Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen


Manajemen merupakan suatu proses bekerja dengan dan melalui orang lain melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah arah yang
harus dicapai ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen
meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber-sumber daya manusia, fisik dan teknologi ( Hubner,
D.L, 2006 )
Manajemen suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi
dan superfisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai suatu organisasi.
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan
dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain: pengorganisasian,
perencanaan, motivasi dan pengendalian, dari keempat fungsi tersebut saling berhubungan
dan memerlukan keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat (
Nursalam, 2017)
Sedangkan menurut Gillies ( 1998 ) manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif.

2.1.1 Prinsip – prinsip Manajemen


1. Berdasarkan Perencanaan
Manajemen keperawatan perlu didasari perencanaan karena melaui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana. Perencanaan merupakan
tugas yang utama dari serangkaian fungsi dan aktifitas manajemen. Penggunaan
yang efektif sangat diperlukan untuk implementasi dari rencana dalam organisasi
untuk mencapai produktifitas yang tinggi. Contoh penggunaan waktu yang efektif.

6
a. Seorang kepala ruang merencanakan pertemuan dengan stafnya pada
permulaan dan akhir minggu
b. Jadwal individu perawat akan di nilai kembali pada setiap pertemuan dan
dipertimbangkan dengan tujuan produksi yang sesuai dengan budget.
2. Pengambilan Keputusan
Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan, berbagai situasi
maupun masalah yang terjadi, dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat managerial.
3. memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
Memenuhi kebtuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
pimpinan perawat, dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini
dan inginkan. Kepuasan pasien merupakan hal utama dari seluruh tujuan
keperawatan, dalam mencapai tujuan itu maka pimpinan keperawatan mempunyai
tiga tugas utama dalam mengatur SDM dan manajerial yaitu membentuk
kebutuhan kkhusus unit tertentu, membuat pekerjaan yang menghasilkan, serta
mengatur efek dan tanggung jawab sosial.
4. Terorganisir
Manajemen keperawatan harus terorganisir dan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. Prinsip pengorganisasian antara lain :
pembagian tugas, koordinasi, kesatuan komando, tanggung jawab dan wewenang
yang sesuai, hubungan staf dan lini serta rentang pengawasan dan kendali.
Menurut Gillies (2009) dalam keperawatan pengorganisasian pelayanan
keperawtan dilaaksanakan dengan cara :
a. Fungsional/ penugasan, yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan
oleh kepala ruang masing – masing perawat mempunyai tugas khusus.
b. Alokasi pasien ( kasus), yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk
beberapa pasien ataupun satu pasien dilakukan oleh perawat yang sama.
c. Perawatan tim/grup tim perawat, yaitu sekelompok perawat merawat
sekelompok pasien, dipimpin oleh perawat yang mempunyai kualifikasi
pendidikan dan berpengalaman ( Registred Nurse ), adalah ketua tim dan
anggota tim.
d. Pelayanan keperawatan utama, yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan
untuk satu perawat primer ( Primary Nurse ) yang bertanggung jawab dari
pasien masuk sampai pulang.

7
5. Melakukan pengarahan
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelakssanaan rencana yang
telah di organisasi, dalam bimbingan atau pengarahan termasuk proses delegasi,
supervisi koordinasi, kontrol implementasi dan rencana.
6. Memotivasi
Bagian keperawatan memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan
kerja yang baik, seperti melalui sistem peningkatan pengkajian dan promosi, adanya
pendidikan tambahan dengan biaya intitusi, atau publikasi tentang profesi
keperawatan.
7. Menggunakan komunikasi yang efektif
Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif, dengan adanya
komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalah pahaman dan memberikan
persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai.
8. Melakukan pengembangan staf
Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi, ataupun upaya pimpinan
untuk meningkatkan pengetahuan perawat dan mengembangkan kualitas stafnya dan
dapat mengklasifikasikan ketrampilan manajemen dalam kategori :
a. Keterampilan konseptual yaitu kemampuan dan ketrampilan berpikir
b. Keterampilan teknis termasuk metode, proses dan prosedur.
c. Keterampilan human yang berhubungan dengan kepemimpinan dan hubungan
antar manusia. Dalam keperawatan sseorang anggota eksekutif keperawatan
diharapkan mempunyai kemampuan konseptual yang tinggi sedangkan kepala
ruangan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam teknik praktek
pelayanan keperawatan.
9. Pengendalian
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah di buat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip –prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan. Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan
evaluasi dari pelaksanaan rencana berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para
pimpinan dan administrator seluruhnya bekerja sama dalam perencanaan dan

8
pengorganisasian serta fungsi fungsi manejemen lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan bersama.

