Laporan Cimma
Laporan Cimma
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan ganja dan opium sudah dikenal sejak abad ke 17 semasa
penjajahan Belanda yang kemudian berkembang menjadi penggunaan heroin.
Sejak tahun 1960 telah terjadi penyalahgunaan obat di Indonesia dimana para
remaja Indonesia mulai terlibat dalam penyalahgunaan narkoba seperti heroin,
morfin, barbiturat, amfetamin dan kokain. Tahun 1990 permasalahan narkoba
berkembang dengan terjadinya peningkatan peredaran ATS (Amfetamin Tipe
Stimulan) seperti shabu dan ekstasi. Masalah narkoba kini merupakan
fenomena yang terjadi di dunia, tidak hanya negara berkembang yang
mengalami masalah tersebut, namun juga negara maju. Negara maju sudah
lebih dahulu serius dalam penanganan penyalahgunaan narkoba sedangkan
Indonesia sendiri baru serius menangani narkoba pada 19 September 1999
mengganti Keputusan Presiden No. 116 tahun 1966 dengan dibentuknya
BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional), yaitu badan pemerintah yang
menangani masalah narkoba dan dampaknya terhadap sosial, ekonomi, politik
dan keamanan. Badan tersebut kemudian beralih nama menjadi BNN (Badan
Narkotika Nasional) pada tahun 2002 berdasarkan Keputusan Presiden No.
17/2002 dan Instruksi Presiden No. 3/2002 tentang P4GN (Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan, Peredaran Gelap Narkoba) sebagai tugas
pokok BNN.
Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif. Narkoba adalah obat, bahan, zat dan bukan tergolong makanan. Jika
diminum, dihisap, ditelan, atau disuntikkan dapat menyebabkan
ketergantungan dan berpengaruh terhadap kerja otak, demikian pula fungsi
vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernapasan, dll).
Istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba” atau napza,
mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan
bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah
psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi
atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah
gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui kandungan narkotika dan psikotropika
pada sampel urin menggunakan metode Marquis dan Frohde.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Azmiyati, SR, dkk. 2014. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di
Kota Semarang.