DOKTER INTERNSHIP
Disusun Oleh:
Pembimbing
SULAWESI TENGAH
2018
1
LAPORAN STATUS UJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. LS
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Manado, 13 Juni 1954
Status perkawinan : Sudah menikah
Jumlah anak :4
Pendidikan terakhir : SMA
Perkerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Wonasa, kec.wonasa Kota Manado
Cara datang : bersama dengan anak perempuan pasien
Tanggal pemeriksaan : 30 September 2015
Tempat pemeriksaan : Poliklinik RS. Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang dan Home visit ke rumah pasien.
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan cemas dan takut dalam melakukan kegiatan
hari-hari.
2
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang bersama anak perempuannya ke poliklinik Psikiatri di RS.
Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan keluhan cemas dalam
melakukan kegiatan hari-hari. Cemas dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Rasa
cemas yang dialami pasien ketika pasien sedang melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mencuci, memasak tidur, BAB, BAK bahkan saat sedang mandi. Karena
sakitnya tersebut membuat pasien harus ditemani untuk melakukan kegiatan-
kegiatan sehari-hari. Bahkan saat ini kegiatan yang dilakukan pasien sangat
terbatas karena rasa cemas yang dialaminya.
Rasa cemas yang dialami pasien sudah menteap semenjak tahun 1980.
Cemas tersebut bermula ketika sedang merawat dan membesarkan anak kedua.
Pada saat itu ketika pasien sedang menagajarkan anaknya belajar menulis dan
berhitung dia mulai cemas kalau anaknya nanti tidak akan berhasil. Pemicu lain
yang menyebabkan pasien mengalami cemas ketika pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan didiagnsosis dengan hipertensi. Sejak saat itu juga pasien
takut kalau tiba-tiba dia bisa mati kapan saja. Hal itu yang menjadi pemicu
kecemasan pasien hingga saat ini. Makanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
pasti pasien selalu minta ditemani oleh orang lain.
Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam hari apabila terjadi
serangan cemas. Dan apabila sudah terbangun malam hari sangat sulit buta pasien
untuk tidur kembali. Oleh sebab itu sejak tahun 1980 pasien telah rutin
mengkonsumsi obat-obat kecemasan dan rutin kontrol ke dokter spesialis
kejiwaan.
Saat serangan cemas pasien merasakan kaeringat dingin, tangan kaki
menjadi dingin dan berkeringat, terkadang muka sampai pucat, bahkan sesekali
bisa membuat pasien merasakan sulit bernafas seperti asma.
Pasien menyangkal mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan yang
aneh. Menurut pasien sampai saat ini dia tidak keluhan-keluhan kejiwaan yag lain,
selain dari gangguan cemas yang telah lama dialami oleh pasien. Nafsu makan
pasien sampai saat ini baik-baik saja dan pasien tidak ada keluhan dalam hal BAB
dan BAK.
3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatrik
Pasien telah mengalami gangguan cemas sejak tahun 1980 dan
telahh rutin berobat ke dokter ahli kejiwaan.
2. Riwayat gangguan medis
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan sudah meminum obat
hipertensi teratur yang didapat dari dokter. Selain hipertensi tidak ada
gangguan medis lainnya yang patut diperhatikan.
4
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar,
pasien dekat dengan ibunya dan akan menangis saat berpisah dari
ibunya.
Menurut pasien, dirinya merupakan anak yang manja dengan orang
tua. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya harmonis.
Pasien sering bermain dengan tetangganya.
5
1. Riwayat Pendidikan
Pasien sangat rajin belajar dan mempunyai minat tinggi untuk
meraih pendidikan. Pendidikan akhir pasien adalah SMA.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari pasien
melakukan tugas-tugas yang dilakukan oleh IRT seperti mencuci,
memasak, menyapu dan membereskan barang-barang di rumah. Tapi
setelah pasien menderita gangguan cemas, pasien tidak lagi melakukan
tugas-tugas yang pernah dikerjakan dahulu, bahka kalaupun pasien akan
melakukan sesuatu pasien harus terus ditemani.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki empat orang anak. Hubungan
dengan suami baik.Hubungan pasien dengan anak-anaknya dekat dan
harmonis.
Pasien kadang memiliki masalah dengan pernikahan pasien tetapi
masalah tersebut masih dapat terpecahkan oleh pasien dan istrinya.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan. Pasien aktif dalam pelayanan di
gereja dengan keluarganya.
6
8. Denah Rumah
WC Dapur
Kamar tidur
Kamar tidur
Ruang Keluarga
Kamar tidur
pasien
9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Hubungan pasien
dengan aggota keluarga harmonis. Pasien dibesarkan langsung oleh kedua
orang tua. Menurut pasien, keluarga tidak ada yang menderita sakit yang
sama dengannya.
7
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Meninggal
2. Kesadaran
Compos mentis.
8
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon
saat diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata. Perhatian
pasien focus terhadap pemeriksa.
C. Pembicaraan
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab
dengan jawaban yang cepat dan jelas. Artikulasi jelas, volume sedang dan
intonasi jelas, isi pembicaraan cukup luas.
D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan.
