Makalah Kelompok 3
Makalah Kelompok 3
TANGERANG SELATAN
TEAM BUILDING
Disusun Oleh :
Bernadi Vito
Garry Yeremia S.
Laura Atria
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup......................................................................................... 2
D. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................. 4
B. Pengertian Teamwork............................................................................... 4
B. Jenis Penelitian......................................................................................... 9
ii
D. Teknik Analisis Data.............................................................................. 10
BAB IV .............................................................................................................. 11
13
BAB V ............................................................................................................... 27
SIMPULAN ....................................................................................................... 27
Buku ................................................................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerja sama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan
(dalam Basalamah, 2004), tim adalah suatu kelompok yang harus bekerja sama dengan
cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditargetkan. Syarat
kolaboratif ini akan membuat setiap anggota tim untuk bekerja secara maksimal dan
dicapainya dapat terwujud. Tanpa kerja sama yang baik, ide-ide cemerlang tidak akan
muncul. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar (2004) bahwa kerja sama merupakan
sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan.
Kerja sama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada
kesuksesan.
Pada studi kasus yang kami bahas, kami mengambil tokoh Sir Alex Ferguson,
manajer tim sepak bola Manchester United periode 1986-2013. Sir Alex Ferguson
membentuk sebuah tim solid yang dikenal dengan “The Class Of ‘92”. Julukan “Class
of '92” sendiri merujuk pada sekumpulan pemain muda berbakat lulusan akademi
Manchester United. Tim ini berhasil membawa Manchester United sukses besar
dengan raihan treble winner pada tahun 1999. Kami menilai bahwa Sir Alex Ferguson
1
dapat menjadi tokoh panutan dalam menggambarkan teori-teori developing teamwork
dengan cukup jelas yang akan dibahas lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.
B. Ruang Lingkup
2. studi kasus Sir Alex Ferguson pada saat membentuk tim The Class of ’92 sehingga
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup, rumusan masalah makalah ini
adalah:
2. apakah cara membangun tim yang dilakukan Sir Alex Ferguson sesuai dengan teori
developing teamwork dari Dubrin dan teori empat peran kepemimpinan oleh
Covey?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini
adalah:
2
2. untuk memahami kesesuaian antara cara membangun tim yang dilakukan Sir Alex
Ferguson dengan key roles models yang ada dalam teori developing teamwork oleh
E. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan kerangka teori yang bersifat umum dan kerangka teori
yang bersifat khusus berdasarkan studi literatur yang digunakan dalam melakukan
penelitian.
Bab ini menjelaskan metode penelitian kualitatif yang digunakan penulis dalam
melakukan pembahasan, yaitu studi kasus mengenai Sir Alex Ferguson guna mencapai
tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya.
Bab ini menggambarkan objek penelitian yang digunakan penulis, yaitu Sir
Alex Ferguson dalam mengelola timnya.
BAB V SIMPULAN
Bab ini akan menguraikan simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan, yaitu simpulan mengenai team building yang dilakukan oleh Sir Alex
Ferguson.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tim
Menurut Dyer (dalam Basalamah, 2004), tim adalah suatu kelompok yang harus
bekerja sama dengan cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
ditargetkan.
Team (tim) adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan menyukseskan
tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Sebuah tim merupakan
sekelompok orang dengan keahlian saling melengkapi yang berkomitmen kepada misi
yang sama, pencapaian kinerja, dan pendekatan di mana mereka saling tergantung
B. Pengertian Teamwork
Teamwork (kerja tim) adalah aktivitas atau proses yang meliputi kegiatan berbagi
informasi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan bekerja sama dalam
memecahkan masalah (Kerrin & Oliver, 2002). Teamwork dapat diartikan sebagai
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Teamwork merupakan peleburan
dari pribadi-pribadi manusia yang berbeda-beda kemudian menjadi satu pribadi untuk
berbagai kemampuan dan dapat memberikan solusi yang inovatif, serta keterampilan
4
dan pengetahuan yang bermacam-macam yang dimiliki anggota kelompok sehingga
dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Stephen Covey
mengatakan di dalam bukunya The 8th Habbits bahwa ada 4 peran kepemimpinan (4
1. Modelling (conscience)
merupakan pemberian contoh yang baik sebagai role model. Tanpa modelling yang
baik, maka apa pun yang kita sampaikan tidak akan dipatuhi (baik secara terang-
terangan atau pun tersembunyi). Dalam survey yang dilakukan Covey, aktor yang
2. Pathfinding (vision)
berikutnya di mana seorang pemimpin menentukan visi, misi dan strategi kemudian
membaginya dengan tim yang dipimpinnya. Penting sekali dalam hal ini memastikan
level.
Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah:
Apakah semua orang sudah memahami dengan jelas apa tujuan perusahaan saat ini?
5
Kalau sudah dipahami maka pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah
komitmen mereka dan apa yang bisa ‘dibantu’ oleh perusahaan agar komitmen bisa
dijalankan?
3. Aligning (discipline)
Aligning atau menjaga supaya tim tetap ada di track yang benar tidak akan
pernah selesai. Dibutuhkan usaha yang terus menerus dan konsisten serta terus
Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah:
Apakah kita sudah on target? Pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah
kita dalam arah yang tepat bila dikaitkan dengan hal yang paling penting yang harus
kita kerjakan?
4. Empowering (passion)
kepada timnya. bahkan, seorang CEO yang perusahaannya termasuk perusahaan yang
6
hebat ketika ditanya, tantangan apa yang paling sulit dalam posisinya sebagai CEO?
yang akan dibahas adalah peranan dalam team building, maka peran kepemimpinan
1. Pathfinding (pencarian alur), peran untuk menetukan visi dan misi yang pasti.
proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapian visi dan misi.
disepakati.
kinerja.
7
5. Menciptakan identitas tim.
pekerjaan mereka.
9. Mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Analisis tentang team building merupakan objek analisis yang luas, kompleks,
dan berbeda tiap individunya. Tingkat kerumitan yang dihadapi penulis untuk
melakukan analisis dan diferensiasi tiap individu dalam team building mendorong
meneliti objek penelitian dalam kondisi alamiah dan peneliti merupakan instrumen
data/informasi yang bersifat deskriptif dan tidak mudah terukur (Sekaran & Bougie,
2009).
B. Jenis Penelitian
analysis dari video dan berbagai literatur terkait tindakan team building seorang
gambaran atas team building. Tokoh yang dibahas merupakan Sir Alex Ferguson,
pelatih dari klub sepakbola Manchester United, di mana Beliau mampu membentuk
9
sebuah tim yang dikenal dengan “The Class of ‘92´ sampai bisa meraih kesuksesan di
tahun 1999.
dua teknik pengumpulan data. Data diperoleh dari pihak ketiga melalui studi
yang sesuai dengan seorang pemimpin yang mampu membagun team building.
2. Pengambilan informasi melalui media daring atas hasil wawancara dan video
diketahui oleh peneliti adalah tentang membangun team building. Peneliti melihat dan
melakukan analisis beberapa pemimpin hingga akhirnya memilih Sir Alex Ferguson
dipilih karena kemampuan dalam memimpin dan merupakan salah satu dari pelatih
10
BAB IV
Sir Alex Ferguson lahir pada 31 Desember 1941 di Glasgow, Skotlandia, kota
terbesar dan pusat industri. Ferguson muda menunjukkan kecintaan dan bakat sepak
bola sejak usia muda. Sir Alex Ferguson membuat debut profesionalnya di klub divisi
dua Skotlandia, Queen's Park pada usia 16 tahun. Beliau kemudian pindah ke klub
divisi pertama, St. Johnstone. Di klub barunya, Ferguson mengejutkan publik dengan
melawan Glasgow Celtic meskipun akhirnya kalah 3-2. Ferguson sendiri tidak tampil
dalam final karena penampilan buruknya ketika melawan St. Johnstone pada
sebagai pencetak gol terbanyak Liga Skotlandia bersama Joe McBride dengan 31 gol.
