Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

UJI AKTIVITAS BAKTERIOFAGE LITIK DARI LIMBAH


RUMAH TANGGA TERHADAP Salmonella Typhi

Yoga Dwi Jatmiko*1, Agung Putra Purwanto2, Tri Ardyati3


1,2,3
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
e-mail: *1jatmiko_yd@ub.ac.id; 2putra.agung20@gmail.com; 3tri_ardyati@yahoo.com

Diterima :30 Oktober Abstrak. Salmonella Typhi merupakan salah satu bakteri yang menjadi
2018 agen penyakit bawaan makanan. Bakteriofage sebagai alternatif penggu-
Disetujui : 18 November naan antibiotika telah digunakan untuk mengendalikan bakteri tersebut.
2018 Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat bakteriofage litik yang
mampu melisis beberapa bakteri patogen yang diujikan dan mengetahui
e-ISSN : 2541-4208 pengaruh aktivitas bakteriofage litik terhadap pertumbuhan Salmonella
p-ISSN : 2548-1606 Typhi. Bakteriofage diisolasi dari limbah rumah tangga (air selokan, air
sungai dan septic tank). Selanjutnya penentuan host range bakteriofage
DOI: 10.15575/biodjati.v3i2.3471 terhadap bakteri patogen lain dilakukan dengan metode spot test. Uji ak-
tivitas bakteriofage terhadap Salmonella Typhi dilakukan menggunakan
metode bacterial challenge test. Berdasarkan hasil isolasi, didapat enam
isolat bakteriofage, yaitu B2-St, B3-St, S1-St, S2-St, SL1-St, dan SL3-St.
Semua isolat bakteriofage mampu melisiskan sel bakteri Escherichia coli
dan Salmonella Typhimurium namun tidak mampu melisiskan Bacillus
cereus, Staphylococcus aureus dan Shigella disentriae. Tiga isolat bakte-
riofage telah terpilih berdasarkan densitas plaque terbanyak yaitu B2-St,
SL3-St dan S2-St. Kemampuan isolat bakteriofage B2-St dalam melisiskan
sel Salmonella Typhi lebih tinggi (6,81 ± 0,35 log sel/mL) daripada isolat
bakteriofage SL3-St (7,39 ± 0,31 log sel/mL) dan S2-St (7,60 ± 0,27 log
sel/mL). Penurunan densitas sel inang terendah oleh ketiga isolat bakteri-
ofage terjadi pada jam ke-4. Bakteriofage B2-St merupakan bakteriofage
terbaik dan berpotensi sebagai agen biokontrol Salmonella Typhi.
Kata kunci: bakteriofage litik, limbah rumah tangga, Salmonella Typhi

Abstract. Salmonella Typhi is considered to be the one of important pa-


thogenic bacteria that can cause food-borne diseases. The use of bacteri-
ophae for controlling this pathogenic bacterium has been proposed to
substitute the use of antibiotics. The objectives of research were to obtain
lytic bacteriophage that capable to inhibit some tested pathogenic bacte-
ria and to determine the activity of isolated lytic bacteriophage against
the growth of Salmonella Typhi. Bacteriophages were isolated from
household wastes (sewage, river, and septictank). The spot test method
has been applied for host range assay towards selected pathogenic bacte-
ria. Bacteriophage activity test towards Salmonella Typhi has been per-
formed by using bacterial challenge test method. The result of this re-
search was six bacteriophages have been succesfully isolated by using
double layer method, namely B2-St, B3-St, S1-St, S2-St, SL1-St, and SL3-
Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

St. They were able to inhibit the growth of both Eschericia coli and Sal-
monella Typhimurium, shown by plaque forming. Three bacteriophage
isolates were selected based on their plaque density, namely B2-St, SL3-St
and S2-St. Moreover, the activity of bacteriophage B2-St was the highest
in inhibiting the Salmonella Typhi growth (6.81 ± 0,35 log cells/mL) com-
pared to bacteriophage SL3-St(7.39 ± 0,31 log cells/mL) and S2-St (7.60
±0,27 log cells/mL). The lowest density of Salmonella Typhi has been
achieved after each three isolates of bacteriophage were incubated for
four hours. Bacteriophage B2-St was potentially to be applied as biocon-
trol agent against Salmonella Typhi.
Keywords: lytic bacteriophage, domestic wastewater, Salmonella Typhi
Cara Sitasi
Jatmiko, Y. D., Purwanto, A. P. & Ardyati, T. (2018). Uji Aktivitas Bakteriofage Litik dari Limbah
Rumah Tangga terhadap Salmonella Typhi. Jurnal Biodjati, 3 (2), 134-147-.

