai
pekerja dengan masa kerja tinggi atau ≥ 15,28 tahun lebih tinggi (76%)
dibandingkan dengan pekerja masa kerja rendah < 15,28 tahun (66,67%).
c. Usia
saat memasuki usia 40 tahun, karena jaringan tubuh akan mulai mengalami
proses degenerasi. Penurunan ini akan bertambah cepat apabila diikuti dengan
kerja fisik yang berat dan terus menerus, tanpa diimbangi nutrisi dan latihan
cukup. Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu antara
akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Jadi semakin tua
pada kelompok usia pekerja > 50 tahun lebih tinggi (100%) dibandingkan
40
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009),
d. Kebiasaan Merokok
kemampuan kerja dengan mengambat aliran oksigen dalam darah. Hal ini
oksigen dari udara ke dalam darah. Rokok juga mengandung banyak racun
dan bahan kimia lainnya yang bersifat karsinogen yang padat berakibat pada
lama atau semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat
41
e. Kesegaran Jasmani
untuk melakukan aktivitas berikutnya (Hairy, 1989 dan Hopkins, 2002 dalam
Tarwaka, 2004).
kebiasaan olahraga, jam tidur dan asupan makanan. Kesegaran tubuh terdiri
risiko keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingan yang memiliki kekuatan
Zulfiqor, 2010) yang dilakukan terhadap 10 pekerja yang telah berusia tua,
otot tubuh seseorang. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kenaikan 128%
kapasitas oksigen pada otot akibat olahraga yang dilakukan setiap hari selama
42
muskuloskeletal (98,1%) dibandingkan dengan pekerja yang rutin berolahraga
(88,9%).
jarang ditemukan pada seseorang yang memiliki waktu istirahat yang cukup
memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering
waktu tidur rata-rata 12 jam sehari, untuk usia anak-anak (4 – 12) tahun
waktu tidur rata-rata 8 – 9 jam sehari dan dewasa membutuhkan tidur rata-rata
7 jam perhari.
Zat-zat makanan mutlak diperlukan agar kesegaran jasmani baik karena zat-
zat tersebut digunakan untuk tenaga atau kalori, pembentukan sel-sel atau
akan turun jika nutrisi yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak memadai
43
Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesegaran
1) Treadmill Test
jentera yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan
2011).
kemampuan aerobik seseorang. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur
dan nadi pulih asal dari kerja tersebut (Sudarno, 1992 dalam Budiasih,
2011).
44
Adapun prosedur pelaksanaan harvard step test (Sudarno, 1992
stopwatch.
45
a) Cara Lambat
b) Cara Cepat
Yaitu hanya dihitung dengan cara denyut nadi sekali pada menit
46
Adapun keuntungan menggunakan harvard step test (Sudarno,
berbeda-beda juga.
f. Antropometri
karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran, bentuk dan kekuatan serta
2008).
dengan karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran, bentuk dan
47
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain
kelompok statistika dan ukuran persentil. Data dimensi manusia ini sangat
manusianya yang disesuaikan dengan alat yang sudah ada. Rancangan yang
merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran
tubuh penggunanya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi
guna menjamin adanya sistem kerja yang baik (Mira, 2009 dalam Subagya,
2010).
ukuran produk yang adakan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh
48
Gambar 2.14 Antropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas
1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala)
5) Tinggi kepalan tangan yang terjulut lepas dalam posisi berdiri tegak (tidak
6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat
49
7) Tinggi mata dalam posisi duduk
11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai ujung lutut
12) Panjang pada yang diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut
betis
13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha
15) Lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk)
17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak ditunjukkan pada
gambar)
19) Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan jung jari-jari dalam
21) Panjang tangan diukur dari pegelangan sampai dengan ujung jari
50
23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
26) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan dikur dari bahu sampai
Berdiri Duduk
51
Macam-macam dari dimensi antropometri statis duduk adalah sebagai
berikut:
bahu. Penggunaan data ini yaitu untuk menentukan tinggi sandaran tempat
duduk yang menopang pinggang dan bahu dengan dilengkapi alas bahan
dari kain atau bahan lainnya, disamping itu digunakan oleh arsitektur
yaitu bahan yang digunakan sebagai pelapis alas duduk. Data ini
digunakan sebagai penutup alas duduk, kemiringan kursi dan postur tubuh
ketika duduk. Tujuan dari adanya sandaran lengan ini yaitu agar lengan
kursi sebagai alas duduk, posisi kaki, bagian vertikal terdepan dari tempat
52
duduk, yang disesuaikan dengan belakang lutut dan lebar pinggul.
lutut bagian belakang pada sikap duduk tegak. Penggunaannya yaitu utnuk
menentukan tinggi permukaan duduk yang diukur dari alas tempat duduk
ke lantai, sehingga diperoleh tinggi yang sesuai pada lipatan siku dari
Hal ini untuk menghindari terjadinya penekanan pada bagian paha bawah
oleh alas duduk akibat kursi yang terlalu tinggi (Pheasant, 2003).
5) Lebar bahu
(Pheasant, 2003).
53
6) Lebar pinggul
Adalah jarak antara bagian terluar dari pinggil pada sikap duduk
tegak. Penggunaan dimensi ini yaitu untuk menentukan lebar alas tempat
duduk, sehingga pinggul atau pantat tepat pada posisi saat duduk.
tergantung pada aplikasinya, data ini berhubungan dengan jarak dari siku
dan lebar lain. Pemilihan persentil untuk data ini yaitu 95 persentil
Adalah jarak dari siku sampai ke ujung jari bagian tengah pada
posisi duduk tegak. Penggunaan data ini yaitu untuk panjang sandaran
tangan pada kursi. Persentil yang digunakan yaitu 95 persentil, agar dapat
dan juga membuat nyaman pengguna dengan panjang siku ke ujung jari
alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman
dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan
kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan
54
a. Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja
pekerjaan.
Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki
ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya (Mira, 2009 dalam Subagya,
2010).
suatu hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai
sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat
istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan
dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu
55
istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8
dihindarkan, perlu diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan shift kerja.
politeal, lebar pinggul, tinggi bahu duduk dan tinggi siku duduk.
g. Status Gizi
tubuh melalui makanan sama dengan bila energi yang masuk ke dalam tubuh
menghasilkan berat badan yang ideal/normal. Berat badan ideal ini bergantung
pula pada besar kerangka dan komposisi tubuh dalam hal otot dan lemak.
Seorang yang berkerangka besar dan atau mempunyai komposisi otot relatif
lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar. Untuk hal ini
56
diberi kelonggaran ± 10% - 20%. Cara mengukur dan kategori status gizi
Kategori IMT
Kurus < 18,5
Normal 18,5 – 25
Gemuk > 25
mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus,
mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam
Zulfiqor, 2010.
yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
wanita yang kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk (1994 dalam Syafitri,
2010) yang menyatakan bahwa pasien gemuk (obesitas dengan IMT > 29)
mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingan dengan yang kurus (IMT <20),
57
khususnya untuk otot laki-laki. Keluhan otot rangka yang terkait dengan
dalam menerima beban, baik beban tubuhnya maupun berat tambahan yang
3. Faktor Lingkungan
a. Getaran
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya
yang menimbulkan getaran akan menyebabkan mati rasa pada bagian jari,
tepi. Kejadian ini dapat disebabkan oleh penggunaan alat tipe tumbuk, ketuk
atau alat lain yang mempunyai tingkat vibrasi sedang (alat penggiling, sander,
gergaji ukir, dll) atau vibrasi tinggi (martil, gergaji mesin, kunci linggis, dll)
b. Suhu
lingkungan. Apabila tidak disertai pasokan energi yang cukup akan terjadi
58
Suhu ekstrim akan memberikan efek fisiologis heat stress dan cold stress.