Prestasi ini akhirnya mengantarkan Ferguson ke klub impiannya sejak kecil, Glasgow
lalu memilih untuk pindah ke klub Falkirk. Ferguson dipromosikan sebagai pelatih
merangkap pemain. Namun tak lama kemudian, jabatannya digantikan oleh John
Prentice. Ferguson kemudian memilih untuk pindah ke Ayr United di mana Beliau
11
Ferguson memulai karir manajerialnya pada 1974, saat baru berusia 32 tahun,
di East Stirlingshire FC, klub kecil di Falkirk, Skotlandia. Ferguson melatih selama 117
hari sebelum menerima tawaran dari klub yang lebih besar, St. Mirren FC, di mana
Beliau menangani klub tersebut selama empat tahun. Namun, akibat konflik dengan
Aberdeen FC, klub yang lebih kuat dari North East Scotland, segera menjadikan
Ferguson sebagai manajer baru mereka. Masa jabatan Ferguson di Aberdeen tidak
hanya menjadi yang paling sukses dalam sejarah klub, tetapi juga luar biasa dalam
sejarah sepak bola Skotlandia itu sendiri. Dengan Ferguson di pucuk pimpinan,
Aberdeen memenangkan tiga gelar Divisi Premier, empat Piala FA Skotlandia, satu
Piala Liga Skotlandia, dan Piala Winners Eropa, mengalahkan raksasa Eropa Bayern
Munich dan Real Madrid dalam perjalanannya. Atas prestasinya, Ratu Inggris
Manchester United dan melatih selama lebih dari seperempat abad. Selama masa
klub yang mengutamakan budaya tim dalam rangka menumbuhkan winning mindset
dan kepercayaan diri dalam diri tiap pemain. Atas prestasi, dedikasi dan komitmennya,
12
B. Peran Kepemimpinan Sir Alex Ferguson Menurut Teori Stephen Covey
manajer juga tidak bersifat inheren. Pengakuan otoritas dan respect atas peran manajer
muncul ketika manajer tersebut mempunyai seperangkat konsep visi yang realistis,
yang bisa dijabarkan ke dalam langkah-langkah tindakan untuk mencapainya, dan tahu
cara mencapai dan mengerjakannya, dan manajer tersebut menjadi bagian dari tindakan
itu sendiri. Dengan begitu, orang akan rela untuk mengikuti manajer tersebut. Itu peran
yang dimainkan Sir Alex Ferguson sehingga Beliau berperan sentral bagi Manchester
United.
Visi Fergie (panggilan akrab Sir Alex Ferguson) adalah menggeser dominasi
Liverpool sebagai klub terkuat masa itu dan membawa kembali kejayaan Manchester
United. Dilandasi dengan fakta sejarah bahwa Manchester United pada dasarnya adalah
klub besar, terutama di era Busby (pelatih Manchester United sebelum Sir Alex
Ferguson), maka membangun tim dan membangun klub untuk membawa kembali
kejayaan Manchester United kemudian menjadi pondasi dari semua strategi Fergie.