2.1.3 Kerangka, Konsep, filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan.


Berdasarkan pertimbangan kemajuan manajemen keperawatan dalam memberikan
arah kepada pencapaian tujuan dan menhgadapi masalah manajerial dimasa
mendatang,maka untuk mencapai harapan pelayanan keperawatan dimasa mendatang
perlu menentukan suatu kerangka konsep keyakinan dasar,filosofi dan tujuan
keperawatan yang dapat mengarahkan seluruh kegiatan yang telah direncanakan dan
mengatasi masalah manajerial.
a. Kerangka konsep manajemen keperawatan
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif
yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu manusia,perawat,kesehatan dan
lingkungan.
b. Filisofi keperawatan
Filosofi adalah keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang mengarah
setiap pelaksanaan kegiatan indvidu atau kelompok kepada pencapaian tujuan
bersama.Filosofi manajemen keperawatan keyakinan yang dimiliki oleh tim
keperawatan yang berkualitas melalui pembagian kerja,koordinasi dan
evaluasi.Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan menyakini
bahwa:
1. Mengerjakan hari ini lebaik baik dari hari esok.
2. Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan.
3. Meningkatkan mutu kinerja keperawatan,berarti juga peningkatan pelayanan
keperawatan.
4. Pendidikan berkelanjutan sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan
keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan merupakan tanggung jawab
bidang keperawatan.
5. Keperawatan adalah proses keperawatan individualyang membantu dan
menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehinnga mencapai
keadaan fungsi dan optimal.
6. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan.

9
7. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang
bermutu.
8. Perawat adalah advokat pasien yang berpatisipasi melalui fungsi komunikasi
dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien serta keluarga harus
dilibatkan melalui perencanaan sampai evaluasi.
9. Perawat berkewajiban untuk memberi pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal,dan dan perencanaan
pulangadalah proses transisi dari rumah sakit ke komunitas merupakan bagian
integral dari perencanaan perawat an pasien
c. Visi dan misi keperwatan .
Pemahaman visi dan misi diharapkan setiap kegiatan keperawatan,akan
mengarahkan kepada pelaksanaan visi dan misi tersebut.
d. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan yang konkrit dan spesifik tentang
pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapakan prioritas kegiatan
sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi,misi dan didasari filosofi yang
diyakini dalam rumah sakit.

2.1.4 Lingkup Manajemen Keperawatan Terdiri Dari:


a. Manajemen Operasional.
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bagian keperawatan yang
terdiri dari tiga tindakan manajerial yaitu:manajemen puncak,manajemen
menengah,dan manajemen bawah. Tindakan semua orang yang dimiliki kedudukan
dalam menejemen berhasil dalam kegiatannya.Ada beberapa faktor yang perlu
dimiliki oelh seorang pimpinan agar pentalaksanaan kegiatan dapat berhasil dengan
baik.Faktor yang perlu dimiliki oleh seseorang pimpinan anatara lain kemampuan
menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan
peran sebagai pemimpin serta kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
(Sitorus,R,2014)
b. Manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep manajemen didalamnya seperti: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian.

10
2.1.5. Strategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Masa Mendatang
Fungsi manajerial yang paling penting dan harus dilaksanakan oleh pemimpin
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Mempertimbangkan perubahan situasi yang berkaitan dengan kegiatan keperawatan
dimasa mendatang, manajer keperawatan diruangan akan berpotensi menghadapi
berbagai permasalahan Untuk mengurangi kendala dan permasalahan yang timbul
sebagai akibat dari perubahan peran, fungsi dan tanggung jawab manajer keperawatan
dimana diperlukan suatu pendekatan dari sentralisasi ke desentralisasi, maka manajemen
partisipasif merupakan salah satu metode yang baik dapat dipilih ( Asmarani 2012 ).

2.2 Model Praktek Keperawatan Profesional


2.2.1 Sistematika Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu:
a. Orientasi Pasien Baru
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan klien keluarga dimana
terdapat kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam memberi
Asuhan Keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien/keluarganya dapat terbina (trust).Hal – hal yang perlu
diperhatikan :
1. Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama) dan
kondisi klien sudah tenang.
2. Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan
orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi
kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang
bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan.
3. Orientasi diberikan kepada klien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan dikamar klien dengan menggunakan format orientasi, selanjutnya
klien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasiyang
ditempelkan dikamar klien.
4. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan
keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien.
5. Orientasi ini dihitung kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan sekaligus
menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan
mengidentifikasi kebutuhan klien

11
6. Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama perawat
yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada
daftar nama tim.

b. Operan/Timbang Terima
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien, bertujuan :
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
a. Timbang Terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari Nurse Station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan pada
saat timbang terima antara lain identitas klien dan diagnosa medik,
masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul, tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaborasi
dan dependensi dan rencana umum dalam kegiatan selanjutnya.
c. Konfrensi
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melakukan operan dinas sore atau melalui sesuai dengan jadwal
dinas pp Konfrensi bertujuan untuk :

