http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
Diterima :30 Oktober Abstrak. Salmonella Typhi merupakan salah satu bakteri yang menjadi
2018 agen penyakit bawaan makanan. Bakteriofage sebagai alternatif penggu-
Disetujui : 18 November naan antibiotika telah digunakan untuk mengendalikan bakteri tersebut.
2018 Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat bakteriofage litik yang
mampu melisis beberapa bakteri patogen yang diujikan dan mengetahui
e-ISSN : 2541-4208 pengaruh aktivitas bakteriofage litik terhadap pertumbuhan Salmonella
p-ISSN : 2548-1606 Typhi. Bakteriofage diisolasi dari limbah rumah tangga (air selokan, air
sungai dan septic tank). Selanjutnya penentuan host range bakteriofage
DOI: 10.15575/biodjati.v3i2.3471 terhadap bakteri patogen lain dilakukan dengan metode spot test. Uji ak-
tivitas bakteriofage terhadap Salmonella Typhi dilakukan menggunakan
metode bacterial challenge test. Berdasarkan hasil isolasi, didapat enam
isolat bakteriofage, yaitu B2-St, B3-St, S1-St, S2-St, SL1-St, dan SL3-St.
Semua isolat bakteriofage mampu melisiskan sel bakteri Escherichia coli
dan Salmonella Typhimurium namun tidak mampu melisiskan Bacillus
cereus, Staphylococcus aureus dan Shigella disentriae. Tiga isolat bakte-
riofage telah terpilih berdasarkan densitas plaque terbanyak yaitu B2-St,
SL3-St dan S2-St. Kemampuan isolat bakteriofage B2-St dalam melisiskan
sel Salmonella Typhi lebih tinggi (6,81 ± 0,35 log sel/mL) daripada isolat
bakteriofage SL3-St (7,39 ± 0,31 log sel/mL) dan S2-St (7,60 ± 0,27 log
sel/mL). Penurunan densitas sel inang terendah oleh ketiga isolat bakteri-
ofage terjadi pada jam ke-4. Bakteriofage B2-St merupakan bakteriofage
terbaik dan berpotensi sebagai agen biokontrol Salmonella Typhi.
Kata kunci: bakteriofage litik, limbah rumah tangga, Salmonella Typhi
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
St. They were able to inhibit the growth of both Eschericia coli and Sal-
monella Typhimurium, shown by plaque forming. Three bacteriophage
isolates were selected based on their plaque density, namely B2-St, SL3-St
and S2-St. Moreover, the activity of bacteriophage B2-St was the highest
in inhibiting the Salmonella Typhi growth (6.81 ± 0,35 log cells/mL) com-
pared to bacteriophage SL3-St(7.39 ± 0,31 log cells/mL) and S2-St (7.60
±0,27 log cells/mL). The lowest density of Salmonella Typhi has been
achieved after each three isolates of bacteriophage were incubated for
four hours. Bacteriophage B2-St was potentially to be applied as biocon-
trol agent against Salmonella Typhi.
Keywords: lytic bacteriophage, domestic wastewater, Salmonella Typhi
Cara Sitasi
Jatmiko, Y. D., Purwanto, A. P. & Ardyati, T. (2018). Uji Aktivitas Bakteriofage Litik dari Limbah
Rumah Tangga terhadap Salmonella Typhi. Jurnal Biodjati, 3 (2), 134-147-.
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
Kemudian media TSA tersebut diinkubasi (tergantung jumlah isolat bakteriofage yang
pada suhu 37 oC selama 24 jam. Terbentuknya diperoleh) dengan volume 50 mL.
plaque atau zona bening diamati. Bakteriofage ditambahkan dalam inokulum
Salmonella Typhi dengan volume berdasarkan
Penentuan Densitas Bakteriofage nilai multiplicity of infection (MOI) sebesar 50.
