ASTHMA BRONCHIALE
DI RUANG PARU
RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh :
SYAMSU RIZALI
NIM I1B108626
Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Asthma Bronchiale di Ruang Paru
RSUD Ulin Banjarmasin
Dengan ini telah disetujui pembuatannya oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing
Akademik sebagai penugasan individu dalam Stase Keperawatan Medikal Bedah Program
Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Tahun 2012
Menyetujui
_______________________ ______________________
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ASTHMA BRONCHIALE
1
b. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan
dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi
saluran nafas.
c. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asthma tetapi sebagai pencetus asthma,
karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asthma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan
anak-anak.
d. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila
melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda
paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan
jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
e. Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
f. Polusi udara
Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau
yang tajam.
g. Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 – 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah lingkungan
kerja.
3. Patofisilogis
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang
ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi
itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan
lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC).
2
Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel
Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk
berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang
ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua
kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang
sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk
Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan
menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow
releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of
anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi
utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil
yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang
berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya
saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak
merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya
akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut,
(Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma
intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik
terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur,
debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain.
Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang
bersifat sebagai iritan seperti : ozon , eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca,
aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain.
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi
mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang
3
jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi
memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan
diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit
sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya
suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan
tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia.
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil
Sesak napas
Hiperventilasi
4
4. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
a. Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure)
terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada
keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan
serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis
mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-perubahan
cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita.
Parasimpatik Simpatik
Bronchospasme Bronchokonstriksi
5
Reaksi
Astma ekstrinsik hipersensitivitas Stimulus B limfosit
terhadap alergan
5. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang terjadi adalah :
- Batuk
- Dispnue
- Suara wheezing / mengik
a. Serangan Asma
- Seringkali pada malam hari
- Mendadak, dengan batuk dan sensasi sesak dada
- Pernafasan melambat, lobarius dan wheezing (+)
- Ekspirasi lebih kuat dan lama daripada inspirasi
- Obstruksi jalan nafas, membuat sensasi dispnue
- Batuk susah dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat
dengan soutum yang berbeda daripada lendir encer
- Total serangan dapat berlangsung selama beberapa menit sampai dengan
beberapa jam dan dapat menghilang secara spontan
6
b. Tanda-tanda lanjut
- Sianosis sekunder akibat hipoksia berar
- Gejala-gejala retensi Karbonmonoksida (misalnya berkeringat, takikardia, dan
desakan nadi melebar)
c. Reaksi yang berhubungan
- Eksem
- Urtikaria
- Edema Angioneurotik
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan spinometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen B;1998).
b. Tes provokasi brokial.
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih,(Karnen B.;1998).
c. Pemeriksan tes kulit.
Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d. Laboratorium.
1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia,
hyperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema
mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya.
Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
3) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500 /mm3
baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal
7
antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel
eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
e. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik
diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektosis dan lain – lain.
f. Elektrokardiogram
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena
hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus
takikardi – sering terjadi pada asthma.
7. Komplikasi
a. Pneumothoraks
b. PPOK
c. Gagal nafas
8. Penatalaksanaan
Waktu serangan :
a. Bronkodilator
- Golongan adrenergik:
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit, apabila
belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit
kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc.
- Golongan methylxanthine:
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara intravena,
pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin dapat diberikan apabila
sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak memberi hasil.
8
- Golongan antikolinergik:
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah menghambat
enzym Guanylcyclase.
b. Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang setuju
tetapi juga ada yang tidak setuju.
c. Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.
Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
d. Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis infeksi,
ada infeksi sekunder.
e. Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa ekspektoran
adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat (ekspektorans)
Diluar serangan :
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari cell mast
atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast, mencegah
pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis,
mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).
9
b. Diluar serangan
- Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa pengobatannya,
apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari
timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah
menghindari paparan terhadap alergen.
- Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
- Relaksasi/kontrol emosi.
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.
10
3) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas
atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asthma
frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh
lingkungan.
5) Riwayat spikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan
asthma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai
lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi
serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain
sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula.
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga
klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang
memungkinkan tidak terjadi serangan asthma.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali
terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea
saat makan, laju metabolisme serta ansietas yang dialami klien
c) Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk,
kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.
d) Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien.
11
Adanya wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan
istirahat klien.
e) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma
yang disebut dengan Exerase Induced Asthma.
f) Pola hubungan dan peran
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien
baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt
menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah
juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang
ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan
asthma yang berulang.
h) Pola sensori dan kognetif
Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan memepengaruhi konsep diri klien
dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga
kemungkinan terjadi serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi.
i) Pola reproduksi seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi
stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.
j) Pola penangulangan stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh
terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pendekatan diri pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang
konstruktif
12
7) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat
klien
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan
klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.
e) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rhinitis alergi dan fungsi
olfaktori.
