Bab I DHF
Bab I DHF
Oleh :
dr. Dimas Nugroho
Pendamping :
RS NU Jombang
Kota Jombang Provinsi Jawa Timur
2018-2019
0
Portfolio
2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah diberi obat penurun panas, demam turun sebentar, kemudian
naik kembali. Kemudian pasien dating ke IGD RS NU Jombang
1
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
7. Riwayat imunisasi : Imunisasi Dasar Lengkap
8. Lain-lain:
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Vital Sign
GCS : E4V5M6
TD : 90/60 mmHg
HR : 108 x/ menit
RR : 22 x/ menit
Tax : 38˚ C
CRT : < 2 dtk
Status gizi
BB/TB: 19 kg/ 104 cm (Kesan gizi baik)
A. Status Generalisata
Kepala: Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), hiperemi (-)
: Mukosa bibir kering (-), lidah kering (-), perdarahan gusi (-), tonsil
Mulut sulit dievaluasi
Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal (-), otot bantu nafas (-)
Palpasi : Vokal fremitus raba normal
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas kiri atas ICS II LMC sinistra
2
Batas kanan atas ICS II LPS dekstra
Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra
Batas kanan bawah ICS IV LPS dekstra
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus positif normal
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen, liver span dalam batas
normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Defans Muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Nyeri ketok costovertebra (-/-), ballotement (-/-)
Rektum/anus : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN LAB:
DL (19/10/ 2018)
Jumlah sel darah
Hb 12,5 g/dl
HCT 38,6 %
Leukosit 3.77 ribu/uL
Trombosit 96 ribu/uL
Eritrosit 1.730 juta/uL
Index
Lymph 33,0%
Monosit 9%
Granulosit 58%
3
Hasil Pembelajaran :
1. DHF
3. Tatalaksana DHF
1. Subjektif
Pasien mengeluhkan demam 4 hari SMRS yang disertai mual dan muntah setiap kali
makan dan minum dan disertai penurunan nafsu makan. Demam muncul mendadak,
muncul setiap hari, dan hanya turun jika diberikan obat. Tidak ada keluhan nyeri di
bagian kepala, tidak ada riwayat mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah atau muntah
darah. Terdapat bitnik-bintik merah di tubuh pasien, nyeri perut diakui pasien.
2. Objektif
a. KU : Tampak sakit sedang
b. Vital sign
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 38˚ C
Nadi : 84x/menit, reguler, isi penuh, kuat angkat
Pernapasan : 36x/menit, reguler, NCH (-), napas abdominal
Tek. Darah : 90/60
c. Status Gizi
Kesan : Gizi Baik
d. Status Generalis
Kepala
- Mulut : mukosa bibir kering (-), lidah kering (-), perdarahan gusi (-), tonsil
T1/T1
- Leher : pembesaran KGB (-), bercak kulit (-)
Pemeriksaan jantung, paru dan abdomen dalam batas normal
Ekstermitas : Superior : akral hangat, edema (-), sianosis (-), RCT<2 dtk
Inferior : akral hangat, edema (-), sianosis (-), RCT<2 dtk
Pemeriksaan Laboratorium : Leukopeni, trombositopenia
3. Assessment
DHF Grade 1
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, gejala yang muncul dan terjadi pada
anak SZA merupakan keluhan yang sering terjadi pada kasus DHF. Keluhan demam tinggi
mendadak yang disertai dengan bitnik-bintik merah di badan. Pola demam yang terjadi pada
pasien adalah pola demam bifasik, dimana terjadi demam tinggi selama beberapa hari,
kemudian diikuti penurunan suhu namun tidak mencapai suhu normal. Pada pasien juga
disertai nyeri pada ulu hati disertai dengan mual dan muntah. Tidak ada manifestasi
perdarahan yang terjadi pada pasien seperti BAB hitam, muntah darah, gusi berdarah,
ataupun epistaksis. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan peningkatan hematocrit
yang tidak signifikan, menurut panduan WHO, peningkatan HT yang bermakna pada pasien
adalah >20 %, walaupun menurut sumber lainnya, menyatakan peningkatan HT >20%
sudah merupakan indikasi terjadinya shock. Namun, indicator lain, dimana terjadi
trombositopenia (96.000) merupakan salah satu indicator untuk menegakkan diagnosis
DHF. Pada pasien juga didapatkan leukopenia, yang sering terjadi pada pasien DHF
menurut JA Potts. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah
dilakukan pada pasien di IGD, pasien dapat ditegakkan diagnosis DHF Grade 1
4. Planning
- Terapi D5 250 ml dalam 2 jam pertama
- Terapi D5 500 ml dalam 4 jam berikutnya
- Terapi D5 500 ml dalam 6 jam berikutnya
- Terapi D5 500 ml dalam 8 jam berikutnya
- Terapi D5 500 ml dalam 12 jam berikutnya
- Inj ranitidine 2x ½ ampul
- Inj Sanmol 3x25cc
- Inj Antrain 3x250mg (Bergantian Sanmol dan Antrain)
- Susu 8x100 cc
- Cek DL rutin
pasien direncanakan untuk rawat inap. Tatalaksana dimulai dengan terapi suportif melalui
pemberian cairan berupa pemberian infus D5 NS 250/2 jam pertama yang diikuti 500 ml
dalam 4 jam berikutnya, 6 jam berikutnya, 8 jam berikutnya, serta 12 jam berikutnya.
