Modul Pelatihan Tanggap Bencana 1
Modul Pelatihan Tanggap Bencana 1
Tanggap Bencana
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang mencoba, untuk terus
berbenah diri guna menyambut persaingan pasar bebas. Namun, dalam usahanya
berbenah diri tersebut, Indonesia yang letak geografisnya diapit oleh dua benua
dan dua samudra ini, sering kali terhambat, bahkan kembali mengalami penurunan
akibat dampak langsung dari pasar bebas, ataupun bencana yang terjadi akibat
fenomena alami, maupun yang disebabkan oleh keteledoran perangkat
pemerintahan dan masyarakatnya sendiri.
Ditilik dari letak geografisnya, Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang rentan terhadap potensi bencana alam geologi, seperti: gempa bumi, tanah
longsor, banjir, angin topan, dan sebagainya. Hal ini dipertegas dengan bencana-
bencana alam yang sering kita temui sehari-hari. Banjir bandang di Lamongan dan
di bandung atau di banyak daerah saat musim hujan, Gempa bumi di Padang dan
sekitarnya, merupakan gambaran kecil dari kerentanan Indonesia terhadap potensi
terjadinya bencana alam geologi.
Terdapat tiga fase dalam upaya penanggulangan bencana, yaitu: fase pra-
bencana, fase saat bencana terjadi, dan fase pasca-bencana. Hal yang sangat
disayangkan adalah Indonesia lebih memberikan perhatian terhadap fase ketiga,
dan terlihat sedikit meremehkan fase-fase penanggulangan yang lainnya. Sebagai
contoh adalah bencana tsunami yang menimpa Aceh, bantuan terkait dengan
bencana ini mulai muncul, setelah berjatuhan banyak korban dan menimbulkan
kerugian yang besar.
Terjadinya bencana dewasa ini telah sangat lekat dengan masyarakat.
Bahkan, sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2003 jumlah bencana di Indonesia
mencapai 647 bencana alam, meliputi: banjir, longsor, gempa bumi, dan angin
topan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 2022 dan jumlah kerugian mencapai
ratusan milyar. Jumlah tersebut belum termasuk bencana yang terjadi pertengahan
1
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
tahun 2003 sampai pertengahan 2004 yang mencapai ratusan bencana dan
mengakibatkan hampir 1000 korban jiwa.
Dalam tahun 2002, tercatat bencana besar yang terjadi adalah kebakaran
hutan di Pontianak, Jambi, Palembang, banjir di Jakarta, Jawa Tengah, Semarang,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya. Selain itu,
banjir terjadi di Jawa Tengah bagian selatan, antara lain Banyumas, Cilacap,
Kebumen, dan Purworejo. Tanggal 30 Oktober 2003, ribuan rumah dan ratusan
hektar sawah di 12 desa di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, telah
dilanda banjir.
Di Banyumas dan Purworejo, banjir menggenangi ribuan hektar sawah,
dan sekitar 3.000 keluarga di Desa Nusadadi, Kecamatan Tambak, terkurung air
akibat luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak. Sementara itu, banjir juga melanda
Desa Karangsembung dan Nusawangkal, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten
Cilacap di mana air menggenangi 130 rumah dan 1.294 ha sawah. Sebanyak 360
ha dari 1.294 ha sawah yang tergenang berupa persemaian dengan kerugian
diperkirakan Rp 28.800.000.
Dan terjadi Banjir Bandang di Jawa Tengah, tanggal 1 November 2003,
sedikitnya 119 rumah, satu sekolah, dan jalan di Kabupaten Kebumen, mengalami
kerusakan akibat tanah longsor saat hujan mengguyur kawasan itu. Tanah longsor
yang menimpa rumah penduduk itu terjadi di empat desa, yakni: Desa
Kalibangkang (62 rumah rusak), Desa Watukelir (37), Desa Srati (11), dan Desa
Jintung (5). Kerugian yang dialami diperkirakan tidak kurang dari Rp265, 3 juta.
