Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

TEAM BUILDING

SIR ALEX FERGUSON

Disusun Oleh :

Bernadi Vito

Garry Yeremia S.

Laura Atria

Muhammad Aufa Alhaq

Rika Mudya Wulandari

HALAMAN JUDUL

KELAS 7-1 NON AKUNTANSI


PRODI D-IV AKUNTANSI (ALIH PROGRAM)
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Ruang Lingkup......................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

D. Tujuan ...................................................................................................... 2

E. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 3

BAB II.................................................................................................................. 4

A. Pengertian Tim ......................................................................................... 4

B. Pengertian Teamwork............................................................................... 4

C. Peran Kepemimpinan Menurut Covey..................................................... 5

D. Peran Kepemimpinan dalam Tim Menurut Dubrin ................................. 7

BAB III ................................................................................................................ 9

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 9

B. Jenis Penelitian......................................................................................... 9

C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 10

ii
D. Teknik Analisis Data.............................................................................. 10

BAB IV .............................................................................................................. 11

A. Profil Singkat Sir Alex Ferguson ........................................................... 11

B. Peran Kepemimpinan Sir Alex Ferguson Menurut Teori Stephen Covey

13

C. Peran Kepemimpinan Sir Alex Ferguson dalam Tim Menurut Dubrin . 18

D. Kesuksesan Sir Alex Ferguson .............................................................. 25

BAB V ............................................................................................................... 27

SIMPULAN ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

Buku ................................................................................................................... 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teamwork menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja.

Kerja sama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan

sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam teamwork. Menurut Dyer

(dalam Basalamah, 2004), tim adalah suatu kelompok yang harus bekerja sama dengan

cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditargetkan. Syarat

kolaboratif ini akan membuat setiap anggota tim untuk bekerja secara maksimal dan

menjadi kewajiban pemimpinlah untuk membentuknya, sehingga tujuan yang ingin

dicapainya dapat terwujud. Tanpa kerja sama yang baik, ide-ide cemerlang tidak akan

muncul. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar (2004) bahwa kerja sama merupakan

sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan.

Kerja sama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada

kesuksesan.

Pada studi kasus yang kami bahas, kami mengambil tokoh Sir Alex Ferguson,

manajer tim sepak bola Manchester United periode 1986-2013. Sir Alex Ferguson

membentuk sebuah tim solid yang dikenal dengan “The Class Of ‘92”. Julukan “Class

of '92” sendiri merujuk pada sekumpulan pemain muda berbakat lulusan akademi

Manchester United. Tim ini berhasil membawa Manchester United sukses besar

dengan raihan treble winner pada tahun 1999. Kami menilai bahwa Sir Alex Ferguson

1
dapat menjadi tokoh panutan dalam menggambarkan teori-teori developing teamwork

dengan cukup jelas yang akan dibahas lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan ini adalah:

1. bagaimana seorang pemimpin membentuk team building; dan

2. studi kasus Sir Alex Ferguson pada saat membentuk tim The Class of ’92 sehingga

mampu meraih kesuksesan di tahun 1999.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup, rumusan masalah makalah ini

adalah:

1. bagaimana Sir Alex Ferguson membangun timnya?

2. apakah cara membangun tim yang dilakukan Sir Alex Ferguson sesuai dengan teori

developing teamwork dari Dubrin dan teori empat peran kepemimpinan oleh

Covey?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. untuk mempelajari bagaimana Sir Alex Ferguson membangun timnya dalam

menjalankan tugas sebagai pemimpin;

2
2. untuk memahami kesesuaian antara cara membangun tim yang dilakukan Sir Alex

Ferguson dengan key roles models yang ada dalam teori developing teamwork oleh

Dubrin dan teori empat peran kepemimpinan oleh Covey.

E. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang, ruang lingkup


penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan dari penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan kerangka teori yang bersifat umum dan kerangka teori
yang bersifat khusus berdasarkan studi literatur yang digunakan dalam melakukan
penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian kualitatif yang digunakan penulis dalam
melakukan pembahasan, yaitu studi kasus mengenai Sir Alex Ferguson guna mencapai
tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menggambarkan objek penelitian yang digunakan penulis, yaitu Sir
Alex Ferguson dalam mengelola timnya.

BAB V SIMPULAN

Bab ini akan menguraikan simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan, yaitu simpulan mengenai team building yang dilakukan oleh Sir Alex
Ferguson.

3
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tim

Menurut Dyer (dalam Basalamah, 2004), tim adalah suatu kelompok yang harus

bekerja sama dengan cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

ditargetkan.

Team (tim) adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan menyukseskan

tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Sebuah tim merupakan

sekelompok orang dengan keahlian saling melengkapi yang berkomitmen kepada misi

yang sama, pencapaian kinerja, dan pendekatan di mana mereka saling tergantung

antara satu dengan yang lain.

B. Pengertian Teamwork

Teamwork (kerja tim) adalah aktivitas atau proses yang meliputi kegiatan berbagi

informasi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan bekerja sama dalam

memecahkan masalah (Kerrin & Oliver, 2002). Teamwork dapat diartikan sebagai

bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta

berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelummnya untuk

mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Teamwork merupakan peleburan

dari pribadi-pribadi manusia yang berbeda-beda kemudian menjadi satu pribadi untuk

mencapai tujuan yang sama. Teamwork memberi ruang untuk menggabungkan

berbagai kemampuan dan dapat memberikan solusi yang inovatif, serta keterampilan

4
dan pengetahuan yang bermacam-macam yang dimiliki anggota kelompok sehingga

menghasilkan nilai tambah yang menguntungkan.