E. Pikiran
1. Arus pikiran : Koheren
2. Isi pikiran : waham(-), obsesi(-), kompulsi(-), fobia(-)
2. Orientasi
Orientasi waktu : pasien dapat membedakan siang dan malam.
9
Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.
Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.
3. Daya ingat
Jangka panjang : Baik. Pasien dapat mengingat nama teman dan
kerabat lamanya.
Jangka sedang : Baik/tidak terganggu.
Jangka pendek : Baik. Pasien mengingat apa yang dia kerjakan
sebelumnya.
Segera : Baik. Pasien dapat mengingat dan mengulang kata-
kata yang diucapkan pemeriksa.
G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang
cukup lama dengan baik dan tenang.
10
2. Tilikan
Derajat Tilikan 6 : Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
11
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak
dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX),
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
12
kegiatan sehari-hari. Bahkan saat ini kegiatan yang dilakukan pasien sangat
terbatas karena rasa cemas yang dialaminya.
Rasa cemas yang dialami pasien sudah menteap semenjak tahun 1980.
Cemas tersebut bermula ketika sedang merawat dan membesarkan anak kedua.
Pada saat itu ketika pasien sedang menagajarkan anaknya belajar menulis dan
berhitung dia mulai cemas kalau anaknya nanti tidak akan berhasil. Pemicu lain
yang menyebabkan pasien mengalami cemas ketika pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan didiagnsosis dengan hipertensi. Sejak saat itu juga pasien
takut kalau tiba-tiba dia bisa mati kapan saja. Hal itu yang menjadi pemicu
kecemasan pasien hingga saat ini. Makanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
pasti pasien selalu minta ditemani oleh orang lain.
Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam hari apabila terjadi
serangan cemas. Dan apabila sudah terbangun malam hari sangat sulit buta pasien
untuk tidur kembali. Oleh sebab itu sejak tahun 1980 pasien telah rutin
mengkonsumsi obat-obat kecemasan dan rutin kontrol ke dokter spesialis
kejiwaan.
Saat serangan cemas pasien merasakan kaeringat dingin, tangan kaki
menjadi dingin dan berkeringat, terkadang muka sampai pucat, bahkan sesekali
bisa membuat pasien merasakan sulit bernafas seperti asma.
Pasien menyangkal mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan yang
aneh. Menurut pasien sampai saat ini dia tidak keluhan-keluhan kejiwaan yag lain,
selain dari gangguan cemas yang telah lama dialami oleh pasien. Nafsu makan
pasien sampai saat ini baik-baik saja dan pasien tidak ada keluhan dalam hal BAB
dan BAK.
13
Pada Aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah paranoid. Hal ini dilihat
dari pasien memiliki kecenderungan untuk menyimpan dendam, misalnya
menolak untuk memaafkan suatu penghinaan atau masalah kecil. Perasaan
bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang
ada.
Pada aksis III ditemukan bahwa pasien mengaku dirinya memiliki riwayat
hipertesi sejak tahun 1980.
Pada aksis IV, ditemukan masalah pekerjaan dan lingkungan sosial,
dengan bertambah buruknya gejala menyebabkan pasien berhenti bekerja dan
menolak untuk keluar rumah dikarenakan pasien takut terkena serangan
sedangkan tidak ada keluarga yang mendampingi.
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 71-
80. Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan
dan lain-lain.
GAF scale High Level Past Year HLPY 80-71 yakni gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll
14
IX. PROBLEM
a. Organobiologik : Tidak ada
b. Psikologik : Ditemukan adanya gejala berupa kecemasan dan
ketakutan akan terjadi gejala yang sama pada dirinya dengan gejala
otonomik seperti terasa lemas, sesak nafas, keringat dingin dan
jantung berdebar .
c. Lingkungan sosial dan ekonomi: tidak ada masalah dengan
lingkungan sosial dan ekonomi
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
Alprazolam 1mg 2x1
B. Psikoterapi
a. Terhadap pasien
15
b. Terhadap keluarga pasien
teratur
pengobatan.
XI. PROGNOSIS
A. Ad vitam : Bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam
XII. ANJURAN
Untuk pasien, diberikan nasehat edukasi untuk mengerti kondisinya,
memberikan motivasi yang kuat untuk bisa sembuh dengan rajin dan rutin
minum obat.
Untuk keluarga, memberikan perhatian serta kasih sayang kepada
pasien dengan tulus. Dengan begitu pasien juga mempunyai motivasi untuk
sembuh dan tidak memiliki baban dalam menghadapi sakitnya. Karena peran
keluarga sangat penting.
16
XIII. DISKUSI
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai
kurang lebih 25 persen dari populasi umum selama periode kehidupan mereka.
menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh pasien cemas, gelisah, tekanan
17
Pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini.
Kegelisahan
Iritabilitas
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah
dari suatu zat atau kondisi medis umum dan tidak terjadi semata-mata
perkembangan pervasif.3
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak
18
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
santai, dsb).
kimia darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus
19
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan
farmakoterapi.4,5,6
1) Psikoterapi
bagi pasien.
2) Sosioterapi
penyembuhan.
