Anda di halaman 1dari 9

JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1.

TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

PENGARUH SUHU MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP LAJU


PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepinus)
THE INFLUENCE OF TEMPERATURE RANGE OF FISH FARMING MEDIA ON
THE GROWTH AND PREDATION RATE OF CATFISH LARVAE
(Clarias gariepinus)
Tuti Puji Lestari1, Eko Dewantoro2
1. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: tuti.puji.lestari@unmuhpnk.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kisaran suhu media pemeliharaan yang optimal
terhadap laju pemangsaan dan pertumbuhan larva ikan lele. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium
basah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Ikan uji yang digunakan
adalah larva ikan lele dumbo ukuran 0.7 cm dipelihara dalam 12 akuarium ukuran 25x25x30 cm diisi air
sebanyak 15 liter dengan kepadatan 5 ekor/liter. Perlakuan suhu yang dilakukan yaitu A= suhu 26 0C,
B=280C, C=300C dan D=320C dengan 3 kali ulangan. Rancangan yang digunakan rancangan acak
lengkap. Larva diberi pakan nauply artemia menggunakan metode ad satiasi dengan frekuensi 5 kali
sehari. Hasil penelitian menunjukkan larva ikan lele dumbo dapat memangsaan plankton hingga mencapai
169 ind/jam, sehingga dapat menghasilkan laju pertumbuhan panjang dan bobot spesifik sebesar 22.69%/
hari dan 33.37%/hari pada suhu optimal berkisar antara 28.75 - 300C. Sehingga suhu yang optimal untuk
meningkatkan laju pemangsan plankton dan pertumbuhan larva ikan lele berkisar antara 28.75-30oC.

Kata kunci: Suhu, lele dumbo, Clarias gariepinus, laju pemangsaan plankton dan pertumbuhan

ABSTRACT
This study aimed to figure out the optimum temperature range of fish farming media on the
growth and predation rate of catfish larvae. This study wash conducted in wet laboratory of faculty of fish
and marine sciences, Universitas Muhammadiyah Pontianak. As many as 0.7 cm in length catfish, reared
in 12 aquariums (25 x 25 x 30 cm). these aquarium are filled with 15 liters of water with the density of 5
larvae/liter. While the temperature treatment was conducted in four different treatment ; A=26 oC, B= 28
o
C, C= 30 oC and D= 32 oC with three repetitions. A completely randomized design was applied in this
study. The larvae was fed 5 times a day with nauply artemia using ad satiasi method. The study revealed
that catfish could feed on planktonup to 169 ind/hour, which can lead to the growth rate of a specific lengt
hand weight of 22.69%/ day and 33.37% at the optimum temperature range between 28.75 – 30 oC.
Therefore, the optimum temperature recommendedin increasing the rate of catfish larval predation and
growth is between 28.75 – 30 oC.

Keywords: Temperature, African catfish, Clarias gariepinus, the rate of catfish, larval predation and
growth

PENDAHULUAN relatif murah dan mempunyai nilai gizi yang


Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) cukup tinggi. Selain itu ikan lele memiliki
merupakan salah satu komoditas yang dapat beberapa keunggulan seperti pertumbuhannya
diandalkan dan sangat potensial untuk relatif cepat, memiliki nilai efisiensi pemanfatan
dikembangkan. Meskipun merupakan jenis ikan pakan yang tinggi, dapat dipijahkan, dapat
introduksi, lele dumbo disukai oleh sebagian dipelihara dengan kepadatan tinggi dan cukup
masyarakat sebagai sumber protein hewani yang adaptif terhadap kondisi lingkungan yang