PENDAHULUAN yaitu Campylobacter, Salmonella, Escherichia


coli O157:H7 dan Listeria monocytogenes.
Insiden penyakit infeksi oleh mikroba Perhatian khusus terhadap beberapa
melalui makanan masih sering terjadi di bakteri patogen, terutama Salmonella sp. perlu
banyak negara. Menurut data administrasi dilakukan karena merupakan agen penyakit
makanan dan obat (FDA) Amerika Serikat, bawaan makanan. Salmonellosis terjadi
penyakit asal pangan yang disebabkan oleh apabila bakteri Salmonella serovar Typhi dan
kontaminasi mikroba menempati urutan Paratyphi A, B, dan C yang hanya menginfeksi
pertama di antara racun alami, residu pestisida, manusia masuk ke dalam tubuh melalui
dan bahan tambahan pangan (Winarti & makanan atau minuman yang telah
Miskiyah, 2010). Data rangkuman kasus terkontaminasi (Andriani & Kurniawati, 2007).
keracunan pangan dari Direktorat Surveilan Salmonella dapat tumbuh dan memproduksi
dan Penyuluhan Keamanan pangan, BPOM endotoksin yang dapat menyebabkan
tahun 2001-2004 menyatakan bahwa penyebab salmonellosis yang ditandai dengan adanya
keracunan akibat mikroba patogen menempati gejala gastroenteritis seperti sakit perut, mual
urutan pertama dan selanjutnya diikuti oleh dan diare, kadang disertai demam ringan dan
akibat senyawa kimia, dan racun alami. Data sakit kepala (Mahamuni et al, 2017).
penyebab keracunan akibat mikroba patogen Salmonella menyerang mukosa usus (saluran
tersebut adalah sebagai berikut, jumlah kasus pencernaan), jaringan limfoid dan diteruskan
tahun 2001 terdapat enam kasus, tahun 2002 ke kelenjar getah bening sehingga dapat
terdapat 12 kasus, tahun 2003 terdapat menyebabkan gastroenteritis dan tifus (Wray,
sembilan kasus dan tahun 2004 terdapat 21 2003).
kasus (Hariyadi, 2008). Departemen Pertanian Pengobatan infeksi Salmonella Typhi
Amerika Serikat (USDA) tahun 1996 biasanya digunakan beberapa antibiotika
memperkirakan terjadi 4000 kematian dari seperti ampicillin, chloramphenicol dan
lima juta penderita setiap tahunnya sebagai trimethoprim – sulfamethoxazole. Namun,
akibat mengonsumsi produk-produk daging Salmonella Typhi telah menjadi resisten pada
yang tercemar empat jenis bakteri patogen salah satu atau lebih dari satu antibiotika
tersebut (Eng et al, 2015). Selain itu,

Jatmiko, et al. 135


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

penggunaan antibiotika dapat meninggalkan minum atau makanan yang terkontaminasi


residu dalam bahan pangan yang sering oleh Salmonella Typhi dan perilaku higienis
ditemukan pada produk hasil peternakan yang kurang memadai (Wray, 2003). Oleh
(Sonderholm, 2008). Salah satu alternatif karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
pengendalian Salmonella Typhi yang relatif mendapatkan isolat bakteriofage litik yang
aman adalah penggunaan bakteriofage. mampu melisiskan beberapa bakteri patogen
Bakteriofage merupakan virus yang yang diujikan dan mengetahui pengaruh
menginfeksi dan bereplikasi dalam sel aktivitas bakteriofage litik terhadap
prokariotik. Bakteriofage tipe litik menginfeksi pertumbuhan Salmonella Typhi.
sel bakteri dengan berlipat ganda sampai
bakteri lisis dan terbentuk bakteriofage baru. Kultur Bakteri
Umumnya bakteriofage bekerja secara spesifik Kultur bakteri yang digunakan sebagai
pada spesies bakteri tertentu (Filho et al, inang untuk isolasi bakteriofage adalah
2007). Bakteri Salmonella Typhi umumnya Salmonella enterica serovar Typhi (Salmonella
hidup di lingkungan yang kotor misalnya Typhi) dan Salmonella enterica serovar
limbah rumah tangga, hal ini dapat diindikasi Typhimurium (Salmonella Typhimurium).
bahwa untuk mencari musuh alaminya Isolat yang digunakan untuk penentuan host
terutama virus atau fage juga dapat diisolasi range terdiri dari Escherichia coli, Shigella
dari Salmonella Typhi tersebut berkembang disentriae, Staphylococcus aureus, Bacillus
biak. Menurut Kutter & Sulakvelidze (2005), cereus dan Salmonella Typhimurium yang
bakteriofage tumbuh dan berkembang biak di diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi,
dalam bakteri, sehingga apabila di suatu Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya,
lingkungan diduga terdapat bakteri tertentu Malang.
dalam jumlah besar maka bakteriofage
dipastikan berada di lingkungan tersebut. Isolasi Bakteriofage
Secara umum bakteriofage memiliki Bakteriofage diisolasi dari limbah rumah
peluang untuk digunakan sebagai alternatif tangga, dalam hal ini adalah air selokan, air
pengontrolan bakteri (Sillankorva et al, 2012). sungai (DAS Brantas) dan septic tank.
Bakteriofage litik memiliki kemampuan Pengambilan sampel limbah rumah tangga
menurunkan jumlah kontaminasi Salmonella dilakukan sebanyak dua kali pada tempat yang
dan Campylobacter, terutama untuk berbeda di wilayah kota Malang dan
mengontrol Salmonella pada produk ternak sekitarnya. Sampel tersebut diambil dan
ayam secara signifikan (Huff et al, 2005; Bao dimasukkan dalam botol steril kemudian
et al, 2015). Penggunaan bakteriofage juga langsung dibawa ke laboratorium untuk segera
dilakukan pada organisme hidup untuk terapi dianalisis.
kesehatan pada pengendalian bakteri patogen Setiap jenis limbah rumah tangga (air
yang terdapat di dalam saluran pencernaan selokan, air sungai, dan septic tank) sebanyak
hewan ternak. Kajian pada bidang pertanian, 50 mL disentrifugasi pada kecepatan 4000
bakteriofage diaplikasikan sebagai agen rpm, pada suhu 25 oC selama 20 menit untuk
pengendalian bakteri patogen pada tanaman mendapatkan supernatan. Supernatan sebanyak
(Strauch et al, 2007). Infeksi Salmonella Typhi 20 mL ditambahkan tryptic soy broth
menyebabkan penyakit tifus pada manusia. Hal (TSB) 10 mL dalam botol kultur 100 mL dan
ini disebabkan oleh agen perantara seperti air kedua kultur Salmonella (Salmonella Typhi

Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 136


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

dan Salmonella Typhimurium) masing-masing sebanyak dua tetes. Penambahan kloroform


sebanyak 5 mL secara aseptis, kemudian berfungsi untuk melisiskan sel inang yang
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. tersisa agar fage dapat dikeluarkan. Kemudian
Kedua kultur Salmonella tersebut sebelumnya suspensi dihomogensi secara perlahan dan
telah diinkubasi pada suhu 37 oC selama satu disentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm pada
jam yang diperkirakan telah mencapai awal suhu 25 oC selama 10 menit untuk
fase log (Kocharunchitt et al, 2008). Setelah memisahkan suspensi bakteriofage. Bagian
diinkubasi, suspensi dimasukkan ke dalam supernatan diambil dan disaring menggunakan
tabung sentrifugasi sebanyak 15 mL untuk membran filter dengan diameter pori 0,45 µm
dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 2500 sehingga didapatkan stok bakteriofage
rpm, pada suhu 25 oC selama 10 menit (O’Flynn et al, 2004). Stok bakteriofage
sebanyak tiga kali secara berurutan. Bagian disimpan di dalam refrigerator.
supernatan diambil dan disaring menggunakan
membran filter dengan diameter pori 0,45 µm Uji Konfirmasi dan Penentuan Host Range
sehingga didapatkan filtrat bakteriofage Bakteriofage
(O’Flynn et al, 2004). Keberhasilan isolasi bakteriofage
Deteksi keberadaan bakteriofage dalam dikonfirmasi dengan metode spot test (Clokie
sampel dilakukan menggunakan metode & Kropinski, 2009). Kultur Salmonella Typhi
double-layer (Kocharanchitt et al, 2008). awal fase log dalam media TSB digoreskan
Media tryptic soy agar (TSA) 10 mL disiapkan pada media TSA menggunakan cotton bud
pada cawan Petri sebagai agar base. Kultur steril dan dibiarkan mengering pada suhu
Salmonella awal fase log masing-masing ruang selama dua jam. Stok bakteriofage
sebanyak 200 µL diinokulasikan ke dalam 4 diambil satu ose dan diinokulasikan pada
mL TSA 0,6% yang berbeda, dan media TSA yang telah terdapat kultur Salmo-
dihomogenasi dengan cara dibolak-balik nella Typhi. Suspensi tersebut diinkubasi pada
secara perlahan. Kemudian filtrat bakteriofage suhu 37oC selama 24 jam dan diamati
sebanyak 200 µL disuspensikan juga ke dalam terbentuknya plaque atau zona bening.
4 mL TSA 0,6% secara aseptis dan Penentuan host range (kisaran inang)
dihomogenasi secara perlahan. Kultur tanpa bakteriofage dilakukan pada kultur selain
filtrat bakteriofage digunakan sebagai kontrol. Salmonella Typhi yaitu E. coli, Sh. disentriae,
Uji ini dilakukan secara duplo. Suspensi dalam St. aureus, B. cereus dan Salmonella
media TSA 0,6% tersebut dituang di atas agar Typhimurium dengan metode spot test (Clokie
base dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama & Kropinski, 2009). Isolat bakteriofage yang
24 jam. Terbentuknya plaque atau zona bening diujikan adalah semua isolat yang berhasil
menandakan adanya suatu aktivitas lisis oleh dikonfirmasi melalui uji konfirmasi
bakteriofage. sebelumnya. Kultur sel inang disiapkan sampai
mencapai awal fase log dalam media TSB.
Pembuatan Stok Bakteriofage Tiap kultur diambil 2 mL dan digoreskan
Plaque atau zona bening pada top layer menggunakan cotton bud steril pada
agar diambil dengan menggunakan dryglasky permukaan media TSA secara merata dan
dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dibiarkan mengering pada suhu ruang selama
yang mengandung buffer SM (salt of dua jam. Stok bakteriofage diambil satu ose
magnesium) sebanyak 10 mL dan kloroform dan diinokulasikan pada media TSA tersebut