Aliran daran ke bagian tubuh akan berkurang ketika suhu udara dingin.
Pembuluh daran ke area yang sempir ke area sentral temperatur tubuh akan
menyebabkan tubuh kehilangan nutrisi dan oksigen. Stress fisik terjadi ketika
jaringan tubuh inadekuat terhadap suplai darah yang mengandung oksigen dan
muskuloskeletal. Bahaya yang spesifik akan terjadi pada saat suhu udara
dingin dan menggunakan alat yang bergetar (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).
2004) tentang kriteria suhu nyaman, suhu udara dalam ruang yang dapat
dalam ruang yang ditempati tidak melebihi 0,15 m/det untuk musim dingin
dan 0,25 ./det untuk musim panas. Kecepatan udara dibawah 0,07 m/det akan
yang mempunyai suhu udara lebih panas dengan kelembapan yang jauh lebih
tinggi, maka rekomendasi dari NIOSH (1984) tersebut perlu dikoreksi apabila
59
c. Pencahayaan
secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Jumlah cahaya yang
jatuh pada permukaan benda tergantung pada sumber cahaya dan intensitas
cahaya, jarak antar sumber cahaya dengan permukaan benda, sudut sumber
cahaya ke permukaan benda dan jumlah cahaya dan permukaan lain yang
lelah karena mata akan berusaha melihat secara jelas. Intensitas cahaya untuk
membaca sekitar 300 – 700 lux, pekerjaan di kantor sekitar 400 – 600 lux,
pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi sekitar 800 – 1200 lux dan
2010).
d. Tekanan
Adanya tekanan langsung atau akibat pemakaian APD atau faktor lain
pada bagian tubuh dalam waktu yang lama akan meningkatkan tekanan pada
60
e. Area Kerja
misalnya desain kerja (luas ruangan, jangkauan, clereance), alat kerja yang
C. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini dibagi atas faktor pekerjaan, faktor
individu, dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi untuk timbulnya keluhan
pada muskuloskeletal.
Faktor pekerjaan yaitu terdiri dari durasi paparan, postur tubuh, beban/gaya
dan frekuensi. Durasi paparan, postur tubuh, beban/gaya dan frekuensi menjadi satu-
kesatuan dalam perhitungan tingkat risiko ergonomi. Tingkat risiko ergonomi ini
Semakin tinggi tingkat risiko maka akan semakin tinggi pula kemungkinan untuk
Untuk faktor individu terdiri dari usia, jenis kelamin, masa kerja, kebiasaan
Sedangkan untuk faktor lingkungan terdiri dari getaran, suhu, tekanan dan
area kerja. Getaran, suhu, pencahayaan, tekanan dan area kerja ini dapat
61
Faktor Individu
1. Usia
2. Jenis Kelamin Faktor Pekerjaan
1. Durasi Faktor Lingkungan
3. Lama Kerja 1. Getaran
kerangka Paparan
4. Kesegaran 2. Postur Tubuh 2. Suhu
Jasmani 3. Beban/gaya 3. Pencahayaan
5. Kebiasaan 4. Frekuensi 4. Tekanan
Merokok 5. Frekuensi 5. Area kerja
6. Antropometri
7. Status Gizi
Tingkat Risiko
Ergonomi
Keluhan
Muskuloskeletal
Sumber : Cohen, dkk, 1997; Pulat, 1992; Peter Vi (2000) dalam Suriyatmini (2011);
Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004; Humantech (1995) dalam Suriyatmini (2011);
Nurmianto, 2008; Pheasant, 2003; Atwood, dkk, 2005.
62
BAB III
A. Kerangka Konsep
kesegaran jasmani dan status gizi mahasiswa. Pada penelitian ini kerangka konsep
mengacu pada beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya, yaitu Dewi (2008),
Munir (2008), Aryanto (2008), Khaled (2009), Kurniawati (2009), Octarisya (2009),
Aprillia (2009), Napitupulu (2009), Zulfiqor (2010) dan Suriyatmini (2011). Dalam
pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor pekerjaan yang dimaksud
yaitu postur tubuh, durasi paparan, beban/gaya dan frekuensi yang kemudian di
hitung menjadi tingkat risiko ergonomi. Untuk faktor individu yaitu usia, lama kerja,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, status gizi dan antropometri
individu. Sedangkan untuk faktor lingkungan yaitu mencakup alat kerja, getaran,
Namun dalam penelitian ini tidak semua variabel tersebut diteliti oleh
peneliti. Variabel yang tidak diteliti tersebut adalah usia, lama kerja, getaran,
63
Faktor individu usia dikatakan homogen karena manusia akan mengalami
penurunan kemampuan fisik saat memasuki usia 35 tahun (Erdil, 1994 dalam
Suriyatmini 2011). Beberapa penelitian membagi kategori pada variabel usia yaitu ≤
35 tahun dan > 35 tahun. Sedangkan usia mahasiswa angkatan 2010 cenderung
sehingga dapat dikatakan usia mahasiswa merupakan data yang homogen. Lama
kerja juga merupakan data yang homogen karena lama mahasiswa mulai dari masuk
sampai sekarang yaitu dalam waktu yang sama, yaitu masuk pada tahun 2010. Serta
penelitian yang dilakukan oleh Suriyatmini (2011), Octarisya (2009), Aprilia (2009)
dan Munir (2008), mengkategorikan lama kerja menjadi ≤5 tahun, 5 – 10 tahun dan
> 10 tahun, sehingga data lama kerja tersebut juga akan menjadi homogen.
diteliti dalam penelitian ini karena faktor-faktor lingkungan tersebut untuk setiap
mahasiswa cenderung sama, sehingga data untuk faktor lingkungan ini juga
Terdapat beberapa faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini, maka
variabel independen penelitian ini adalah tingkat risiko ergonomi, jenis kelamin,
64
Tingkat Risiko Ergonomi
Antropometri
Jenis Kelamin
Keluhan
Muskuloskeletal
Kebiasaan Merokok
Kesegaran Jasmani
Status Gizi
metode RULA dengan mengitung sudut postur pada bagian lengan, punggung, leher
dan stabil atau tidaknya kaki dengan memperhitungkan durasi, frekuensi dan beban.
Variabel antropometri yang diteliti dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 3
dimensi tubuh, yaitu dimensi no 8 (tinggi bahu), dimensi no 12 (panjang paha) dan
responden.