Terapi simtomatis untuk membantu mengurangi demam dan nyeri dengan pemberian
sanmol (3x25 cc) dan antrain (3x250 mg). Terapi tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka
yang menerangkan bahwa terapi DHF grade I adalah dengan pemberian cairan dengan dosis
6-7 ml/kgBB/jam. Mempertimbangkan berat badan pasien yaitu 19 Kg, berarti pasien
membutuhkan 114-133 ml/jam, pada pasien diberikan 250 ml/2 jam. Dosis pemberian
cairan pada pasien sudah sesuai . Secara teori juga djelaskan bahwa pemberian cairan akan
dievaluasi setelah dosis inisial sudah diberikan, jika pasien mengalami perbaikan akan
keluhan pada pasien seperti nyeri perut, mual, muntah serta demam yang terdapat pada
pasien.
5. Follow up
Satu hari setelah pasien dirawat, pasien mengalami perburukan dimana pasien mengeluh
adanya pembesaran pada perut pasien disertai dengan nyeri. Pada tanggal 20 Otober
2018, pada pemeriksaan didapatkan nadi melemah dengan penurunan tekanan darah
menjadi 90/60. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penurunan bunyi nafas vesikuler
pada rongga paru kanan serta adanya asites pada pemeriksaan abdomen. Kemudian
dilakukan pemeriksaan lab DL dua kali, dimana terjadi penurunan kadar trombosit pada
kedua pemeriksaan tersebut, masing masing adalah 75.000 dan 35.000, walaupun tidak
foto thorax yang kemudian menunjukan adanya efusi pada rongga paru kanan. Sehingga
terjadi perubahan diagnosis menjadi DHF grade 3 dengan asites serta efusi pleura dextra
Pada tatalaksana, pasien dipindahkan ke ruangan HCU untuk pemantauan lebih ketat,
Follow up (22/10/2018)
S: keluhan perut masih membesar, demam sudah tidak ada, nafsu makan membaik
O: PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Vital Sign
GCS : E4V5M6
TD : 90/60 mmHg
HR : 99 x/ menit
RR : 25 x/ menit
Tax : 37˚ C
CRT : < 2 dtk
Status Generalisata
Kepala: Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), hiperemi (-)
: Mukosa bibir kering (-), lidah kering (-), perdarahan gusi (-), tonsil
Mulut sulit dievaluasi
Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : rongga thorax kanan tertinggal dibandingkan kiri
Palpasi : Vokal fremitus kiri> kanan
Perkusi : redup pada rongga thorax kanan
: Suara dasar vesikuler menurun pada thorax kanan, ronkhi (-/-),
Auskultasi wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas kiri atas ICS II LMC sinistra
P: Lasix 1 mg/jam
D5 250 cc/4 jam
Sanmol 3x25 cc
Ranitidin 2x ½ ampul
Follow up (23-10-2018)
S: keluhan perut masih membesar, demam sudah tidak ada, nafsu makan membaik
O: PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign
GCS : E4V5M6
TD : 100/60 mmHg
HR : 95 x/ menit
RR : 22 x/ menit
Tax : 36.5˚ C
CRT : < 2 dtk
Status Generalisata
Kepala: Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), hiperemi (-)
: Mukosa bibir kering (-), lidah kering (-), perdarahan gusi (-), tonsil
Mulut sulit dievaluasi
Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : Vokal fremitus kiri simetris dengan paru kanan
Perkusi : Sonor pada kedua paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas kiri atas ICS II LMC sinistra
Abdomen
Perkusi
:Timpani pada
seluruh abdomen
P: Rencana pulang
Daftar Pustaka:
1. Merdjani Abbas, Abdul Azis Syoeib, Alan R. Tumbelaka, dkk. Buku Ajar Infeksi Pediatri
Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Seluruh Indonesia, 2012
2. Potts JA, Rothman AL. Clinical and laboratory feature that distinguish dengue from other
febrile illnesses in endemic populations. Trop Med Int Health. 2008.
3. WHO. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. World
Health Organization. 1997
4. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. World Health Organization.
2008
5. Wilson ME, Chen LH. Dengue: update on epidemiology. Curr Infection Dis Rep. 2015
6. World Health Organization. Dengue and severe fact sheet. WHO. April 2017