Jatmiko, et al. 137


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

Kemudian media TSA tersebut diinkubasi (tergantung jumlah isolat bakteriofage yang
pada suhu 37 oC selama 24 jam. Terbentuknya diperoleh) dengan volume 50 mL.
plaque atau zona bening diamati. Bakteriofage ditambahkan dalam inokulum
Salmonella Typhi dengan volume berdasarkan
Penentuan Densitas Bakteriofage nilai multiplicity of infection (MOI) sebesar 50.
Penentuan densitas bakteriofage MOI adalah perbandingan antara jumlah
menggunakan metode pengenceran bertingkat bakteriofage dan bakteri uji (Stephenson,
menurut Prescott (2002) dengan sedikit 2003). Kultur Salmonella Typhi yang telah
modifikasi. Stok bakteriofage sebanyak 0,1 ditambahkan bakteriofage diinkubasi pada
mL ditambahkan ke dalam garam fisiologis suhu 37 oC dalam kondisi yang sama selama
0,85% sebanyak 0,9 mL (sampai pengenceran 12 jam. Densitas sel Salmonella Typhi
10-6). Kemudian dari setiap tahap pengenceran ditentukan dengan mengukur nilai kerapatan
(10-1 s.d 10-6) bakteriofage diambil 200 µl optik (λ: 600 nm) pada jam ke- 0,1,
untuk ditambahkan ke dalam 4 mL TSA 0,6% 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dan 12. Kontrol yang
yang mengandung kultur Salmonella Typhi digunakan pada uji aktivitas ini adalah kultur
awal fase log sebanyak 200 µl dan Salmonella Typhi tanpa bakteriofage.
dihomogensi. Kemudian suspensi dituang ke
dalam cawan Petri berbeda yang telah berisi Analisis Data
TSA dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama Pengaruh jenis fage dan lama waktu
24 jam. Plaque yang terbentuk pada cawan inkubasi terhadap penurunan jumlah Salmonel-
petri yang memenuhi syarat (kisaran 25-250 la Typhi dianalisis secara kuantitatif
plaque) diamati dan dihitung menggunakan menggunakan analisis One-Way Anova yang
rumus 1 dalam satuan PFU/mL (Plaque dilanjutkan dengan uji Tukey dan Games
Forming Unit/mL). Berikutnya, stok Howell pada selang kepercayaan 95%. Analisis
bakteriofage diencerkan menggunakan buffer statistik data tersebut dilakukan menggunakan
SM jika densitas yang diharapkan lebih SPSS 22 for Windows.
sedikit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total plaque = jumlah plaque (1)
faktor pengenceran Isolasi Bakteriofage
Enam isolat bakteriofage yang dapat
Uji Aktivitas Penghambatan Bakteriofage menginfeksi dan melisiskan Salmonella
Litik terhadap Pertumbuhan Salmonella khususnya Salmonella Typhi telah berhasil
Typhi diisolasi dari tempat pengambilan sampel
Uji aktivitas bakteriofage terhadap Sal- (Tabel 1) ditandai terbentuknya plaque atau
monella Typhi menggunakan metode Bacterial zona bening. Plaque yang terbentuk memiliki
Challenge Test (O’Flynn et al, 2004). Kultur karakter yang hampir sama, antara lain
Salmonella Typhi sebanyak 15 mL berbentuk bulat kecil (diameter ± 0,1 mm),
diinokulasikan ke dalam 150 mL media TSB merata di seluruh permukaan media namun
diinkubasi pada suhu 37oC sampai mencapai beberapa berada di bagian tepi dari media
densitas sel sebanyak 106 sel/mL. Setelah (Gambar 1). Ukuran plaque dengan diameter
diinkubasi, kultur Salmonella Typhi dalam besar bisa mencapai 3 mm (Kanjana, 2007).
media TSB dibagi ke beberapa Erlenmeyer Jumlah dan ukuran plaque yang terbentuk

Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 138


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya bakteriofage tersebut dikonfirmasi dengan


jenis fage, suhu, jumlah bakteri inang, pH, ion- menggunakan metode spot test. Hasil uji
ion, dan cahaya seperti ultraviolet (Grabow, konfirmasi stok bakteriofage menunjukkan
2001). Isolat-isolat bakteriofage kemudian terbentuknya plaque pada biakan Salmonella
diperbanyak untuk stok dan selanjutnya stok Typhi di cawan Petri (Tabel 1).

Gambar 1. Hasil overlay bakteriofage (isolat B3-St)


yang mengi feksi Salmonella Typhi

Tabel 1. Isolasi dan konfirmasi stok bakteriofage terhadap Salmonella Typhi


Pembentukan Plaque
No Sumber Kode Isolat
Isolasi Stok
1 Sungai Brantas B2St + +
B3St + +
2 Septic Tank S1St + +
S2St + +
3 Air Selokan SL1St + +
SL3St + +
Keterangan. + : terbentuk plaque

Host Range Bakteriofage inang dan berkaitan dengan aktivitas DNA


Uji host range semua isolat bakteriofage metilase sehingga Sh. disentriae lebih resisten
menunjukkan bahwa selain mampu melisiskan terhadap virus. Jenis reseptor pada Sh.
Salmonella Typhi, keenam isolat bakteriofage disentriae yang dikenali oleh bakteriofage
tersebut juga mampu melisiskan sel Salmonel- adalah polisakarida-O (Silva et al, 2016).
la Typhimurium dan E. coli yang ditandai Beberapa faktor yang menyebabkan fage tidak
dengan terbentuknya plaque (Tabel 2). dapat menginfeksi strain bakteri lain adalah
Hal ini menunjukkan bahwa isolat berkaitan dengan variasi atau perbedaan
bakteriofage yang diperoleh memiliki kisaran molekul reseptor sel inang (adsorption
inang yang luas. Shigella disentriae dan blocking), sistem modifikasi restriksi sel inang,
Salmonella merupakan anggota kelompok serta sistem resisten terhadap fage seperti
Enterobactriaceae. Namun dalam uji host kegagalan dalam menginfeksi sel inang
range, isolat bakteriofage yang didapat tidak (O’Flynn et al, 2004).
mampu melisiskan Sh. disentriae. Hal ini
berkaitan dengan perbedaan molekul reseptor

Jatmiko, et al. 139


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

Tabel 2. Uji host range bakteriofage terhadap beberapa bakteri patogen


No Isolat Host
B. cereus St. aureus Sh. disentriae E. coli Salmonella Typhi-
murium
1 B2-St (-) (-) (-) (+) (+)
B3-St (-) (-) (-) (+) (+)
2 S1-St (-) (-) (-) (+) (+)
S2-St (-) (-) (-) (+) (+)
3 SL1-St (-) (-) (-) (+) (+)
SL3-St (-) (-) (-) (+) (+)
Keterangan: (+) : terbentuk plaque
(-) : tidak terbentuk plaque

Densitas Bakteriofage digunakan untuk uji aktivitas.