Cara Fergie menyimpulkan hal penting yang menjadi penyebab fenomena merosotnya
prestasi Manchester United dan bagaimana harus merespons juga merupakan keunikan
Sebenarnya cukup sederhana saja cara berpikir Sir Alex Ferguson. Sepak bola
adalah sebuah industri yang result driven. Supporter, pers, dan manajemen (tidak peduli
apapun yang dilakukan) hanya akan mengukur kinerja dari hasil akhir: menang atau
13
kalah dan di mana posisi suatu tim di akhir musim. Solusinya kemudian sederhana: tim
tidak dapat mencapai hasil akhir liga untuk berada di papan atas karena sering
sebanyak mungkin kemudian menjadi target kerja Fergie dalam jangka pendek. Untuk
mencapai ini, yang dilakukan Sir Alex Ferguson adalah membeli pemain matang dan
berpengalaman untuk menutup celah kelemahan dan mengganti beberapa pemain yang
tidak tampil cukup baik. Strategi jangka pendek ini disebut membangun tim. Kekuatan
kekuatan, dan menyusun tim yang tepat. Manchester United jarang sekali membeli
pemain bintang yang sudah jadi, filosofinya adalah bukan tentang merekrut seorang
bintang, tetapi merekrut pemain yang mampu bermain dengan baik dalam satu tim dan
Formasi pemain disusun tiga hari sebelum pertandingan dan informasi pemain
yang diturunkan dalam pertandingan diberitahu dua jam sebelum pluit pertandingan
dimulai. Ini untuk mencegah kebocoran informasi apapun bagi lawan, pers, dan
spekulasi agen yang pemainnya tidak diturunkan. Taktik yang akan diterapkan dibahas
diterapkan dalam latihan. Video permainan calon lawan dianalisis kelemahan dan
keunggulan, beberapa pola permainan serta beberapa pemain kunci lawan yang akan
dihadapi ditandai untuk diberi perhatian khusus dan diantisipasi. Pemain yang tidak
14
disertakan dalam pertandingan dipanggil dan diberitahu alasannya secara
komprehensif.
sebelum pertandingan tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana tim harus tampil.
Alih-alih menyampaikan sesuatu secara teknis dan kaku, Fergie memiliki cara unik
untuk menyampaikannya dengan sebuah bahasa metafora, itu untuk menunjukan rasa
hormatnya kepada para pemain yang akan turun bertanding. Waktu break pertandingan
15 menit, Fergie kembali memberi wejangan untuk menegaskan apa yang harus
dilakukan timnya di lapangan. Itu adalah waktu penting untuk membangun tim
kembali. Walaupun temperamen, tetapi tidak alasan bagi Fergie untuk tampil
temperamen, bahkan saat timnya tertinggal, selama mereka menunjukan kerja kerasnya
di lapangan.
dan kelemahan pemain pada saat break atau setelah pertandingan usai. Ini bagian dari
apa yang disebut sebagai menjaga standar sepak bola Manchester United. Tetapi di lain
pihak, Sir Alex Ferguson juga berpendapat bahwa esok hari adalah waktu untuk
pertandingan lain dan pekerjaan yang lainnya. Selain itu, pemain tak ingin dikritik terus
menerus, sehingga harus seimbang kapan harus “berteriak” dan kapan harus melakukan
pembinaan.
Fergie akan menjamu manajer dan pelatih tim tamu yang bertandang. Hal penting saat
15
menjamu tamu adalah melupakan dan menanggalkan semua emosi atas pertandingan
yang telah dilewati, baik menang, kalah, maupun seri, serta untuk menjaga martabat
dan dengan bangga menunjukkan "Kami adalah Manchester United" (“We are The
Manchester United”).
Keyakinan akan kerja keras yang membuahkan hasil tak dicapai dalam kerja
yang tanpa arah. Hal pertama yang dilakukan Fergie ketika sampai di Manchester
United adalah menegaskan otoritasnya. “Jangan pernah kehilangan kendali selama anda
yang ditunjuk menjadi manajer” adalah kredo Fergie. Tidak peduli anda pemain
bintang, tidak peduli anda asisten pelatih hebat, tidak peduli anda tukang sapu senior
yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Ratu Inggris, sepak bola yang benar
bagi Manchester United dan segala hal lainnya yang harus berlaku di Old Trafford
(sebutan untuk markas Manchester United) adalah yang benar menurut visi realistis,
konsep dan rancangan sistematis yang dibuat Fergie, tetapi, bukannya tanpa pendekatan
secara personal yang akrab antara pemain, staf dengan pelatih ketika penegakan aturan
Pemain adalah aset untuk mencapai prestasi yang akan memberi benefit bagi
klub. Penegakan aturan dengan sanksinya dilakukan justru untuk membangun tanggung
membangun respect pemain terhadap dewan kepelatihan. Tidak ada tim yang bisa
dibangun mencapai prestasi ketika manajer tidak memiliki otoritas, semua akan
16
bertindak menurut sesuka hatinya dan akan ada banyak pihak yang campur tangan ke
dalam tim.