C. Peran Kepemimpinan Menurut Covey

Peranan kepemimpinan ditekankan kepada sederatan tugas-tugas apa yang perlu

dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Stephen Covey

mengatakan di dalam bukunya The 8th Habbits bahwa ada 4 peran kepemimpinan (4

Roles of Leadership), yaitu:

1. Modelling (conscience)

Modelling menjadi sentral dari segala teori kepemimpinan. Modelling

merupakan pemberian contoh yang baik sebagai role model. Tanpa modelling yang

baik, maka apa pun yang kita sampaikan tidak akan dipatuhi (baik secara terang-

terangan atau pun tersembunyi). Dalam survey yang dilakukan Covey, aktor yang

paling berpengaruh dari sifat-sifat kepemimpinan dalam modelling adalah integritas.

2. Pathfinding (vision)

Pathfinding atau peran menentukan arah adalah peran kepemimpinan

berikutnya di mana seorang pemimpin menentukan visi, misi dan strategi kemudian

membaginya dengan tim yang dipimpinnya. Penting sekali dalam hal ini memastikan

peran kepemimpinan sehingga tujuan organisasi diketahui hingga sampai ke semua

level.

Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah:

Apakah semua orang sudah memahami dengan jelas apa tujuan perusahaan saat ini?

5
Kalau sudah dipahami maka pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah

mereka berkomitmen untuk menjalankannya? Jika benar berkomitmen, seberapa besar

komitmen mereka dan apa yang bisa ‘dibantu’ oleh perusahaan agar komitmen bisa

dijalankan?

3. Aligning (discipline)

Aligning atau menjaga supaya tim tetap ada di track yang benar tidak akan

pernah selesai. Dibutuhkan usaha yang terus menerus dan konsisten serta terus

melakukan adjustment untuk menyesuaikan dengan perubahan. Karena itu, diperlukan

fleksibilitas di dalam sistem, struktur, dan proses sehingga memudahkan perusahaan

untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan.

Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah:

Apakah kita sudah on target? Pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah

kita dalam arah yang tepat bila dikaitkan dengan hal yang paling penting yang harus

kita kerjakan?

4. Empowering (passion)

Fokus pada hasil pengembangan talent, bukan metode, memberikan

kepercayaan, membantu bila diminta adalah bagian dari empowering.

Perhatikan bahwa yang paling besar pengaruhnya dalam kegagalan

empowerment adalah: pimpinan yang ‘belum rela’ untuk menyerahkan kepercayaan

kepada timnya. bahkan, seorang CEO yang perusahaannya termasuk perusahaan yang

6
hebat ketika ditanya, tantangan apa yang paling sulit dalam posisinya sebagai CEO?

Jawabannya adalah: giving up control.

Namun, dalam pembahasan dalam makalah ini, mengingat peran kepemimpinan

yang akan dibahas adalah peranan dalam team building, maka peran kepemimpinan

menurut Covey yang akan kami bahas adalah sebagai berikut:

1. Pathfinding (pencarian alur), peran untuk menetukan visi dan misi yang pasti.

2. Aligning (penyelarasan), peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem, dan

proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapian visi dan misi.

3. Empowering (pemberdayaan), peran untuk menggerakkan semangat dalam diri

orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten untuk

mampu mengerjakan apapun dan konsistensi dengan prinsip-prinsip yang

disepakati.

D. Peran Kepemimpinan dalam Tim Menurut Dubrin

Organisasi berbasis tim membutuhkan pemimpin yang memiliki pengetahuan


dalam proses tim dan dapat membantu dengan antarpribadi tuntutan tim.
Kepemimpinan yang efektif sangat penting di awal sejarah kelompok untuk membantu
mencapai potensinya. Peran kunci seorang pemimpin dalam sebuah organisasi berbasis
tim adalah sebagai berikut:

1. Membangun kepercayaan dan memberikan inspirasi pada tim.

2. Membina anggota tim dan anggota kelompok sehingga meningkatkan tingkat

kinerja.

3. Memfasilitasi dan mendukung keputusan tim.

4. Mengembangkan kemampuan tim.

7
5. Menciptakan identitas tim.

6. Mengantisipasi dan memengaruhi perubahan.

7. Menginspirasi tim sampai meningkatkan tingkat kinerja.

8. Mengaktifkan dan memberdayakan anggota kelompok untuk menyelesaikan

pekerjaan mereka.

9. Mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Analisis tentang team building merupakan objek analisis yang luas, kompleks,

dan berbeda tiap individunya. Tingkat kerumitan yang dihadapi penulis untuk

melakukan analisis dan diferensiasi tiap individu dalam team building mendorong

penulis untuk melakukan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk

meneliti objek penelitian dalam kondisi alamiah dan peneliti merupakan instrumen

kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang melibatkan analisis

data/informasi yang bersifat deskriptif dan tidak mudah terukur (Sekaran & Bougie,

2009).

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian kualitatif dalam makalah ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana seorang pemimpin membangun sebuah tim

sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.

B. Jenis Penelitian

Makalah ini merupakan makalah deskriptif yang dilakukan dengan content

analysis dari video dan berbagai literatur terkait tindakan team building seorang

pemimpin. Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk memberikan

gambaran atas team building. Tokoh yang dibahas merupakan Sir Alex Ferguson,

pelatih dari klub sepakbola Manchester United, di mana Beliau mampu membentuk

9
sebuah tim yang dikenal dengan “The Class of ‘92´ sampai bisa meraih kesuksesan di

tahun 1999.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini, digunakan pengumpulan data sekunder dengan

dua teknik pengumpulan data. Data diperoleh dari pihak ketiga melalui studi

kepustakaan. Berikut penjelasan lebih detail terkait pengumpulan data:

1. Studi kepustakaan dilakukan dengan melakukan analisis terkait pemilihan teori

yang sesuai dengan seorang pemimpin yang mampu membagun team building.