12
1). Membahas masalah setiap klien berdasarkan rempra yang telah dibuat oleh pp
2). Menciptakan klien yang menjadi tanggung jawab masing – masing PA
3). Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu
perencanaan tindakan didasarkan pada renpra yang di tetapkan oleh PP
4). Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien menjadi tanggung jawabnya
5). PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan
keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan pelayanan seperti :
Keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung
lain,ketidakhadiran dokter yang di konsulkan, ketepatan pemberian Infus, ketepatan
pemantauan asupan haluaran cairan ( 1/O), ketepatan pemberian oral atau injeksi,
ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal – hal yang
di bahas dalam konfrens antara lain keadaan umum klien, keluhan utama, TTV dan
kesadaran klien , hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik terbaru, masalah
keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis, dan rencana medis.
d. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim ( Nursalam 2017).
1). Tujuan Ronde Keperawatan
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c. Meningkatkan validitas data klien.
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
2). Peran
a. Perawat Primer Dan Perawat Asosiate
Dalam menjalankan pekerjaanya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
memaksimalkan keberhasilan antara lain menjelaskan keadaan dan data
demografi klien, menjelaskan masalah keperawatan utama, menjelaskan
intervensi yang belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan tindakan
selanjutnya serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan di ambil.

13
b. Peran Konsuler / espert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi, memberikan
reinforcement, melalui kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional, mengarahkan dan koreksi, dan mengintegrasikan
teori dan konsep yang telah di pelajari.
a.Persiapan
1. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum pelaksanaan ronde.
2. Pemberian Informed Consent kepada klien / keluarga
b. Pelaksanan Ronde
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu di diskusikan.
2. Pemberian justifikasioleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan di lakukan.
3. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan di
terapkan.
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

2.2.2 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan


Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu model keperawatan
tim, model keperawatan fungsional, keperawatan tim primer dan metode kasus.
a. Model Keperawatan Tim
Model keperawatan tim adalah sebuah metode dimana setiap pemberian asuhan
keperawatan pada pasien yang di pimpin oleh perawat professional yang terdiri
dariperawat professional( register ners) perawat praktis yang mendapat ijin, dan
pembantu perawat. Keuntungan keperawatan tim adalah keperawatan yang
melibatkan semua anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan pasien,
memungkinkan semua tim berkomunikasi dalam penyelesaian konflik sehingga
mudah diatasi dan keperawatan tim memberikan perawatan terbaik pada biaya rendah.
Kelemahan keperawatan tim adalah dapat menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total, keterbatasan tenaga kesehatan

14
membuang kebutuhan pasien tidak terpenuhi dan keperawatan tim sulit untuk
menentukan waktu untuk konferensi tim (Nursalam, 2017).
b. Model Keperawatan Fungsional
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana setiap tim atau perawat merawat
satu atau beberapa pasien pada saat dinas dan pada hari berikutnya tidak dijamin
dirawat oleh perawat yang sama. Keuntungan perawat fungsional adalah dapat
menyelesaikan banyak tugas dalam waktu yang singkat. Kelebihan perawat
fungsional adalah manajemen klasik yang meningkatkan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas, pengawasan yang baik dan perawat senior dapat menyibukkan diri dengan
tugas manajerial. Kelemahan perawat fungsional yaitu keperawatan fungsional
membagi asuhan keperawatan, persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan dan keperawatan fungsional membuat hubungan
perawat dengan pasien sulit terbentuk (Nursalam, 2017).
c. Model Keperawatan Primer
Keperawatan tim primer merupakan metode penugasan yang paling dipuji dan
digunakan saat ini karena metode ini merupakan perluasan dari prinsip desentralisasi
wewenang, dimana keputusan tentang proses keperawatan dipusatkan pada individu
perawat fungsional. Perawat primer dipusatkan untuk merawat kebutuhan total pasien
dalam waktu 24 jam selama tinggal dirumah sakit (Nursalam, 2017).
d. Metode Kasus
Manajemen kasus merupakan suatu sistem pemberian perawatan pasien yang
berfokus pada pencapaian hasil dalam kerangka waktu. Metode ini memfokuskan
pada seluruh episode penyakit, meliputi semua lingkungan dimana pasien menerima
perawatan. Metode ini meliputi praktik kolaboratif yang gilirannya melibatkan
kelompok profesional perawat yang kolaboratif untuk memindahkan pasien melalui
sistem.
e. Model Keperawatan Tim Modifikasi
Model keperawatan tim modifikasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
konsep-konsep sebagai berikut:
1. Ketua tim mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan
klien,merencanakan,melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Selain itu harus mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi
keperawatan.

15
2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan.
Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk setiap klien harus
selalu tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai kembali untuk
validitasnya.
3. Ketua tim harus menggunakan semua teknik manajemen dan kepemimpinan.
4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku.
f. Peran dan Fungsi Perawat pada Metode Tim Modifikasi
Pada metode tim modifikasi tugas dan tanggungjawab didalam melaksanakan
asuhan keperawatan dibedakan atas tugas dan tanggungjawab kepala ruang, ketua tim,
PA.
1. Kepala Ruang Rawat
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat
dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat
I adalah perawat dengan jenjang pendidikan S.Kep atau Ners dengan pengalaman.
Kepala ruang bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Adapun tugas dan
tanggungjawab kepala ruang rawat adalah:
 Membuat jadwal dinas
 Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
 Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.
 Mengorientasikan pegawai baru, resident, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktek diruangan, menganjurkan
membaca format orientasi ruang MPKP.
 Melakukan administrasi dan kegiatan surat menyurat.
 Membimbing siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan
diruangan dengan mengikuti sistem MPKP.
 Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien,
keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain KaRu bersama KaTim
mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawatan yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan
 Mengecek kelengkapan peralatan
 Melaksanakan pembinaan terhadap KaATim dan PA dalam hal penerapan
MPKP termasuk tingkah laku profesional.