14
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

kurang menguntungkan seperti perairan yang akuatik lainnya, dimana perubahan suhu sangat
kandungan oksigennya rendah. Saat ini berpengaruh dalam kecepatan metabolisme
budidaya ikan lele dumbo telah berkembang tubuh dan berkaitan erat dengan konsentrasi
dengan pesat dan produksi ikan ini di Kalbar oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi
sudah cukup tinggi yaitu mencapai 2.871 ton oksigen hewan air. Beberapa penelitian yang
dengan nilai Rp. 12.049,83 (Pusat Data dan berkaitan dengan penentuan suhu optimal telah
Informasi, Dinas Kelautan dan Perikanan dilakukan, seperti kebutuhan temperatur untuk
Kalbar, 2011). penetasan ikan kerapu (Melianawati et al.,
Untuk mengembangkan usaha budidaya 2010), kebutuhan suhu untuk penetasan dan
ikan, ketersediaan benih dengan jumlah yang perkembangan larva ikan mas (El-Gamal,
memadai, berkualitas baik dan 2009), kebutuhan suhu optimal untuk benih ikan
berkesinambungan merupakan salah satu faktor nila (Al-Jerian dan Younis, 1997), kebutuhan
penting yang ikut menentukan keberhasilan suhu untuk pertumbuhan benih ikan labeo
usaha tersebut. Dalam memproduksi benih, saat rohita (Kausar dan Salim, 2006), kebutuhan
yang paling kritis dari kehidupan ikan adalah suhu dan salinitas optimal untuk perkembangan
dari fase larva sampai paska larva (benih ukuran telur ikan kerapu (Kawahara et al., 1997),
1-3 cm). Untuk mengatasi hal ini salah satu cara pengaruh temperatur, salinitas dan ukuran ikan
yang paling tepat adalah dengan mempercepat terhadap pertumbuhan dan konsumsi juvenil
metamorfosis (perkembangan) dari fase larva bluefish (Buckel et al., 1995), kemudian protein
menjadi benih ukuran tebar dengan organ tubuh dan suhu untuk juvenil Tilapia rendalli (Masuka
yang telah berkembang sempurna. Agar et al., 2009), dan pengaruh kombinasi suhu dan
perkembangan organ tubuh lebih cepat, ikan kepadatan terhadap pertumbuhan juvenile
harus diransang pertumbuhannya dengan cara australia crayfish (Verhoef dan Austin, 1999).
mengoptimalkan kondisi kualitas air. Meskipun Pada ikan lele, suhu optimal yang diperlukan
ikan lele masih dapat hidup pada kondisi bagi perkembangan larva belum diketahui.
lingkungan yang kurang bagitu baik, namun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kisaran
untuk dapat tumbuh maksimal ikan tetap suhu media pemeliharaan yang optimal terhadap
membutuhkan kualitas air yang optimal. laju pemangsaan dan pertumbuhan larva ikan
Suhu air sangat berpengaruh terhadap lele.
kelangsungan hidup ikan lele dan organisme

METODE PENELITIAN dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 30 %


Penelitian ini dilakukan di laboratorium dari total volume media. Air pengganti
Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan disediakan dalam akuarium cadangan dengan
Universitas Muhammadiyah Pontianak. kualitas air yang sama dengan air yang
Percobaan menggunakan Rancangan Acak digantikan.
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 Peubah yang diamati adalah laju
ulangan. Sebagai perlakuan adalah suhu air konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik dan
(media) pemeliharaan yaitu suhu air 26o C, suhu kelangsungan hidup. Laju konsumsi plankton
air 28o C, suhu air 30o C dan suhu air 32o C. diukur dengan menghitung jumlah plankton
Ikan uji yang digunakan berupa larva ikan lele yang dikonsumsi untuk setiap ekor persatuan
ukuran 0.7 cm yang diperoleh dari unit waktu.
pembenihan rakyat (UPR) di kota Pontianak. Untuk mengetahui perkembangan larva,
Wadah yang digunakan berupa akuarium dilakukan penyamplingan pada awal dan akhir
ukuran 25 x 25 x 35 cm sebanyak 12 buah, penelitian serta pengamatan menggunakan
padat tebar larva 5 individu/liter air. Pengaturan mikroskop. Analisis statistik digunakan untuk
suhu dengan menggunakan heater sesuai mengetahui pengaruh antara perlakuan terhadap
perlakuan dan diaerasi terus menerus. Larva laju pemangsaan, pertumbuhan dan
diberi pakan berupa nauply artemia dengan kelangsungan hidup. Sedangkan peubah kualitas
metode ad satiasi (sampai kenyang) dengan air yang diamati meliputi alkalinitas, pH, DO,
frekuensi 5 kali sehari. Penggantian air Co2, dan Amonia
.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh suhu air yang berbeda terhadap
Laju Pemangsaan Plankton laju pemangsaan plankton disajikan pada Tabel
1.