Masih banyak lagi bencana yang belum dilansir secara langsung oleh
berbagai pihak terkait. Sebagai catattan, gempa bumi di Yogyakarta dan Padang,
Banjir bandang yang melanda berbagai kawasan di Indonesia (Lamongan,
Sidoarjo, dan sebagainya), serta bencana alam yang lainnya.
Hal ini membuat perhatian pemerintah menjadi tidak fokus. Di satu sisi
harus berbenah diri, mulai dari meningkatkan perekonomian, pemberantasan
korupsi, mafia peradilan, upaya untuk tetap eksis di mata dunia terkait dengan
hubungan diplomatik antar Negara, juga masih diberatkan oleh bencana yang
sering memakan banyak korban dan kerugian. Dan pastinya, pemerintah tidak
2
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
dapat berpangku tangan melihat warganya terpuruk dalam bencana yang melanda
warganya ini, sesuai dengan amanah yang tertuang dalam UUD’45.
Kultur timur yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, yaitu: empati dan
kebersamaan, selalu terlihat ketika bencana alam datang menimpa. Namun, hal
yang sangat disayangkan adalah terjadinya penyelewengan, ataupun pemberian
bantuan yang dirasa kurang tepat pada sasaran, bahkan terlihat berlebihan atau
3
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
tidak berguna pada suatu daerah tertentu yang mengalami dampak langsung dari
bencana alam yang sedang terjadi didaerahnya.
Pelatihan tanggap bencana ini tampaknya telah menjadi suatu hal yang
dewasa ini makin sering terdengar. Diselenggarakan oleh instansi-instansi
pemerintahan, LSM, PMI, ataupun komunitas-komunitas pemerhati bangsa yang
lainnya. Namun demikian, pelatihan yang telah ada condong pada keahlian
dengan spesifikasi bidang tertentu saja. Memang hal ini sangatlah penting, namun
pada prakteknya dalam penanggulangan terhadap bencana yang dilakukan adalah
penggabungan dari multi disiplin ilmu yang komprehensif. Terkait dengan hal ini,
4
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
yang menjadi sorotan bersama adalah cara koordinasi para praktisi multi disiplin
ilmu, secara horizontal ataupun secara vertikal dengan pemerintah. Dan terlihat
terlalu mengutamakan kemampuan seseorang atau kelompok dalam upaya
memberikan bantuan ketika bencana terjadi, serta mengabaikan potensi penduduk
lokal tempat terjadinya bencana. Padahal dalam berbagai hal, penduduk lokal ini
lebih mampu untuk memprediksi daerah-daerah yang mengalami bencana dengan
tingkat kerusakan yang tinggi, serta akses membuka ruas jalan tercepat menuju ke
daerah tertimpa bencana.
1.2. Dasar
5
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
1.3. Nama
6
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Selain itu, pelatihan kali ini, lebih menekankan pada kemampuan para
simpatisan dalam beradaptasi, bekerja secara tim dengan koordinasi yang terarah.
Berkaitan dengan para sukarelawan, penulis berharap dukungan pemerintah pusat
dalam menyelenggarakan pelatihan ini, serta partisipasi pemerintah daerah guna
mengirimkan setidaknya empat perwakilan sukarelawan yang nantinya akan
memberikan penyuluhan pada sukarelawan lainnya di daerah tempatnya tinggal.
7
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Dari hasil pelatihan ini, diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat secara teoritis, antara lain:
· Memberikan sumbangan kajian berbagai disiplin ilmu dalam membantu
meringankan beban dan meminimalisir jatuhnya korban yang
diakibatkan bencana alam.
· Memperkaya kajian psikologi sosial dalam proses pasca bencana alam
dan saat memberikan bantuan kepada para korban.
8
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
9
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pelatihan
10
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Manajemen Pelatihan
11
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
dengan manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek.
Oleh karena itu daur Managing training dapat digambarkan sebagai berikut:
ANALISIS
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN
12
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase
perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap
pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase
perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Langkah-langkah yang umum digunakan dalam program pelatihan, seperti
dikemukakan oleh Simamora (1997: 360), yang menyebutkan delapan langkah
pelatihan, yaitu:
(1) Tahap penilaian kebutuhan dan sumber daya untuk pelatihan;
(2) Mengidentifikasi sasaran-sasaran pelatihan;
(3) Menyusun kriteria;
(4) Pre tes terhadap para peserta
(5) Memilih teknik pelatihan dan prinsip-prinsip proses belajar;
(6) Melaksanakan pelatihan;
(7) Memantau pelatihan;
(8) Membandingkan hasil pelatihan terhadap kriteria yang telah ditentukan.