16
 Bila tim/KaTim cuti, tugas dan tanggung jawab KaTim terebut di ambil alih
oleh KaRu dan dapat dilegelasikan kepada PA senior (wakil ketua tim/KaTim
pemula yang di tunjuk tetapi tetap di bawah pengawasan kepala ruangan)
 Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan unruk
membahas kebutuhan diruangan
 Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan

2. Ketua Tim/Perawat Primer


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, KaTim pemula adalah perawat dengan
kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah
perawat dengan kemampuan S.kep/ners. Tugas dan tanggung jawab katim adalah;
 Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi klien dan keluarga.
 Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang
dilakukan PA sore.
 Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian.
 Menjelaskan renpra yang sudah di tetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya.
 Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien setiap giliran jaga
shift
 Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan
keperawatan apakah ssudah sesuai dengan SOP
 Monitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
 Membantu memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
 Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
 Melakukan kegiatan serah terima klien bersama PA
 Mendampingi dokter visite dibawah tanggung jawabnya
 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan
klien setiap hari
 Melakukan pertemuan dengan klien dan keluarga minimal tiap 3 jam
 Bila tim/KaTim libur maka tugasnya digantikan oleh PA yang telah di tunjuk
 Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
 Membuat perencanaan pulang

17
3. Perawat Asosiatif
Kemampan PA dan MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat
dengan kempuan DIII keperawatan. Namun beberapa kondisi bila belum semua
tenaga mendapat pendidikan tambahan pada beberapa ruangan MPKP yang
dikembangkan. Tugas dan tangguang jawab PA adalah sebagai berikut;

 Membaca renpra yang telah di tetapkan oleh PP


 Membina hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan oleh PP
 Menerima klien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi
klien dan keluarga
 Melakuakn tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan renpra
 Mengikuti visite dokter blia PP tidak ada ditempat
 Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien
 Mengkomunikasiakan PP/PJ dinas bila menmukan masalah yang perlu
diselesaikan
 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatann
dan tindakan
 Berperan serta dalam penkes pada klien dan keluarga yang di lakukan PP
 Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
 Membantu tim lain yang membutuhkan

2.3 Unsur Input


2.3.1 Man
2.3.1.1 ( Kuantitas Ketenaga Kerjaan )
a. Ketenaga Kerjaan Menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang yang didasarkan pada Douglas
( 1992 ) dibagi menjadi 3 yaitu perawatan minimal,parsial dan total. Perawatan
minimal ( 1-2 jam / 24 jam ) dimana pasien mampu menjaga makan, minum dan
kebersihan diri secara mandiri, ambulanci dalam pengawasan dan pengobatan
secara minimal. Perawatan parsial ( 3-4 jam/ 24 jam dimana pasien mampu
membutuhkan pemenuhan kebersihan diri, makan dan minum dan membutuhkan
observasi tiap 4 jam dengan pasien falley cateter. Pasien dengan perawatan total (
5-6 jam / 24 jam ) adalah pasien dengan pasien dengan disorientasi, luka kompleks,

18
membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhann kebutuhan dasar, membutuhkan
observasi tanda tanda vital setiap 2 jam.

Tabel 2.1 Cara Perhitungan Jumlah Dan Kategori Tenaga Kerjaan Keperawatan

Minimal Parsial Total


Pagi Sore malam Pagi Sore malam Pagi Sore Malam
1
2
3
Dst

B. Ketenagaan Menurut Departemen Kesehatan

Kriteria pasien Jam perawatan Jumlah


Perawatan minimal orang 1- 2 jam
Peratan parsial orang 3 – 4 jam
Perawtan total orang 5 – 6 jam
Jumlah

1. Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Bertugas


Rumus
Jumlah Perawatan Diruangan / Hari
Jam Efektif Perawat
2. Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Libur
Rumus
( Jumlah Hari Libur/Tahun + Jumlah Hari Libur Besar / Tahun + Jumlah Hari Cuti ) X A

Jumlah Hari Kerja / Tahun


3. Tenaga Non Keperawatan
Rumus
( Jumlah Tenaga Keperawatan + Jumlah Tenaga Yang Libur ) X 25 %
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam ruangan adalah

19
X = jumlah perawat + jumlah perawat libur + jumlah tenaga non
keperawatan

2.3.1.2 Kualitas Ketenaga Kerjaan


Di Indonesia saat ini terdapat 3 macam pendidikan tenaga keperawatan yaitu
SPK, DIII keperawatan, dan Sarjana Keperawatan/Ners. Lulusan D III keperawatan
disebut dengan perawat pemula namun sudah dibekali dengan profesional yang
bergelar Amd. Kep yang sudah menguasai ilmu keperawatan dan ilmu penunjang
lainnya. Program Ners menghasilkan perawat profesional, generalis dengan gelar
akademik S. Kep dengan profesi Ners ( Ns )yang mempunyai landasan kukuh dan
landasan profesi yang mantap, sesuai dengan sifatnya sebagai profesi ( akademik-
profesional ).