15
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Tabel 1. Rata-rata dan simpang baku laju pemangsaan plankton (individu/jam) oleh larva ikan lele
dumbo
Perlakuan
A B C D
Rata-rata ± SD 139±1.192a 169±3.366b 159±10.367b 145±1.170c
*) Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji BNT (P>0.05)

Hasil analisis statistik menunjukkan laju pemangsaan perlakuan B (suhu 28 oC)


bahwa pengaruh suhu yang berbeda terhadap meningkat sebanyak 169 ind/jam, kemudian
laju pemangsaan plankton berpengaruh nyata perlakuan C (suhu 300C) sebanyak 159 ind/jam,
(P>0.05) pada semua perlakuan. perlakuan D (suhu 320C) 145 ind/jam dan
Untuk rata-rata laju pemangsaan selama perlakuan A (suhu 26o C) sebanyak 139 ind/jam.
penelitian berlangsung berkisar antara 145-169 Peningkatan laju pemangsaan ini terjadi
ind/jam. Hasil pengamatan pada setiap dikarenakan pada hari ketiga pada tiap pelakuan
perlakuan selama masa pemeliharaan larva ikan lele sudah memiliki organ tubuh yang
menunjukkan peningkatan laju pemangsaan yang lebih lengkap sehingga nafsu makan larva
yang berbeda pada tiap perlakuan dan akan meningkat pula, nafsu makan yang
pengamatannya (Gambar. 1), peningkatan laju dikontrol oleh hypothalamus dirangsang oleh
pemangsaan ini di barengi dengan peningkatan tingkat pengisian usus dan/atau berbagai faktor
suhu laju pemangsaan larva ikan lele dumbo metabolik seperti kadar metabolit-metabolit
yang tertinggi terdapat pada perlakuan B (suhu tertentu dalam darah atau perubahan suhu yang
28oC), pada hari ke-3 sudah tampak dapat mempengaruhi konsumsi pakan.
menunjukkan laju pemangsaan tertinggi sebesar Tingginya metabolit dalam darah menyebabkan
67 ind/jam pada hari ke- 6 sebanyak 71 ind/jam, ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan
hari ke-9 sebanyak 150 ind/jam dan hari ke-12 tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan
sebanyak 159 ind/jam. Pada akhir pengamatan meningkat pula.
180
165
Laju Grazing (ind/jam)

150
135
120
105 suhu 26
90
75 Suhu 28
60
45 Suhu 30
30
15
0 Suhu 32

0 3 6 9 12 15
Hari Ke-

Gambar 1. Laju pemangsaan plankton (ind/jam) larva ikan lele dumbo selama 15 hari masa
pemeliharaan.

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan kisaran suhu dengan laju pemangsaan plankton
fungsional antara kisaran suhu dengan laju larva lele dumbo, karena nilai korelasi
pemangsaan plankton (Laju Grazing) larva ikan mendekati 1 (satu), berarti terdapat hubungan
lele dumbo maka di lakukan uji Polinomial yang erat antara suhu dengan laju pemangsaan
Orthogonal dan di dapat fungsi kuadratik. Dan plankton. Korelasi polynomial ini menunjukkan
diperoleh persamaan regresi Ŷ = -2.75x2 + bahwa peningkatan nilai suhu akan diikuti
159.5x – 2185.1 yang diartikan bahwa setiap dengan peningkatan laju pemangsaan plankton
peningkatan x (suhu) sebesar 1% maka akan hingga mencapai titik optimal (Gambar. 2).
menaikkan nilai Y (laju pemangsaan plankton) Semakin tingginya suhu nafsu makan ikan
sebesar 181.45%. Kemudian dilanjutkan dengan semakin meningkat namun kenaikan suhu pada
analisis korelasi didapat r2 = 0.768 dan r = saat mulainya denaturasi akan mengurangi laju
0.876, ini menunjukkan korelasi positif antara pemangsaan oleh karena itu terdapat dua

16
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

pegaruh yang berlawanan maka akan terjadi peningkatan laju konsumsi pakan.
titik optimum yaitu suhu yang paling tepat bagi

180
Laju Grazing (ekor/jam) 175
170
165
160
155
150
145
140
135
130 y = -2.750x2 + 159.5x - 2185.1
125 R² = 0.768
120
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Suhu Pemeliharaan (ᵒC)
Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu dengan laju pemangsaan plankton larva ikan lele dumbo
selama 15 hari masa pemeliharaan