3) Farmakoterapi
20
neurotransmier GABA yang berakibat pada inhibisi fungsi eksitasi
Diazepam :”broadspectrum”
action
depresi.
21
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
M : sealamat siang Ibu. Saya dokter muda Maichel. Boleh minta waktu
sebentar?
P : oh, iya bleh dokter
M: makasih Ibu, kita boleh mau tanya-tanya sama Ibu?
P: boleh dokter.
M: ibu nama siapa kan?
P: kita penama ibu L.S
M: ibu umur berapa dank?
P: 61 tahun dokter. Kalau dokter dank umur berapa:
M: kalau kita 23 tahun ibu. Terus, ibu tinggal d mana dank?
P: tinggal di wonasa dokter.
M: ohh..begitu yah ibu. Terus ibu datang berobat kesini keluhan apa dank
ibu?
P: begini dokter, kita ini datang berobat kemari karena kita mengalami
gangguan cemas dokter.
M: gangguan cemas bagaimna ibu? Kenpa ibu bisa tau ibu mengalami
gangguan cemas?
P: kita rasa-rasa tako dokter melakukan akttivitas-aktivitas hari-hari dokter,
karena kita tako kalau tiba-tiba kita pe gangguan cemas datang kita pasti
langsung berenti malakukan apa-apa, makanya itu yang bikin kita tako
melakukan aktivitas, kita tako kita pepekrjaan nda mau kelar nanrti dokter.
Kita tau kita megalami gangguan cemas karena kita so berobat rutin dari
tahun 1980 dokter.
22
M: oh, jadi so lama dan ibu. Terus apa semua yang ibu rasa kalau mengalami
gangguan cemas?
P: yang kita rasa dokter, pokoknya kita takut, terus kadang kita sampai
keringat dingin, tangan biasa langsung dingin, kita jadi pucat, kadang sampe
kita pejantung bapukul-pukul dokter terus kita bahosa.
M: terus kalau ibu dapat serangan begitu pas lagi bikin apa ibu? Terus apa
yang ibu bikin?
P: kita dapat itu tiba-tiba dokter. Kadang lagi smntra basesapu, atau
memasakk, atau kadang juga saat lagi nonton tv dokter. Makanaya kalau
melakukan aktivitas kita selalu minta ditemani dokter. Karena kita cemas
kalau sendiri dokter.
M: ibu dengan siapa datang ke rumah sakit dank ini?
P: kita datang dengann kita pe anak cewe dokter, karena kita nda bisa kemna-
kemana kalau cuman sendiri dokter, bahkan kalau kita mau mandi, BAB dan
BAK harus ditemani dokter karena kita takut.
M: terus kapann dank mulai muncul gejala begitu ibu? Apa dia punya
penyebab?
P: muncul pertama dokter sekitar tahun 1980 dokter, itu waktu kita punya
anak kedua, saat itu kita lagi ajar-ajar kita pe anak menulis dam membaca
terus kita punya pemikiran cemas mulai muncul. Kita tako jangan-jangan
nanti kita punya anak nda berhasil. Terus sebelum kejadian itu kita dokter so
diagnosis dengan darah tinggi, jadi kita so tako leh kalau kita mau cepat mati.
Jadi itu noh awal mulanya kita alami gangguan cemas dokter.
M: oh, begitu yah ibu. Terus selama ini ibu so minum-minum obat dank?
P: Iya dokter semenjak kejadian itu kita jadi sering kontrol rutin dan minum
obat dokter, karena kalau nda minum obat kita mau gangguan cemas terus
dokter. Sedangkan kalau nda minum obat dia tiba-tiba muncul dokter.
M: terus hubungan dengan anggota keluarga atau lingkungan sekita bagaimna
ibu?
P: kalau itu semua baik-baik dokter, kita tetap bisa berkomunikasi dan
membangun hubungan dengan keluarga. Kita juga tetap bisa keluar dan
23
bicara-bicara dengan tetangga. Yang penting kita ada teman noh dokter.
Kerena kalau cuman sendiri kita pasti takut dokter.
M: terus ibu sering tabangun malam?
P: iya dokter kita kadang tabngun tengah malam, terus kalau so tabangun
kadang so susah tidur noh dokter.
M: terus ibu ada pernah dengar-dengar suara-suara atau liat yang aneh-aneh?
P: hahaha.. kalau itu nda ada dokter. Kita cman murni gangguan cemas
dokter.
M: ibu punya masak anak-anak smpai dewasa bagimana ibu?
P: kalau yang itu dokter semua normal noh dokter sama seperti orang-orang
yang lain. Jadi kita biasa-biasa noh semua.
M: baguslah kalau begitu ibu. Terus ibu so dapat obat tadi waktu baperiksa?
P: sudah dokter napa kita so dapat resep selema 1 bulan.
M: baguslah ibu. Kalau begitu obatnya diminum teratur yah ibu. Supaya
gangguan cemas nda sering-sering muncul
P: iya dokter makasih buat saranya.
M: terimakasih juga buat waktunya ibu. Hati-hati dijalan pulang
P: sama-sama dokter.
24
DAFTAR PUSTAKA
FKUI; 2001.
5. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa
25
26