2.3.2 Material
Material merupakan perawatan penunjang yang mendorong kelancaran dalam
memberikan asuha keperawatan pasien secara kualitatif yang tersedia sesuai dengan
standar yang telah ditstapkan. Fasilitas dan alat alat kedokteran maupun keperawatan
dipenuhi melalui standar resmi yang telah ditetapkan oleh masing masing rumah sakit
yang disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan.

Adapun yang menjadi syarat/standar sebuah ruangan perawatan yang baik, antara lain:
a. Tenang
b. Terjaga kebersihannya
c. Sirkulasi udara dan cahaya yang baik
d. Luas ruangan cukup nyaman
e. Privasi klien terjaga
f. Memenuhi standar keamanan pasien.

2.3.3. Metode
a. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan, yaitu
mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis keperawatan,
menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
(termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan oleh perawat) sampai evaluasi

20
terhadap hasil tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan
sebagaimana tercantum dalam Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP merupakan
suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang dibakukan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu pasien. Tujuan umum Standar Operasional Prosedur
adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan pemenuhan standar yang berlaku. Prinsip- prinsip SOP, adalah sbb :
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
b. Dapat berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan
IPTEK serta peraturan yang berlaku
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap
upaya, di samping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan
pelayana.
d. Harus didokumentasikan
Proses pembuatan SOP melalui beberapa tahap yaitu, antara lain:
a. Merumuskan tujuan protap
b. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
c. Menerjemahkanpolicy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan
kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat standar kinerja,
dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
d. Membuat aliran proses yang digambarkan dalam bentuk bagan-bagan proses atau
urutan jalannya suatu produk/ tata cara yang mencatat segala peristiwa seperti
memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan dan membantu setiap
pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan pihak lain.
e. Menyusun prosesdur atau pelaksanaan kegiatan.

b. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Masyarakat memerlukan pelayanan keperawatan yang bermutu dan di landasi
dengan jiwa manusiawi. Pelayanan keperawatan mendominasi pelayanan rumah sakit
sehingga menjadi komponen akreditasi rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan suatu
keseragaman dalam memberikan pelayanan dengan memberlakukan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK). SAK adalah level kinerja atau performance yang diinginkan dan
dapat dicapai dimana kinerja aktual dapat dibandingkan. SAK diperlukan untuk
meningkatkan, menuntun dan mengarahkan praktik keperawatan professional. Tujuan

21
penting SAK lainnya, adalah proteksi terhadap public, pengaturan praktik perawat,
pemberian ijin institusi pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administrasi,
penafsiran harapan publik dan professional pelayanan kesehatan lainnya terhadap
praktik perawat serta acuan legal untuk praktik yang layak.

2.3.4. Money
Top Down metode ini menggunakan informasi utama dari rekening atau data
keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah mengidentifikasi
pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan penyediaan layanan rawat
inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan pengeluaran-pengeluaran tersebut
ke masing-masing cost center seperti bangsal rawat inap, gaji dan jasa medis dan
ruangan lainnya.
2.3.5. Mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien
dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayan yang dilaksanakan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan
hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
SP2KP meliputi (Depkes RI, 2008) :

a. Identifikasi Gelang Pasien Berupa Gelang Pasien


Merupakan suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup
nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan
pasien yang satu dengan yang lain guna memberikan pelayanan yang secara tepat
pengobatan dan prosedur tindakan pasien. Di dalam gelang pasien ada tiga poin
didalamnyanama, tanggal lahir dan nomor RM. Gelang pasien mempunyai 2 warna
yaitu biru untuk laki laki dan pink untuk perempuan. Di ruang hcu sudah menerapkan
gelang identifikasi yang diberikan oleh rumah sakit.

b. Kebersihan ( Hard Hygine ) Untuk Mencegah Infeksi Nosokomial


Salah satu personal hygine yang sangat mudah adalah dengan mencuci
tanngan disetiap 5 saat yaitu ;
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Sesudah terpapar dengan cairan tubuh
4. Sesudah kontak dengan pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
Semua petugas dan pengunjung harus memahami 5 momen mencuci tangan, sehingga
salah satu prinsip pencegahan dan kontrol infeksi dapat berjalan dengan baik. Mencuci
tangan sangat penting, karena selain mengurangi angka penularan infeksi ( helathcare –
associated infection – HAIs/HCAI), bahkan yang berbahaya seperi MRSA. Hygen

22
tangan ini juga memiliki keuntungan lain yaitu jika pasien tidak memiliki infeksi
tambahan maka kesembuhan pasien diharapkan akan terjadi pada waktu yang
diperkirakan atau tidak memanjang akibat penyakit lain.

c. Dekubitus

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan


integritas kulit.Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan kombinasi di daerah
kulit dan jaringan di bawahnya.

d. Kesalahan dalam pemberian obat

Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat


melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat yaitu benar
pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis, benar cara pemberian
dan benar dokumentasi.

e. Pasien jatuh

Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai
atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat ataupun saat pasien
terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsi, bahaya karena
terlalu banyak aktivitas. Angka kejadian pasien jatuh adalah persentase jumlah
insidensi pasien jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada
periode waktu tertentu setiap bulan.

f. Restrain

Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi, terutama untuk
pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya digunakan bila metode lain
sudah tidak efektif.

g. Perawatan diri

Perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar
tidak timbul masalah lain sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan
diri misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain lain.