Dalam menghadapi kenaikan suhu yang enzim metabolisme berpengaruh terhadap


masih dapat ditolerir oleh ikan, akan diikuti proses katabolisme (menghasilkan energi) dan
dengan kenaikan derajat metabolisme dan anabolisme (sintesa nutrient menjadi senyawa
kebutuhan oksigen meningkat pula. Secara teori baru yang dibutuhkan tubuh). Meningkatnya
tiap kenaikan suhu sebesar 10 oC diatas suhu 13- aktifitas enzim metabolisme menyebabkan laju
15oC akan meningkat dua kali lebih banyak proses metabolisme akan semakin cepat dan
makanan yang dikonsumsi. Praseno et al., kadar metabolit dalam darah akan semakin
(1995) mengemukakan suhu ideal untuk tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah
pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 25-30oC, menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki
di bawah suhu tersebut nafsu makan ikan lele nafsu makan, sehingga tingkat konsumsi pakan
dumbo akan berkurang. Kondisi ini sama juga meningkat (Effendi, 2003). Dengan
dengan hasil penelitian laju pemangsaan demikian maka kisaran suhu air selama masa
plankton larva ikan lele lebih tinggi pada suhu pemeliharaan larva lele masih dalam batas yang
28oC dibandingkan dengan suhu 26oC. sesuai dengan kebutuhan larva untuk
Berdasarkan analisis regresi masing- meningkatkan laju pemangsaan plankton.
masing perlakuan dengan suhu yang berbeda
memberikan korelasi dengan tingkat hingga Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik dan
76% antara suhu dengan laju pemangsaan, Bobot Spesifik (LPPS dan LPBS)
selain itu berdasarkan analisis regresi tersebut,
maka didapat titik optimum suhu terhadap laju Laju Pertumbuhan Spesifik diperoleh
pemangsaan plankton larva ikan lele dumbo dari panjang dan bobot larva ikan lele dumbo
yaitu pada suhu 29.03oC mencapai 169 ind/jam. pada saat pengambilan sampling yang dilakuan
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh (Umar et pada awal dan akhir pemeliharaan. LPPS larva
al., 2009) benur udang windu dan nener ikan lele yang dipelihara selama 15 hari pada
bandeng memiliki kemampuan memangsa berbagai nilai suhu yang berbeda berkisar antara
fitoplankton 128 ind/jam dan zooplankton 5-12 17.39-22.69 (%/hari), sedangkan LPBS berkisar
ind/jam pada kisaran suhu 26.7-31.4oC. 26.71 – 33.37 (%/hari). Nilai laju pertumbuhan
Tingginya pemangsaan plankton ini panjanag dan bobot spesifik pada setiap
dikarenakan pada suhu optimum akan perlakuan mengalami peningkatan (Tabel 3).
mendorong enzim-enzim pencernaan bekerja
secara efektif sehingga mempengaruhi aktifitas
enzim yang terlibat dalam proses metabolisme,

17
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Tabel 3. Rata-rata dan Simpang Baku Laju Pertumbuhan Panjang dan Bobot Spesifik (%/hari)
Larva Ikan Lele Dumbo Selama Pemeliharaan

Perlakuan (SuhuoC)
Variabel A (26) B (28) C (30) D (32)
a b b
SGR Panjang 19.04±0.09 22.69±0.26 22.26±1.25 17.39±1.21c
SGR Bobot 28.26±0.37a 33.37±0.30b 32.70±0.08c 17.08±0.37a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% pada Uji BNT
(P>0.05)

Dari tabel diatas LPPS dan LPBS 0.533X2 + 30.64X – 417.4 dan persamaan LPBS
Perlakuan B (suhu 28oC) merupakan perlakuan Ŷ = - 0.69375X2+ 39.97X – 541.9. Persamaan
terbaik karena memberikan hasil nilai terbaik regresi tersebut diartikan bahwa setiap x
yaitu 22.69±0.26 dan 33.37±0.30, Kemudian (kisaran suhu) sebesar 1% maka akan
diikuti oleh perlakuan C (suhu 30oC), perlakuan menaikkan nilai y (laju pertumbuhan bobot
A (suhu 26oC) dan perlakuan D (suhu 32oC) spesifik dan panjang spesifik) sebesar 39.97 dan
memiliki nilai terendah yaitu sebesar 30.64%. Kemudian dilanjutkan dengan analisis
17.39±1.21 dan 17.08±0.37, hal ini terjadi korelasi LPPS r2 = 0.903 dan r = 0.950, dan juga
karena perlakuan D merupakan perlakuan analisis korelasi LPBS r2 = 0.991 dan r = 0.995,
dengan nilai suhu tertingi, sehingga semakin ini menunjukkan korelasi positif antara suhu
tingginya kenaikan suhu akan menurunkan dengan laju pertumbuhan spesifik larva ikan lele
nafsu makan larva ikan lele dan proses dumbo. Karena nilai korelasi mendekati angka
pencernaan terganngu, sehingga akan 1, berarti terdapat hubungan yang erat antara
mengurangi kecepatan metabolisme tubuh dan perlakuan suhu dengan pertumbuhan spesifik,
menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. maka apabila terjadi peningkatan suhu akan
(Halver, 1972 dalam Satyantini, 2008). diikuti dengan peningkatan laju pertumbuhan
Berdasarkan analisis Polynomial spesifik hingga mencapai titik optimum
Orthogonal dengan persamaan LPPS Ŷ = - (Gambar. 5 dan 6)