Penentuan densitas bakteriofage MOI adalah perbandingan antara jumlah
menggunakan metode pengenceran bertingkat bakteriofage dan bakteri uji (Stephenson,
menurut Prescott (2002) dengan sedikit 2003). Kultur Salmonella Typhi yang telah
modifikasi. Stok bakteriofage sebanyak 0,1 ditambahkan bakteriofage diinkubasi pada
mL ditambahkan ke dalam garam fisiologis suhu 37 oC dalam kondisi yang sama selama
0,85% sebanyak 0,9 mL (sampai pengenceran 12 jam. Densitas sel Salmonella Typhi
10-6). Kemudian dari setiap tahap pengenceran ditentukan dengan mengukur nilai kerapatan
(10-1 s.d 10-6) bakteriofage diambil 200 µl optik (λ: 600 nm) pada jam ke- 0,1,
untuk ditambahkan ke dalam 4 mL TSA 0,6% 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dan 12. Kontrol yang
yang mengandung kultur Salmonella Typhi digunakan pada uji aktivitas ini adalah kultur
awal fase log sebanyak 200 µl dan Salmonella Typhi tanpa bakteriofage.
dihomogensi. Kemudian suspensi dituang ke
dalam cawan Petri berbeda yang telah berisi Analisis Data
TSA dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama Pengaruh jenis fage dan lama waktu
24 jam. Plaque yang terbentuk pada cawan inkubasi terhadap penurunan jumlah Salmonel-
petri yang memenuhi syarat (kisaran 25-250 la Typhi dianalisis secara kuantitatif
plaque) diamati dan dihitung menggunakan menggunakan analisis One-Way Anova yang
rumus 1 dalam satuan PFU/mL (Plaque dilanjutkan dengan uji Tukey dan Games
Forming Unit/mL). Berikutnya, stok Howell pada selang kepercayaan 95%. Analisis
bakteriofage diencerkan menggunakan buffer statistik data tersebut dilakukan menggunakan
SM jika densitas yang diharapkan lebih SPSS 22 for Windows.
sedikit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total plaque = jumlah plaque (1)
faktor pengenceran Isolasi Bakteriofage
Enam isolat bakteriofage yang dapat
Uji Aktivitas Penghambatan Bakteriofage menginfeksi dan melisiskan Salmonella
Litik terhadap Pertumbuhan Salmonella khususnya Salmonella Typhi telah berhasil
Typhi diisolasi dari tempat pengambilan sampel
Uji aktivitas bakteriofage terhadap Sal- (Tabel 1) ditandai terbentuknya plaque atau
monella Typhi menggunakan metode Bacterial zona bening. Plaque yang terbentuk memiliki
Challenge Test (O’Flynn et al, 2004). Kultur karakter yang hampir sama, antara lain
Salmonella Typhi sebanyak 15 mL berbentuk bulat kecil (diameter ± 0,1 mm),
diinokulasikan ke dalam 150 mL media TSB merata di seluruh permukaan media namun
diinkubasi pada suhu 37oC sampai mencapai beberapa berada di bagian tepi dari media
densitas sel sebanyak 106 sel/mL. Setelah (Gambar 1). Ukuran plaque dengan diameter
diinkubasi, kultur Salmonella Typhi dalam besar bisa mencapai 3 mm (Kanjana, 2007).
media TSB dibagi ke beberapa Erlenmeyer Jumlah dan ukuran plaque yang terbentuk
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
Aktivitas Isolat Bakteriofage terhadap jenis asal sampel (Tabel 3). Hal ini dilakukan
Pertumbuhan Salmonella Typhi selain agar mendapatkan nilai MOI 50
Isolat bakteriofage B2-St, SL3-St, S2-St diharapkan dengan semakin tinggi densitas sel
merupakan isolat terpilih yang memiliki maka aktivitas penghambatannya akan
densitas tertinggi yang mewakili dari ketiga semakin baik. Selama selang waktu 12 jam,
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
densitas sel Salmonella Typhi pada inokulum telah lama disimpan. Faktor berikutnya adalah
perlakuan (penambahan isolat bakteriofage) jumlah bakteriofage yang lebih sedikit
menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan jumlah sel Salmonella sehingga
dibandingkan dengan kontrol (tanpa tidak dapat melisiskan Salmonella secara
bakteriofage). Secara keseluruhan, jumlah sel optimal (Filho et al, 2007).