2.Kepuasan pasien

Tingkat kepuasan pasien berdasarkan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku


terdiri dari:

a. kelengkapan dan ketepatan informasi,


b. penurunan kecemasan,
c. perawat terampil professional,
d. pasien merasa nyaman,
e. terhindar dari bahaya,

23
f. privacy terjaga,
g. perawat ramah dan empati.

3.Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was seakan terjadi sesuatu sebagai ancaman. Kejadian
cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat ketidaknyamanan,
bertambahnya hari rawat.

4. Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.Nyeri dapat
disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui penyebabnya.

5. Pengetahuan

Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan


discharge planning.Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam pemberian
informasi pengetahuan pasien di ruang rawatan.

2.4. Unsur Proses


2.4.1. Perencanaan/ Planning.
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan perencanaan diharapkan hasil
akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan yang baik
sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencanaan meliputi :
a. Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b. Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Perencanaan jangka panjang (untuk tahun mendatang).
Dalam bidang keperawatan, perencanaan berfungsi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan
dapat memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg
(2000), perencanaan digolongkan sebagai suatu konseptual yang mencakup unsur
pokok (strategis) dan operasional.

24
2.4.2. Organisasi/ Organication
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pengertian secara
statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan
suatu wadah kegiatan sekelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Adapun ciri-ciri organisasi, antara lain adalah :

a. Terdiri atas sekelompok orang


b. Ada kegiatan yang berbeda akan tetapi saling berkaitan
c. Setiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
e. Adanya suatu tujuan.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip-prinsip dalam menjalankan
tugasnya. Prinsip –prinsip organisasi diantaranya, adalah :
a. Tujuan Yang Jelas (Clear Objective)
b. Skala Hirarki (The Scalar Principle)
c. Kesatuan Komando/Perintah (Unity Of Command)
d. Perlimpahan Wewenang (Delegation Of Authority)
e. Pertanggungjawaban (Responsibility)
f. Pembagian Kerja (Division Of Work)
g. Rentang Kendali (Span Of Control)
h. Fungsionalisasi (Functionalization)
i. Pemisahan Tugas (Task Separation)
j. Fleksibilitas/Kelenturan (Flexibility)
k. Keseimbangan (Balance)
l. Kepemimpinan (Leadership)
Model Praktek Keperawatan Professional (MPKP) adalah suatu system (struktur,
proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian
asuhan keperawatan . MPKP terdiri dari beberapa elemen substansi, yaitu sbb :
a. Nilai professional (inti MPKP)
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian Asuhan Keperawatan
d. Hubungan professional
e. Sistem kompensasi dan penghargaan.

25
Dalam system pemberian asuhan keperawatan/care delivery system, ada beberapa
teori yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. Adapun metode dalam asuhan
keperawatan meliputi: metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.

2.4.3. Penggerak/Actuating
Menurut Douglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan dari klien dan pedoman serta
pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai
objektif organisasi.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan”
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan
dalam tugas-tugas yang mampu dikelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim motivasi
b. Mengelola waktu secara efisien
c. Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. Melaksanakan system pendelegasian dan supervise
f. Negosiasi
Serah Terima Tugas Jaga (Operan) :
a. Didahului dengan doa bersama
b. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan di station dengan suara perlahan/tidak rebut
c. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya.
d. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum
dilakukan
e. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
f. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada) dan
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

26
g. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
h. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
i. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada
akhir tugas
j. Memberikan salam kepada pasien dan keluarga, mengobservasi dan
menginspeksi keadaaan pasien serta menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam
rangka kualifikasi).
Pelaksanaan Timbang Terima:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima, meliputi :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
a. Timbang Terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari Nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan pada saat
timbang terima antara lain identitas klien dan diagnosa medik, masalah
keperawatan yang kemungkinan masih muncul, tindakan keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaborasi dan dependensi dan
rencana umum dalam kegiatan selanjutnya.

27
2.4.4. Pengawasan / Controlling
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan dan
sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya melalui supervise.
Adapun supervise, terdiri dari :
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir. Ketua tim membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama atau sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
d. Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan
terlebih dahulu persiapan, seperti :
 Standart Operation Prosedur
 Standar atau pedoman diagnosis dan terapi
 Indikator penilaian penampilan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen . Ada 3 macam pengawasan, yaitu :
a. Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian yang dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan
terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik suber daya, SDM
bahan/alat maupun dana
b. Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung
untuk memastikan sasaran tercapai
c. Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.