2. Pengambilan informasi melalui media daring atas hasil wawancara dan video

lainnya terhadap pemimpin dalam membangun team building.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dimulai dari mempelajari dan mengamati pemimpin dalam

mengelola intrapersonal atau karakterisitik pribadinya. Karakter pribadi yang ingin

diketahui oleh peneliti adalah tentang membangun team building. Peneliti melihat dan

melakukan analisis beberapa pemimpin hingga akhirnya memilih Sir Alex Ferguson

sebagai sumber pengamatan untuk mengetahui interpersonalnya. Sir Alex Ferguson

dipilih karena kemampuan dalam memimpin dan merupakan salah satu dari pelatih

sepakbola tersukses sepanjang masa.

10
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Sir Alex Ferguson

Sir Alex Ferguson lahir pada 31 Desember 1941 di Glasgow, Skotlandia, kota

terbesar dan pusat industri. Ferguson muda menunjukkan kecintaan dan bakat sepak

bola sejak usia muda. Sir Alex Ferguson membuat debut profesionalnya di klub divisi

dua Skotlandia, Queen's Park pada usia 16 tahun. Beliau kemudian pindah ke klub

divisi pertama, St. Johnstone. Di klub barunya, Ferguson mengejutkan publik dengan

mencetak hattrick melawan klub idolanya Glasgow Rangers. Performanya membuat

Sir Alex Ferguson dikontrak profesional oleh klub Dunfermline.

Pada musim pertamanya, Ferguson berhasil mencapai final Piala Skotlandia

melawan Glasgow Celtic meskipun akhirnya kalah 3-2. Ferguson sendiri tidak tampil

dalam final karena penampilan buruknya ketika melawan St. Johnstone pada

pertandingan sebelumnya. Musim keduanya bersama Dunfermline, ia berhasil keluar

sebagai pencetak gol terbanyak Liga Skotlandia bersama Joe McBride dengan 31 gol.

Prestasi ini akhirnya mengantarkan Ferguson ke klub impiannya sejak kecil, Glasgow

Rangers. Masa-masa di Rangers ternyata tidak terlalu menyenangkan bagi Ferguson. Ia

lalu memilih untuk pindah ke klub Falkirk. Ferguson dipromosikan sebagai pelatih

merangkap pemain. Namun tak lama kemudian, jabatannya digantikan oleh John

Prentice. Ferguson kemudian memilih untuk pindah ke Ayr United di mana Beliau

bermain di sana sampai pensiun sebagai pemain pada 1974.

11
Ferguson memulai karir manajerialnya pada 1974, saat baru berusia 32 tahun,

di East Stirlingshire FC, klub kecil di Falkirk, Skotlandia. Ferguson melatih selama 117

hari sebelum menerima tawaran dari klub yang lebih besar, St. Mirren FC, di mana

Beliau menangani klub tersebut selama empat tahun. Namun, akibat konflik dengan

ketua baru klub, Ferguson akhirnya dipecat.

Aberdeen FC, klub yang lebih kuat dari North East Scotland, segera menjadikan

Ferguson sebagai manajer baru mereka. Masa jabatan Ferguson di Aberdeen tidak

hanya menjadi yang paling sukses dalam sejarah klub, tetapi juga luar biasa dalam

sejarah sepak bola Skotlandia itu sendiri. Dengan Ferguson di pucuk pimpinan,

Aberdeen memenangkan tiga gelar Divisi Premier, empat Piala FA Skotlandia, satu

Piala Liga Skotlandia, dan Piala Winners Eropa, mengalahkan raksasa Eropa Bayern

Munich dan Real Madrid dalam perjalanannya. Atas prestasinya, Ratu Inggris

menunjuk Ferguson sebagai anggota Orde Kerajaan Inggris (OBE).

Kemudian pada tahun 1986, ia mengambil alih tugas sebagai manajer

Manchester United dan melatih selama lebih dari seperempat abad. Selama masa

kepemimpinannya, ia berhasil mentransformasi Manchester United menjadi sebuah

klub yang mengutamakan budaya tim dalam rangka menumbuhkan winning mindset

dan kepercayaan diri dalam diri tiap pemain. Atas prestasi, dedikasi dan komitmennya,

Alex Ferguson dianugerahi gelar “Sir” oleh ratu Inggris.

12
B. Peran Kepemimpinan Sir Alex Ferguson Menurut Teori Stephen Covey

1. Pathfinding (vision) : Menentukan arah

Pengakuan otoritas seorang manajer tidaklah didapatkan begitu saja. Otoritas

manajer juga tidak bersifat inheren. Pengakuan otoritas dan respect atas peran manajer

muncul ketika manajer tersebut mempunyai seperangkat konsep visi yang realistis,

yang bisa dijabarkan ke dalam langkah-langkah tindakan untuk mencapainya, dan tahu

cara mencapai dan mengerjakannya, dan manajer tersebut menjadi bagian dari tindakan

itu sendiri. Dengan begitu, orang akan rela untuk mengikuti manajer tersebut. Itu peran

yang dimainkan Sir Alex Ferguson sehingga Beliau berperan sentral bagi Manchester

United.