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
h) Thoraks
(1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan
irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
(2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
13
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
(4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
i) Kardiovaskuler.
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta
adanya pulsus paradoksus.
j) Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi
karena dapat nutrisi.
k) Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas
karena dapat merangsang serangan asthma.
8) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spinometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asthma.
b) Tes provokasi brokial.
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di
anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih.
c) Pemeriksan tes kulit.
Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d) Laboratorium.
(1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia,
hyperkapnea, dan asidosis respiratorik.
14
(2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema
mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya.
Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
(3) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500
/mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil
normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung
jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
e) Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik
diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektosis dan lain – lain.
f) Elektrokardiogram
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena
hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus
takikardi – sering terjadi pada asthma.
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data
merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi
kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan
susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data
dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah
keperawatan.
15
Clinical Pathway Keperawatan Asthma Bronchiale:
Serangan paroksimal
Usaha bernafas
Kelelahan Gangg. Nutrisi dan
meningkat
Cairan
Gangguan Aktivitas /
Istirahat
16
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh; resiko dengan faktor resiko meningkatan
laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas
f. Infeksi, resiko dengan fakor resiko retensi sekresi, batuk tidak efektif dan
imobilisasi
g. Kelelahan; Faktor yang berhubungan dengan retensi CO2 hipoksemia, emosi
terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.
h. Intolerasni Aktivitas Faktor yang berhubungan dengan kondisi internal, kesulitan
bernafas
i. Kurang Pengetahuan Faktor yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang kondisi dan perawatan diri saat pulang.
17
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN YANG BISA DITERAPKAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d NOC : NIC :
bronkospasme Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency Airway Management
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan Aspiration Control
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk thrust bila perlu
mempertahankan kebersihan jalan nafas. Kriteria Hasil :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Batasan Karakteristik : suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
nafas buatan
-Dispneu, Penurunan suara nafas dan dyspneu (mampu mengeluarkan
Pasang mayo bila perlu
- Orthopneu sputum, mampu bernafas dengan mudah,
- Cyanosis tidak ada pursed lips) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Kesulitan berbicara tidak merasa tercekik, irama nafas, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-Batuk, tidak efekotif atau tidak ada frekuensi pernafasan dalam rentang Lakukan suction pada mayo
- Mata melebar normal, tidak ada suara nafas abnormal) Berikan bronkodilator bila perlu
- Produksi sputum Mampu mengidentifikasikan dan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Gelisah mencegah factor yang dapat menghambat Atur intakeuntuk cairan mengoptimalkan
-Perubahan frekuensi dan irama nafas jalan nafas keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Faktor-faktor yang berhubungan:
-Lingkungan : merokok, menghirup asap
rokok, perokok pasif-POK, infeksi
-Fisiologis : disfungsi neuromuskular,
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
-Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas,
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya
eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas.
18
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
jantung. Kriteria Hasil : thrust bila perlu
Mendemonstrasikan peningkatan Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam
Memelihara kebersihan paru paru dan nafas buatan
oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di
bebas dari tanda tanda distress Pasang mayo bila perlu
dalam membran kapiler alveoli
pernafasan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan batuk efektif dan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Gangguan penglihatan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
dan dyspneu (mampu mengeluarkan
Penurunan CO2 Lakukan suction pada mayo
sputum, mampu bernafas dengan mudah,
Takikardi Berika bronkodilator bial perlu
tidak ada pursed lips)
Hiperkapnia Barikan pelembab udara
Tanda tanda vital dalam rentang normal
Keletihan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
somnolen keseimbangan.
Iritabilitas Monitor respirasi dan status O2
Hypoxia
kebingungan Respiratory Monitoring
Dyspnoe
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
nasal faring
respirasi
AGD Normal
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
sianosis
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
supraclavicular dan intercostal
Hipoksemia
hiperkarbia
Monitor suara nafas, seperti dengkur
sakit kepala ketika bangun Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal Catat lokasi trakea
Faktor faktor yang berhubungan : Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
ketidakseimbangan perfusi ventilasi paradoksis )
perubahan membran kapiler-alveolar Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
19
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
3 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau Respiratory status : Airway patency Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
ekspirasi tidak adekuat Vital sign Status thrust bila perlu
Kriteria Hasil : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan batuk efektif dan Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis nafas buatan
- Penurunan pertukaran udara per menit dan dyspneu (mampu mengeluarkan
Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Nasal flaring tidak ada pursed lips)
jalan nafas yang paten Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Dyspnea Menunjukkan
- Orthopnea (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Perubahan penyimpangan dada frekuensi pernafasan dalam rentang Lakukan suction pada mayo
- Nafas pendek normal, tidak ada suara nafas abnormal) Berikan bronkodilator bila perlu
- Assumption of 3-point position Tanda Tanda vital dalam rentang normal Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Pernafasan pursed-lip (tekanan darah, nadi, pernafasan) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama keseimbangan.