65
B. Definisi Operasional
Cara
Variabel Definisi Pengambilan Alat Ukur Hasil ukur Skala
Data
Keluhan Keluhan subjektif yang dirasakan oleh Penyebaran Kuesioner 0. Ya (keluhan ≥ 1) Ordinal
Muskuloskele individu yang timbul akibat dari pekerjaan kuesioner nordic body 1. Tidak (keluhan < 1)
tal yang dilakukannya. Keluhan ini ditandai map
dengan adanya rasa pegal, kesemutan, sakit,
nyeri, panas, bengkak, mati rasa dan kaku
Tingkat Besarnya kemungkinan untuk terjadinya Observasi Lembar Kerja 0. Tingkat Risiko Ordinal
Risiko keluhan muskuloskeletal akibat pekerjaan RULA Ergonomi Level 4
Ergonomi yang dilakukan terkait masalah ergonomi (skor = 7)
yang dihitung berdasarkan faktor pekerjaan 1. Tingkat Risiko
(postur, durasi, beban dan frekuensi) Ergonomi Level 3
(skor 5 – 6)
2. Tingkat Risiko
Ergonomi Level 2
(skor 3 – 4)
66
Cara
Variabel Definisi Pengambilan Alat Ukur Hasil ukur Skala
Data
3. Tingkat Risiko
Ergonomi Level 1
(skor 1 – 2)
Antropometri Ukuran tinggi, lebar atau tebal dimensi Pengukuran Body Dimensi No. 8 Ordinal
Measurement
bagian-bagian tertentu tubuh manusia yang 0. Tidak Ter-cover
(ukuran dimensi no 8
dibagi menurut nomor dimensi
> sandaran kursi
1. Ter-cover (ukuran
dimensi no 8 ≤
sandaran kursi)
Dimensi No. 12
0. Tidak Ter-cover
(ukuran dimensi no 12
< kedalaman kursi)
1. Ter-cover (ukuran
67
Cara
Variabel Definisi Pengambilan Alat Ukur Hasil ukur Skala
Data
dimensi no 12 ≥
kedalaman kursi)
Dimensi No 14
0. Tidak Ter-cover
(ukuran dimensi no 14
< tinggi kursi)
1. Ter-cover (ukuran
dimensi no 14 ≥ tinggi
kursi)
Jenis kelamin Pensifatan/karakteristik individu yang terbagi Penyebaran Kuesioner 0. Perempuan Nominal
menjadi 2 jenis, yaitu laki-laki dan perempuan Kuesioner 1. Laki-laki
Kebiasaan Jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap Penyebaran Kuesioner 0. Berat ( > 10 / hari) Ordinal
Merokok oleh individu dalam satuan per hari Kuesioner 1. Ringan ( 1 - 10 / hari)
68
Cara
Variabel Definisi Pengambilan Alat Ukur Hasil ukur Skala
Data
Kesegaran Tingkat kesanggupan/kemampuan seseorang Penyebaran Kuesioner 0. Kurang (tidak rutin Ordinal
Jasmani untuk melakukan penyesuaian terhadap beban Kuesioner olahraga dan tidak
fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang cukup tidur)
berarti dan masih memiliki kapasitas 1. Sedang (tidak rutin
cadangan energi untuk melakukan aktivitas olahraga dan cukup
berikutnya tidur, atau rutin
olahraga dan tidak
cukup tidur)
Kebiasaan Olahraga
1. Rutin (≥ 1 kali
seminggu)
69
Cara
Variabel Definisi Pengambilan Alat Ukur Hasil ukur Skala
Data
Kebiasaan Tidur
Status Gizi Kategori massa tubuh individu yang dihitung Pengukuran Alat ukur 0. Gemuk ( IMT > 25) Ordinal
berdasarkan rumus Indeks Massa Tubuh tinggi badan, 1. Normal ( IMT 18,5 –
(IMT). Rumus IMT individu tersebut yaitu: timbangan 25)
70
C. Hipotesis
pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.
71
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sectional (potong lintang). Desain ini dipilih untuk melihat keterkaitan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen pada waktu (periode) yang
ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
status gizi. Yang kemudian dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
merokok, kesegaran jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada
mahasiswa.
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
72
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini yaitu mahasiswa seluruh mahasiswa FKIK yang
masih aktif kuliah dan yang sudah merasakan duduk di kursi kuliah FKIK UIN
penelitian menurut data rekapitulasi jumlah mahasiswa program reguler per 1 juni
2012 yang didapatkan saat pembuatan proposal 952 mahasiswa yang terdiri atas 299
farmasi dan 244 mahasiwa pendidikan dokter. Jika dibedakan sesuai jenis kelamin
jumlah populasi laki-laki adalah 247 mahasiswa dan jumlah populasi perempuan
yaitu 705, dibedakan sesuai jenis kelamin karena nantinya ketika perhitungan
antropometri, analisis bivariat dengan percentile dan rata-rata harus dibedakan sesuai
jenis kelamin.
(P1-P2)2
73
= 3,393. CI = 1,114 – 10,331. P value = 0,027). Dan untuk variabel kebiasaan
keluhan muskuloskeletal = 88% dan P2 = perokok berat > 10 batang per hari yang
n = 51,024 = 52
n = 42,19 = 43
Keterangan :
n : Jumlah sampel
Menurut Dahlan (2008) dalam penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2009)
dan Widayani (2009), pemilihan jumlah sampel ditentukan oleh besarnya nilai P
value, nilai OR dan nilai CI. Nilai P value dilihat dari tiap variabel karena
antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai OR ini juga dilihat
dari tiap-tiap variabel yang diteliti, semakin tinggi nilai OR maka akan semakin
sedikit rentang CI, maka akan semakin akurat nilai OR dalam penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah sampel menurut variabel tingkat
risiko ergonomi, dengan melihat nilai P value, nilai OR dan rentang CI. Nilai P
value pada variabel tingkat risiko ergonomi (P value = 0,027) lebih kecil
pada variabel tingkat risiko ergonomi yaitu OR = 3,393 yang lebih besar
tingkat risiko ergonomi (CI = 1,114 – 10,331) tidak menyentuh angka ≤ 1 dan
75
merokok (CI = 0,945 – 14,232). Sehingga diperoleh jumlah sampel minimal yang
pada setiap kelompok dilakukan dengan proporsi yang sama (Budiarto, 2001).
Pembagian kelompok dalam penelitian ini yaitu dilihat dengan melihat perbedaan
program studi yang diambil oleh mahasiswa, yaitu program studi kesehatan
Pengambilan data dalam penelitian ini berupa data primer yang diambil secara
1. Data Primer
oleh peneliti. Data primer dikumpulkan langsung dari responden penelitian dan
76
dikumpulkan langsung dari kursi yang sedang digunakan oleh mahasiswa FKIK.
pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya
a. Keluhan Muskuloskeletal
77
(RULA). Responden dikategorikan tidak mengeluh jika jumlah keluhan
nordic body map maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan
c. Jenis Kelamin
data terkait variabel jenis kelamin yaitu kuesioner dan alat tulis.
d. Kebiasaan Merokok
dikategorikan menjadi tidak merokok yaitu jika individu tidak merokok atau
batang dalam sehari, dan dikategorikan menjadi perokok berat yaitu jika
78
untuk mendapatkan data terkait kebiasaan merokok yaitu kuesioner dan alat
tulis.