Visi Fergie (panggilan akrab Sir Alex Ferguson) adalah menggeser dominasi

Liverpool sebagai klub terkuat masa itu dan membawa kembali kejayaan Manchester

United. Dilandasi dengan fakta sejarah bahwa Manchester United pada dasarnya adalah

klub besar, terutama di era Busby (pelatih Manchester United sebelum Sir Alex

Ferguson), maka membangun tim dan membangun klub untuk membawa kembali

kejayaan Manchester United kemudian menjadi pondasi dari semua strategi Fergie.

Cara Fergie menyimpulkan hal penting yang menjadi penyebab fenomena merosotnya

prestasi Manchester United dan bagaimana harus merespons juga merupakan keunikan

tersendiri dari kemampuan Sir Alex Ferguson.

Sebenarnya cukup sederhana saja cara berpikir Sir Alex Ferguson. Sepak bola

adalah sebuah industri yang result driven. Supporter, pers, dan manajemen (tidak peduli

apapun yang dilakukan) hanya akan mengukur kinerja dari hasil akhir: menang atau

13
kalah dan di mana posisi suatu tim di akhir musim. Solusinya kemudian sederhana: tim

tidak dapat mencapai hasil akhir liga untuk berada di papan atas karena sering

menderita kekalahan. Menghindari kekalahan dan atau memenangkan pertandingan

sebanyak mungkin kemudian menjadi target kerja Fergie dalam jangka pendek. Untuk

mencapai ini, yang dilakukan Sir Alex Ferguson adalah membeli pemain matang dan

berpengalaman untuk menutup celah kelemahan dan mengganti beberapa pemain yang

tidak tampil cukup baik. Strategi jangka pendek ini disebut membangun tim. Kekuatan

kunci yang dimiliki Fergie adalah mampu mengidentifikasi bakat, membangun

kekuatan, dan menyusun tim yang tepat. Manchester United jarang sekali membeli

pemain bintang yang sudah jadi, filosofinya adalah bukan tentang merekrut seorang

bintang, tetapi merekrut pemain yang mampu bermain dengan baik dalam satu tim dan

memberikan totalitasnya bagi Manchester United.

Formasi pemain disusun tiga hari sebelum pertandingan dan informasi pemain

yang diturunkan dalam pertandingan diberitahu dua jam sebelum pluit pertandingan

dimulai. Ini untuk mencegah kebocoran informasi apapun bagi lawan, pers, dan

spekulasi agen yang pemainnya tidak diturunkan. Taktik yang akan diterapkan dibahas

pada hari-hari menjelang pertandingan bersama para asisten pelatih, kemudian

diterapkan dalam latihan. Video permainan calon lawan dianalisis kelemahan dan

kekuatan dan kesempatan untuk mengeksploitasi peluang sekecil apapun menjadi

keunggulan, beberapa pola permainan serta beberapa pemain kunci lawan yang akan

dihadapi ditandai untuk diberi perhatian khusus dan diantisipasi. Pemain yang tidak

14
disertakan dalam pertandingan dipanggil dan diberitahu alasannya secara

komprehensif.

Salah satu tugas manajer adalah menyampaikan secara ringkas wejangan

sebelum pertandingan tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana tim harus tampil.

Alih-alih menyampaikan sesuatu secara teknis dan kaku, Fergie memiliki cara unik

untuk menyampaikannya dengan sebuah bahasa metafora, itu untuk menunjukan rasa

hormatnya kepada para pemain yang akan turun bertanding. Waktu break pertandingan

15 menit, Fergie kembali memberi wejangan untuk menegaskan apa yang harus

dilakukan timnya di lapangan. Itu adalah waktu penting untuk membangun tim

kembali. Walaupun temperamen, tetapi tidak alasan bagi Fergie untuk tampil

temperamen, bahkan saat timnya tertinggal, selama mereka menunjukan kerja kerasnya

di lapangan.

Dalam pandangan Fergie adalah penting untuk memberitahukan kekurangan

dan kelemahan pemain pada saat break atau setelah pertandingan usai. Ini bagian dari

apa yang disebut sebagai menjaga standar sepak bola Manchester United. Tetapi di lain

pihak, Sir Alex Ferguson juga berpendapat bahwa esok hari adalah waktu untuk

pertandingan lain dan pekerjaan yang lainnya. Selain itu, pemain tak ingin dikritik terus

menerus, sehingga harus seimbang kapan harus “berteriak” dan kapan harus melakukan

pembinaan.

Memberikan sebuah wawancara televisi singkat merupakan hal yang biasa

dilakukan setelah suatu pertandingan berakhir. Setelah kewajiban media dipenuhi,

Fergie akan menjamu manajer dan pelatih tim tamu yang bertandang. Hal penting saat

15
menjamu tamu adalah melupakan dan menanggalkan semua emosi atas pertandingan

yang telah dilewati, baik menang, kalah, maupun seri, serta untuk menjaga martabat

dan dengan bangga menunjukkan "Kami adalah Manchester United" (“We are The

Manchester United”).

2. Aligning (discipline) : Menjaga supaya tetap ada di track yang benar

Keyakinan akan kerja keras yang membuahkan hasil tak dicapai dalam kerja

yang tanpa arah. Hal pertama yang dilakukan Fergie ketika sampai di Manchester

United adalah menegaskan otoritasnya. “Jangan pernah kehilangan kendali selama anda

yang ditunjuk menjadi manajer” adalah kredo Fergie. Tidak peduli anda pemain

bintang, tidak peduli anda asisten pelatih hebat, tidak peduli anda tukang sapu senior

yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Ratu Inggris, sepak bola yang benar

bagi Manchester United dan segala hal lainnya yang harus berlaku di Old Trafford

(sebutan untuk markas Manchester United) adalah yang benar menurut visi realistis,

konsep dan rancangan sistematis yang dibuat Fergie, tetapi, bukannya tanpa pendekatan

secara personal yang akrab antara pemain, staf dengan pelatih ketika penegakan aturan

dan sanksi dijalankan.

Pemain adalah aset untuk mencapai prestasi yang akan memberi benefit bagi

klub. Penegakan aturan dengan sanksinya dilakukan justru untuk membangun tanggung

jawab pemain terhadap profesinya, membangun pencapaian kinerjanya, dan

membangun respect pemain terhadap dewan kepelatihan. Tidak ada tim yang bisa

dibangun mencapai prestasi ketika manajer tidak memiliki otoritas, semua akan

16
bertindak menurut sesuka hatinya dan akan ada banyak pihak yang campur tangan ke

dalam tim.

Sepak bola dalam pandangan Fergie adalah tantangan terus menerus tentang

kerapuhan manusia. Pemain menjadi bintang dan selanjutnya ingin menjadi selebriti,

ingin menjadi model dan ingin lebih banyak tampil di depan pers dengan glamour atau

mulai ikut campur tangan pada kewenangan pekerjaan manajer. Ketika pemain menjadi

bintang dan kemudian tiba-tiba merasa lebih hebat dari pelatihnya dan klubnya, maka

hanya ada satu pilihan: si pemain harus hengkang dari klub. Kredo ini salah satu kunci

sukses Fergie lainnya.

Manajer, dimanapun, selalu tampil dengan "kepribadian ganda". Di satu sisi

harus tegas dengan memberlakukan aturan dan sanksi, mulai dari memberi denda,

memutuskan pemain yang tak perform untuk tidak ikut serta dalam pertandingan,

hingga mengirimnya ke bursa transfer. Di saat yang bersamaan, manajer harus cukup

terbuka, membina pemain hingga melindunginya dari hujatan supporter atau pers,

mendengar keluhan, dan mampu memotivasi dengan cara yang elegan, santun, tetapi

memberi tekanan (push) untuk dilaksanakan.

3. Empowering (passion) : Fokus pada hasil pengembangan talent, bukan metode,

memberikan kepercayaan, membantu bila diminta

Dalam pandangan Sir Alex Ferguson, sisi lainnya dari peran manajer juga

seperti guru: menginspirasi anak didiknya untuk menjadi lebih baik dan mencapai cita-

citanya dengan memberi pengaruh sikap bertanggung jawab, disiplin, kerja keras,

mental juara dan kemampuan teknis. Itu memberi kesempatan bagi mereka untuk

17
berprestasi dan dapat bermain di klub manapun sama baiknya. Ketika para anak muda

diberi kesempatan, tidak hanya sedang membangun klub dalam jangka panjang, tapi

juga membangun loyalitas. Mereka akan selalu mengingat manajer pertama yang

memberi peluang bagi tumbuh kembangnya. Mereka akan menjadi seperti keluarga dan

akan memberikan sebuah kejutan suatu hari, contohnya adalah “The Class of ‘92”,

Wayne Rooney, dan Cristiano Ronaldo.

Sir Alex Ferguson memiliki pandangan yang kuat tentang menanamkan nilai

pada pemainnya. Lebih dari sekadar memberi mereka keterampilan teknis, Fergie

mengilhami mereka untuk berusaha lebih baik, tidak pernah menyerah dan menjadi

pemenang: "If you give in once, you'll give in twice”. Bekerja keras sepanjang hidup

adalah bakat. Menjadi pemain Manchester United bukanlah pekerjaan mudah, tapi

Manchester United membuat mereka berprestasi dan menjadi bintang. Jadi, mereka

akan melakukan apa yang diperlukan untuk menang.

C. Peran Kepemimpinan Sir Alex Ferguson dalam Tim Menurut Dubrin

1. Membangun kepercayaan dan memberikan inspirasi pada tim

Ferguson berbicara penuh semangat tentang menanamkan nilai pada

pemainnya. Lebih dari sekadar memberi mereka keterampilan teknis, Fergie

mengilhami mereka untuk berusaha lebih baik, tidak pernah menyerah dan menjadi

pemenang: "If you give in once, you'll give in twice”. Bekerja keras sepanjang hidup

adalah bakat. Menjadi pemain Manchester United bukanlah pekerjaan mudah, tapi

Manchester United membuat mereka berprestasi dan menjadi bintang. Jadi, mereka

akan melakukan apa yang diperlukan untuk menang.

18
2. Membina anggota tim sehingga meningkatkan tingkat kinerja

Salah satu tugas penting manajer adalah mengamati segala hal di lingkungan

pekerjaannya dengan sangat-sangat detail untuk dapat melakukan evaluasi dan

perbaikan yang diperlukan. Untuk itu dia tak dapat menjalankan banyak peran teknis.

Itu yang dilakukan Fergie, sehingga mendelegasikan banyak pekerjaan teknis kepada

para asistennya agar memberinya kesempatan yang lebih luas untuk mengamati kinerja

tim, pemain, asisten pelatih dan staf lainnya, serta tentu saja bisnis Manchester United.

Namun Fergie bukannya tanpa kelemahan emosional di tengah-tengah pernyataannya

untuk tidak jatuh cinta kepada para pemainnya. Sebagaimana yang diakuinya,

menyampaikan secara langsung alasan kenapa seorang pemain tidak diturunkan dalam

satu pertandingan, dan atau menjelaskan kenapa seorang pemain harus dikirim ke bursa

transfer, bukanlah hal yang mudah dilakukan, walau manajer sekelas Fergie telah

berulang kali menghadapi situasi tersebut. Bagaimanapun, manajer tetaplah seorang

manusia. Begitu juga Sir Alex Ferguson.

3. Memfasilitasi dan mendukung keputusan tim

Keputusan tim diambil sendiri oleh Sir Alex Ferguson dan para pemain dan staf

mengikuti arahan dari Ferguson. Peran memfasilitasi dan mendukung keputusan tim ini

tidak ada di Sir Alex Ferguson.

4. Mengembangkan kemampuan tim

Sir Alex Ferguson membawa Manchester United dari tim yang biasa saja

menjadi tim papan atas di Inggris dan Eropa. Pengembangan tim memperhatikan

regenerasi pemain. Seorang pelatih harus berani membangun ulang timnya. Sir Alex

19
Ferguson melakukan perencanaan secara matang. Meski sedang menikmati kesuksesan,

beliau tetap memperhatikan kinerja pemain yang lebih tua yang mungkin mengalami

penurunan dan mencari pemain muda yang bisa menggantikan mereka. Seperti halnya

terkait “The Class of ‘92”.

Karena kesuksesan mereka di level usia muda, sejumlah nama

direkomendasikan oleh Sir Alex Ferguson untuk menjadi pemain inti Manchester

United di level senior kendati masih belia. Sejumlah nama yang dipromosikan ke tim

utama, antara lain David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul

Scholes dan Nicky Butt.

Sir Alex Ferguson sadar bahwa potensi sekelompok pemain mudanya tersebut

adalah aset yang sangat berharga dan bakal menjadi senjata utama timnya. Awal musim

Liga Primer Inggris 1994/95, Sir Alex Ferguson menilai pasukan mudanya sudah mulai

matang dan berkembang dan di tengah krisis tim utama usai Eric Cantona dihukum

delapan bulan karena menendang suporter dan Mark Hughes kerap dilanda cedera,

Fergie mulai berani memanfaatkan jasa mereka.

Keputusan yang dibuat Fergie pada waktu itu rupanya datang pada waktu yang

tepat. Memang pada musim tersebut, Manchester United gagal untuk mempertahankan

gelar Liga Primer mereka, tetapi tidak untuk musim berikutnya. Sebelum memulai

kampanye musim 1995/96, Fergie menjual berbagai pemain senior seperti Paul Ince,

Mark Hughes, dan Andrei Kanchelskis dan alih-alih mendatangkan pengganti sepadan,

Beliau justru menaruh kepercayaan lebih kepada penggawa mudanya, yang kala itu

masih rata-rata berusia 20 tahun.

20
Seakan tak berjalan mulus, tindakan Fergie tersebut menuai banyak kritikan.

Terlebih di awal musim itu, Manchester United langsung menelan kekalahan 3-1 dari

Aston Villa yang kemudian lantas mendapat sorotan tajam dari Alan Hansen, mantan

pemain Liverpool. Namun, Fergie tetap bersikeras bahwa ia paham akan keputusan

yang telah diambilnya. Keyakinan Fergie pun terbayar lunas ketika Manchester United

sukses menjawab keraguan publik dengan meraih gelar ganda di akhir musim tersebut,

merengkuh Liga Primer dan Piala FA. Sejak saat itu, prestasi mereka seakan tak

terbendung. Prestasi paling bersejarah tentu pada musim 1998/99, 'Class of ’92' menjadi

tulang punggung Manchester United saat menyabet treble, menjadi klub Inggris

pertama yang mampu menjuarai Liga Primer, Piala FA, dan Liga Champions. Inilah

contoh utama Sir Alex Ferguson dalam mengembangkan kemampuan tim.

5. Menciptakan identitas tim

Manchester United merupakan tim besar dengan identitas yang unik dan

berbeda dibandingkan tim sepakbola lainnya. Manchester United dibenci dan dicintai

dengan semangat spartan dan revivalisnya yang luar biasa. Sir Alex Ferguson

membangun identitas Manchester United dengan determinasi yang tinggi. Identitas

kuat yang dibangun Sir Alex Ferguson adalah dengan konsep bermain spartan dan

menarik, di mana Sir Alex Ferguson mengarahkan para pemainnya untuk menggulirkan

bola dengan kuat dan percaya diri, berlari dan menerjang lawan tanpa takut (kick and

rush).

Sir Alex Ferguson bukan penggemar sepak bola kreatif yang penuh dengan tipu

daya dan kreatifitas. Hal ini dibuktikan dengan Sir Alex Ferguson tidak pernah

21
merekrut pemain-pemain yang memiliki skill individual dalam penguasaan bola yang

penuh trik dan tipu daya seperti Ronaldinho dan Zinedine Zidane. Tim hebat selalu

punya identitas yang kuat dan pelatih punya andil membentuk identitas tersebut dan Sir

Alex Ferguson telah menentukan identitas permainan Manchester United adalah

permainan dengan determinasi yang tinggi dan kolektivitas permainan yang tidak

mengutamakan skill individu. .

6. Mengantisipasi dan memengaruhi perubahan

Dalam seperempat abad Ferguson di Manchester United, dunia sepakbola

berubah secara dramatis, dari pertaruhan keuangan yang terlibat (dengan konsekuensi

positif dan negatif) ke ilmu di balik apa yang membuat pemain lebih baik. Menanggapi

perubahan tidak pernah mudah, dan bahkan mungkin lebih sulit ketika seseorang berada

di atas begitu lama. Namun bukti kesediaan Ferguson untuk berubah ada di mana-mana.

Seperti yang dijelaskan David Gill, Ferguson telah "menunjukkan kemampuan luar

biasa untuk beradaptasi karena permainan telah berubah."

Pada pertengahan 1990-an, Sir Alex Ferguson menjadi manajer pertama untuk

tim lapangan dengan sejumlah besar pemain muda di Piala Liga yang relatif tidak

menentu — praktik yang awalnya menyebabkan kemarahan tetapi sekarang umum di

antara klub Liga Premier (Liga Premier terdiri dari negara 20 tim teratas). Dia juga yang

pertama membiarkan empat pemain depan utama menghabiskan musim berjuang untuk

dua posisi, strategi yang banyak orang luar dianggap tidak terkendali tetapi itu adalah

kunci untuk musim 1998-1999 besar, di mana United memenangkan treble: Premier

22
League, FA (Football Association) Cup, dan UEFA (Union of European Football

Association) Champions League.

Di luar lapangan, Ferguson sangat memperluas peran staf belakang dan

menunjuk tim ilmuwan olahraga untuk mendukung para pelatih. Mengikuti saran

mereka, ia memasang bilik Vitamin D di ruang ganti pemain untuk mengimbangi

kurangnya sinar matahari di Manchester, dan memperjuangkan penggunaan rompi yang

dilengkapi dengan sensor GPS yang memungkinkan analisis kinerja hanya 20 menit

setelah sesi pelatihan . Ferguson adalah pelatih pertama yang menggunakan optometris

bagi para pemainnya. Manchester United juga mempekerjakan seorang instruktur yoga

untuk bekerja dengan pemain dua kali seminggu dan meluncurkan fasilitas medis

canggih di tempat latihannya sehingga semua prosedur operasi singkat dapat ditangani

di tempat.

7. Menginspirasi tim sampai meningkatkan tingkat kinerja, mengaktifkan dan

memberdayakan anggota kelompok untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, serta

mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.

Ferguson berbicara penuh semangat tentang keinginan untuk menanamkan

nilai-nilai kepada pemainnya. Lebih dari memberi mereka keterampilan teknis, dia

ingin menginspirasi mereka untuk berusaha menjadi lebih baik dan tidak pernah

menyerah untuk menjadikan mereka pemenang. Ferguson mengatakan kepada

pemainnya sepanjang waktu: “Jika Anda menyerah sekali, Anda akan menyerah untuk

kedua kali”. Keinginannya yang kuat untuk menang berasal dari pengalamannya sendiri

sebagai pemain. Menurut Sir Alex Ferguson, kesulitan justru memberinya tekad yang

23
telah membentuk hidupnya dan memutuskan bahwa ia tidak akan pernah menyerah.

Ferguson mencari sikap yang sama pada para pemainnya. Metode unik Sir Alex

Ferguson adalah merekrut apa yang Beliau sebut "pecundang buruk" dan menuntut

mereka bekerja sangat keras. Selama bertahun-tahun, sikap ini menjadi menular,

pemain tidak menerima rekan tim tidak bermain maksimal, bahkan pemain bintang

sekalipun.

Ferguson selalu mempertahankan standar yang tinggi dalam kepemimpinannya.

Misalnya, beliau tidak pernah membiarkan sesi latihan yang buruk. Apa yang orang

lihat di sesi latihan dimanifestasikan dalam pertandingan. Jadi setiap sesi latihan

merupakan tentang kualitas. Sir Alex Ferguson tidak mengizinkan kurangnya fokus. Sir

Alex Ferguson selalu menekankan tentang intensitas, konsentrasi, kecepatan dan

tingkat kinerja yang tinggi, sehingga para pemain Manchester United dapat meningkat

dengan setiap sesi.

Etos kerja dan energi yang dimiliki oleh Sir Alex Ferguson menyebar ke seluruh

klub. Beliau dulunya adalah orang pertama yang tiba di pagi hari. Di tahun-tahun

berikutnya, banyak anggota staf yang sudah ada saat Fergie masuk jam 7 pagi. Sir Alex

Ferguson terus-menerus mengatakan kepada skuadnya bahwa bekerja keras sepanjang

hidup adalah bakat. Sir Alex Ferguson berharap lebih banyak lagi dari para pemain

bintang dan mengharapkan mereka bekerja lebih keras. Sir Alex Ferguson menuntut

para pemain bintang untuk menunjukkan kualitasnya.

24
D. Kesuksesan Sir Alex Ferguson

Peranan Fergie dalam membangun pembinaan di akademi Manchester United

tentu sudah banyak diketahui. Bagi sang legenda, penting memberi kesempatan bagi

para pemain muda untuk lebih banyak bermain agar kemampuannya bisa terasah. Dan

hal ini diakui oleh mantan anak didiknya sendiri, Ryan Giggs. Masalah mental pantang

menyerah, ini sudah terbukti saat final Liga Champions Eropa 1998/1999. Manchester

United, yang harus kehilangan beberapa pilarnya, jelas kurang diunggulkan ketimbang

Bayern München yang tampil dengan kekuatan penuh. Di saat harapan suporter sudah

menipis, justru David Beckham dan kolega membalikkan segalanya dalam hitungan

dua menit jelang laga usai. Di sini kita melihat betapa pentingnya pelatih menanamkan

sikap mental juara pada pemain, apapun yang terjadi. Tertinggal di menit awal tidak

membuat pasukannya menyerah. Justru dengan kesabaran dan ketekunan tingkat tinggi,

hasil akhir bisa berbalik di saat yang tak terduga.

Sebagai pelatih, Fergie jelas sosok yang sangat tegas. Namun, dia mengakui

seiring dengan usianya yang semakin menua, dia jadi lebih sensitif dalam hal

menangani orang. Dia juga berusaha tidak memojokkan pemain yang melakukan

kesalahan dengan menegur saat di ruang ganti.

Kisah sukses Fergie selama 27 tahun di Old Trafford mengajarkan pada kita

bahwa tidak ada sukses tanpa kerja keras. Semua butuh proses dan tentu tidak ada orang

yang tidak pernah gagal dalam hidupnya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana

kita bangkit dan tidak menyerah untuk mencapai cita-cita kita.

25
Selama masa kepemimpinan Sir Alex Ferguson, Manchester United telah

menjuarai berbagai macam kompetisi, sebagai berikut:

1. Premier League (13): 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1996–97, 1998–99, 1999–2000,

2000–01, 2002–03, 2006–07, 2007–08, 2008–09, 2010–11, 2012–13.

2. FA Cup (5): 1989–90, 1993–94, 1995–96, 1998–99, 2003–04.

3. League Cup (4): 1991–92, 2005–06, 2008–09, 2009–10.

4. FA Charity/Community Shield (10): 1990 , 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007,

2008, 2010, 2011.

5. UEFA Champions League (2): 1998–99, 2007–08.

6. UEFA Cup Winners' Cup (1): 1990–91.

7. UEFA Super Cup (1): 1991.

8. Intercontinental Cup (1): 1999.

9. FIFA Club World Cup (1): 2008.

26
BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis mengambil simpulan

bahwa peranan kepemimpinan ditekankan kepada sederatan tugas-tugas apa yang perlu

dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Stephen Covey

mengatakan di dalam bukunya The 8th Habbits bahwa ada 4 peran kepemimpinan (4

Roles of Leadership), yaitu Modelling (conscience), Pathfinding (vision), Aligning

(discipline), dan Empowering (passion).

Organisasi berbasis tim, yakni sekumpulan manusia yang harus bekerja sama

dengan cara yang kolaboratif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditargetkan, juga

membutuhkan pemimpin yang memiliki pengetahuan dalam proses tim dan dapat

membantu dengan antarpribadi tuntutan tim. Peran kunci seorang pemimpin dalam

sebuah organisasi berbasis tim dijabarkan Dubrin sebagai berikut:

1. Membangun kepercayaan dan memberikan inspirasi pada tim.

2. Membina anggota tim dan anggota kelompok sehingga meningkatkan tingkat

kinerja.

3. Memfasilitasi dan mendukung keputusan tim.

4. Mengembangkan kemampuan tim.

5. Menciptakan identitas tim.

6. Mengantisipasi dan memengaruhi perubahan.

7. Menginspirasi tim sampai meningkatkan tingkat kinerja.

27
8. Mengaktifkan dan memberdayakan anggota kelompok untuk menyelesaikan

pekerjaan mereka.

9. Mendorong anggota tim untuk menghilangkan nilai yang rendah pada pekerjaan.

Pada studi kasus kami dalam kepemimpinan Sir Alex Ferguson, kami dapat
melihat peranan Sir Alex Ferguson dalam Manchester United sesuai dengan teori yang
kami angkat, yakni teori peranan pemimpin oleh Covey dan peranan pemimpin dalam
tim oleh Dubrin. Hal ini membuktikan bahwa Sir Alex Ferguson merupakan pemimpin
yang efektif dan mampu membentuk sebuah tim, terlihat dari pencapaiannya sebagai
manager Manchester United selama 26 tahun yang telah menjadi pelatih Manchester
United untuk 1.498 pertandingan, memenangkan 894 pertandingan, mendapatkan 38
trophies, mendapatkan 20 gelar juara liga, memenangkan dua juara liga champion, dan
mendapat gelar kebangsawanan dari Kerajaan Inggris.

28
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basalamah, A. S. (2004). Bahan Ajar Kepemimpinan. Jakarta: STAN.

Covey, S. R. (2004). The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness. London: Emperor

Edutainment.

Dubrin, A. J. (2010). Leadership; Research Findings, Practice and Skills. Mason: Jack

Calhoun.

Ferguson, A., & Hayward, P. (2013). My Autobiography. Great Britain: Hodder &

Stoughton.

Website

Elberse, A. (2012, November 7). https://hbswk.hbs.edu/item/hbs-cases-sir-alex-

ferguson-managing-manchester-united. https://hbswk.hbs.edu/item/hbs-cases-

sir-alex-ferguson-managing-manchester-united (diakses 10 Desember 2018)

Ferdinand, R. (2017, June 15). https://www.youtube.com/watch?v=pbGoNIPl4xA. Sir

Alex Ferguson's Last Man United Teamtalk!:

https://www.youtube.com/watch?v=pbGoNIPl4xA (diakses 12 Desember

2018)

FourFourTwo. (2016, November 6). Dokumenter Sir Alex Ferguson I The Untold

Stories. https://www.youtube.com/watch?v=VqkcJgyTLQs&feature=youtu.be

(diakses 12 Desember 2018)

29
Thereader, M. (2017, July 15). Alex Ferguson Forever! Kompasiana Beyond

Blogging:

https://www.kompasiana.com/mylab/5969cdbe0518872aef461fd2/alex-

ferguson-forever?page=all (diakses 12 Desember 2018)

Wikipedia. (2018, December 19). Alex Ferguson. https://en.wikipedia.org/wiki/

Alex_Ferguson (diakses 12 Desember 2018)

30

Anda mungkin juga menyukai