- Peningkatan diameter anterior-posterior Monitor respirasi dan status O2
- Pernafasan rata-rata/minimal : > 24
- Kedalaman pernafasan Terapi Oksigen
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
istirahat Pertahankan jalan nafas yang paten
- Timing rasio Atur peralatan oksigenasi
- Penurunan kapasitas vital Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Faktor yang berhubungan : Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Hiperventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
- Deformitas tulang oksigenasi
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi/kelelahan Vital sign Monitoring
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Obesitas Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Posisi tubuh Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
- Kelelahan otot pernafasan berdiri
- Hipoventilasi sindrom Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Nyeri Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Kecemasan setelah aktivitas
20
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
- Disfungsi Neuromuskuler Monitor kualitas dari nadi
- Kerusakan persepsi/kognitif Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang Monitor suara paru
belakang Monitor pola pernapasan abnormal
- Imaturitas Neurologis Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
21
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan NOC : NIC :
tubuh b/d dyspneu Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
Intake Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Nutritional Status : nutrient Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
keperluan metabolisme tubuh. Weight control kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Adanya peningkatan berat badan sesuai
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal vitamin C
dengan tujuan
- Dilaporkan adanya intake makanan yang Berikan substansi gula
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
kurang dari RDA (Recomended Daily Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
badan
Allowance) untuk mencegah konstipasi
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat Berikan makanan yangterpilih (sudah
nutrisi
- Kelemahan otot yang digunakan untuk dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
menelan/mengunyah Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
Menunjukkan peningkatan fungsi
- Luka, inflamasi pada rongga mulut harian.
pengecapan dari menelan
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Tidak terjadi penurunan berat badan
mengunyah makanan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
yang berarti
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah Nutrition Monitoring
makanan BB pasien dalam batas normal
- Miskonsepsi Monitor adanya penurunan berat badan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Keengganan untuk makan dilakukan
- Kram pada abdomen Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Tonus otot jelek Monitor lingkungan selama makan
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
- Kurang berminat terhadap makanan makan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Diare dan atau steatorrhea Monitor turgor kulit
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Suara usus hiperaktif Monitor mual dan muntah
- Kurangnya informasi, misinformasi Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
Faktor-faktor yang berhubungan : Monitor makanan kesukaan
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna Monitor pertumbuhan dan perkembangan
22
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis konjungtiva
atau ekonomi. Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme Knowledge : Infection control Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
patogen Risk control Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor resiko : Klien bebas dari tanda dan gejala Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
- Prosedur Infasif infeksi saat berkunjung dan setelah berkunjung
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk Mendeskripsikan proses penularan meninggalkan pasien
menghindari paparan patogen penyakit, factor yang mempengaruhi Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Trauma penularan serta penatalaksanaannya, Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
-Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan Menunjukkan kemampuan untuk kperawtan
lingkungan mencegah timbulnya infeksi
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Ruptur membran amnion Jumlah leukosit dalam batas normal
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
- Agen farmasi (imunosupresan) Menunjukkan perilaku hidup sehat
alat
- Malnutrisi
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
-Peningkatan paparan lingkungan patogen
sesuai dengan petunjuk umum
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
-Tidak adekuat pertahanan sekunder kandung kencing
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi) Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
pH, perubahan peristaltik) Monitor hitung granulosit, WBC
- Penyakit kronik Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
23
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
24
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
a. melaporkan secara verbal adanya kelelahan hari (ADLs) secara mandiri Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
atau kelemahan. sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau diinginkan
nadi terhadap aktifitas Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia kursi roda, krek
atau iskemia Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
beraktivitas. luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
Faktor factor yang berhubungan : kekurangan dalam beraktivitas
Tirah Baring atau imobilisasi Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
Kelemahan menyeluruh beraktivitas
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dengan kebutuhan dan penguatan
Gaya hidup yang dipertahankan. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
25
No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi
perilaku tidak sesuai. melaksanakan prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang tepat
secara benar 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, kembali apa yang dijelaskan perawat/tim yang tepat
interpretasi terhadap informasi yang salah, kesehatan lainnya 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, dengan cara yang tepat
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. 7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukungpasien untukmengeksplorasiatau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
26
4. Implementasi Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat . Seperti
tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan antara lain :
a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
b. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan
c. Memberikan asuhan keperawatan
d. Melanjutkan pengumpulan data
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
b. Untuk melakukan pengkajian ulang
Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan
prilaku klien :
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan
tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan
27
DAFTAR PUSTAKA
Sundaru, Heru. 1995. Asma, Apa dan Bagaimana Pengobatannya. Edisi III