Salmonella Typhi pada inokulum kontrol lebih Berdasarkan densitas fage, isolat S2-St
banyak (1,3 x 108 sel/mL) dibandingkan memiliki densitas tertinggi (1,20 x 1010
perlakuan, yaitu S2-St, SL3-St dan B2-St PFU/mL) dibandingkan dengan kedua isolat
secara berurutan adalah 6,6 x 107 sel/mL, 4,1 x bakteriofage lainnya B2-St (3,20 x 108
107 sel/mL dan 9,5 x 106 sel/mL (Gambar 2). PFU/mL) dan SL3-St (3,20 x 109 PFU/mL).
Pemberian bakteriofage menyebabkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa B2-St
terjadinya penurunan jumlah sel Salmonella merupakan fage terbaik, meskipun memiliki
Typhi akibat lisis oleh aktivitas litik densitas yang lebih sedikit dibandingkan S2-St
bakteriofage dalam waktu tertentu. dan SL3-St. Hal ini diduga karena jenis virus
Bakteriofage B2-St merupakan fage terbaik yang menginfeksi berbeda, sehingga memiliki
karena dapat menurunkan jumlah sel kemampuan menginfeksi, bereplikasi dan
Salmonella Typhi terendah dengan rata-rata melisiskan bakteri yang berbeda (Filho et al,
9,5 x 106 sel/mL (Gambar 2). Penurunan 2007).
jumlah sel Salmonella Typhi menunjukkan Prokariotik memiliki sistem perusak
nilai yang signifikan pada jam ke-2 dengan DNA (DNA destruction systems) yang dapat
perlakuan bakteriofage B2-St (9,3 x 106 merusak DNA virus yang diinjeksikan dengan
sel/mL), sedangkan perlakuan bakteriofage memanfaatkan enzim restriksi endonuklease.
SL3-St dan S2-St dapat menurunkan jumlah Enzim tersebut merupakan bagian dari
sel Salmonella Typhi signifikan hanya pada mekanisme sel inang untuk mencegah invasi
jam ke-0 setelah pemberian bakteriofage. Hal asam nukleat asing. Enzim restriksi bersifat
ini dikarenakan jumlah sel Salmonella Typhi spesifik hanya pada DNA virus bukan RNA
awal dari ketiga inokulum berbeda namun virus. Beberapa virus dapat mengatasi adanya
masih berkisar 106 sel/mL. Peningkatan jumlah hal tersebut dengan memodifikasi asam
sel Salmonella Typhi terjadi secara bertahap di nukleatnya. Modifikasi secara kimia yang
setiap perlakuan bakteriofage setelah mencapai dilakukan adalah glukosilasi dan metilasi. Pada
titik penurunan jumlah sel Salmonella Typhi bakteriofage tipe T (T2, T4 dan T6), DNA
yang signifikan, dan hal ini terjadi sampai virus akan mengalami glukosilasi untuk
tahap akhir pengamatan (jam ke-12). Akan mencegah adanya enzim restriksi
tetapi, jumlah sel Salmonella Typhi pada endonuklease dari sel inang, sedangkan
perlakuan tersebut masih di bawah kontrol. metilasi yaitu asam nukleat virus dimodifikasi
Peningkatan jumlah sel Salmonella Typhi melalui replikasi genomik oleh protein
terjadi diduga karena kecepatan replikasi virus modifikasi yang dikode virus (Madigan et al,
lebih lambat daripada replikasi Salmonella 2010).
Typhi, sehingga jumlah sel meningkat cukup Lain halnya dengan bakteriofage T3 dan
signifikan. Ada dua faktor yang memengaruhi T7 yang mencegah sistem restriksi dengan
aktivitas bakteriofage. Pertama, bakteriofage mengkode protein yang dapat menghambat
yang baru saja diisolasi memiliki aktivitas litik sistem restriksi inang. Namun hal ini juga
terbaik dibandingkan isolat bakteriofage yang diikuti perlawanan oleh sel inang dengan multi
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
ple restriction dan sistem metilasi yang dapat endonuklease asing. Hal ini yang menjadi
mencegah infeksi virus. Sel inang memiliki dasar evolusi dan resistensi antara inang sel
DNA methylases yang berperan sebagai DNA prokariotik dan virus yang menginfeksinya
repair untuk melindungi inang dari enzim (Madigan et al, 2010).