28
2.5. Unsur Output
2.5.1. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR,
AVLOS, TOI, BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan Tempat tidur)
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Standar Internasional BOR dianggap baik adalah 80-90% sedangkan standar
nasional BOR adalah 60-85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien di rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabil diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu
pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal 6-9 hari.
c. TOI (Turn Over Interval = Tempat tidur tidak terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat
terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idelanya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu. Idelnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10x/3 bulan)

2.5.2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK


Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan
semua asuhan keperawatan sehingga terwujudnya data yang lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan
keperawatan.
Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai media komunikasi
b. Sebagai sarana pendidikan
c. Sebagai perhitungan biaya

29
d. Sebagai evaluasi perencanaan perawatan pasien
e. Sebagai jaminan mutu pelayanan
f. Sebagai dokumen yang sah
g. Sebagai data penelitian
Aspek-aspek penting dalam dokumentasi keperawatan, meliputi :
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
c. Legibility (mudah dibaca)

Komponen dokumentasi keperawatan meliputi:


a. Pengkajian, meliputi : pengumpulan data dan pengorganisasian data.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
b. Diagnosa Keperawatan : menggambarkan masalah pasien, baik actual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
c. Rencana keperawatan : menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan masalah.
d. Implementasi/tindakan : pemberian tindakan/ asuhan keperawatan, meliputi :
 Evaluasi : memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal
untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien.
 Catatan asuhan Keperawatan : pencatatan merupakan data tertulis tentang
kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan.

2.5.3. Kepuasan Pasien


Kualitas suatu pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasan penggunaaan
pelayanan tersebut. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan
rumah sakit, maka semakin tinggi pula kualitas pelayanan rumah sakit tersebut.
Instrument yang digunakan adalah instrument tingkat kepuasan pasien yang berjumlah
20 pernyataan. Instrument dibagikan kepada pasien ruang HCU Melati yang bersedia
menjadi responden.

30
2.5.4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang baik mengacu pada standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan.

2.6. Analisa SWOT


Metode perencanaaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats). Proses ini melibatkan penentuan
tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang mendukung dan yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunity) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weakness) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunity) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada,
dan terakhir adalah bagaiman cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptajan sebuah ancaman baru.

2.7 Prioritas Masalah Keperawatan


Salah satu cara menentukan masalah keperawatan adalah dengan menggunakan
metode CARL (Capability, Accesibillity, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor
nilai 1-5.
Kriteri CARL mempunyai arti sbb :
a. C : Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)
b. A: Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak. Kemudahan dapat didasarkan
pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
peraturan atau juklak.
c. R : kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti
keahlian/kemampuan dan motivasi
d. L : seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan
masalah yang dibahas.

31
Nilai total merupakan hasil perkalian dari C x A xR x L, urutan rangking prioritas
adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
Contoh tabel :
No. Masalah C A R L Nilai Rank
1 Masalah 1 3 2 1 2 12 5
2 Masalah 2 2 3 2 3 36 2
3 Masalah 3 3 1 3 1 9 7
4 Masalah 4 1 3 4 1 12 6
5 Masalah 5 1 2 3 4 24 3
6 Masalah 6 4 2 2 1 16 4
7 Masalah 7 5 3 1 3 45 1

32
SOP PEMELIHARAAN BEDSIDE MONITOR

PROSEDUR
AKSESORIS CEK 1. Periksa kelengkapan alat main unit, seperti : kabel
power, ground leat, fulse, disposable, elektrode, set dan
kabel penghubung keyped
2. Periksa perangkat masukan pada input box seperti ECG
beserta elektrode lead, NIBP, blood preasure,
temperature head.

CLEANING 1. Bersihkan debu dari slot ventilasi pada main unit dan
monitor dengan menggunakan vacum cleaner
2. Bersihkan permukaan alat dengan menggunakan kain
lembut dan alcohol
VISUAL CEK 1. Periksa sistem pengkabelan eksternal
2. Periksa sistem sambungan solder, mur, baut dan
konektor
3. Periksa PCB
4. Periksa pulse, ganti bila perlu
5. Periksa tampilan monitor

FUNGSIONAL CEK Lakukan manual self cek untuk memanggil diagnostic cek dan
sistem setup dengan cara :
Tekan tombol on/off dan suspend secara bersamaan. Tunggu
sampai menu diagnostic cek dan system setup tampil kemudian
lepaskan.

33
SOP PEMELIHARAAN BED SITE MONITOR

NO PROSEDUR
1. Bersihkan permukaan alat dengan kain basah atau dengan sedikit alcohol, sekali
dalam sebulan.
2. Jangan menggunakan sprtau, atau ethanol
3. Jangan merendam mesin atau probe ke dalam cairan atau deterjen, hindari cairan
4. Gulung atau gantung kabel-kabel aksesoris dengan baik setelah pemakaian.
5. Untuk kabel sensor, bersihkan dengan kain basah dengan cara menarik dari atas ke
bawah dengan perlahan-lahan
6. Untuk manset bersihkan dengan menggunakan klorin dengan cara : dilap
menggunakan kasa ataupun waslap.
7. Untuk pengisian ulang batrerai jangan melebihi 8 jam
8. Sebelum mematikan alat lebih dahulu menekan tombol FREEZE.