Penilaian kebutuhan (need assessment) pelatihan merupakan langkah yang
paling penting dalam pengembangan program pelatihan. Langkah penilaian
kebutuhan ini merupakan landasan yang sangat menentukan pada langkah-
langkah berikutnya. Dalam penilaian kebutuhan dapat digunakan tiga tingkat
analisis yaitu analisis pada tingkat organisasi, analisis pada tingkat program atau
operasi dan analisis pada tingkat individu. Sedangkan teknik penilaian kebutuhan
dapat digunakan analisis kinerja, analisis kemampuan, analisis tugas maupun
survey kebutuhan (need survey).
Isi program (program content) merupakan perwujudan dari hasil
penilaian kebutuhan dan materi atau bahan guna mencapai tujuan pelatihan. Isi
program ini berisi keahlian (keterampilan), pengetahuan dan sikap yang
merupakan pengalaman belajar pada pelatihan yang diharapkan dapat
menciptakan perubahan tingkah laku. Pengalaman belajar dan atau materi pada
pelatihan harus relevan dengan kebutuhan peserta maupun lembaga tempat kerja.
Prinsip-prinsip belajar (learning principles) yang efektif adalah yang
13
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
memiliki kesesuaian antara metode dengan gaya belajar peserta pelatihan dan
tipe-tipe pekerjaan, yang membutuhkan. Pada dasarnya prinsip belajar yang layak
dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar lima hal yaitu partisipasi, reputasi,
relevansi, pengalihan, dan umpan balik (Sondang P. Siagian, 1994 :190).
Pelaksanaan program (actual program) pelatihan pada prinsipnya sangat
situasional sifatnya. Artinya dengan penekanan pada perhitungan kebutuhan
organisasi dan peserta pelatihan, penggunaan prinsip-prinsip belajar dapat berbeda
intensitasnya, sehingga tercermin pada penggunaan pendekatan, metode dan
teknik tertentu dalam pelaksanaan proses pelatihan.
Dan langkah terakhir dari pengembangan program pelatihan adalah
evaluasi (evaluation) pelatihan. Pelaksanaan program pelatihan dikatakan berhasil
apabila dalam diri peserta pelatihan terjadi suatu proses transformasi pengalaman
belajar pada bidang pekerjaan dengan materi yang telah diterimanya. Sondang P.
Siagian menegaskan proses transformasi dinyatakan berlangsung dengan baik
apabila terjadi paling sedikit dua hal, yaitu: peningkatan kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, serta
disiplin dan etos kerja (1994: 202).
Mekanisme Pelatihan
Mekanisme pelatihan di sini diartikan sebagai cara atau metode yang
digunakan dalam suatu kegiatan pelatihan. Dalam penyelenggaraan pelatihan,
tidak ada satupun metode dan teknik pelatihan yang paling baik. Semuanya
tergantung pada situasi kondisi kebutuhan.
Dalam memilih metode dan teknik suatu pelatihan ditentukan oleh
banyak hal. Seperti dikemukakan William B. Werther (1989 : 290) sebagai berikut
: that is no simple technique is always best; the best method depends on : cost
effectiveness; desired program content; learning principles; appropriateness of
the facilities; trainee preference and capabilities; and trainer preferences and
capabilities. Artinya tidak ada satu teknik pelatihan yang paling baik, metode
yang paling baik tergantung pada efektivitas biaya, isi program yang diinginkan,
prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak, kemampuan dan preference peserta
serta kemampuan dan preference pelatih.
14
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
1. Andragogi;
Yakni proses belajar bagi orang dewasa. Dengan metode ini, peserta tidak
dijejali dengan teori-teori yang rumit, tetapi justru teori-teori tersebut
muncul secara tidak disadari.