e. Kesegaran Jasmani
penelitian. Kesegaran jasmani yang diukur dalam penelitian ini yaitu jam
dikategorikan menjadi cukup untuk ≥ 7 jam dalam sehari dam kurang jika
tidur < 7 jam dalam sehari. Untuk kebiasaan olahraga dikategorikan menjadi
rutin dan tidak rutin. Rutin jika responden melakukan olahraga rutin minimal
1x seminggu dan tidak rutin jika responden tidak melakukan olahraga secara
menjadi segar dan kurang segar. Untuk segar diperoleh jika responden tidur
cukup, olahraga rutin dan sudah makan, sedangkan untuk kurang segar
diperoleh jika responden salah satu atau lebih kriteria dari kesegaran jasmani
f. Status Gizi
79
dan tinggi badan mahasiswa, karena status gizi ini dinilai melalui IMT
perhitungan IMT < 18, masuk dalam kategori normal jika IMT 18 – 25, dan
g. Antropometri
yang berkaitan ketika duduk di kursi, dalam penelitian ini dimensi yang
bawah, pinggang, punggung, bahu serta leher. Dan dimensi no. 14 digunakan
karena berkaitan dengan tinggi kursi dan keluhan muskuloskeletal pada tubuh
yang diperlukan dalam pengambilan data antropometri ini yaitu alat tulis,
80
2. Data Sekunder
E. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut diolah. Data yang sudah
dikumpulkan tidak akan berarti apa-apa jika tidak diolah kembali. Data yang telah
didapat tersebut diolah secara komputerisasi agar lebih efektif dan efisien. Untuk
variabel area kerja pengolahan data tidak dilakukan, data yang disajikan adalah data
81
2. Menyunting data (data editing)
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
Proses ini dilakukan langsung di tempat penelitiaan agar jika ada data yang
Yaitu merubah bentuk menjadi data yang dapat dianalisis, data tersebut
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
univariat dan analisis bivariat. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
82
antropometri, gambaran jenis kelamin, gambaran kebiasaan merokok, gambaran
kesegaran jasmani dan gambaran status gizi mahasiswa, serta hubungan variabel
1. Analisis Univariat
dibutuhkan dalam penelitian ini misalnya gambaran kursi kuliah yang saat ini
jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani dan status gizi mahasiswa.
responden.
83
disajikan dalam bentuk diagram lingkaran. Jika didapatkan skor akhir 1 – 2
lebih lanjut dan perubahan segera dilakukan, dan jika skor 7 berarti
responden perempuan.
berat.
84
Gambaran untuk variabel status gizi disajikan sesuai dengan
2. Analisis Bivariat
statistika, jenis uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Persamaan chi square adalah
sebagai berikut:
X² = ∑ (O – E)²
E
DF = (k – 1) (b – 1)
Keterangan:
X² = chi square
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
85
Jika didapatkan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara
jika didapatkan nilai P value < 0,05 berarti ada hubungan antara variabel tingkat
jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Penyajian data yang
disajikan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
86
BAB V
HASIL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009, visi dan
global.
87
b. Melakukan reintegrasi ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan dengan nilai-
d. Mengikuti secara aktif dan berperan serta dalam pengembangan ilmu dan
2. Tujuan Umum
Mengacu kepada visi dan misi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan
berikut:
teknologi kedokteran dan kesehatan serta ilmu agama islam secara itegratif
88
3. Program Studi
a. Kesehatan Masyarakat
bekerja di seluruh pelosok tanah air. Gelar akademik yang diperoleh adalam
4) Kesehatan Lingkungan
5) Epidemiologi
6) Promosi Kesehatan
b. Farmasi
89
dijiwai oleh nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Gelar akademik yang
c. Pendidikan Dokter
menjalani program profesinya maka gelar yang diperoleh adalah dokter (dr.)
d. Keperawatan
lulusan yang berkualitas yang dapat menjadi tenaga ahli terampil di bidang
90
Gambar 5.1
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
material utama kayu. Material kayu ini terpasang sebagai sandaran kursi, alas
kursi dan meja kursi. Dimensi kursi kuliah yang digunakan di Fakultas
Jakarta yaitu:
91
Tabel 5.1
Panjang Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta
No Dimensi Kursi Panjang (cm)
1. Tinggi sandaran kursi dari alas kursi 37,2
2. Tinggi alas kursi 45,2
3. Kedalaman kursi 43,4
4. Tinggi meja dari alas kursi 24,1
5. Lebar alas kursi 43,7
6. Lebar sandaran kursi 43,7
7. Sudut sandaran kursi 95º
8. Sudut kemiringan alas kursi 2º
Gambar 5.2
Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN
Jakarta Tampak Samping
92
Gambar 5.3
Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN
Jakarta Tampak Depan
Gambar 5.4
Sudut Kemiringan Alas dan Sandaran Kursi Kuliah
93
C. Analisis Univariat
berdasarkan 21 titik tubuh yang dilihat melalui kuesioner nordic body map.
Mengeluh jika keluhan ≥ 1 dan tidak mengeluh jika keluhan < 1. Distribusi
berikut.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012
Keluhan Jumlah Persentase
Mengeluh 78 72,9%
Tidak Mengeluh 29 27,1%
Jumlah 107 100%
Sumber: data primer
94
Grafik 5.1
Distribusi Frekuensi Bagian Tubuh yang Dikeluhkan Mahasiswa FKIK UIN
Jakarta Tahun 2012
punggung yaitu sebesar 56,07%, keluhan pada pinggang sebesar 51,40% dan
dari pengukuran postur tubuh pada bagian leher, punggung, bahu, lengan
level 2 dan tingkat risiko ergonomi level 3, sedangkan untuk tingkat risiko
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko
Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012
Tingkat Risiko Jumlah Persentase
Level 2 39 36,45%
Level 3 68 63,55%
Jumlah 107 100%
3 dimensi tubuh responden. Dimensi tubuh yang diambil yaitu dimensi tubuh
96
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Antropometri No 8 Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Antropometri No 8 Jumlah Persentase
Ter-cover 0 0%
Tidak Ter-cover 107 100%
memiliki tinggi bahu yang lebih tinggi daripada tinggi sandaran kursi.
berikut.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Antropometri No 12 Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Antropometri No 12 Jumlah Persentase
Ter-cover 92 86%
Tidak Ter-cover 15 14%
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Antropometri No 14 Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Antropometri No 14 Jumlah Persentase
Ter-cover 30 28%
Tidak Ter-cover 77 72%
97
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta tahun 2012
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 36 33,6%
Perempuan 71 66,4%
Jumlah 107 100%
98
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012
Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase
Tidak Merokok 93 86,9%
Perokok Ringan 13 12,1%
Perokok Berat 1 0,9
Jumlah 107 100%
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani Mahasiswa
FKIK UIN Jakarta tahun 2012
Tingkat Kesegaran Jasmani Jumlah Persentase
Baik 36 33,6%
Sedang 51 47,7%
Kurang 20 18,7%
Jumlah 107 100%
99
Berdasarkan tabel diatas tersebut, didapatkan bahwa hampir setengah
persentase 47,7%.
dan berat badan secara langsung pada responden yang kemudian dihitung
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Mahasiswa FKIK
UIN Jakarta tahun 2012
Status Gizi Jumlah Persentase
Kurus 16 15,0%
Normal 74 69,2%
Gemuk 17 15,9%
Jumlah 107 100%
terbagi atas 3 kelompok yaitu responden yang kurus, responden yang normal
dan responden yang gemuk. Sebagian besar responden memiliki status gizi
100
D. Analisis Bivariat
dari pengukuran postur tubuh pada bagian leher, punggung, bahu, lengan
Tabel 5.11
Analisis Hubungan antara Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel Kategori Mengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Tingkat Risiko Level 3 54 79,4% 14 20,6% 39 100%
0,045
Ergonomi Level 2 24 61,5% 15 38,5% 68 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase keluhan lebih banyak
pada kelompok tingkat risiko ergonomi pada tingkat risiko ergonomi level 3.
pada halaman 44. Kelompok tingkat risiko ergonomi level 3 ini berarti perlu
nilai p value = 0,045 yang berarti adanya hubungan antara tingkat risiko
101
ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN
Jakarta.
jika ukuran dimensi no 12 ≥ kedalaman alas kursi, tidak ter-cover jika ukuran
kursi, dan tidak ter-cover jika ukuran dimensi no 14 < tinggi alas kursi.