36
Laju Pertumbuhan bobot

34
32
Spesifik (%/hari)

30
28
26
y = -0.693x2 + 39.96x - 541.9
24
R² = 0.991
22
20
18
25 27 29 31 33
Suhu Pemeliharaan (ᵒC)

Gambar 5. Grafik Hubungan antara Suhu dengan Laju Pertumbuhan panjang Spesifik Larva Ikan
Lele Dumbo.

18
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Laju Pertumbuhan Panjang (%)


25.00
24.00
23.00
22.00
21.00
20.00
19.00
18.00 y = -0.533x2 + 30.64x - 417.4
17.00 R² = 0.903
16.00
15.00
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Suhu oC

Gambar 6. Grafik hubungan suhu dengan laju pertumbuhan bobot spesifik larva ikan lele dumbo

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan infeksi fungi dan bakteri pathogen akibat
suhu sebagai media pemeliharaan dengan melemahnya sistem imun.
memperhatikan nilai pertumbuhan panjang dan Menurut Supeno, 2005 dalam Dardiani
bobot masing-masing perlakuan dapat dikatakan (2008), suhu ideal untuk pemeliharaan lele
dengan adanya kenaikan nilai suhu diketahui dumbo adalah 25-30oC, dibawah suhu tersebut
terjadinya peningkatan pertumbuhan panjang nafsu makan lele dumbo akan berkurang.
dan bobot larva dari awal pemeliharaan sampai semakin tinggi suhu akan memacu tubuh ikan
hari ke-15 hal ini menunjukkan bahwa laju dan biota air lainnya melakukan metabolisme
pertumbuhan panjang berbanding lurus dengan dengan cepat sehingga dapat memacu
pertumbuhan bobot. Pada media pemeliharaan pertumbuhan, tiap kenaikan suhu sebesar 10oC
didapatkan hasil bahwa perlakuan B (suhu diatas suhu 13-15oC akan meningkatkan 2-3 kali
28oC) adalah yang paling terbaik yaitu dapat lebih banyak makanan yang dikonsumsi,
meningkatkan rata-rata bobot ikan sebesar 1.42 turunnya temperature menyebabkan semua
gram dengan panjang 2.04 cm selama 15 hari aktifitas organisme hidup terhambat. Sedangkan
pemeliharaan. Pertumbuhan organisme menurut Ali (1991) dalam Dardiani (2008) pada
ditentukan oleh aktivitas metabolisme yang suhu diatas 32oC larva ikan lele dumbo mulai
dilakukan oleh makhluk hidup tersebut. Laju berkurang nafsu makannya dan proses
metabolisme dipengaruhi oleh faktor biotik pencernaan terganggu. Gangguan ini menurut
seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, Windell (1978) dalam Dardiani (2008) karena
karbondioksida, amoniak dan pH, dan abiotik enzim-enzim pencernaan seperti protease yang
seperti berat, kelamin, stress dan ratio makanan, terdiri dari tripsin, khimotiripsin, elastase dan
karena proses metabolisme membutuhkan carboxy peptidase, enzim amilase, khitinase dan
energi, sedangkan penyaringan energi dari enzim lipase mengalami penurunan aktivitas
makanan membutuhkan oksigen, maka laju akibat terdenaturasi. Pada proses pencernaan
metabolisme dapat diduga dari laju konsumsi yang tak sempurna akan dihasilkan banyak
oksigen. Semakin tingginya nilai suhu maka feses, sehingga banyak energi yang terbuang,
akan menyebabkan penurunan nilai oksigen tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat
terlarut sedangkan semakin rendah nilai suhu maka laju pencernaan juga semakin meningkat,
akan meningkatkan kandungan O2 dalam air. sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan Tingkat pengosongan lambung yang tinggi
bagi ikan hanya dapat menyebabkan gangguan menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu
stress kesehatan, tubuh lemah, kurus dan makannya meningkat. Oleh karena itu ada dua
tingkah laku abnormal. Sedangkan pada suhu pengaruh yang berlawanan, maka akan
rendah memungkinkan air untuk mengandung terjadinya satu titik optimum yaitu suhu yang
oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah paling tepat bagi metabolisme tubuh
menyebabkan ikan stress pernapasan pada ikan (Schaperclaus dalam Satyantini, 2008). Suhu
berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut yang optimum akan mendorong enzim-enzim
jantung sehingga dapat berlanjut dengan pencernaan dan metabolisme untuk bekerja
pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan secara efektif sehingga akan menghasilkan
oksigen ikan akan menjadi lebih rentan terhadap energi yang optimal untuk pertumbuhan. Hal ini