Sepak bola dalam pandangan Fergie adalah tantangan terus menerus tentang
kerapuhan manusia. Pemain menjadi bintang dan selanjutnya ingin menjadi selebriti,
ingin menjadi model dan ingin lebih banyak tampil di depan pers dengan glamour atau
mulai ikut campur tangan pada kewenangan pekerjaan manajer. Ketika pemain menjadi
bintang dan kemudian tiba-tiba merasa lebih hebat dari pelatihnya dan klubnya, maka
hanya ada satu pilihan: si pemain harus hengkang dari klub. Kredo ini salah satu kunci
harus tegas dengan memberlakukan aturan dan sanksi, mulai dari memberi denda,
memutuskan pemain yang tak perform untuk tidak ikut serta dalam pertandingan,
hingga mengirimnya ke bursa transfer. Di saat yang bersamaan, manajer harus cukup
terbuka, membina pemain hingga melindunginya dari hujatan supporter atau pers,
mendengar keluhan, dan mampu memotivasi dengan cara yang elegan, santun, tetapi
Dalam pandangan Sir Alex Ferguson, sisi lainnya dari peran manajer juga
seperti guru: menginspirasi anak didiknya untuk menjadi lebih baik dan mencapai cita-
citanya dengan memberi pengaruh sikap bertanggung jawab, disiplin, kerja keras,
mental juara dan kemampuan teknis. Itu memberi kesempatan bagi mereka untuk
17
berprestasi dan dapat bermain di klub manapun sama baiknya. Ketika para anak muda
diberi kesempatan, tidak hanya sedang membangun klub dalam jangka panjang, tapi
juga membangun loyalitas. Mereka akan selalu mengingat manajer pertama yang
memberi peluang bagi tumbuh kembangnya. Mereka akan menjadi seperti keluarga dan
akan memberikan sebuah kejutan suatu hari, contohnya adalah “The Class of ‘92”,
Sir Alex Ferguson memiliki pandangan yang kuat tentang menanamkan nilai
pada pemainnya. Lebih dari sekadar memberi mereka keterampilan teknis, Fergie
mengilhami mereka untuk berusaha lebih baik, tidak pernah menyerah dan menjadi
pemenang: "If you give in once, you'll give in twice”. Bekerja keras sepanjang hidup
adalah bakat. Menjadi pemain Manchester United bukanlah pekerjaan mudah, tapi
Manchester United membuat mereka berprestasi dan menjadi bintang. Jadi, mereka
mengilhami mereka untuk berusaha lebih baik, tidak pernah menyerah dan menjadi
pemenang: "If you give in once, you'll give in twice”. Bekerja keras sepanjang hidup
adalah bakat. Menjadi pemain Manchester United bukanlah pekerjaan mudah, tapi
Manchester United membuat mereka berprestasi dan menjadi bintang. Jadi, mereka
18
2. Membina anggota tim sehingga meningkatkan tingkat kinerja
Salah satu tugas penting manajer adalah mengamati segala hal di lingkungan
perbaikan yang diperlukan. Untuk itu dia tak dapat menjalankan banyak peran teknis.
Itu yang dilakukan Fergie, sehingga mendelegasikan banyak pekerjaan teknis kepada
para asistennya agar memberinya kesempatan yang lebih luas untuk mengamati kinerja
tim, pemain, asisten pelatih dan staf lainnya, serta tentu saja bisnis Manchester United.