Tabel 5.12
Analisis Hubungan antara Antropometri dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel Kategori Mengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Tidak Ter-cover 10 66,7% 5 33,3% 15 100%
Antropometri No 12 0,545
Ter-cover 68 73,9% 24 26,1% 92 100%
Tidak Ter-cover 61 79,2% 16 20,8% 77 100%
Antropometri No 14 0,034
Ter-cover 17 56,7% 13 43,3% 30 100%
value = 0,545 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara antropometri no
102
12 dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta. Dan
Tabel 5.13
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel KategoriMengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Jenis Perempuan 55 77.46 16 22.54 71 100%
0,207
Kelamin Laki-laki 23 63.89 13 36.11 36 100%
laki yang mengeluh adalah sebesar 23 orang dengan persentase 63,89%, dan
lain tidak mengeluh yaitu dengan persentase 22,54%. Nilai P value untuk
mahasiswa FKIK UIN Jakarta adalah sebesar 0,207. Karena nilai p value
diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis
103
kelamin dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta
tahun 2012.
Tabel 5.14
Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel Kategori Mengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Perokok
1 100% 0 0% 1 100%
Berat
Kebiasaan Perokok
12 92.31 1 7.69 13 100% 0,194
Merokok Ringan
Tidak
65 69.89 28 30.11 93 100%
Merokok
persentase 100% dan tidak ada responden dari perokok berat yang tidak
104
0,207. Karena nilai p value lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak
Tabel 5.15
Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel Kategori Mengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Rendah 15 75% 5 25% 22 100%
Kesegaran
Sedang 42 17,6% 9 82,4% 51 100% 0,045
Jasmani
Tinggi 21 58,3% 15 41,7% 36 100%
17,6% dan 75% responden dengan tingkat kesegaran jasmani yang rendah
keluhan muskuloskeletal.
105
6. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta
Tabel 5.16
Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Keluhan Muskuloskeletal
Variabel Kategori Mengeluh Tidak Mengeluh Total P value
n % n % n %
Gemuk 16 94,1% 1 5,9% 17 100%
Status
Normal 52 70,3% 22 29,7% 74 100% 0,082
Gizi
Kurus 10 62,5% 6 37,5% 16 100%
yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan
106
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dari data primer yang
data antropometri mahasiswa dan untuk data status gizi. Kuesioner disebar
keterbatasan seperti:
memungkinkan saja.
kesegaran jasmani.
107
B. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal
1. Keluhan Muskuloskeletal
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan
sampai keluhan yang sangat sakit. Hal ini dapat terjadi jika otot menerima
beban status secara berulang dan dalam waktu yang lama, yang dapat
yaitu pegal, kesemutan, kaku dan panas. Berdasarkan kuesioner nordic body
map pada 21 bagian tubuh, keluhan yang paling banyak dirasakan oleh
mahasiswa adalah pada bagian pantat dan punggung yaitu sebesar 56,07%,
keluhan pada pinggang sebesar 51,40% dan keluhan pada leher yaitu sebesar
50,48%.
menyebutkan bahwa keluhan tertinggi yang dirasakan oleh welder juga pada
bagian pinggang yaitu sebesar 60% dan keluhan pada leher yaitu sebesar
57%. Penelitian yang dilakukan oleh Priyono (2007) pada siswa sekolah
108
(81,7%), pinggang (79,2%), punggung (76,7%), pantat (44,2%). Penelitian
seluruh penjahit (100%) merasakan keluhan pada pantat, leher dan punggung.
yang statis dapat menyebabkan keluhan pada bagian pantat karena fungsi dari
pantat menopang tubuh ketika sedang duduk serta adanya tekanan akibat
berat tubuh (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Berdasarkan
hasil penelitian keluhan pada pantat responden ini diperoleh sebesar 56,07%.
Gambar 6.1
Kondisi Ketika Posisi Duduk
Sumber: Julius dan Martin, 2003 (dalam Priyono, 2007)
penting untuk tubuh manusia seperti membuat tubuh menjadi tegak, untuk
terpenting dari semuanya dalah sebagai pelindung susuan saraf yang melintas
sepanjang tulang belakang dan organ yang terdapat di rongga perut (Dian,
109
pinggang dapat muncul akibat postur kerja yang tidak ergonomis seperti
batang badan lainnya yang tidak normal (Granjean, 1987). Berdasarkan hasil
punggung yaitu sebesar 56,07% dan keluhan pada pinggang yaitu 51,40%.
1997 dalam Zulfiqor, 2010). Pekerjaan menulis atau mencatat di kelas ketika
leher memutar lehernya dalam waktu yang lama. Berdasarkan hasil penelitian
110
pengendalian secara teknis seperti mengubah kursi yang digunakan agar
ketinggian meja yang dapat diatur sehingga mahasiswa nyaman dalam proses
otot pada bagian tertentu yang sesuai dengan sikap tubuh yang dilakukan.
Kondisi seperti ini dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
keluhan seperti rasa pegal, nyeri, kesemutan atau bahkan dapat menyebabkan
pekerjaan berhenti (James, 2007 dalam Zulfiqor, 2010). Hal ini sejalan
karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan
Q.S. Az-Zumar: 39). Ayat diatas Allah memerintahkan kepada umanya agar
111
untuk kekuatan otot lengan dan menguatkan persendian. Gerakan ditandai
serta fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf
(Hanafi, 2011).
Oleh karena itu apabila kita selalu mengerjakan perintah shalat, maka
muskuloskeletal
pada bagian tubuh ekstremitas atas seperti leher, punggung, lengan dan bahu
jika skor akhir RULA = 1 – 2, level 2 jika skor akhir RULA = 3 – 4, level 3
jika skor akhir RULA 5 – 6 dan level 4 jika skor akhir RULA > 7.
pada tingkat risiko ergonomi level 3 ini yaitu sebanyak 79,4%, sedangkan
yaitu sebanyak 61,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa lebih banyak
112
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square,
nilai p value pada variabel ini yaitu sebesar 0,045 yang berarti ada hubungan
dapat bekerja dengan aman, nyaman dan tahan lama. Postur tubuh yang tidak
seimbang dan berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama akan
postur yang dibentuk oleh tubuh. Semakin jauh postur tubuh yang dibentuk
dari titik normal, maka skor postur dalam tingkat risiko ergonomi juga akan
terbanyak yang terkait postur yaitu pada pantat, leher, pinggang dan
punggung.
yang statis dapat menyebabkan keluhan pada bagian pantat karena fungsi dari
pantat menopang tubuh ketika sedang duduk serta adanya tekanan akibat
berat tubuh (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Keluhan pada
pantat ini juga dapat ditimbulkan karena alas kursi yang terlalu datar dan
tidak membentuk struktur posisi duduk yang seharusnya, yaitu bagian pantat
yang lebih rendah dan bagian mulut alas tempat duduk yang lebih tinggi.