19
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

sesuai dengan data pengukuran kualitas air. berbeda memberikan korelasi degan tingkat
Semakin tingginya suhu media pemeliharaan 90% untuk pertumbuhan panjang dan 99%
(suhu 32oC) pertumbuhan akan semakin rendah untuk pertumbuhan bobot antara suhu dengan
dan juga semakin rendah suhu media pertumbuhan. Selain itu berdasarkan analisis
pemeliharaan (suhu 260C) pertumbuhan juga regresi yang telah diketahui, maka nilai titik
rendah sehingga diperoleh titik suhu optimum suhu optimum untuk pertumbuhan panjang dan
yaitu berkisar 28-30oC yang menunjukkan bobot larva ikan lele dumbo yaitu pada suhu
pertumbuhan yang baik. 28.80oC untuk pertumbuhan panjang spesifik
Berdasarkan pada analisis regresi diatas, dan suhu 28.75oC untuk pertumbuhan bobot
masing-masing perlakuan dengan suhu yang spesifik.

Kelangsungan Hidup
Pengaruh suhu air yang berbeda terhadap (Clarias gariepinus) hingga mencapai ukuran
kelangsungan hidup larva ikan lele dumbo benih disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata dan Simpang Baku Kelangsungan Hidup (%) Larva Ikan Lele Dumbo selama
Penelitian

Pengamatan Hari Ke-


Rata-rata transformaasi ± SD
Perlakuan 0 15
A 100 100 10±0.0.00a
B 100 98.22 9.91±0.102a
C 100 91.56 9.57±0.106a
D 100 71.56 8.44±0.76b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji BNT (P>0.05)

Berdasarkan hasil analisis statistik Metabolisme berkaitan erat dengan


menunjukkan bahwa pengaruh suhu yang respirasi karena respirasi merupakan proses
berbeda terhadap kelangsungan hidup ekstraksi energi dari molekul makanan yang
berpengaruh nyata (P>0,05) pada perlakuan D. bergantung pada adanya oksigen peningkatan
Untuk rata-rata prosentase kelangsungan hidup kadar oksigen dibarengi dengan penurunan
berkisar antara 84.4%-100%. Hal ini suhu, sehingga semakin tingginya nilai suhu
dikarenakan perlakuan D merupakan nilai suhu akan menyebabkan semakin menurunnya kadar
yang tertinggi sehingga larva membutuhkan oksigen terlarut diperairan, akan tetapi semakin
pakan yang sangat banyak untuk metabolisme tingginya suhu akan meningkatkan konsumsi
tubuhnya akan tetapi kemungkinan pakan yang oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali
diberikan tidak dapat memenuhi kebutuhannya lipat. Sehingga apabila persediaan oksigen tidak
sehingga larva mengalami kematian. Effendie dapat memenuhi kebutuhan akan menyebabkan
(1997) mengemukakan kelangsungan hidup ikan lemas bahkan dapat menyebabkan
ikan, terutama pada masa larva sangat kematian.
ditentukan oleh tersedianya makanan. Makanan
yang akan digunakan akan mempengaruhi Kualitas Air
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Ikan Kualitas air merupakan faktor penting
akan mengalami kematian apabila dalam waktu dan pembatas bagi mahluk hidup yang hidup
singkat tidak berhasil mendapatkan makan, dalam air baik factor kimia, biologi dan fisika.
karena terjadinya kelaparan dan kehabisan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan sagat
tenaga. Selain itu kondisi lingkungan juga penting bagi kehidupan ikan yang akan
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, mempengaruhi kelangsungan hidup,
dikarenakan ikan termasuk hewan berdarah pertumbuhan dan laju pemangsaan plankton
dingin (poikilothermal) yaitu suhu tubuh diantaranya suhu air, derajat keasaman (pH),
dipengaruhi oleh suhu lingkungan habitatnya oksigen terlarut (DO), amoniak (NH3) dari hasil
sehingga metabolisme maupun kekebalan pengamatan penelitian diperoleh hasil kualitas
tubuhnya juga sangat tergantung dari suhu air dapat dilihat pada Tabel 7.
lingkungannya (Sahoo et al., 2004).