34
CARA PEMELIHARAAN TERMOMETER DIGITAL

NO PROSEDUR
1. Jangan menggunakan air atau direndam untuk membersihkan termometer
2. Bersihkan thermometer dengan kain bersih
3. Jika menggunakan alcohol, pastikan tidak terkena indicator
4. Untuk noda membandel gunakan kain yang telah direndam air dan detergen.
Bersihakan dengan kain bersih.
5. Jangan gunakan benzene, tinner, bensin ataupun pelarut lainnya
6. Jangan gunakan alcohol untuk waktu yang lama atau mencoba untuk direndam
dalam air panas
7. Jangan gunakan ultrasonic washer untuk membersihkan thermometer

35
SOP SUCTION PUMP

No tindakan
1 Jelasakan pada pasien prosedur yang akan dilaksanankan.

2 Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan


3 Perawat memakai sarung tangan
4 Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
5 Hubungkan alat ke aliran listrik
6 Slang dipasang ke penghisap lendir
7 Mesin penghisap lendir dihidupkan dengna menekan tombol on
8 Sebelum slang dimasukkan ke mulut pasien, cobakan dulu ke air putih yang
teresedia didalam gelas
9 Gunakan tombol pada alat pengisap dengan tekanan 110-150 mmhg untuk
Dewasa, 95-110 mmhg untuk anak-anak, dan 50 - 59 mmhg untuk bayi
10 Hisap lendir pasien sampai selesai
11 Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan tombol off pada alat

12 Bersihkan mulut pasien dengan kasa


13 Bersihkan slang dengan air
14 Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedi
15 Perawat cuci tangan

36
PERAWATAN TENSIMETER

Diruang HCU Melati terdapat dua pengukur tekanan darah yaitu tensimeter air raksa
denghan tensimeter yang tersambung ke layar monitor.
a. Tensimeter Raksa/Sphigmomanometer.
1) Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam penggunaan atau
penyimpanan.
2) Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat ( minyak, oli )
3) Hindarkan dari benda-benda tajam.
4) Jagalah agar manometer (tabung raksa) dari benturan benda keras.
5) Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjaga ketahanan
tensimeter.
6) Bersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dan kotoran.
7) Bersihkan valve inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakan kapas yang dibasahi
dengan alkohol.
8) Didalam valve outlet/klep keluar terdapat filter, lepas dan bersihkan dengan alkohol
70%
b. Cara membersihkan dan memperbaiki tensimeter air raksa:
1. Persiapan peralatannya
 Tang buaya atau tang kombinasi.
 Air raksa.
 Kasa/kain polos dengan ukuran minimal 20x20 cm.
 Kawat panjang 40 cm dengan diameter 0.4 mm.
 Kapas.
 Wadah kecil/mangkuk.
 Syringe/suntikan
2. Pelaksanaannya
 Buka tensimeter, perhatikan apakan dalam keadaan terbuka atau tertutup
tensimeternya, jika terbuka tutuplah pengaman air raksanya agar tidak tercecer saat
gelas kaca dibuka.
 Buka penutup atas dengan memutar berlawanan jarum jam.
 Ambil secara perlahan gelas ukur dan bersihkan dengan kawat dan kapas, hingga
debu dan karat air raksa hilang.

37
 Siapkan mangkuk atau wadah untuk menampung air raksa yang akan dikeluarkan
dari tempatnya dengan membuka valve pengamannya
 Kemudian letakan kain pada telapak lengan anda, dan tuang air raksa di atasnya
setelah itu lakukan pemerasan hingga air raksa kembali bersih dari debu dan karat.
 Setelah bersih posisikan kembali gelas ukur.
 Isikan kembali air raksa yang telah bersih kedalam tempatnya dengan menggunakan
syringe/suntikan, isikan air raksa hingga menyentuh garis nol pada gelas ukur, jika
kurang lakukan penambahan dan tutup kembali bagian atasnya.
 Lakukan pengetesan dengan pressure meter atau dengan membandingkan dengan
tensimeter lainnya dengan menghubungkan secara langsung untuk melakukan
pengaturan.
 Jika telah sama maka proses pengaturan selesai.
 Bersihkan pula pompa/bulp tensi dengan membuka filter udara dan
membersihkannya dari debu.
 Ganti manset dan pompa tensi yang bocor dan lap kembali.
 Proses pemeliharaan selesai
3. Tensimeter Monitor
 Pastikan kabel monitor terpasang ke aliran listrik
 Pastikan kabel menset terpasang ke monitor
 Pasang menset di lengan atas 1 – 2 cm dari siku
 Tekan power on/off pada monitor untuk menyalakan monitor
 Klik menu start/stop pada latar monitor untuk memulai pemompaan otomatis pada
menset
 Menset siap digunakan
Setiap kali selesai menggunakan tensimeter, bersihkan menset dengan
menggunakan alcohol swabs 70 % yang di usapkan pada menset dengan menyeluruh
agar tidak menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien lain.

38

Anda mungkin juga menyukai