Densitas isolat bakteriofage tertinggi Jumlah fage dan bakteri inang
adalah S2-St (1,20 x 1010 PFU/mL) sedangkan merupakan faktor terpenting dalam replikasi
yang terendah adalah SL1-St (8,10 x 106 virus. Jumlah bakteri inang yang sedikit akan
PFU/mL) (Tabel 3). Densitas bakteriofage memengaruhi jumlah fage dan proses infeksi.
yang berasal dari septic tank (S1-St dan S2-St) Replikasi fage akan terjadi apabila sedikitnya
lebih tinggi dari sumber air selokan (SL1-St terdapat 104 bakteri inang per mL. Faktor lain
dan SL3-St) dan sungai Brantas (B2-St dan yang memengaruhi jumlah dan kemampuan
B3-St). Hal ini disebabkan septic tank fage di perairan adalah adanya bahan organik,
mengandung Salmonella dan bakteri patogen radiasi ultraviolet, suhu, pH, salinitas, dan
lainnya dengan densitas yang lebih banyak aktivitas metabolisme bakteri non-inang
dibandingkan dengan sungai dan air selokan. (Grabow, 2001; Suttle, 2016). Radiasi
Densitas isolat bakteriofage tersebut digunakan ultraviolet merupakan salah satu yang faktor
untuk menentukan volume bakteriofage dalam yang tidak memengaruhi aktivitas
uji aktivitas bakteriofage terhadap bakateriofage di septic tank sehingga densitas
pertumbuihan Salmonella Typhi dan untuk bakteriofage di sumber ini lebih banyak
menentukan isolat bakteriofage yang akan dibandingkan sungai dan air selokan.
Tabel 3. Densitas isolat bakteriofage
No Isolat PFU/mL Isolat Terpilih
B2-St 3,20 x 108* B2-St
1
B3-St 1,50 x 107
S1-St 2,53 x 107 S2-St
2
S2-St 1,20 x 1010*
SL1-St 8,10 x 106 SL3-St
3
SL3-St 3,20 x 109*
Keterangan: (*) isolat bakteriofage yang digunakan dalam uji aktivitas

Aktivitas Isolat Bakteriofage terhadap jenis asal sampel (Tabel 3). Hal ini dilakukan
Pertumbuhan Salmonella Typhi selain agar mendapatkan nilai MOI 50
Isolat bakteriofage B2-St, SL3-St, S2-St diharapkan dengan semakin tinggi densitas sel
merupakan isolat terpilih yang memiliki maka aktivitas penghambatannya akan
densitas tertinggi yang mewakili dari ketiga semakin baik. Selama selang waktu 12 jam,

Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 140


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

densitas sel Salmonella Typhi pada inokulum telah lama disimpan. Faktor berikutnya adalah
perlakuan (penambahan isolat bakteriofage) jumlah bakteriofage yang lebih sedikit
menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan jumlah sel Salmonella sehingga
dibandingkan dengan kontrol (tanpa tidak dapat melisiskan Salmonella secara
bakteriofage). Secara keseluruhan, jumlah sel optimal (Filho et al, 2007).
Salmonella Typhi pada inokulum kontrol lebih Berdasarkan densitas fage, isolat S2-St
banyak (1,3 x 108 sel/mL) dibandingkan memiliki densitas tertinggi (1,20 x 1010
perlakuan, yaitu S2-St, SL3-St dan B2-St PFU/mL) dibandingkan dengan kedua isolat
secara berurutan adalah 6,6 x 107 sel/mL, 4,1 x bakteriofage lainnya B2-St (3,20 x 108
107 sel/mL dan 9,5 x 106 sel/mL (Gambar 2). PFU/mL) dan SL3-St (3,20 x 109 PFU/mL).
Pemberian bakteriofage menyebabkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa B2-St
terjadinya penurunan jumlah sel Salmonella merupakan fage terbaik, meskipun memiliki
Typhi akibat lisis oleh aktivitas litik densitas yang lebih sedikit dibandingkan S2-St
bakteriofage dalam waktu tertentu. dan SL3-St. Hal ini diduga karena jenis virus
Bakteriofage B2-St merupakan fage terbaik yang menginfeksi berbeda, sehingga memiliki
karena dapat menurunkan jumlah sel kemampuan menginfeksi, bereplikasi dan
Salmonella Typhi terendah dengan rata-rata melisiskan bakteri yang berbeda (Filho et al,
9,5 x 106 sel/mL (Gambar 2). Penurunan 2007).
jumlah sel Salmonella Typhi menunjukkan Prokariotik memiliki sistem perusak
nilai yang signifikan pada jam ke-2 dengan DNA (DNA destruction systems) yang dapat
perlakuan bakteriofage B2-St (9,3 x 106 merusak DNA virus yang diinjeksikan dengan
sel/mL), sedangkan perlakuan bakteriofage memanfaatkan enzim restriksi endonuklease.
SL3-St dan S2-St dapat menurunkan jumlah Enzim tersebut merupakan bagian dari
sel Salmonella Typhi signifikan hanya pada mekanisme sel inang untuk mencegah invasi
jam ke-0 setelah pemberian bakteriofage. Hal asam nukleat asing. Enzim restriksi bersifat
ini dikarenakan jumlah sel Salmonella Typhi spesifik hanya pada DNA virus bukan RNA
awal dari ketiga inokulum berbeda namun virus. Beberapa virus dapat mengatasi adanya
masih berkisar 106 sel/mL. Peningkatan jumlah hal tersebut dengan memodifikasi asam
sel Salmonella Typhi terjadi secara bertahap di nukleatnya. Modifikasi secara kimia yang
setiap perlakuan bakteriofage setelah mencapai dilakukan adalah glukosilasi dan metilasi. Pada
titik penurunan jumlah sel Salmonella Typhi bakteriofage tipe T (T2, T4 dan T6), DNA
yang signifikan, dan hal ini terjadi sampai virus akan mengalami glukosilasi untuk
tahap akhir pengamatan (jam ke-12). Akan mencegah adanya enzim restriksi
tetapi, jumlah sel Salmonella Typhi pada endonuklease dari sel inang, sedangkan
perlakuan tersebut masih di bawah kontrol. metilasi yaitu asam nukleat virus dimodifikasi
Peningkatan jumlah sel Salmonella Typhi melalui replikasi genomik oleh protein
terjadi diduga karena kecepatan replikasi virus modifikasi yang dikode virus (Madigan et al,
lebih lambat daripada replikasi Salmonella 2010).
Typhi, sehingga jumlah sel meningkat cukup Lain halnya dengan bakteriofage T3 dan
signifikan. Ada dua faktor yang memengaruhi T7 yang mencegah sistem restriksi dengan
aktivitas bakteriofage. Pertama, bakteriofage mengkode protein yang dapat menghambat
yang baru saja diisolasi memiliki aktivitas litik sistem restriksi inang. Namun hal ini juga
terbaik dibandingkan isolat bakteriofage yang diikuti perlawanan oleh sel inang dengan multi