20
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Tabel 7. Tabel kualitas air media pemeliharaan selam pemeliharaan larva ikan lele dumbo
Perlakuan Parameter
pH DO (ppm) NH3 (ppm)
A 7.00 6.90 0.0531
B 7.00 6.69 0.0522
C 7.00 6.92 0.0614
D 7.10 5.78 0.0635

Dari hasil pengukuran saat penelitian Ammonia berdasarkan hasil pengukuran


parameter kualitas air berupa oksigen terlarut disetiap perlakuan menjukkan bahwa ammonia
berkisar antara 5.8-6.90 mg/l, pH berkisar masih belum membahayakan kelangsungan
antara 7.00-7.32, ammonia berkisar 0.52-0.06 larva ikan lele dumbo yaitu kisaran 0.0522-
mg/l. nilai kisaran parameter tersebut masih 0.0674 mg/l. Muchlisin et al., (2003) untuk
dalam kisaran yang baik dan dapat ditolerir oleh menjaga kelangsungan hidup pertumbuhan ikan
larva ikan lele dumbo. Suyanto (1999) lele dumbo total ammonia diperairan maksimal
mengemukakan nilai pH yang baik untuk lele 1 mg/l. di tambahkan oleh Boyd et al., (1982)
dumbo berkisara 6,5-8,5. Najiyanti (1997) menyatakan bahwa kandungan NH3 sebesar 0.1
menambahkan, kandungan O2 yang terlalu mg/l menurunkan pertumbuhan dan
tinggi akan menyebabkan timbulnya menyebabkan kerusakan insang pada Chanel
gelembung-gelembung dalam jaringan tubuh catfish, konsentrasi 0.52mg/l menurunkan
ikan. Sebaliknya penurunan kandungan O2 pertumbuhan sebesar 50%. Sedangkan pada
secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian. konsentrsi 0.97mg/l pertumbuhan akan
terlambat.

KESIMPULAN
Larva ikan lele dumbo dapat pertumbuhan panjang dan bobot spesifik
memangsaan plankton hingga mencapai 169 sebesar 22.69%/ hari dan 33.37%/hari pada
ind/jam, sehingga dapat menghasilkan laju suhu optimal berkisar antara 28.75 - 300C

SARAN
Dalam pemeliharaan larva ikan lele larva yang optimal, disarankan dengan nilai
dumbo, untuk menghasilkan laju pemangsaan suhu yang digunakan berkisar antara 28.75-
plankton, pertumbuhan dan kelangsungna hidup 30oC.

DAFTAR PUSTAKA Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.


Boyd, C.E. and F. Licthkoppler. 1982. Water Yayasan Pustaka Nusantara,
Quqlity Management in Pond Fish Yogyakarta. 159 halaman.
Culture. Auburn University. Auburn. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Buckel, J.A., N. D. Steinberg and D. O. Conor. Pengelolaan Sumberdaya dan
1995. Effects Of Temperature, Lingkungan perairan. Penerbit
Salinity, and Fish Size On Growth Kanisius. Yogyakarta.
and Consumpation Of Juvenil El Gamal. A.H.E. 2009. Effect Of Temperature
Bluefish. Journal Of Fish Biology. On Hatching and Larvae
47: 696-706. Development and Mucin Secretion In
Dardiani. 2008. Pengaruh Aplikasi Probiotik Common Carp. Cyprinus carpio
EM4 Terhadap Kelangsungan Hidup (Linnaeus, 1758). Global Veterinaria
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias 3 (2): 80-90.
gariepinus). Tesis Pasca Sarjana Kausar, R. and M. Salim. 2006. Effect Of Water
Program Studi Biosains Universitas Temperature On The Growth
Sebelas Maret Surakarta. Performance and Feed Convertion
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Ration Of Labeo rohita. Pakistan
Kalimantan Barat. 2011. Pusat Data Veteriner Journal. 26 (3): 105-108.
dan Informasi, Statistik Perikanan Kawahara., S.A.J Shams., A.A. Al-Bosta., M.H.
Provinsi Kalimantan Barat. Mansoor dan A.A. Al-Baqqal. 1997.
Effects Of Incubation and Spawning
Water Temperature and Salinity On