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
Jenis fage memengaruhi jumlah sel nilai terendah pada jam ke-4 dan ke-5, yaitu
Salmonella Typhi secara signifikan (p<0,05). 6,50 ± 0,03 log sel/mL dan 6,53 ± 0,02 log
Kemampuan isolat bakteriofage B2-St dalam sel/mL, secara berurutan (Gambar 4). Dengan
melisiskan sel Salmonella Typhi tampak lebih demikian, lama waktu yang dibutuhkan untuk
tinggi (6,81 ± 0,35 log sel/mL) daripada isolat memberikan efek penghambatan yang terbaik
bakteriofage SL3 (7,39 ± 0,31 log sel/mL) dan adalah pada jam ke-4. Hasil yang hampir sama
S2 (7,60 ± 0,27 log sel/mL), secara berurutan ditunjukkan oleh aktivitas isolat bakteriofage
(Gambar 3). Hal ini dapat disimpulkan bahwa SL3-St. Aktivitas penghambatan optimum
isolat bakteriofage B2-St merupakan fage terhadap pertumbuhan Salmonella Typhi
terbaik dalam menghambat pertumbuhan terjadi pada jam ke-4 (Gambar 5).
Salmonella Typhi dibandingkan dengan kedua Berbeda dengan kedua isolat
isolat bakteriofage lainnya. Namun demikian, sebelumnya, isolat bakteriofage S2-St tidak
bakteriofage tersebut tidak bisa menunjukkan aktivitas penghambatan yang
menghilangkan/ melisiskan bakteri uji secara cukup signifikan (Gambar 6). Meskipun hasil
keseluruhan. Menurut Sulakvelidze (2013), analisis statistik menunjukkan pada jam ke-0
salah satu permasalahan dalam pengaplikasian densitas sel Salmonella Typhi adalah paling
bakteriofage adalah bakteri patogen tidak bisa rendah, namun jumlah sel bakteri cenderung
secara total dihilangkan atau dilisiskan. Alasan mengalami peningkatan sampai akhir
atas fenomena ini belum diketahui pengamatan. Pada setiap perlakuan
jawabannya. Satu hal yang mungkin terjadi bakteriofage, setelah mencapai titik terendah,
adalah tidak semua partikel bakteriofage dapat jumlah sel Salmonella Typhi mengalami
menempel pada semua sel bakteri. peningkatan secara bertahap. Hal ini
Berdasarkan uji Brown-Forsythe dengan menunjukkan bahwa Salmonella Typhi
uji lanjutan Games-Howell, diketahui bahwa berusaha melawan virus tersebut sehingga
isolat bakteriofage B2-St mampu menurunkan pertumbuhan sel bakteri tersebut menjadi lebih
jumlah sel Salmonella Typhi sampai mencapai baik.
Gambar 4. Pengaruh isolat bakteriofage B2-St tiap jam terhadap jumlah sel
Salmonella Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
Gambar 5. Pengaruh isolat bakteriofage SL3-St tiap jam terhadap jumlah sel Salmonella
Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05
Gambar 6. Pengaruh isolat bakteriofage S2-St tiap jam terhadap jumlah sel Salmonella
Typhi
Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata dengan p<0,05.
Peningkatan jumlah sel inang diduga oleh ekspresi protein cI dan cro. Pada awalnya
disebabkan beralihnya siklus hidup virus lisogenik diekspresikan dengan dibantu protein
menuju fase lisogenik. Proses infeksi virus cII dan cIII di PRE (promoter right for
diawali dengan mengenali protein reseptor establishment) dan mentranskripsi gen cI
spesifik pada dinding sel suatu bakteri dan untuk menghasilkan protein cI. Protein
dilanjutkan menginjeksikan DNA virus ke tersebut akan mencegah transkripsi gen N yang
dalam sel. Kemudian, siklus virus masuk berperan penting dalam mengekspresikan gen-
dalam fase litik ataupun lisogenik ditentukan gen dalam siklus litik. Proses lisogenik bersai
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
ng dengan transkripsi dari PR gen cro untuk menjadi tinggi. Jumlah cAMP yang tinggi
siklus litik. Cro dan cI bersaing dalam menjadikan cII stabil dan fase lisogenik ikut
mengikat daerah promotor atau operator yang stabil (Kutter & Sulakvelidze, 2005).