2. Discovery Approach;
Yakni pendekatan penemuan. Disini narasumber bukan sekedar bertindak
sebagai penyaji materi, melainkan sebagai fasilitator yang atraktif dan
komunikatif. Pesertalah yang akan menemukan sendiri potensi dan
kesimpulannya.
3. Experiental learning;
Peserta mengalami sendiri proses belajar yang melibatkan auditory, visual,
dan kinestetik melalui games, simulasi, tantangan, outbound,
mendengarkan musik, menonton film, dsb. Walaupun bersifat
entertainment, peserta akan mendapatkan pengetahuan dan motivasi serta
langsung dihantarkan pada aplikasi dan hikmahnya dalam aktivitas
pekerjaan.
4. Role Play
Menjelaskan suatu permasalahan dengan mendemontrasikan atau
mendramakan.
5. Study Lapangan
Peserta akan diterjunkan langsung kelapangan untuk mempraktekan skill
yang telah didapatkan selama pelatihan, mengamati, menganalisa dan
menyimpulkan.
15
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
dari berbagai sudut, pelatihan dilihat dari pengertian, tujuan, asas, efektivitas dan
manajemen pelatihan. Pembahasan tersebut masih dalam tataran teoritis, sehingga
baru diperoleh informasi-informasi yang bersifat umum. Informasi ini merupakan
dasar rujukan dan pijakan dalam membahas dan menganalisis permasalahan
pelatihan lebih jelas.
Apabila ditinjau dari segi evaluasinya pelatihan akan memiliki keberartian
yang lebih mendalam. Evaluasi ini akan memperlihatkan tingkat keberhasilan atau
kegagalan suatu program. Beberapa kriteria yang digunakan dalam evaluasi
pelatihan akan berfokus pada outcome (hasil akhir). Veitzal Rifai (2004) dan
Henry Simamora (2004), menunjukkan bahwa kriteria yang efektif dalam
mengevaluasi pelatihan, yaitu: reaksi dari peserta, pengetahuan atau proses belajar
mengajar, perubahan perilaku akibat pelatihan dan hasil atau perbaikan yang dapat
diukur. Kriteria tersebut dalam konteks yang lebih luas dapat dikembangkan untuk
mengetahui dampak keberhasilan suatu program pelatihan yang sudah
dilaksanakan.
Merujuk pada pendapat Veitzal dan Henry Simamora, dengan
memperhatikan kriteria efektivitas evaluasi maka dalam penelitian ini akan
diperluas pada Penerapan pelatihan. Selanjutnya kriteria efektivitas evaluasi di
atas dijadikan dimensi untuk mengukur tingkat Penerapan hasil pelatihan pada
suatu lembaga. Dimensi-dimensi tersebut adalah: dimensi pengetahuan, dimensi
sikap, dimensi perilaku dan dimensi hasil.
16
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Bencana Alam
Definisi Bencana Alam
17
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola
kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,
menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Bencana adalah gangguan serius dari berfungsinya satu masyarakat, yang
menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap jiwa (manusia), harta-benda, dan
lingkungannya, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa
bencana untuk menanggulanginya dengan hanya menggunakan sumber-sumber
daya masyarakat itu sendiri. (Lokakarya Kepedulian Terhadap Kebencanaan
Geologi dan Lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Goelogi ITB, 2004)
Definisi konvensional dari frasa bencana alam ialah ‘bencana yang
ditimbulkan oleh alam’. Penderitanya manusia, korbannya berupa harta benda dan
nyawa. Sekarang, pengertian bencana alam tidak selalu seperti itu. Ada definisi
tambahan untuk bencana alam, yaitu ‘bencana yang disebabkan oleh manusia’.
Penderitanya (pada tahap pertama) justru alam, korbannya berupa kerusakan
ekosistem alam. Derita yang dialami oleh alam kemudian, pada gilirannya,
dialami pula oleh manusia.
Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman
bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan
manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.
18
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
19
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
20
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Penyelamatan dan
Bencana
Rekonstruksi dan
Penataan Kembali
Rehabilitasi
Keterangan:
21
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
22
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
2. Discovery Approach;
Yakni pendekatan penemuan. Narasumber bukan sekedar bertindak
sebagai penyaji materi, melainkan sebagai fasilitator yang atraktif dan
komunikatif. Pesertalah yang akan menemukan sendiri potensi dan
kesimpulannya.