21
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Egg Development Of The Orange- Fry On Growth and Survival During


Spotted Grouper (Epinephelus Finggerling Hatchery Production.
coiodes serranidae) Manila. Central Institut Of Freswater
Philippines. Asian Fisheries Science. Aquaculture Kausalyaganga. Asian
239-250. Fisheries Society. Manila. Philipines.
Melinawati, R., P.T. Imanto., M. Suastika. 17: 229-223.
2010. Perencanaan Waktu Penetasan Satyantini, W. H., P. H. Wibowo dan A. T.
Telur Ikan Kerapu dengan Mukti. 2008. Pengaruh Kombinasi
Menggunakan Suhu Inkubasi yang Pakan Alami yang Berbeda Terhadap
Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertumbuhan dan Kelulushidupan
Kelautan Tropis. 2(2): 83-91. Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias
Muchlisin, Z.A., Damhoeri. A., Fauziah. R., gariepinus). Berkala Ilmiah
Muhammadar., Musman M. 2003. Perikanan Vol. 3 No. 2 : 41-48.
Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Sukadi, M.F. 1995. Influence Of Water
Alami Terhadap Pertumbuhan dan Hardness Of Freswater Giant Prawn
Kelulus Hidupan Larva Ikan Lele (Macrobrachium resenbergii De
Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi. Man) Spawning and Egg Production.
Vol 3, No 2: 105-113. Indonesian Fisheries Research
Musuka, C.G., J.S. Likongwe, J. Kango’ombe, Journal. 1(1): 11-12
W.W.L. Jere and A.H. Mtethiwa. Suyanto, S. R., 2005. Budidaya Ikan Lele.
2009. The Effect Of Dietary Protein Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 1-10
and Water Temperatures On Umar, N.,A., Richardus F., Kaswadji, et al.
Performance Of T. Rendalli juveniles 2009. Dinamika Populasi Plankton
Reader in Indoor Tanks. Pakistan dalam Area Pusat Penangkapan
Journal Of Nutrition. 8(10): 1526- Benur dan Nener di Perairan Pantai
1531. Kecamatan Suppa Kabupaten
Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Pinrang, Sulawesi Selatan. Forum
Kolam Taman. Penebar Swadaya. Pascasarjana Vol. 32 No. 2 April
Jakarta. 2009:91-102. Institut Pertanian
Praseno, O., Sutrisno., A. Priyadi. 1995. Teknik Bogor.
Penanganan dan Transportasi Benih Verhoef, G.D., Austin, C.M. 1999. Combined
Lele (Clarias gariepinus). Prosiding Effect Of Temperature and Density
Seminar Hasil Penelitian Perikanan On The Growthand Survival Of
Air Tawar. Balai Penelitian Juveniles Of The Australian Fres
Perikanan dan Pengembangan Water Crayfish, Cheraxdestructor
Pertanian. 27-88 halaman. clark. School Of Ecology and
Sahoo. S.K., Giri S.S., Sahu A.K. 2004. Effect Environment. Deakin University.
Of Stocking Size Of Clarias batracus Aquacultur. 170: 37-47.

22

Anda mungkin juga menyukai

  • 7 Awal Daur Hidup
    7 Awal Daur Hidup
    Dokumen14 halaman
    7 Awal Daur Hidup
    Tuti Puji Lestari
    Belum ada peringkat
  • Artemia
    Artemia
    Dokumen8 halaman
    Artemia
    Tuti Puji Lestari
    Belum ada peringkat
  • Artemia
    Artemia
    Dokumen8 halaman
    Artemia
    Tuti Puji Lestari
    Belum ada peringkat
  • FIKP
    FIKP
    Dokumen28 halaman
    FIKP
    Tuti Puji Lestari
    Belum ada peringkat