Jatmiko, et al. 141


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

ple restriction dan sistem metilasi yang dapat endonuklease asing. Hal ini yang menjadi
mencegah infeksi virus. Sel inang memiliki dasar evolusi dan resistensi antara inang sel
DNA methylases yang berperan sebagai DNA prokariotik dan virus yang menginfeksinya
repair untuk melindungi inang dari enzim (Madigan et al, 2010).

Gambar 2. Hasil uji aktivitas bakteriofage

Gambar 3. Pengaruh jenis fage terhadap jumlah sel Salmonella Typhi


Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05

Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 142


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

Jenis fage memengaruhi jumlah sel nilai terendah pada jam ke-4 dan ke-5, yaitu
Salmonella Typhi secara signifikan (p<0,05). 6,50 ± 0,03 log sel/mL dan 6,53 ± 0,02 log
Kemampuan isolat bakteriofage B2-St dalam sel/mL, secara berurutan (Gambar 4). Dengan
melisiskan sel Salmonella Typhi tampak lebih demikian, lama waktu yang dibutuhkan untuk
tinggi (6,81 ± 0,35 log sel/mL) daripada isolat memberikan efek penghambatan yang terbaik
bakteriofage SL3 (7,39 ± 0,31 log sel/mL) dan adalah pada jam ke-4. Hasil yang hampir sama
S2 (7,60 ± 0,27 log sel/mL), secara berurutan ditunjukkan oleh aktivitas isolat bakteriofage
(Gambar 3). Hal ini dapat disimpulkan bahwa SL3-St. Aktivitas penghambatan optimum
isolat bakteriofage B2-St merupakan fage terhadap pertumbuhan Salmonella Typhi
terbaik dalam menghambat pertumbuhan terjadi pada jam ke-4 (Gambar 5).
Salmonella Typhi dibandingkan dengan kedua Berbeda dengan kedua isolat
isolat bakteriofage lainnya. Namun demikian, sebelumnya, isolat bakteriofage S2-St tidak
bakteriofage tersebut tidak bisa menunjukkan aktivitas penghambatan yang
menghilangkan/ melisiskan bakteri uji secara cukup signifikan (Gambar 6). Meskipun hasil
keseluruhan. Menurut Sulakvelidze (2013), analisis statistik menunjukkan pada jam ke-0
salah satu permasalahan dalam pengaplikasian densitas sel Salmonella Typhi adalah paling
bakteriofage adalah bakteri patogen tidak bisa rendah, namun jumlah sel bakteri cenderung
secara total dihilangkan atau dilisiskan. Alasan mengalami peningkatan sampai akhir
atas fenomena ini belum diketahui pengamatan. Pada setiap perlakuan
jawabannya. Satu hal yang mungkin terjadi bakteriofage, setelah mencapai titik terendah,
adalah tidak semua partikel bakteriofage dapat jumlah sel Salmonella Typhi mengalami
menempel pada semua sel bakteri. peningkatan secara bertahap. Hal ini
Berdasarkan uji Brown-Forsythe dengan menunjukkan bahwa Salmonella Typhi
uji lanjutan Games-Howell, diketahui bahwa berusaha melawan virus tersebut sehingga
isolat bakteriofage B2-St mampu menurunkan pertumbuhan sel bakteri tersebut menjadi lebih
jumlah sel Salmonella Typhi sampai mencapai baik.

Gambar 4. Pengaruh isolat bakteriofage B2-St tiap jam terhadap jumlah sel
Salmonella Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05

Jatmiko, et al. 143


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

Gambar 5. Pengaruh isolat bakteriofage SL3-St tiap jam terhadap jumlah sel Salmonella
Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05

Gambar 6. Pengaruh isolat bakteriofage S2-St tiap jam terhadap jumlah sel Salmonella
Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05.