kompleks termasuk PRM dan PR dimana Protein lambda repressor mengikat OL
siklus litik dan lisogenik ditentukan (Kutter & dan OR seperti halnya protein cro, namun
Sulakvelidze, 2005). perbedaannya adalah mengikat operator dari
Protein cro merupakan suatu protein site 1, site 2, kemudian site 3 dan
repressor yang dapat mencegah terjadinya menonaktifkan PR (PL pada mekanisme yang
proses trankripsi PL dan PR dengan mengikat sama). Ketika hal tersebut terjadi, semua
OL (operator left) dan OR (operator right). sintesis protein akan dihentikan dan siklus litik
Proses ini akan mengikat operator dari site 3, tidak akan terjadi. Tanpa protein cII, PE tidak
kemudian site 2, site 1 dan menonaktifkan dapat aktif dan protein lambda repressor tidak
sintesis cI, menjadikan protein cII dan cIII dapat dihasilkan. Oleh karena itu, siklus
tidak dapat disintesis untuk terjadinya siklus lisogenik harus dapat dipertahankan dengan
lisogenik (Madigan et al, 2010). gen cI terus ditranskripsi. Salah satu caranya
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi adalah virus harus mengaktifkan PM
supaya fase lisogenik dapat terjadi yaitu (Promotor Maintenance) untuk mengaktifkan
produksi late protein harus dicegah dan asam gen cI sehingga protein lambda repressor
nukleat virus harus masuk ke dalam genom dapat mengikat site 1, site 2 dan site 3. Oleh
bakteri. Late protein dapat dicegah dengan karena itu, protein lambda repressor selain
mengekspresikan gen cI untuk menghasilkan berfungsi sebagai repressor PR juga dapat
protein lambda repressor. Gen cI terletak mengaktifkan PM. Ketika PM aktif, protein
diantara PL dan PR. Promotor-promotor lambda repressor semakin banyak dihasilkan
tersebut dapat menghasilkan mRNA untuk dan siklus lisogenik dapat dipertahankan
menghasilkan PE (promotor establishment) (Madigan et al, 2010).
yang harus diaktifkan agar protein lambda Agen yang dapat menginduksi siklus
repressor dapat disintesis dan siklus lisogenik lisogenik menjadi siklus litik adalah agen yang
dapat terjadi. Gen cII menghasilkan protein cII dapat merusak DNA yaitu ultraviolet
atau PE activator protein yang dapat irradiation, X-rays, dan senyawa kimia perusak
mengaktifkan PE. Namun protein cII bersifat DNA seperti nitrogen mustard. Ketika
tidak stabil dan dapat didegradasi oleh enzim kerusakan DNA terjadi, maka sel inang akan
protease dari sel inang. Hal ini dapat dicegah melakukan mekanisme pertahanan yang
dengan mengekspresikan gen cIII untuk disebut respon SOS (save our souls). Bentuk
menghasikan protein cIII agar gen cII tetap respon SOS adalah suatu protein yaitu RecA
stabil. Apabila gen cII stabil, selanjutnya akan yang secara normal termasuk dalam
mengaktifkan PE dan protein lambda rekombinasi genetik yang dikonversi menjadi
repressor (cI) akan dihasilkan (Madigan et al, protease. Protease merupakan enzim yang
2010). Stabilitas cII juga ditentukan oleh salah satu fungsinya adalah menghancurkan
jumlah energi dalam sel. Suatu sel dengan protein lambda repressor. Ketika protein
energi yang cukup memiliki cyclic AMP lambda repressor tidak aktif, transkripsi fage
(cAMP) dalam jumlah sedikit, namun ketika akan terjadi (Madigan et al, 2010).
sel kekurangan energi (misalnya glukosa Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dalam jumlah sedikit), jumlah cAMP akan disimpulkan pada tahap uji host range
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/biodjati