3. Experiental learning;
Peserta mengalami sendiri proses belajar yang melibatkan auditory, visual,
dan kinestetik melalui games, simulasi, tantangan, outbound,
mendengarkan musik, menonton film, dan sebagainya. Walaupun bersifat
entertainment, peserta akan mendapatkan pengetahuan dan motivasi serta
23
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
4. Role Play
Menjelaskan suatu permasalahan dengan mendemontrasikan atau
mendramakan.
5. Study Lapangan
Peserta akan diterjunkan langsung kelapangan untuk mempraktekan skill
yang telah didapatkan selama pelatihan, mengamati, menganalisa dan
menyimpulkan.
3.5. Materi
3.5.1. Konsep Pemahaman Bencana dengan Konteksnya
1. Cara mengumpulkan data dan menganalisis data bencana (mitigasi)
2. Pentagon Capital (human, natural, financial, social, physical)
3. Pemetaan kapasitas lokal
4. Kondisi korban bencana yang dapat diselamatkan
3.5.2. Pengembangan Personal
1. Heart Intelligence Training
2. Character Building:
a. Personality (motivasi, empati dan persepsi)
b. Effective Communication Skill
c. Personality Building Exercise
3.5.3. Pengembangan Tim
1. Team Building (Outbound Experiential Learning)
2. Study Lapangan
3. Diksusi & Workshop
3.6. Sarana Belajar
Sarana belajar dalam ruang (indoor) yang digunakan antara lain :
1. Makalah / buku panduan / Modul
2. Lembar kasus
3. Lembar Personality Style Assesment
24
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
25
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
BAB IV
PENUTUP
4.1 Evaluasi
4.2. Pelaporan
Setelah kegiatan dilaksanakan, Penyelenggara berkewajiban menyusun
laporan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya diserahkan kepada
penanggungjawab program. Sistematika pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Hasil
26
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
27
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
TATA TERTIB
1. Umum
a. Setiap peserta mendaftarkan diri kepada Penyelenggara setelah tiba di tempat
kegiatan dengan menyerahkan kelengkapan administrasi dan mengisi biodata.
b. Menempati kamar sesuai ketentuan yang telah ditentukan oleh penyelenggara.
c. Merapikan kamar, tempat tidur, dan kelengkapan lainnya.
d. Wajib mengikuti semua materi pelatihan sesuai jadwal, dan hadir 10 menit,
sebelum kegiatan berlangsung.
e. Peserta diwajibkan istirahat/ tidur pada jam 23.00 WIB dan bangun pagi pukul
04.30 WIB.
f. Peserta tidak dibenarkan menerima tamu kecuali dalam hal-hal yang sangat
mendesak, pada jam istirahat dan di tempat yang telah ditentukan. ( tidak di
perkenankan di dalam kamar )
g. Peserta tidak diperkenankan merokok dan mengaktifkan HP di dalam kelas
pada saat sesi / materi berlangsung.
h. Peserta tidak diijinkan keluar / meninggalkan arena pelatihan kecuali
dikarenakan sakit dan atas ijin penyelenggara.
i. Peserta turut memelihara kebersihan dan ketertiban.
j. Peserta diwajibkan melaksanakan ibadah sesuai dengan kewajiban agama dan
kepercayaannya masing-masing.
k. Para peserta wajib mengamankan barang bawaannya masing-masing, apabila
terjadi kehilangan menjadi tanggung jawab peserta.
l. Peserta yang tidak memenuhi tata tertib, peraturan, dan kebijakan yang telah
ditetapkan akan diberikan sanksi berupa pemulangan ke tempat asal peserta
dengan catatan biaya pemulangan ditanggung oleh peserta.
