Anda di halaman 1dari 4

Observasi I (Subjek Pertama)

Nama : Samaniyatun (SN)


Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 01 Agustus 1943
Usia : 71 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Panam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah

Observi II (Subjek Kedua)


Nama : Kalimun (KN)
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 30 Juni 1932
Usia : 82 thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Panam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Buruh Tani
Status Perkawinan : Menikah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, melihat terjadinya perubahan fisik pada kulit SN
dan KN yang sudah mulai mengkerut atau kendur. Ini membuktikan bahwa terjadinya
perubahan sel-sel yang mulai menurun sehingga membuat kulit menjadi tidak kencang lagi.

Tidak hanya kulit yang terjadinya perubahan fisik, ini terlihat pada rambut serta gigi SN dan
KN. Rambut SN dan KN berubah menjadi putih atau beruban dan gigi-gigi yang dimiliki oleh
SN dan KN sudah mulai hilang karena penurunan sel-sel tersebut. Perubahan ini dapat
mendeskripsikan bahwa rentan usia seseorang akan mempengaruhi kondisi fisiknya.

Tidak hanya itu, bahwa secara fisik SN masih terlihat sehat walaupun dalam berjalan SN
sudah agak tertatih-tatih karena penurunan fisik yang sudah pada waktunya. Kesehatan SN
yang menyangkut pergerakannya dalam berdiri, berjalan dan sebagainya tergolong cukup
lambat dan mulai terjadi kemunduran yang signifikan jika dibandingkan dengan suami SN
yaitu KN yang usianya lebih tua dibandingkan dengan usia SN.

KN masih cukup gesit dan dapat bergerak dengan normal dalam melakukan aktifitasnya. Hal
ini didukung oleh data wawancara bahwa KN setiap harinya melakukan aktifitas layaknya
olahraga yang membuat fisik KN menjadi lebih sehat dibandingkan dengan fisik SN.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh KN yaitu berkebun, berternak, dan aktif dalam
kegiatan gotong royong di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan SN setiap harinya hanya
melakukan aktifitas-aktifitas kecil saja di dalam rumah. Misalnya mengambil barang atau
sesuatu, makan, minum, beribadah, dsb.

Dilihat dari hasil observasi dan wawancara perkembangan sensori SN dan KN yang
mencakup penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa, peneliti dapat
mendeskripsikan bahwa SN masih mampu melihat dan mendengar dengan baik. Terbukti dari
hasil wawancara, peneliti bertanya apakah SN dapat memasukkan benang ke dalam jarum.
SN menjawab ya dan SN membuktikan pertanyaan. Hasilnya, SN berhasil memasukkan
benang ke dalam jarum tanpa adanya kesulitan. Ini membuktikan bahwa penglihatan SN
masih cukup tajam. Wawancara ini juga mencoba untuk mengecilkan suara dalam proses
wawancara untuk menguji indera pendengaran SN. Ternyata SN masih mampu mendengar
dengan baik, terbukti dari jawabannya yang tepat saat peneliti mengecilkan suara.
Untuk indera peraba, penciuman, dan perasa, ternyata telah terjadi penurunan terhadap SN.
Terbukti dari hasil observasi dan wawancara menguji ketiga aspek tersebut. Dari hasil
pengujian, ditemukan data bahwa SN memiliki indera peraba yang agak kasar dibandingkan
dengan indera peraba dewasa awal. Indera penciuman dan perasa SN sudah memiliki
penurunan yang signifikan. Terbukti dari hasil pengujian, ditemukan data bahwa SN tidak
terlalu memikirkan atau merasakan makanan yang ia makan.

Sedangkan hasil perkembangan sensori KN dalam indera penglihatan dan pendengaran


terdapat kemiripan dan perbedaan dengan SN. Terbukti dari hasil pengujian yang sama
dengan pengujian KN, dapat ditemukan data bahwa penglihatan KN sudah cukup menurun
karena KN sudah tidak dapat memasukkan benang ke dalam jarum. Namun untuk
pendengaran, KN masih mampu mendengar dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil pengujian
yang dilakukan wawancara dengan mencoba untuk mengecilkan suara peneliti saat bertanya
kepada KN.