untuk tidak jatuh cinta kepada para pemainnya. Sebagaimana yang diakuinya,
menyampaikan secara langsung alasan kenapa seorang pemain tidak diturunkan dalam
satu pertandingan, dan atau menjelaskan kenapa seorang pemain harus dikirim ke bursa
transfer, bukanlah hal yang mudah dilakukan, walau manajer sekelas Fergie telah
Keputusan tim diambil sendiri oleh Sir Alex Ferguson dan para pemain dan staf
mengikuti arahan dari Ferguson. Peran memfasilitasi dan mendukung keputusan tim ini
Sir Alex Ferguson membawa Manchester United dari tim yang biasa saja
menjadi tim papan atas di Inggris dan Eropa. Pengembangan tim memperhatikan
regenerasi pemain. Seorang pelatih harus berani membangun ulang timnya. Sir Alex
19
Ferguson melakukan perencanaan secara matang. Meski sedang menikmati kesuksesan,
beliau tetap memperhatikan kinerja pemain yang lebih tua yang mungkin mengalami
penurunan dan mencari pemain muda yang bisa menggantikan mereka. Seperti halnya
direkomendasikan oleh Sir Alex Ferguson untuk menjadi pemain inti Manchester
United di level senior kendati masih belia. Sejumlah nama yang dipromosikan ke tim
utama, antara lain David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul
Sir Alex Ferguson sadar bahwa potensi sekelompok pemain mudanya tersebut
adalah aset yang sangat berharga dan bakal menjadi senjata utama timnya. Awal musim
Liga Primer Inggris 1994/95, Sir Alex Ferguson menilai pasukan mudanya sudah mulai
matang dan berkembang dan di tengah krisis tim utama usai Eric Cantona dihukum
delapan bulan karena menendang suporter dan Mark Hughes kerap dilanda cedera,
Keputusan yang dibuat Fergie pada waktu itu rupanya datang pada waktu yang
tepat. Memang pada musim tersebut, Manchester United gagal untuk mempertahankan
gelar Liga Primer mereka, tetapi tidak untuk musim berikutnya. Sebelum memulai
kampanye musim 1995/96, Fergie menjual berbagai pemain senior seperti Paul Ince,
Mark Hughes, dan Andrei Kanchelskis dan alih-alih mendatangkan pengganti sepadan,
Beliau justru menaruh kepercayaan lebih kepada penggawa mudanya, yang kala itu
20
Seakan tak berjalan mulus, tindakan Fergie tersebut menuai banyak kritikan.
Terlebih di awal musim itu, Manchester United langsung menelan kekalahan 3-1 dari
Aston Villa yang kemudian lantas mendapat sorotan tajam dari Alan Hansen, mantan
pemain Liverpool. Namun, Fergie tetap bersikeras bahwa ia paham akan keputusan
yang telah diambilnya. Keyakinan Fergie pun terbayar lunas ketika Manchester United
sukses menjawab keraguan publik dengan meraih gelar ganda di akhir musim tersebut,
merengkuh Liga Primer dan Piala FA. Sejak saat itu, prestasi mereka seakan tak
terbendung. Prestasi paling bersejarah tentu pada musim 1998/99, 'Class of ’92' menjadi
tulang punggung Manchester United saat menyabet treble, menjadi klub Inggris
pertama yang mampu menjuarai Liga Primer, Piala FA, dan Liga Champions. Inilah
Manchester United merupakan tim besar dengan identitas yang unik dan
berbeda dibandingkan tim sepakbola lainnya. Manchester United dibenci dan dicintai
dengan semangat spartan dan revivalisnya yang luar biasa. Sir Alex Ferguson
kuat yang dibangun Sir Alex Ferguson adalah dengan konsep bermain spartan dan
menarik, di mana Sir Alex Ferguson mengarahkan para pemainnya untuk menggulirkan
bola dengan kuat dan percaya diri, berlari dan menerjang lawan tanpa takut (kick and
rush).