28
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
LAMPIRAN
I Rincian Anggaran
29
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
II Jadwal Acara
Hari I
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi Panitia dan Pemerintah daerah
2. 07.30-08.00 Pembukaan Panitia
3. 08.00-09.00 Pre-Test Panitia
30
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Hari II
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi dan Pengumpulan Panitia
tugas kelompok
2. 07.30-08.00 Review Mitigasi Panitia dan IFRC
3. 08.00-10.00 Pentagon Capital UNEP
4. 10.00-12.00 Studi kasus Panitia dan UNEP
5. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
6. 13.00-15.00 Studi Kasus IFRC
7. 15.00-17.00 Penugasan Kelompok Panitia, UNEP dan IFRC
8. 17.00-18.30 ISHOMA Panitia
9. 18.30-20.00 Pengumpulan dan Pembahasan Panitia, UNEP dan IFRC
Tugas Kelompok
10. 20.00-23.00 Penugasan kelompok Panitia dan IOM
Hari III
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi dan Pengumpulan Panitia
tugas kelompok
2. 07.30-08.00 Review Pentagon Capital Panitia dan UNEP
3. 08.00-10.00 Pemetaan Kapasitas Lokal IOM dan BNPP
4. 10.00-12.00 Studi kasus Panitia, IOM dan BNPP
5. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
6. 13.00-15.00 Studi Kasus Panitia, IOM dan BNPP
7. 15.00-17.00 Penugasan Kelompok Panitia, IOM dan BNPP
8. 17.00-18.30 ISHOMA Panitia
9. 18.30-20.00 Pengumpulan dan Panitia, IOM dan BNPP
Pembahasan Tugas
Kelompok
10. 20.00-23.00 Pembubaran, dan Panitia, Psikolog, dokter, PMI
pembentukan kelompok
31
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Hari IV
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi dan Pengumpulan Panitia
tugas kelompok
2. 07.30-08.00 Review pemetaan kapasitas Panitia, IOM dan BNPP
Lokal
3. 08.00-10.00 Kondisi korban yang dapat Panitia, Psikolog, dokter, PMI
diselamatkan
4. 10.00-12.00 Penanganan pertama pasca Panitia, Psikolog, dokter, PMI
bencana
5. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
6. 13.00-15.00 Studi Kasus Panitia, Psikolog, dokter, PMI
7. 15.00-17.00 Simulasi Panitia, Psikolog, dokter, PMI
8. 17.00-18.30 ISHOMA Panitia
9. 18.30-20.00 Simulasi Panitia, Psikolog, dokter, PMI
10. 20.00-23.00 Penugasan kelompok Panitia, Psikolog, dokter, PMI
Hari V
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi dan Pengumpulan Panitia
tugas kelompok
2. 07.30-08.00 Review kondisi korban yang Panitia, Psikolog, dokter,
dapat diselamatkan dan PMI
penanganan pertama pasca
bencana
3. 08.00-10.00 Halangan dan tantangan Panitia, IFRC, IOM, UNEP
lapangan
4. 10.00-12.00 Halangan dan tantangan PMI, BNPP, BASARNAS
lapangan
5. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
6. 13.00-15.00 Studi Kasus Panitia, IFRC, IOM, UNEP
7. 15.00-17.00 Simulasi Panitia, IFRC, IOM, UNEP
8. 17.00-18.30 ISHOMA Panitia
32
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
Hari VI
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi Panitia
2. 07.30-08.30 Pengumpulan tugas Panitia
kelompok
3. 08.30-10.00 Pembahasan Tugas Panitia
kelompok
4. 10.00-12.00 Studi Kasus PMI, BNPP, BASARNAS
5. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
6. 13.00-15.00 Studi Kasus PMI, BNPP, BASARNAS
7. 15.00-17.00 Simulasi PMI, BNPP, BASARNAS
8. 17.00-18.30 ISHOMA Panitia
9. 18.30-21.00 Sharing Experience Panitia
10. 21.00-23.00 Post-Test Panitia
Hari VII
No. Pukul Acara Penanggung Jawab
1. 06.30-07.30 Presensi Panitia
2. 07.30-10.00 Simulasi Panitia
3. 10.00-12.00 Skill Berkomunikasi Panitia dan Psikolog
4. 12.00-13.00 ISHOMA Panitia
5. 13.00-15.00 Sharing Experience Panitia
6. 15.00-17.00 Penutup Panitia
33
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
III
34
Modul Pelatihan
Tanggap Bencana
35