Peningkatan jumlah sel inang diduga oleh ekspresi protein cI dan cro. Pada awalnya
disebabkan beralihnya siklus hidup virus lisogenik diekspresikan dengan dibantu protein
menuju fase lisogenik. Proses infeksi virus cII dan cIII di PRE (promoter right for
diawali dengan mengenali protein reseptor establishment) dan mentranskripsi gen cI
spesifik pada dinding sel suatu bakteri dan untuk menghasilkan protein cI. Protein
dilanjutkan menginjeksikan DNA virus ke tersebut akan mencegah transkripsi gen N yang
dalam sel. Kemudian, siklus virus masuk berperan penting dalam mengekspresikan gen-
dalam fase litik ataupun lisogenik ditentukan gen dalam siklus litik. Proses lisogenik bersai

Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 144


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

ng dengan transkripsi dari PR gen cro untuk menjadi tinggi. Jumlah cAMP yang tinggi
siklus litik. Cro dan cI bersaing dalam menjadikan cII stabil dan fase lisogenik ikut
mengikat daerah promotor atau operator yang stabil (Kutter & Sulakvelidze, 2005).
kompleks termasuk PRM dan PR dimana Protein lambda repressor mengikat OL
siklus litik dan lisogenik ditentukan (Kutter & dan OR seperti halnya protein cro, namun
Sulakvelidze, 2005). perbedaannya adalah mengikat operator dari
Protein cro merupakan suatu protein site 1, site 2, kemudian site 3 dan
repressor yang dapat mencegah terjadinya menonaktifkan PR (PL pada mekanisme yang
proses trankripsi PL dan PR dengan mengikat sama). Ketika hal tersebut terjadi, semua
OL (operator left) dan OR (operator right). sintesis protein akan dihentikan dan siklus litik
Proses ini akan mengikat operator dari site 3, tidak akan terjadi. Tanpa protein cII, PE tidak
kemudian site 2, site 1 dan menonaktifkan dapat aktif dan protein lambda repressor tidak
sintesis cI, menjadikan protein cII dan cIII dapat dihasilkan. Oleh karena itu, siklus
tidak dapat disintesis untuk terjadinya siklus lisogenik harus dapat dipertahankan dengan
lisogenik (Madigan et al, 2010). gen cI terus ditranskripsi. Salah satu caranya
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi adalah virus harus mengaktifkan PM
supaya fase lisogenik dapat terjadi yaitu (Promotor Maintenance) untuk mengaktifkan
produksi late protein harus dicegah dan asam gen cI sehingga protein lambda repressor
nukleat virus harus masuk ke dalam genom dapat mengikat site 1, site 2 dan site 3. Oleh
bakteri. Late protein dapat dicegah dengan karena itu, protein lambda repressor selain
mengekspresikan gen cI untuk menghasilkan berfungsi sebagai repressor PR juga dapat
protein lambda repressor. Gen cI terletak mengaktifkan PM. Ketika PM aktif, protein
diantara PL dan PR. Promotor-promotor lambda repressor semakin banyak dihasilkan
tersebut dapat menghasilkan mRNA untuk dan siklus lisogenik dapat dipertahankan
menghasilkan PE (promotor establishment) (Madigan et al, 2010).
yang harus diaktifkan agar protein lambda Agen yang dapat menginduksi siklus
repressor dapat disintesis dan siklus lisogenik lisogenik menjadi siklus litik adalah agen yang
dapat terjadi. Gen cII menghasilkan protein cII dapat merusak DNA yaitu ultraviolet
atau PE activator protein yang dapat irradiation, X-rays, dan senyawa kimia perusak
mengaktifkan PE. Namun protein cII bersifat DNA seperti nitrogen mustard. Ketika
tidak stabil dan dapat didegradasi oleh enzim kerusakan DNA terjadi, maka sel inang akan
protease dari sel inang. Hal ini dapat dicegah melakukan mekanisme pertahanan yang
dengan mengekspresikan gen cIII untuk disebut respon SOS (save our souls). Bentuk
menghasikan protein cIII agar gen cII tetap respon SOS adalah suatu protein yaitu RecA
stabil. Apabila gen cII stabil, selanjutnya akan yang secara normal termasuk dalam
mengaktifkan PE dan protein lambda rekombinasi genetik yang dikonversi menjadi
repressor (cI) akan dihasilkan (Madigan et al, protease. Protease merupakan enzim yang
2010). Stabilitas cII juga ditentukan oleh salah satu fungsinya adalah menghancurkan
jumlah energi dalam sel. Suatu sel dengan protein lambda repressor. Ketika protein
energi yang cukup memiliki cyclic AMP lambda repressor tidak aktif, transkripsi fage
(cAMP) dalam jumlah sedikit, namun ketika akan terjadi (Madigan et al, 2010).
sel kekurangan energi (misalnya glukosa Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dalam jumlah sedikit), jumlah cAMP akan disimpulkan pada tahap uji host range

Jatmiko, et al. 145


Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

bakteriofage, semua isolat bakteriofage (B2-St, Clokie, M. R. J & Kropinski, A. M. (2009).