113
Menurut Sarwono, 2002 (dalam Wulandari, 2011) kemiringan alas
yang optimal adalah 3º - 5º, namun kursi kuliah FKIK UIN Jakarta
mahasiswa duduk menjadi tidak merata, yaitu tekanan akan lebih besar pada
bagian pantat dan tekanan pada bagian bawah paha menjadi berkurang,
Material lunak ini contohnya yaitu busa. Hal ini ditujukan agar ketika
empuk dan tidak keras sehingga dapat duduk di kursi tersebut lebih lama dan
Sedangkan alas kursi dan sandaran punggung kursi kuliah yang ada di FKIK
UIN Jakarta tidak dilapisi oleh material yang lunak. Tentunya kursi yang
seperti ini dapat mempercepat untuk timbulnya keluhan pada bagian pantat
dan punggung.
dalam posisi yang tegak, namun membentuk posisi yang membungkuk, jika
keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama tentunya juga dapat
114
juga menyebabkan kelelahan pada bagian punggung dan pinggang yang
bagian punggung, sehingga beban yang ditopang semakin sedikit (Julius dan
Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Sedangkan kondisi kursi yang ada di
sebagian bagian punggung. Hal ini dapat menyebabkan tekanan yang tidak
yang optimal yaitu beriksar 105º - 115º. Hal ini ditujukan agar sebaran
menjadi lebih santai dan tidak tegang, sehingga keluhan akan semakin lama
untuk timbul. Sedangkan kondisi sudut sandaran kursi yang ada di FKIK
UIN Jakarta yaitu sebesar 95º. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan
untuk timbul.
dan kondisi sandaran kursi yang terlalu rendah serta sudut sandaran kursi
lebih dari 30º dalam posisi menunduk terutama ketika posisi menulis, jika
115
postur ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama tentunya dapat
kursi yang sama. Postur tubuh yaitu posisi relatif bagian tubuh tertentu pada
saat bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task
bekerja (Pulat, 1992). Postur tubuh yang salah dapat mengakibatkan tekanan
tingkat risiko ergonomi yang cukup tinggi, yaitu level 3. Untuk mencegah
secepatnya.
116
3. Antropometri
bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan
membuat pergelangan kaki menjadi tidak nyaman. Untuk kursi yang tinggi,
cenderung akan terdapat tekanan pada bagian popliteal (belakang lutut) yang
kaki, sehingga dapat menyebabkan kesemutan. Hal ini erat kaitannya dengan
dimensi antropometri tubuh no 14. Jika kedalaman kursi terlalu dalam, maka
bagian bawah paha. Hal ini erat kaitannya dengan dimensi antropometri
tubuh no 12. Sandaran kursi yang baik adalah yang dapat menyangga seluruh
bagian punggung, sehingga beban yang ditopang semakin sedikit. Hal ini erat
117
kaitannya dengan dimensi antropometri tubuh no 8 (Julius dan Martin, 2003
dengan tinggi sandaran kursi. Hal ini menyebabkan sandaran tidak berfungsi
tidak tertopang semua, maka tekanan pada tubuh saat duduk hanya ditopang
Hal ini diperparah oleh tidak dilapisinya sandaran oleh lapisan lunak,
karena hal tersebut maka keluhan muskuloskeletal akan dapat muncul pada
daerah-daerah tertentu.
118
Nilai p value untuk antropometri no 12 diperoleh sebesar 0,545 yang
dengan berbedanya sisi melihat display hasil ukur. Jika display hasil ukur
dilihat dari sisi depan maka hasil ukur akan semakin besar / panjang,
sebaliknya jika display hasil ukur dilihat dari sisi belakang maka hasil ukur
no 12 ini juga dapat terjadi karena responden menarik tuas terlalu dalam
kaki. Hal ini juga dapat menyebabkan saat duduk posisi mahasiswa akan
menjadi agak maju dan bagian punggung yang ditopang oleh sandaran kursi
119
Hasil penelitian pada antropometri no 14 diperoleh sebagian besar
kursi yaitu sebesar 72%. Keluhan yang timbul pada kelompok yang
56,7% dan pada kelompok yang memiliki antropometri lebih pendek yaitu
sebesar 79,2%.
Nilai p value pada penelitian ini yaitu sebesar 0,034 yang artinya ada
lebih pendek daripada tinggi kursi membuat kaki sebagian besar mahasiswa
aliran darah ke bagian kaki. Hal ini yang dapat membuat adanya keluhan
pada mahasiswa.
nyaman (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Kondisi alas kursi
daerah punggung, pinggang dan leher. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa salah satu keluhan tertinggi yaitu keluhan pada
120
Untuk kursi yang terlalu tinggi, cenderung akan terdapat tekanan pada
kesemutan (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Kondisi kursi
yang tinggi juga dapat menjadikan seseorang untuk memajukan posisi duduk
Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan tekanan beban tubuh menjadi tidak
merata, yaitu lebih tinggi pada bagian pantat, leher, pinggang dan punggung.
Kondisi ini dapat memicu untuk timbulnya keluhan pada pantat, leher,
pinggang dan punggung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dan punggung.
penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi, dkk (2012) pada supir bus di Iran
4. Jenis Kelamin
menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari
121
kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan
dilakukan oleh Ikrimah (2009 dalam Hazami, 2010) menyatakan bahwa tidak
Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hazami (2010)
122
analisis univariat diatas menyebutkan bahwa persentase keluhan pada
normal pada seluruh otot lurik dan otot jantung serta dapat mempengaruhi
123
faktor lain baik yang diteliti oleh peneliti seperti tingkat risiko ergonomi,
antropometri dan kesegaran jasmani atau bahkan faktor-faktor lain yang tidak
5. Kebiasaan Merokok
Semakin lama atau semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula
2004).
kemampuan kerja dengan mengambat aliran oksigen dalam darah. Hal ini
oksigen dari udara ke dalam darah. Rokok juga mengandung banyak racun
dan bahan kimia lainnya yang bersifat karsinogen yang padat berakibat pada
124
responden dengan persentase 12,1% yang merupakan perokok ringan dan 1
persentase 100% dan tidak ada responden dari perokok berat yang tidak
mengeluh.
hasil uji chi-square, yaitu dengan nilai p value sebesar 0,194. Karena nilai p
value lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
Hasil penelitian yang diperoleh oleh Satar, dkk (2009), menyebutkan bahwa
125
ada hubungan antara kebiasaan merokok pekerja dengan timbulnya keluhan
6. Kesegaran Jasmani
126
pertumbuhan otot itu sendiri (Suharjana, 2008 dalam Swasta, 2011). Bagi
pekerja dengan kesegaran jasmani yang rendah, risiko keluhan menjadi tiga
2011).
adalar rutin jika minimal sekali seminggu olahraga dan tidak rutin jika
kurang dari sekali seminggu. Kebiasaan tidur yang dimaksud yaitu cukup jika
tidur diatas 7 jam sehari dan kurang jika kurang dari 7 jam sehari.
18,7%.
127
responden yang tingkat kesegaran jasmaninya rendah didapatkan 20 orang
lainnya.
didapatkan nilai p value 0,045 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
reaksi akan semakin berkurang (Suharjana, 2008 dalam Swasta, 2011). Jika
cepat.
kembali otot – otot setelah aktivitas sebanyak kebutuhan aktivitas yang ada di
Swasta, 2011). Seseorang yang kurang tidur, akan cenderung menjadi cepat
128
lelah, sehingga keluhan yang timbul akan menjadi lebih cepat dibandingkan
Kondisi fisik seseorang yang kurang segar yang dilihat dari kebiasaan
studi yang dilakukan oleh Evans (1996 dalam Zulfiqor, 2010) yang dilakukan
terhadap 10 pekerja yang telah berusia tua, didapatkan bahwa olahraga telah
terbukti efektif meningkatkan daya tahan otot tubuh seseorang. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya kenaikan 128% kapasitas oksigen pada otot
kebiasaan olahraga yang rutin dan memiliki kebiasaan tidur cukup sehingga
membuat kondisi fisik mahasiswa tersebut menjadi lebih baik serta membuat
129
7. Status Gizi
mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus,
mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam
Zulfiqor, 2010). Keluhan otot rangka yang terkait dengan ukuran tubuh lebih
beban, baik beban tubuhnya maupun berat tambahan yang lainnya (Tarwaka
wanita yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan wanita yang kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk (1994 dalam
Syafitri, 2010) yang menyatakan bahwa pasien gemuk (obesitas dengan IMT
> 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingan dengan yang kurus
Data status gizi ini diperoleh oleh peneliti dengan pengukuran tinggi
terbagi atas 3 kelompok yaitu responden yang kurus, responden yang normal
130
dan responden yang gemuk. Responden dengan status gizi yang kurus
69,2% sedangkan responden dengan status gizi yang gemuk yaitu sebanyak
chi-square, didapatkan nilai p value sebesar 0,082 yang berarti bahwa tidak
Syafitri (2010) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara status
Hestbeck (2006 dalam Kantana, 2010) juga menyebutkan bahwa tidak ada
sebesar 69,2% terdapat pada kategori normal dan hanya dengan persentase
kecil pada kelompok lainnya, sehingga data untuk status gizi ini cenderung
homogen.