Untuk indera peraba, penciuman, dan perasa, ternyata terdapat kesamaan yang terjadi pada
KN dan SN. Hal ini membuat peneliti menjadi penasaran dan bertanya faktor apa yang
menyebabkan terjadinya perkembangan sensori yang menurun tersebut. Dari hasil wawancara
tersebut, ditemukan data bahwa lingkungan, pola makan, kebiasaan, dan dengan berdo’a atau
beribadah merupakan faktor penting dalam setiap perkembangan dan kesehatan KN dan SN.

Perkembangan kesehatan SN dan KN juga telah terjadi penurunan. Terbukti dari hasil
wawancara terhadap anak dari SN dan KN bernama Siti Romlah (SR), ditemukan data bahwa
SN memiliki penyakit kencing manis (diabetes) dan KN memiliki penyakit prostat. Dari data
tersebut, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa SN di masa mudanya menyukai makanan
yang manis-manis sedangkan KN hanya karena efek kelelahan dan juga faktor usia.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap SN dan KN, ditemukan data baru
tentang kelekatan atau keharmonisan mereka. Dimana SN dan KN sudah mulai tidak lagi
seharmonis atau seromantis anak muda sekarang ini. Hal ini terbukti dari kedekatan mereka
yang sudah kurang romantis dan harmonis. Berdasarkan data tersebut, peneliti bisa
mendeskripsikan bahwa tingkat seksualitas SN dan KN juga sudah mulai menurun.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, didapatkan bahwa terjadi penurunan pada
perkembangan kognitif SN dan KN. Hal ini terbukti dengan menanyakan berapa usia SN dan
KN saat itu, ternyata SN menjawab bahwa usianya sudah 62 tahun sedangkan KN hanya
mengatakan bahwa KN lupa dengan usianya sekarang. Dari jawaban SN dan KN, peneliti
dapat mendeskripsikan bahwa daya ingat SN dan KN telah mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan SN dan KN yang sudah tidak lagi memperhatikan usia mereka.
Tidak seperti anak muda yang hampir selalu merayakan hari lahirnya, sedangkan untuk SN
dan KN sudah tidak memperdulikan hal itu lagi.

Pendidikan terakhir yang telah SN dan KN tempuh hingga saat ini, ternyata SN dulunya tidak
pernah sekolah sedangkan KN pernah menempuh rana pendidikan hingga SMP. Namun KN
lupa akan nama sekolahnya dulu dan tahun berapa KN lulus dari sekolah itu. Hal ini
membuktikan bahwa daya ingat KN telah mengalami penurunan. Walaupun begitu, SN dan
KN masih bisa mengingat dan menceritakan tentang kejadian-kejadian yang pernah mereka
alami.

Misalnya SN menceritakan tentang kejadian yang lucu dimasa lampau, dimana SN


menertawakan saat cucunya melakukan perjalanan jauh dari Lawang ke Purwodadi tanpa
menaiki kendaraan. Sedangkan KN menceritakan tentang kegiatan yang pernah KN lakukan,
yaitu saat bergotong royong dengan warga dan sebagainya.
Dari data observasi dan wawancara tersebut, dideskripsikan bahwa daya ingat SN dan KN
masih cukup bagus dalam mengingat kejadian-kejadian yang pernah mereka lalui. Namun
kejadian-kejadian yang mereka ceritakan merupakan kejadian-kejadian jangka pendek. Dari
data tersebut dapat dibuktikan bahwa ingatan jangka pendek SN dan KN masih sangat bagus.
Sedangkan untuk ingatan jangka panjang SN dan KN, telah mengalami kemunduran dan
penurunan.