Sir Alex Ferguson bukan penggemar sepak bola kreatif yang penuh dengan tipu
daya dan kreatifitas. Hal ini dibuktikan dengan Sir Alex Ferguson tidak pernah
21
merekrut pemain-pemain yang memiliki skill individual dalam penguasaan bola yang
penuh trik dan tipu daya seperti Ronaldinho dan Zinedine Zidane. Tim hebat selalu
punya identitas yang kuat dan pelatih punya andil membentuk identitas tersebut dan Sir
permainan dengan determinasi yang tinggi dan kolektivitas permainan yang tidak
berubah secara dramatis, dari pertaruhan keuangan yang terlibat (dengan konsekuensi
positif dan negatif) ke ilmu di balik apa yang membuat pemain lebih baik. Menanggapi
perubahan tidak pernah mudah, dan bahkan mungkin lebih sulit ketika seseorang berada
di atas begitu lama. Namun bukti kesediaan Ferguson untuk berubah ada di mana-mana.
Seperti yang dijelaskan David Gill, Ferguson telah "menunjukkan kemampuan luar
Pada pertengahan 1990-an, Sir Alex Ferguson menjadi manajer pertama untuk
tim lapangan dengan sejumlah besar pemain muda di Piala Liga yang relatif tidak
antara klub Liga Premier (Liga Premier terdiri dari negara 20 tim teratas). Dia juga yang
pertama membiarkan empat pemain depan utama menghabiskan musim berjuang untuk
dua posisi, strategi yang banyak orang luar dianggap tidak terkendali tetapi itu adalah
kunci untuk musim 1998-1999 besar, di mana United memenangkan treble: Premier
22
League, FA (Football Association) Cup, dan UEFA (Union of European Football
menunjuk tim ilmuwan olahraga untuk mendukung para pelatih. Mengikuti saran
dilengkapi dengan sensor GPS yang memungkinkan analisis kinerja hanya 20 menit
setelah sesi pelatihan . Ferguson adalah pelatih pertama yang menggunakan optometris
bagi para pemainnya. Manchester United juga mempekerjakan seorang instruktur yoga
untuk bekerja dengan pemain dua kali seminggu dan meluncurkan fasilitas medis
canggih di tempat latihannya sehingga semua prosedur operasi singkat dapat ditangani
di tempat.
mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.
nilai-nilai kepada pemainnya. Lebih dari memberi mereka keterampilan teknis, dia
ingin menginspirasi mereka untuk berusaha menjadi lebih baik dan tidak pernah
pemainnya sepanjang waktu: “Jika Anda menyerah sekali, Anda akan menyerah untuk
kedua kali”. Keinginannya yang kuat untuk menang berasal dari pengalamannya sendiri
sebagai pemain. Menurut Sir Alex Ferguson, kesulitan justru memberinya tekad yang
23
telah membentuk hidupnya dan memutuskan bahwa ia tidak akan pernah menyerah.
Ferguson mencari sikap yang sama pada para pemainnya. Metode unik Sir Alex
Ferguson adalah merekrut apa yang Beliau sebut "pecundang buruk" dan menuntut
mereka bekerja sangat keras. Selama bertahun-tahun, sikap ini menjadi menular,
pemain tidak menerima rekan tim tidak bermain maksimal, bahkan pemain bintang
sekalipun.