131
Tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan
status gizi kurus dan gemuk dapat terus menjaga kesehatannya dalam rangka
upaya preventif.
132
BAB VII
A. Simpulan
berikut:
1. Dimensi kedalaman alas kursi kuliah FKIK UIN Jakarta sudah nyaman bagi
sandaran kursi, tinggi kursi, sudut kemiringan kursi kuliah FKIK UIN Jakarta
keluhan terbanyak dirasakan oleh responden adalah pada bagian pantat dan
pada level 3 berarti perlu penyelidikan lebih lanjut serta perlu dilakukannya
perubahan pada kursi kuliah. Sandaran kursi tidak dapat menopang secara
alas kursi sudah nyaman untuk sebagian besar (86%) mahasiswa. Ketinggian
alas kursi tidak nyaman untuk sebagian besar (72%) mahasiswa. Sebagian
tingkat kesegaran jasmani sedang (47,7%) dan memiliki status gizi normal
(69,2%).
133
4. Ada hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan
= 0,045).
B. Saran
dengan cara mengganti kursi kuliah yang lebih ergonomis yaitu sebagai
berikut:
mahasiswa
134
c. Menggunakan kursi yang dapat menopang seluruh bagian punggung
mahasiswa
e. Menggunakan kursi yang alas dan sandaran kursinya dilapisi oleh lapisan
keluhan timbul.
135
Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan
keempat
Aprilia, Melissa. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terkait Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya di Proyek Fasilitas
Rekreasi dan Olahraga Boker Ciracas Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Ariani, Tati. 2009. Gambaran Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam Pekerjaan
Manual Handling pada Buruh Angkut Barang (Porter) di stasiun Kereta Jatinegara pada
Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Aryanto, Pongki Dwi. 2008. “Gambaran Risiko Ergonomi dan Keluhan Gangguan
Muskuloskeletal pada Penjahit Sektor Usaha Informal”. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Atwood, Dennis A, dkk. 2004. Ergonomics Solution for the Industries. UK: Elsevier, inc.
Bridger, Robert S. 2003. Introduction to Ergonomics. UK: Taylor and Francis. Second Edition.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Budiasih, Komang Ayu Silvia. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Karyawan di PT Amoco Mitsui Indonesia Tahun 2011”. Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Fakultas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Jakarta.
Chaiklieng, Sunisa, dkk., 2009. “Work Environment Hazard for Musculoskeletal Disorders
Among University Office Workers in Khonkaen Thailand”
Deros, Baba Md, dkk., 2011. “An Ergonomics Study on Assembly Line Workstation Design”.
American Journal of Applied Sciences 8 (11) : 1195-1201
Dewi, Nur Fadilah. 2008. “Tinjauan Risiko Ergonomi Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
Aktifitas Perawat IGD Rumah Sakit Tria Dipa Tahun 2008”. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
136
Hanafi. 2010. Manfaat Gerakan Sholat Untuk Kesehatan Tubuh. http://www.republika.co.id/
berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/08/08/ lplo1n-hasil-riset-gerakan-shalat-yang -
benar-ternyata-menyehatkan. Akses 1 oktober 2012
Kantana, Trimunggara. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain pada
Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun
2010”. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan
Karuniasih. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko dan Keluhan Subjektif Terhadap Timbulnya
Muskuloskeletal Disorders pada pengemudi Travel X-Trans Trayek Jakarta – Bandung
Tahun 2009”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
Khaled, Thoha. 2009. “Analisis Risiko Ergonomi dan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper
Liimb Extrimities Akibat Penggunaan Laptop pada Mahasiswa S1 FKM UI Tahun
2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Kurniawati, Ita. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap
Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di
Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun
2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Lemeshow, Stanley, dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, terj. Dibyo Pramono.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Lu, Jinky Leilanie Del Prado. 2004. “Risk Factors to Musculoskeletal Disorders and
Anthropometric Measurements of Filipino Manufacturing Workers”. International
Journal of Occupational Safety and Ergonomics (JOSE), Vol. 10, No. 4 : 349-359
McAtamney, Lynn dan Sue Higneet. 2005. Rapid Entire Body Assessment. CRC Press.
137
Muliani, Rima. 2008. Tinjauan Kesesuaian Penggunaan Kursi Kantor Berdasarkan Data
Pengukuran Antropometri Statis Duduk Karyawan di Main Office PT. X Tahun 2008”.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Munir, Syahrul. 2008. “Tingkat Pajanan Ergonomi Manual Handling dan Keluhan
Musculoskeletal pada Departemen Water Pump PT. X Tahun 2008”. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Cetakan Kedua
Octarisya, Mega. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Aktifitas Manual Handling di Departemen Operasional HLPA
Station PT. Repex Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok.
Pheasant, Stephen. 2003. Bodyspace, Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work.
London: Taylor and Francis. Second edition.
Pulat, B. Mustafa. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice Hall, inc.
Priyono, Ari. 2007. “Perancangan Ulang Meja dan Kursi Belajar Ditinjau dari Aspek Ergonomi.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sadeghi, Nasrin, dkk., 2012. “The Relationships Between Musculoskeletal Disorders and
Anthropometric Indices in Public Vehicle Drivers”, International Journal of
Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, Vol. 4 No, 6, p. 1173-
1184
Satar, Yuli Prapancha, dkk. 2009. “Hubungan Faktor Pekerjaan dan Faktor Pekerja Terhadap
Keluhan Musculoskeletal Disorders”. National Conference on Applied Ergonomis 2010.
Hal 139 – 143.
Shofwati, iting dan Yuli Prapanca Satar. 2009. Hygiene Industri. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Stanton, Neville, dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA: CRC
Press.
138
Su, Rail. 2011. “Ergonomi dan Islam”. ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/ergonomi-dan-
islam.html, akses 20 May 2012
Subagya, Anang. 2010. Pengaruh Stasiun Kerja Terhadap Keluhan Otot-otot Skeletal Pekerja
Laki-laki pada Kantor Administrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel Cilegon.
Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Suhardi, Bambang. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK
Sung, Connie Y. Y., dkk., 2003. “Physical and Pshychosocial Factors in Display Screen
Equipment Assessment, Hong Kong Journal of Occupational Therapy.
Suma’mur, P.K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung
Tarwaka, Solichul Bakri dan Liliek Sudiadjeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Tresnaningsih, Erna. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Jakarta:
Pusat Kesehatan Kerja Setjen Depkes RI.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.