B3-St, S1-St, S2-St, SL1-St SL3-St) mampu Bacteriophages: Methods and Protocols.
melisiskan sel bakteri E. coli dan Salmonella UK: Humana Press.
Typhimurium yang menandakan isolat Eng, S. K., Pusparajah, P., Ab Mutalib, N. S.,
bakteriofage yang didapatkan tidak spesifik Ser, H. L., Chan, K. G. & Lee, L.H.
pada Salmonella Typhi. Pemberian (2015). Salmonella: A Review on
bakteriofage pada kultur Salmonella Typhi Pathogenesis, Epidemiology and
memengaruhi aktivitas pertumbuhan sel Antibiotic Resistance. Frontiers in Life
Salmonella Typhi. Penurunan densitas sel Science, 8(3), 284-293.
inang terendah terjadi pada jam ke-4 dan Filho, R. L. A., Higgins, J. P., Higgins, S. E.,
diikuti peningkatan jumlah sel inang yang Ganoa, G., Wolfenden, A. D., Tellez, G.
terjadi secara bertahap. Bakteriofage B2-St & Hargis, M. (2007). Ability of Bacterio-
merupakan bakteriofage terbaik karena dapat phages Isolated from Different Sources to
menurunkan jumlah sel Salmonella Typhi Reduce Salmonella enterica Serovar Ente-
terendah (6,81 ± 0,35 log sel/mL). Penelitian ritidis In Vitro and In Vivo. Poultry
lebih lanjut diperlukan untuk menentukan Science, 86, 1904-1909.
efikasi isolat bakteriofage tersebut dalam Grabow, W. O. K. (2001). Bacteriophages:
mencegah atau menghambat pertumbuhan Update on Application as Models for Vi-
Salmonella Typhi pada produk pangan. ruses in Water. Water SA Journal, 27,
251-268
UCAPAN TERIMA KASIH Hariyadi, P. (2008). Isu Terkini Terkait dengan
Keamanan Pangan.
Ucapan terima kasih kepada Nanik Dwi http://seafast.ipb.ac.id/article/isu_terkini_k
Rahayu selaku laboran Laboratorium Mikrobi- eamanan_pangan.pdf.
ologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta- Huff, W. E., Huff, G. R., Rath, N. C., Balog,
hun Alam, Universitas Brawijaya atas bantuan J.M. & Donoghue, A.M. (2005). Alterna-
yang diberikan selama penelitian. tives to Antibiotics: Utilization of Bacteri-
ophage to Treat Colibacillosis and Prevent
DAFTAR PUSTAKA Foodborne Pathogens. Poultry Science
Journal, 84, 655–659
Andriani, D. & Kurniawati, W. (2007). Kanjana. (2007). Isolation and Partial Charac-
Pengaruh Asam Asetat dan Asam Laktat terization of Salmonella Typhi-Specific
sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Bacteriophage. KKU Science Journal.
Salmonella sp. yang Diisolasi dari Karkas 35(3), 162-169
Ayam. Seminar Nasional Teknologi Kocharunchitt, C., Ross, T. & McNeil, D. L.
Peternakan dan Veteriner. Bogor. (2008). Use of Bacteriophages as Biocon-
Bao, H., Zhang, P., Zhang, H., Zhou, Y., trol Agents to Control Salmonella Asso-
Zhang, L. & Wang, R. (2015). Bio- ciated with Seed Sprouts. International
Control of Salmonella Enteridis in Foods Journal of Food Microbiology, 128, 453–
Using Bacteriophages. Viruses. 7, 4836- 459.
4853. Kutter, E. & Sulakvelidze, A. (2005). Bacteri-
ophages: Biology and Applications. Flori-
da. United States : CRC Press.
Jurnal Biodjati, 3(2), November 2018 146
Jurnal Biodjati, 3 (2) 2018

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati

Madigan, M. T., Martinko, J. M., Stahl, D. A. Sonderholm, J. (2008). Use of Antibiotic in


& Clark, D. P. (2010). Brock Biology of Food Animals. http://www. Keepan
Microorganims (13th edition). USA: Pear- tibioticsworking.com/new/indepth_keyevi
son Education, Inc. d.cfm.
Mahamuni, P. P., Patil, A. R. & Ghosh, J. S. Stephenson, F. H. (2003). Calculations for
(2017). Proteolytic and lipolytic properties Molecular Biology and Biotechnology (A
of endotoxins (enterotoxins) produced by Guide to Mathematics in the Laboratory).
Salmonella typhi NCIM 5255, Salmonella United State: Academic Press.
typhimurium NCIM 2501 and Shigella ex- Strauch, E., Hammerl, J. A. & Hertwig, S.
neri NCIM 5265. Internatonal Food Re- (2007). Bacteriophages: New Tools for
search Journal. 24(6), 2685-2688. Safer Food. Berlin. Germany: Bundesins-
O’Flynn, G., Ross, R. P., Fitzgerald, G. F. & titut für Risikobewertung
Coffey, A. (2004). Evaluation of a Cock- Sulakvelidze, A. (2013). Using Lytic Bacterio-
tail of Three Bacteriophages for Biocon- phages to Eliminate
 or Significantly Re-
trol of Escherichia coli O157:H7. Applied duce Contamination of Food by Food-
and Environmental Microbiology. 7(6), borne Bacterial Pathogens. Journal of the
3417–3424. Food and Agriculture. 93, 3137-3146.
Prescott, H. (2002). Laboratory Exercises in Suttle, C.A. (2016). Viral Diversity on the
Microbiology (Exercise 48: Isolation of Global Stage. Nature Microbiology. 1, 1-
Escherichia coli Bacteriophages from Se- 2.
wage and Determining Bacteriophage Ti- Winarti, C. & Miskiyah. (2010). Status
ters). Fifth Edition. USA: The McGraw- Kontaminan Pada Sayuran dan Upaya
Hill Companies. Pengendaliannya di Indonesia. Balai Besar
Sillankorva, S. M., Oliviera, H. & Azeredo, J. Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
(2012). Bacteriophages and Their Role in Pertanian. Pengembangan Inovasi
Food Safety. International Journal of Mi- Pertanian. 3(3), 227-237.
crobiology. 1-13. Wray, C. (2003). Salmonella: Properties and
Silva, J. B., Storms, Z. & Sauvageau, D. Occurrence. UK: Elsevier Science Ltd.
(2016). Host Receptors for Bacteriophage
Adsorption. FEMS Microbiology Letters.
363(4) , 1-11.

Jatmiko, et al. 147

Anda mungkin juga menyukai