Misalnya, beliau tidak pernah membiarkan sesi latihan yang buruk. Apa yang orang
lihat di sesi latihan dimanifestasikan dalam pertandingan. Jadi setiap sesi latihan
merupakan tentang kualitas. Sir Alex Ferguson tidak mengizinkan kurangnya fokus. Sir
tingkat kinerja yang tinggi, sehingga para pemain Manchester United dapat meningkat
Etos kerja dan energi yang dimiliki oleh Sir Alex Ferguson menyebar ke seluruh
klub. Beliau dulunya adalah orang pertama yang tiba di pagi hari. Di tahun-tahun
berikutnya, banyak anggota staf yang sudah ada saat Fergie masuk jam 7 pagi. Sir Alex
hidup adalah bakat. Sir Alex Ferguson berharap lebih banyak lagi dari para pemain
bintang dan mengharapkan mereka bekerja lebih keras. Sir Alex Ferguson menuntut
24
D. Kesuksesan Sir Alex Ferguson
tentu sudah banyak diketahui. Bagi sang legenda, penting memberi kesempatan bagi
para pemain muda untuk lebih banyak bermain agar kemampuannya bisa terasah. Dan
hal ini diakui oleh mantan anak didiknya sendiri, Ryan Giggs. Masalah mental pantang
menyerah, ini sudah terbukti saat final Liga Champions Eropa 1998/1999. Manchester
United, yang harus kehilangan beberapa pilarnya, jelas kurang diunggulkan ketimbang
Bayern München yang tampil dengan kekuatan penuh. Di saat harapan suporter sudah
menipis, justru David Beckham dan kolega membalikkan segalanya dalam hitungan
dua menit jelang laga usai. Di sini kita melihat betapa pentingnya pelatih menanamkan
sikap mental juara pada pemain, apapun yang terjadi. Tertinggal di menit awal tidak
membuat pasukannya menyerah. Justru dengan kesabaran dan ketekunan tingkat tinggi,
Sebagai pelatih, Fergie jelas sosok yang sangat tegas. Namun, dia mengakui
seiring dengan usianya yang semakin menua, dia jadi lebih sensitif dalam hal
menangani orang. Dia juga berusaha tidak memojokkan pemain yang melakukan
Kisah sukses Fergie selama 27 tahun di Old Trafford mengajarkan pada kita
bahwa tidak ada sukses tanpa kerja keras. Semua butuh proses dan tentu tidak ada orang
yang tidak pernah gagal dalam hidupnya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana
25
Selama masa kepemimpinan Sir Alex Ferguson, Manchester United telah
4. FA Charity/Community Shield (10): 1990 , 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007,
26
BAB V
SIMPULAN
bahwa peranan kepemimpinan ditekankan kepada sederatan tugas-tugas apa yang perlu
dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Stephen Covey
mengatakan di dalam bukunya The 8th Habbits bahwa ada 4 peran kepemimpinan (4
Organisasi berbasis tim, yakni sekumpulan manusia yang harus bekerja sama
dengan cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditargetkan, juga
membutuhkan pemimpin yang memiliki pengetahuan dalam proses tim dan dapat
membantu dengan antarpribadi tuntutan tim. Peran kunci seorang pemimpin dalam
kinerja.
27
8. Mengaktifkan dan memberdayakan anggota kelompok untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka.
9. Mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.
Pada studi kasus kami dalam kepemimpinan Sir Alex Ferguson, kami dapat
melihat peranan Sir Alex Ferguson dalam Manchester United sesuai dengan teori yang
kami angkat, yakni teori peranan pemimpin oleh Covey dan peranan pemimpin dalam
tim oleh Dubrin. Hal ini membuktikan bahwa Sir Alex Ferguson merupakan pemimpin
yang efektif dan mampu membentuk sebuah tim, terlihat dari pencapaiannya sebagai
manager Manchester United selama 26 tahun yang telah menjadi pelatih Manchester
United untuk 1.498 pertandingan, memenangkan 894 pertandingan, mendapatkan 38
trophies, mendapatkan 20 gelar juara liga, memenangkan dua juara liga champion, dan
mendapat gelar kebangsawanan dari Kerajaan Inggris.
28
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Covey, S. R. (2004). The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness. London: Emperor
Edutainment.
Dubrin, A. J. (2010). Leadership; Research Findings, Practice and Skills. Mason: Jack
Calhoun.
Ferguson, A., & Hayward, P. (2013). My Autobiography. Great Britain: Hodder &
Stoughton.
Website
ferguson-managing-manchester-united. https://hbswk.hbs.edu/item/hbs-cases-
2018)
FourFourTwo. (2016, November 6). Dokumenter Sir Alex Ferguson I The Untold
Stories. https://www.youtube.com/watch?v=VqkcJgyTLQs&feature=youtu.be
29
Thereader, M. (2017, July 15). Alex Ferguson Forever! Kompasiana Beyond
Blogging:
https://www.kompasiana.com/mylab/5969cdbe0518872aef461fd2/alex-
30