Tidak hanya daya ingat yang mengalami kemunduran, hal ini dapat ditinjau dari hasil
observasi dan wawancara bahwa tingkat kreativitas dan pola pikir SN dan KN telah
mengalami kemunduran juga. Terbukti dari hasil wawancara yang menyakan tentang apa
yang SN dan KN inginkan atau harapkan untuk kehidupan kedepannya. SN dan KN hanya
menjawab untuk hidup biasa-biasa saja dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dari jawaban SN dan KN, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa SN dan KN sudah tidak
memainkan imajinasi atau kreativitas mereka saat menjawab pertanyaan dari peneliti.
Terbukti dari jawaban SN dan KN bahwa mereka sudah tidak memikirkan apa yang mereka
inginkan kedepannya pada kehidupan di dunia ini, namun SN dan KN lebih fokus terhadap
kehidupan selanjutnya (akhirat) yang akan mereka hadapi nantinya.

Dari data di atas, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa hal tersebut sejalan dengan tingkat
perkembangan usia SN dan KN yang memang sudah waktunya untuk memikirkan hal itu.
Lingkungan, pekerjaan, dan kesehatan SN dan KN ternyata membawa pengaruh yang cukup
besar pada perkembangan kognitif mereka sekarang. Hal ini terbukti dari lingkungan SN dan
KN yang begitu religius, sehingga pemikiran SN dan KN tidak lagi berfokus pada tujuan atau
keinginan di kehidupan dunia ini tetapi lebih fokus kepada kehidupan yang akan mereka
jalani kelak.

Pekerjaan SN dan KN juga sangat mempengaruhi tingkat kognitif mereka dimana pekerjaan
merupakan gabungan dari tiga aspek yaitu fisik, kognitif, dan sosioemosi. Dalam bekerja, SN
dan KN hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mereka harus lakukan. Hal ini
membuktikan bahwa kreativitas dan pola pikir SN dan KN telah menurun berdasarkan
pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan tingkat kesehatan SN dan KN.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti melihat terjadinya penurunan pada
tingkat perkembangan sosioemosi SN dan KN. Hal ini terbukti dari hasil observasi peneliti
bahwa SN dan KN dalam aktifitas kehidupan sehari-harinya telah mengalami kemunduran
dibandingkan dengan pada masa dewasa madya apalagi dewasa awal. Aktifitas-aktifitas yang
dilakukan oleh SN berbeda dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh KN. Dimana SN
hanya melakukan aktifitas-aktifitas kecil di dalam rumah, sedangkan KN setiap harinya
melakukan aktifitas-aktifitas diluar rumah dan bersosialisasi dengan warga disekitarnya.

Dari data tersebut, dapat dideskripsikan bahwa relasi KN lebih besar dibandingkan dengan
relasi SN. Hal ini membuat KN lebih merasa senang dan bahagia pada tingkat emosi
dibandingkan dengan tingkat emosi pada SN. Ini membuktikan bahwa relasi terhadap
masyarakat di lingkungan sekitar akan mempengaruhi perkembangan sosioemosi pada setiap
orang terutama pada masa lansia seperti SN dan KN.

Dari tingkat emosi pada kepribadian SN dan KN berdasarkan observasi dan wawancara,
ditemukan data bahwa kondisi emosional SN dan KN cukup stabil. Dimana SN dan KN
bukanlah tipikal pemarah atau bersikap layaknya anak-anak seperti apa yang peneliti
pikirkan sebelumnya.

Dari hasil observasi dan wawancara yang menyatakan bahwa lingkungan SN dan KN begitu
mempengaruhi tingkat emosional mereka. Lingkungan SN dan KN tergolong pada budaya
yang religius. Sehingga peneliti dapat mendeskripsikan bahwa hal ini yang membuat tingkat
emosi pada SN dan KN lebih terkontrol. Selain itu juga, bahwa dukungan masyarakat dan
keluarga SN dan KN juga mempengaruhi sosioemosi mereka. Hal ini terbukti dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa tingkat religius lingkungan, dukungan
masyarakat dan keluarga membuat tingkat emosional SN dan KN lebih terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai