Anda di halaman 1dari 26

KUMPULAN BERKAS PROGRAM

DOKTER INTERNSHIP

Diajukan dalam rangka praktek klinis Dokter Internship

Sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan

Program Dokter Internship Indonesia di RS Bhayangkara Palu

Disusun Oleh:

dr. Maichel Yorgen

Pembimbing

dr. Astri Rahmawati Lamakarate

dr. Muhammad Ali Palanro

PROGRAM INTERNSIP KOTA PALU

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

SULAWESI TENGAH

2018

1
LAPORAN STATUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. LS
 Umur : 61 Tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Tempat/tanggal lahir : Manado, 13 Juni 1954
 Status perkawinan : Sudah menikah
 Jumlah anak :4
 Pendidikan terakhir : SMA
 Perkerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
 Agama : Kristen Protestan
 Alamat sekarang : Wonasa, kec.wonasa Kota Manado
 Cara datang : bersama dengan anak perempuan pasien
 Tanggal pemeriksaan : 30 September 2015
 Tempat pemeriksaan : Poliklinik RS. Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang dan Home visit ke rumah pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 30 September 2015, di ruangan
poliklinik Psikiatri RS. Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan
Homevisit ke rumah pasien dari:
- Autoanamnesis dengan pasien.
- Aloanamnesis dengan Ny. I.N anak Pasien

A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan cemas dan takut dalam melakukan kegiatan
hari-hari.

2
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang bersama anak perempuannya ke poliklinik Psikiatri di RS.
Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan keluhan cemas dalam
melakukan kegiatan hari-hari. Cemas dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Rasa
cemas yang dialami pasien ketika pasien sedang melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mencuci, memasak tidur, BAB, BAK bahkan saat sedang mandi. Karena
sakitnya tersebut membuat pasien harus ditemani untuk melakukan kegiatan-
kegiatan sehari-hari. Bahkan saat ini kegiatan yang dilakukan pasien sangat
terbatas karena rasa cemas yang dialaminya.
Rasa cemas yang dialami pasien sudah menteap semenjak tahun 1980.
Cemas tersebut bermula ketika sedang merawat dan membesarkan anak kedua.
Pada saat itu ketika pasien sedang menagajarkan anaknya belajar menulis dan
berhitung dia mulai cemas kalau anaknya nanti tidak akan berhasil. Pemicu lain
yang menyebabkan pasien mengalami cemas ketika pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan didiagnsosis dengan hipertensi. Sejak saat itu juga pasien
takut kalau tiba-tiba dia bisa mati kapan saja. Hal itu yang menjadi pemicu
kecemasan pasien hingga saat ini. Makanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
pasti pasien selalu minta ditemani oleh orang lain.
Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam hari apabila terjadi
serangan cemas. Dan apabila sudah terbangun malam hari sangat sulit buta pasien
untuk tidur kembali. Oleh sebab itu sejak tahun 1980 pasien telah rutin
mengkonsumsi obat-obat kecemasan dan rutin kontrol ke dokter spesialis
kejiwaan.
Saat serangan cemas pasien merasakan kaeringat dingin, tangan kaki
menjadi dingin dan berkeringat, terkadang muka sampai pucat, bahkan sesekali
bisa membuat pasien merasakan sulit bernafas seperti asma.
Pasien menyangkal mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan yang
aneh. Menurut pasien sampai saat ini dia tidak keluhan-keluhan kejiwaan yag lain,
selain dari gangguan cemas yang telah lama dialami oleh pasien. Nafsu makan
pasien sampai saat ini baik-baik saja dan pasien tidak ada keluhan dalam hal BAB
dan BAK.

3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatrik
Pasien telah mengalami gangguan cemas sejak tahun 1980 dan
telahh rutin berobat ke dokter ahli kejiwaan.
2. Riwayat gangguan medis
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan sudah meminum obat
hipertensi teratur yang didapat dari dokter. Selain hipertensi tidak ada
gangguan medis lainnya yang patut diperhatikan.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Dari anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat merokok, meminum
alkohol dan tidak mengonsumsi zat psikoaktif lainnya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Prenetal dan perinatal


Pasien lahir melalui persalinan normal. Keadaan pasien sehat.
Tidak biru dan tidak kuning. Selama kehamilan keadaan kesehatan
mental dan fisik ibu cukup baik.

2. Masa kanak-awal (usia 0-3 tahun)


Pada masa stadium oral, pasien meminum ASI dan dirawat secara
langsung oleh kedua orangtuanya yang tidak menderita kelainan
psikiatri. Pada stadium anal Pasien mulai mendapat toilet training dari
orang tuanya semenjak umur 2 tahun. Pasien mulai berbicara, berjalan,
dan makan. Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam
perkembangan dan termasuk anak yang aktif.
Pada stadium uretral, pasien diajarkan untuk tidak mengompol
dicelana lagi seperti yang dilakukan pasien sebelumnya. Pasien sudah
tahu dan mengerti untuk meminta maaf bila berbuat salah.

4
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar,
pasien dekat dengan ibunya dan akan menangis saat berpisah dari
ibunya.
Menurut pasien, dirinya merupakan anak yang manja dengan orang
tua. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya harmonis.
Pasien sering bermain dengan tetangganya.

3. Masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 4-5 tahun) pasien
sudah menyadari bahwa pasien berjenis kelamin perempuan, saat kecil
pasien dekat dengan ibu dan ayah pasien. Pada stadium latensi, pasien
senang bermain bersama teman-temannya di sekolah. Pasien dari masa
kecilnya terbiasa bermain dengan anak-anak sebayanya. Menurut pasien,
dia memiliki cukup banyak teman sepermainan
Pada stadium industri lawan inferioritas (6-11 tahun) pasien
memulai pendidikan SD pada usia normal. Menurut pasien semua
pelajaran dapat diikuti dengan baik. Pasien memiliki semangat untuk
belajar dan dorongan yang kuat untuk datang kesekolah. Pasien dapat
menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan mandiri dan lancar, pasien juga
dapat membagi waktu antara waktu belajar dan waktu bermain.

4. Masa kanak akhir dan remaja


Pada stadium genital, pasien mulai lebih mandiri, pasien sudah
mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis, pasien pernah sekali-kali
mencoba untuk pacaran tetapi masih belum dapat serius dalam menjalin
hubungan. Oleh karena itu pasien lebih sering menghabiskan waktu
bersama teman-temannya. pasien masih semangat untuk belajar. Pada
stadium identitas lawan difusi peran (11 tahun – akhir remaja), pasien
dikenal sebagai anak yang baik pasien meiliki banyak teman tetapi hanya
sedikit yang benar-benar dipercaya oleh pasien.

A. Riwayat Masa Dewasa

5
1. Riwayat Pendidikan
Pasien sangat rajin belajar dan mempunyai minat tinggi untuk
meraih pendidikan. Pendidikan akhir pasien adalah SMA.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari pasien
melakukan tugas-tugas yang dilakukan oleh IRT seperti mencuci,
memasak, menyapu dan membereskan barang-barang di rumah. Tapi
setelah pasien menderita gangguan cemas, pasien tidak lagi melakukan
tugas-tugas yang pernah dikerjakan dahulu, bahka kalaupun pasien akan
melakukan sesuatu pasien harus terus ditemani.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki empat orang anak. Hubungan
dengan suami baik.Hubungan pasien dengan anak-anaknya dekat dan
harmonis.
Pasien kadang memiliki masalah dengan pernikahan pasien tetapi
masalah tersebut masih dapat terpecahkan oleh pasien dan istrinya.

5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan. Pasien aktif dalam pelayanan di
gereja dengan keluarganya.

6. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah melakukan tindakan criminal dan melanggar
hukum.

7. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal dengan keluarganya yang berada di wonasa. Rumah
tersebut dihuni oleh pasien, suami pasien, 2 orang anak pasien, dan cucu
pasien. Rumah pasien terdiri atas dua kamar mandi, satu ruang dapur, satu
ruang makan, satu ruang tamu, dan tiga ruang tidur.

6
8. Denah Rumah

WC Dapur

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang Keluarga
Kamar tidur
pasien

9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Hubungan pasien
dengan aggota keluarga harmonis. Pasien dibesarkan langsung oleh kedua
orang tua. Menurut pasien, keluarga tidak ada yang menderita sakit yang
sama dengannya.

SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

7
Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Meninggal

10. Persepsi pasien terhadap diri


Pasien tahu bahwa pasien sakit dan memiliki keinginan dan usaha yang
nyata untuk sembuh.
11. Persepsi keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien mendukung penuh kesembuhan dari pasien.
12. Persepsi pasien terhadap keluarga
Selama ini pasien merasakan mendapat dukunagan dari keluarga untuk
sembuh dari sakit.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita, 61 tahun, tampak sesuai usia, berkulit putih,
berpakaian cukup rapi dengan baju warna coklat dan celana jeans,
rambut panjang dan cara berjalan biasa.

2. Kesadaran
Compos mentis.

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

8
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon
saat diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata. Perhatian
pasien focus terhadap pemeriksa.

4. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien sangat kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Kesesuaian : Serasi

C. Pembicaraan
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab
dengan jawaban yang cepat dan jelas. Artikulasi jelas, volume sedang dan
intonasi jelas, isi pembicaraan cukup luas.

D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan.

E. Pikiran
1. Arus pikiran : Koheren
2. Isi pikiran : waham(-), obsesi(-), kompulsi(-), fobia(-)

F. Kesadaran dan kognitif


1. Taraf kesadaran dan kesiagaan
Keadaan pasien compos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mengalihkan
dan dapat memusatkan perhatiannya dengan baik.

2. Orientasi
 Orientasi waktu : pasien dapat membedakan siang dan malam.

9
 Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.
 Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.

3. Daya ingat
 Jangka panjang : Baik. Pasien dapat mengingat nama teman dan
kerabat lamanya.
 Jangka sedang : Baik/tidak terganggu.
 Jangka pendek : Baik. Pasien mengingat apa yang dia kerjakan
sebelumnya.
 Segera : Baik. Pasien dapat mengingat dan mengulang kata-
kata yang diucapkan pemeriksa.

4. Konsentrasi dan perhatian


Cukup. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik.
5. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien bisa membaca dan menulis.
6. Kemampuan Visuospatial
Baik. Pasien mampu berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-
benda disekelilingnya.

7. Inelegensi dan Daya Informasi


Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang
cukup lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan


1. Penilaian Realitas
Pasien mengetahui bahwa kecemasan yang dialami pasien datang
dari dirinya sendiri dan pasien sudah mengetahui bahwa kecemasan
berlebihan yang dialami pasien tidaklah nyata.

10
2. Tilikan
Derajat Tilikan 6 : Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

I. Taraf dapat dipercaya


Penjelasan dan kata-kata pasien dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak sehat
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital : T: 120/80mmHg, N: 88x/m, R: 28x/m, SB: 36,70C
4. Kepala : Conj.anemis -/-, sklera ikterik -/-
5. Thoraks : C: SI-II regular, bising (-)
P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
6. Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

11
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak
dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

g. N. glosssopharyngeus (N.IX),
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Didapatkan berdasarkan anamnesis. Perempuan berumur 61 tahun, sudah
menikah dan memiliki 4 orang anak, datang ke poli Psikiatri RS Jiwa Prof. DR. V.
L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 30 september 2015 dengan keluhan
Pasien datang dengan keluhan cemas dan takut dalam melakukan kegiatan hari-
hari.
Pasien datang bersama anak perempuannya ke poliklinik Psikiatri di RS.
Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan keluhan cemas dalam
melakukan kegiatan hari-hari. Cemas dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Rasa
cemas yang dialami pasien ketika pasien sedang melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mencuci, memasak tidur, BAB, BAK bahkan saat sedang mandi. Karena
sakitnya tersebut membuat pasien harus ditemani untuk melakukan kegiatan-

12
kegiatan sehari-hari. Bahkan saat ini kegiatan yang dilakukan pasien sangat
terbatas karena rasa cemas yang dialaminya.
Rasa cemas yang dialami pasien sudah menteap semenjak tahun 1980.
Cemas tersebut bermula ketika sedang merawat dan membesarkan anak kedua.
Pada saat itu ketika pasien sedang menagajarkan anaknya belajar menulis dan
berhitung dia mulai cemas kalau anaknya nanti tidak akan berhasil. Pemicu lain
yang menyebabkan pasien mengalami cemas ketika pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan didiagnsosis dengan hipertensi. Sejak saat itu juga pasien
takut kalau tiba-tiba dia bisa mati kapan saja. Hal itu yang menjadi pemicu
kecemasan pasien hingga saat ini. Makanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
pasti pasien selalu minta ditemani oleh orang lain.
Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam hari apabila terjadi
serangan cemas. Dan apabila sudah terbangun malam hari sangat sulit buta pasien
untuk tidur kembali. Oleh sebab itu sejak tahun 1980 pasien telah rutin
mengkonsumsi obat-obat kecemasan dan rutin kontrol ke dokter spesialis
kejiwaan.
Saat serangan cemas pasien merasakan kaeringat dingin, tangan kaki
menjadi dingin dan berkeringat, terkadang muka sampai pucat, bahkan sesekali
bisa membuat pasien merasakan sulit bernafas seperti asma.
Pasien menyangkal mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan yang
aneh. Menurut pasien sampai saat ini dia tidak keluhan-keluhan kejiwaan yag lain,
selain dari gangguan cemas yang telah lama dialami oleh pasien. Nafsu makan
pasien sampai saat ini baik-baik saja dan pasien tidak ada keluhan dalam hal BAB
dan BAK.

VII. Formulasi Diagnostik


Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan status
mentalis yang dilakukan dan menurut DSM V.
Pada aksis I ditemukan adanya serangan panik yang tiba-tiba dirasakan
penderita. Hal ini dimulai dengan adanya perasaan tidak enak dan takut kemudian
timbulnya gejala berupa jantung berdebar, keringat dingin, susah bernafas seperti
tercekik, lemah badan, pusing dan sering.

13
Pada Aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah paranoid. Hal ini dilihat
dari pasien memiliki kecenderungan untuk menyimpan dendam, misalnya
menolak untuk memaafkan suatu penghinaan atau masalah kecil. Perasaan
bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang
ada.
Pada aksis III ditemukan bahwa pasien mengaku dirinya memiliki riwayat
hipertesi sejak tahun 1980.
Pada aksis IV, ditemukan masalah pekerjaan dan lingkungan sosial,
dengan bertambah buruknya gejala menyebabkan pasien berhenti bekerja dan
menolak untuk keluar rumah dikarenakan pasien takut terkena serangan
sedangkan tidak ada keluarga yang mendampingi.
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 71-
80. Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan
dan lain-lain.
GAF scale High Level Past Year HLPY 80-71 yakni gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh.
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan pekerjaan pasien sebagi ibu rumah
tangga.
Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 71-80.
Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan dan
lain-lain.
GAF scale High Level Past Year (HLPY) HLPY 80-71 yakni gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll

14
IX. PROBLEM
a. Organobiologik : Tidak ada
b. Psikologik : Ditemukan adanya gejala berupa kecemasan dan
ketakutan akan terjadi gejala yang sama pada dirinya dengan gejala
otonomik seperti terasa lemas, sesak nafas, keringat dingin dan
jantung berdebar .
c. Lingkungan sosial dan ekonomi: tidak ada masalah dengan
lingkungan sosial dan ekonomi

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
 Alprazolam 1mg 2x1

B. Psikoterapi
a. Terhadap pasien

 Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu terapi kognitif yang

bertujuan mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan

positif dan perilaku yang baru.

 Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar

memahami gangguannya lebih lanjut, cara pengobatannya, efek

samping yang kemungkinan muncul, serta pentingnya

kepatuhan dan keteraturan minum obat.

 Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan

agar pasien dapat mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan

fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.

 Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar

pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam

menghadapi hidup ini tidak kendur.

15
b. Terhadap keluarga pasien

 Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada

dalam pengawasan keluarga

 Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan

pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit

 Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh

terhadap pasien dan mengawasi pasien dalam meminum obat

teratur

 Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi

kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan

untuk senantiasa memberian dukungan selama masa

pengobatan.

XI. PROGNOSIS
A. Ad vitam : Bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. ANJURAN
Untuk pasien, diberikan nasehat edukasi untuk mengerti kondisinya,
memberikan motivasi yang kuat untuk bisa sembuh dengan rajin dan rutin
minum obat.
Untuk keluarga, memberikan perhatian serta kasih sayang kepada
pasien dengan tulus. Dengan begitu pasien juga mempunyai motivasi untuk
sembuh dan tidak memiliki baban dalam menghadapi sakitnya. Karena peran
keluarga sangat penting.

16
XIII. DISKUSI
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai

gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional

bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-

hari. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan

dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan

tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan

gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.1 Gangguan

cemas merupakan hal yang umum bagi sindroma psikiatri, mempengaruhi

kurang lebih 25 persen dari populasi umum selama periode kehidupan mereka.

Akibat psikososial dan ekonomi dari gangguan kecemasan hampir 40 miliar

dollar Amerika per tahun. Gangguan kecemasan akhirnya menjadi masalah

kesehatan umum yang serius.2 Angka prevalensi untuk gangguan cemas

menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis.1 Dari anamnesis

ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh.

Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh pasien cemas, gelisah, tekanan

darah tinggi, disertai pula dengan gangguan tidur.

Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan

motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan

berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien.

Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM V:

 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir

setiap hari, sepanjang hari terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang

sejumlah aktivitas atau kejadian.

17
 Pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

 Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala

berikut ini.

 Kegelisahan

 Merasa mudah lelah

 Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

 Iritabilitas

 Ketegangan otot

 Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah

dan tidak memuaskan)

 Gangguan yang terjadi tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan

gangguan mental lainnya.

 Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan penderitaan

yang bermakna secara klinis atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan

atau fungsi penting lain.

 Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung

dari suatu zat atau kondisi medis umum dan tidak terjadi semata-mata

selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan

perkembangan pervasif.3

Gejala klinis Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi4:

 Pasien menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak

18
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja

(free floating atau mengambang).

 Gejala-gejala tersebut bisaanya mencakup unsur-unsur berikut:

 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung

tanduk, sulit berkonsentrasi, dll).

 Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat

santai, dsb).

 Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi,

takipnea, jantung berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing

kepala, mulut kering, dan gangguan lainnya)

 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang menonjol

 Adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama

gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi

kriteria lengkap dari episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik

(F40) gangguan panik (F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42).

Penyebab gangguan cemas menyeluruh dapat diakibatkan karena

pengaruh biologi, genetik, psikoanalitik, dan kognitif-perilaku. Diagnosis

banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi medis

yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes

kimia darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus

menyingkirkan intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulan, putus alkohol

dan putus sedatif atau hipnotik.5

19
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan

menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan

farmakoterapi.4,5,6

1) Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi :

 Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka

panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung

menjawab distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab

keluhan somatik secara langsung.

 Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan

bagi pasien.

 Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik

bawah sadar dan mengenali kekuatan ego pasien.

2) Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang

penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan

menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses

penyembuhan.

3) Farmakoterapi

 Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat

yang mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi

dan keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek

anti anxietas, anti konvulsan, anti insomnia, premedikasi tindakan

operatif. Benzodiazepin bekerja dengan cara meningkatkan efek

20
neurotransmier GABA yang berakibat pada inhibisi fungsi eksitasi

sehingga dapat menimblkan kantuk, menekan kecemasan, anti

kejang, melemaskan otot, dan dapat mengakibatkan amnesia. 5,6

 Diazepam :”broadspectrum”

 Nitrazepam :dosis anti anxietas dan anti insomnia berdekatan

lebih efektif sebagai anti insomnia

 Clobazam :”psychomotor performance” paling kurang

terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut

yang ingin tetap aktif

 Lorazepam :”short half life benzodiazepine ”, untuk pasien

pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.

 Alprazolam :efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of

action

lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti

depresi.

21
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan Poliklinik RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang


pada tanggal 30 September 2015 jam 13.00 WITA.
M : Pemeriksa
P : Pasien

M : sealamat siang Ibu. Saya dokter muda Maichel. Boleh minta waktu
sebentar?
P : oh, iya bleh dokter
M: makasih Ibu, kita boleh mau tanya-tanya sama Ibu?
P: boleh dokter.
M: ibu nama siapa kan?
P: kita penama ibu L.S
M: ibu umur berapa dank?
P: 61 tahun dokter. Kalau dokter dank umur berapa:
M: kalau kita 23 tahun ibu. Terus, ibu tinggal d mana dank?
P: tinggal di wonasa dokter.
M: ohh..begitu yah ibu. Terus ibu datang berobat kesini keluhan apa dank
ibu?
P: begini dokter, kita ini datang berobat kemari karena kita mengalami
gangguan cemas dokter.
M: gangguan cemas bagaimna ibu? Kenpa ibu bisa tau ibu mengalami
gangguan cemas?
P: kita rasa-rasa tako dokter melakukan akttivitas-aktivitas hari-hari dokter,
karena kita tako kalau tiba-tiba kita pe gangguan cemas datang kita pasti
langsung berenti malakukan apa-apa, makanya itu yang bikin kita tako
melakukan aktivitas, kita tako kita pepekrjaan nda mau kelar nanrti dokter.
Kita tau kita megalami gangguan cemas karena kita so berobat rutin dari
tahun 1980 dokter.

22
M: oh, jadi so lama dan ibu. Terus apa semua yang ibu rasa kalau mengalami
gangguan cemas?
P: yang kita rasa dokter, pokoknya kita takut, terus kadang kita sampai
keringat dingin, tangan biasa langsung dingin, kita jadi pucat, kadang sampe
kita pejantung bapukul-pukul dokter terus kita bahosa.
M: terus kalau ibu dapat serangan begitu pas lagi bikin apa ibu? Terus apa
yang ibu bikin?
P: kita dapat itu tiba-tiba dokter. Kadang lagi smntra basesapu, atau
memasakk, atau kadang juga saat lagi nonton tv dokter. Makanaya kalau
melakukan aktivitas kita selalu minta ditemani dokter. Karena kita cemas
kalau sendiri dokter.
M: ibu dengan siapa datang ke rumah sakit dank ini?
P: kita datang dengann kita pe anak cewe dokter, karena kita nda bisa kemna-
kemana kalau cuman sendiri dokter, bahkan kalau kita mau mandi, BAB dan
BAK harus ditemani dokter karena kita takut.
M: terus kapann dank mulai muncul gejala begitu ibu? Apa dia punya
penyebab?
P: muncul pertama dokter sekitar tahun 1980 dokter, itu waktu kita punya
anak kedua, saat itu kita lagi ajar-ajar kita pe anak menulis dam membaca
terus kita punya pemikiran cemas mulai muncul. Kita tako jangan-jangan
nanti kita punya anak nda berhasil. Terus sebelum kejadian itu kita dokter so
diagnosis dengan darah tinggi, jadi kita so tako leh kalau kita mau cepat mati.
Jadi itu noh awal mulanya kita alami gangguan cemas dokter.
M: oh, begitu yah ibu. Terus selama ini ibu so minum-minum obat dank?
P: Iya dokter semenjak kejadian itu kita jadi sering kontrol rutin dan minum
obat dokter, karena kalau nda minum obat kita mau gangguan cemas terus
dokter. Sedangkan kalau nda minum obat dia tiba-tiba muncul dokter.
M: terus hubungan dengan anggota keluarga atau lingkungan sekita bagaimna
ibu?
P: kalau itu semua baik-baik dokter, kita tetap bisa berkomunikasi dan
membangun hubungan dengan keluarga. Kita juga tetap bisa keluar dan

23
bicara-bicara dengan tetangga. Yang penting kita ada teman noh dokter.
Kerena kalau cuman sendiri kita pasti takut dokter.
M: terus ibu sering tabangun malam?
P: iya dokter kita kadang tabngun tengah malam, terus kalau so tabangun
kadang so susah tidur noh dokter.
M: terus ibu ada pernah dengar-dengar suara-suara atau liat yang aneh-aneh?
P: hahaha.. kalau itu nda ada dokter. Kita cman murni gangguan cemas
dokter.
M: ibu punya masak anak-anak smpai dewasa bagimana ibu?
P: kalau yang itu dokter semua normal noh dokter sama seperti orang-orang
yang lain. Jadi kita biasa-biasa noh semua.
M: baguslah kalau begitu ibu. Terus ibu so dapat obat tadi waktu baperiksa?
P: sudah dokter napa kita so dapat resep selema 1 bulan.
M: baguslah ibu. Kalau begitu obatnya diminum teratur yah ibu. Supaya
gangguan cemas nda sering-sering muncul
P: iya dokter makasih buat saranya.
M: terimakasih juga buat waktunya ibu. Hati-hati dijalan pulang
P: sama-sama dokter.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.

2. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.

Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia, 2004.

3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistica Manual

of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;

Washington DC. 2013.

4. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

FKUI; 2001.

5. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa

Aksara; 1997. p. 17-67, 284.

6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga.

Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001

25
26

Anda mungkin juga menyukai