Wiranata, Edi. 2011. “Redesain Kursi Kuliah Ergonomis dengan Pendekatan Anthopometri”.
Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wulandari, Dasri. 2011. “Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja Terhadap Keluhan Muskuloskeletal
pada Pekerjaan menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten”.
Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
139
Informed Consent Nomor Responden :
Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalaamualaikum wr wb
Saya Abu Zar, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bermaksud akan melakukan penelitian mengenai ”Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika
Proses Belajar Mengajar di Kelas FKIK UIN Jakarta Tahun 2012”. Penelitian ini merupakan
tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Responden diharapkan dapat ikut serta dalam seluruh rangkaian pengambilan data untuk
tercapainya penelitian ini, rangkaian pengambilan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengambilan gambar untuk postur tubuh
2. Pengisian kuesioner
3. Pengukuran beberapa dimensi tubuh, tinggi badan dan berat badan
Partisipasi responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk ikut serta atau
tidak dalam rangkaian ini. Untuk itu Saya mohon kiranya Anda dapat meluangkan waktunya
untuk dapat mengikuti seluruh rangkaian pengambilan data penelitian tersebut.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
No Telp :
Prodi :
Bersedia secara sukarela untuk menjadi responden penelitian dengan judul ”Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal (Upper Limb Extremities) pada Mahasiswa
Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas FKIK UIN Jakarta Tahun 2012”. Telah membaca
penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya risiko
yang mungkin terjadi dalam penelitian ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda
menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal
ibadah yang bernilai di sisi-Nya. Amiin... Demikian pernyataan penjelasan ini saya buat dengan
sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Wassalaamu’alaikum wr wb
Jakarta,
Peneliti Yang membuat pernyataan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mengeluh 78 72.9 72.9 72.9
tidak mengeluh 29 27.1 27.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
b) Pantat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 60 56.1 56.1 56.1
tidak 47 43.9 43.9 100.0
Total 107 100.0 100.0
c) Paha Kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 32 29.9 29.9 29.9
tidak 75 70.1 70.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
d) Paha Kiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 33 30.8 30.8 30.8
tidak 74 69.2 69.2 100.0
Total 107 100.0 100.0
e) Lutut Kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 29 27.1 27.1 27.1
tidak 78 72.9 72.9 100.0
Total 107 100.0 100.0
f) Lutut Kiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 30 28.0 28.0 28.0
tidak 77 72.0 72.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
g) Betis Kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 28 26.2 26.2 26.2
tidak 79 73.8 73.8 100.0
Total 107 100.0 100.0
h) Betis Kiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 30 28.0 28.0 28.0
tidak 77 72.0 72.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 17 15.9 15.9 15.9
tidak 90 84.1 84.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 17 15.9 15.9 15.9
tidak 90 84.1 84.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
k) Telapak Kaki Kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 15 14.0 14.0 14.0
tidak 92 86.0 86.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 14 13.1 13.1 13.1
tidak 93 86.9 86.9 100.0
Total 107 100.0 100.0
m) Pinggang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 55 51.4 51.4 51.4
tidak 52 48.6 48.6 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 25 23.4 23.4 23.4
tidak 82 76.6 76.6 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 27 25.2 25.2 25.2
tidak 80 74.8 74.8 100.0
Total 107 100.0 100.0
p) Bahu Kiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 32 29.9 29.9 29.9
tidak 75 70.1 70.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
q) Bahu Kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 33 30.8 30.8 30.8
tidak 74 69.2 69.2 100.0
Total 107 100.0 100.0
r) Bahu Tengah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 32 29.9 29.9 29.9
tidak 75 70.1 70.1 100.0
Total 107 100.0 100.0
s) Leher
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 54 50.5 50.5 50.5
tidak 53 49.5 49.5 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 23 21.5 21.5 21.5
tidak 84 78.5 78.5 100.0
Total 107 100.0 100.0
u) Lengan Kanan Bawah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 26 24.3 24.3 24.3
tidak 81 75.7 75.7 100.0
Total 107 100.0 100.0
v) Punggung
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 60 56.1 56.1 56.1
tidak 47 43.9 43.9 100.0
Total 107 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid level 3 39 36.4 36.4 36.4
level 2 68 63.6 63.6 100.0
Total 107 100.0 100.0
3. Antropometri
a) Antropometri No. 8 (Tinggi Bahu)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ter-cover 107 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ter-cover 15 14.0 14.0 14.0
tercover 92 86.0 86.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
c) Antropometri No. 14 (Tinggi Duduk)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ter-cover 77 72.0 72.0 72.0
tercover 30 28.0 28.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
4. Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 71 66.4 66.4 66.4
laki-laki 36 33.6 33.6 100.0
Total 107 100.0 100.0
5. Kebiasaan Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid berat 1 .9 .9 .9
ringan 13 12.1 12.1 13.1
tidak merokok 93 86.9 86.9 100.0
Total 107 100.0 100.0
6. Kesegaran Jasmani
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 20 18.7 18.7 18.7
sedang 51 47.7 47.7 66.4
baik 36 33.6 33.6 100.0
Total 107 100.0 100.0
7. Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid gemuk 17 15.9 15.9 15.9
nomal 74 69.2 69.2 85.0
kurus 16 15.0 15.0 100.0
Total 107 100.0 100.0
B. Bivariat
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TRE_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
A12_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
A14_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
JK_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
rokok_new * keluhan_new
107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
TKJ_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
SG_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
TRE_new lev el 3 Count 24 15 39
% wit hin TRE_new 61.5% 38.5% 100.0%
lev el 2 Count 54 14 68
% wit hin TRE_new 79.4% 20.6% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin TRE_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
A12_new tidak ter-cov er Count 10 5 15
% wit hin A12_new 66.7% 33.3% 100.0%
tercov er Count 68 24 92
% wit hin A12_new 73.9% 26.1% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin A12_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
A14_new tidak ter-cov er Count 61 16 77
% wit hin A14_new 79.2% 20.8% 100.0%
tercov er Count 17 13 30
% wit hin A14_new 56.7% 43.3% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin A14_new 72.9% 27.1% 100.0%
c) Antropometri No. 14 (Panjang Pantat)
Chi-Square Tests
3. Jenis Kelamin
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
JK_ perempuan Count 55 16 71
new % wit hin JK_new 77.5% 22.5% 100.0%
laki-laki Count 23 13 36
% wit hin JK_new 63.9% 36.1% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin JK_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
rokok_new berat Count 1 0 1
% wit hin rokok_new 100.0% .0% 100.0%
ringan Count 12 1 13
% wit hin rokok_new 92.3% 7.7% 100.0%
tidak merokok Count 65 28 93
% wit hin rokok_new 69.9% 30.1% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin rokok_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests
5. Kesegaran Jasmani
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
TKJ_new kurang Count 15 5 20
% wit hin TKJ_new 75.0% 25.0% 100.0%
sedang Count 42 9 51
% wit hin TKJ_new 82.4% 17.6% 100.0%
baik Count 21 15 36
% wit hin TKJ_new 58.3% 41.7% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin TKJ_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests
6. Status Gizi
Crosstab
keluhan_new
tidak
mengeluh mengeluh Total
SG_new gemuk Count 16 1 17
% wit hin SG_new 94.1% 5.9% 100.0%
nomal Count 52 22 74
% wit hin SG_new 70.3% 29.7% 100.0%
kurus Count 10 6 16
% wit hin SG_new 62.5% 37.5% 100.0%
Total Count 78 29 107
% wit hin SG_new 72.9% 27.1% 100.0%
Chi-Square Tests