Anda di halaman 1dari 9

Online first

Dipublikasikan pada tanggal 7 November 2018

Mekanisme Kompleks Sepsis dan Syok Septik

1
Diana S. Purwanto, 2Dalima A.W. Astrawinata

1
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Email: dianashintapurwanto@unsrat.ac.id

Abstract: Sepsis and septic shock are still important medical problems. As sepsis progresses
to septic shock, the risk of death increases significantly. Sepsis is a complex mechanism which
can include infectious pathogen with its virulence factors, host response, inflammatory
response, impaired coagulation system, and organ dysfunction. The complexity of the
pathogenesis and pathophysiology of sepsis involves almost all types of cells, tissues, and
organ systems.
Keywords: sepsis, septic shock

Abstrak: Sepsis dan syok septik masih merupakan masalah medis yang penting. Seiring
penjalanan sepsis menjadi syok septik, risiko kematian meningkat secara signifikan. Sepsis
ialah mekanisme kompleks yang dapat meliputi patogen penyebab infeksi dengan faktor
virulensinya, respon pejamu, respon inflamasi, sistem koagulasi yang terganggu, dan disfungsi
organ. Kompleksnya patogenesis dan patofisiologi sepsis melibatkan hampir semua jenis sel,
jaringan, dan sistem organ.
Kata kunci: sepsis, syok septik

Sepsis dan sepsis berat merupakan pasien systemic inflammatory response


penyebab utama kematian pada pasien syndrome (SIRS) non-infeksi yang salah
kritis yang dirawat di ruang perawatan didiagnosis sebagai sepsis, dapat secara
intensif (intensive care units/ICU) di tidak tepat diobati dengan antibiotik spek-
Amerika Serikat.1 Penelitian metaanalisis trum luas, sehingga menunda pengobatan
oleh Jawad et al.2 mendapatkan bahwa inflamasi sistemik yang mendasari dan
insidens sepsis dalam populasi berkisar 22- memberikan kontribusi untuk munculnya
240 kasus per 100.000 orang, sepsis berat resistensi antibiotik.3
13-300 kasus per 100.000 orang, dan syok Kompleksnya patogenesis dan patofis-
septik 11 kasus per 100.000 orang, dengan logi sepsis melibatkan hampir semua jenis
angka kematian mencapai 30% untuk sel, jaringan, dan sistem organ. Dalam
sepsis, 50% untuk sepsis berat, dan 80% artikel ini dibahas definisi, etiologi, dan
untuk syok septik. patogenesis/patofisiologi sepsis dan syok
Sampai saat ini sepsis dan syok septik septik yang meliputi patogen penyebab
masih merupakan tantangan besar bagi infeksi dengan faktor virulensinya, respon
dunia kedokteran. Seiring penjalanan sepsis pejamu, respon inflamasi, sistem koagulasi
menjadi syok septik, risiko kematian yang terganggu, dan disfungsi organ.
meningkat secara signifikan. Setiap jam
keterlambatan pemberian antibiotik telah Definisi
terbukti meningkatkan angka kematian Beberapa konferensi besar telah men-
syok septik sebesar 7,6%. Sebaliknya, definisikan sepsis, sepsis berat, dan syok
septik. Pertama, pada tahun 1991 the disebut PIRO. Huruf P mewakili predispo-
American College of Chest Physicians and sisi, mengindikasikan faktor-faktor yang
Society of Critical Care Medicine (ACCP/ memengaruhi pasien terhadap terjadinya
SCCM) mengajukan konsep SIRS, sepsis, sepsis meliputi faktor genetik, lingkungan,
sepsis berat, dan syok septik. Kriteria SIRS dan kondisi komorbid. Huruf I mewakili
meliputi: 1) suhu tubuh >38◦C atau <36◦C infeksi, termasuk lokasi infeksi, sumber
per oral; 2) frekuensi nadi >90 kali/menit; infeksi, dan jenis organisme. Huruf R
3) frekuensi napas >20 kali/menit atau mewakili respon terhadap adanya infeksi,
PaCO2 <32 mmHg; 4) jumlah leukosit termasuk timbulnya SIRS. Huruf O mewa-
>12.000/µL atau <4.000/ µL atau >10% kili disfungsi organ, termasuk kegagalan
bentuk imatur (batang). Sekurangnya dua sistem organ seperti sistem koagulasi.5
dari empat kriteria di atas harus terpenuhi Definisi baru untuk sepsis dan syok
untuk mendefinisikan SIRS. Meskipun septik telah direkomendasikan oleh SCCM/
SIRS sering terjadi karena infeksi, keadaan ESICM dalam konsensus internasional ke-3
non-infeksi seperti luka bakar, pakreatitis (Sepsis-3) pada tahun 2016. Sepsis didefi-
akut, dan trauma, dapat juga menyebabkan nisikan sebagai disfungsi organ yang meng-
SIRS. Kriteria di atas tidak memasukkan ancam jiwa, disebabkan oleh ketidakmam-
penanda biokimia, seperti C-reactive puan respon pejamu terhadap infeksi.
protein (CRP), prokalsitonin, atau inter- Disfungsi organ dapat diidentifikasi seba-
leukin (IL)-6, yang sering meningkat pada gai perubahan akut sebagai konsekuensi
sepsis. Sepsis didefinisikan sebagai SIRS infeksi yang dirumuskan dalam skor
yang disertai infeksi yang terbukti atau sequential (sepsis-related) organ failure
dicurigai. Sepsis berat adalah sepsis yang assessment (SOFA) ≥2 (Tabel 1). Pene-
disertai dengan satu atau lebih tanda kanan pada disfungsi organ yang mengan-
disfungsi organ, seperti menurunnya fungsi cam jiwa konsisten dengan pandangan
ginjal, hipoksemia, dan perubahan status bahwa cacat seluler mendasari kelainan
mental. Syok septik merupakan sepsis fisiologik dan biokimia sistem organ spesi-
dengan perfusi abnormal dan hipotensi fik. Skor SOFA ≥2 mencerminkan risiko
(tekanan darah sistolik <90 mmHg atau mortalitas rata-rata 10% untuk pasien yang
menurun >40 mmHg di bawah tekanan dirawat di rumah sakit dengan tersangka
darah dasar (baseline) pasien tersebut atau infeksi. Syok septik merupakan bagian dari
tekanan arteri rata-rata <70 mmHg) selama sepsis dengan disfungsi peredaran darah
sekurang-kurangnya 1 jam meskipun telah dan selular/metabolik yang mendasari,
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, dikaitkan dengan peningkatan risiko kema-
atau sepsis yang membutuhkan vasopresor tian. Pasien syok septik dapat diidentifikasi
untuk mempertahankan agar tekanan darah secara klinis yaitu sepsis dengan disertai
sistolik tetap ≥90 mmHg atau tekanan arteri hipotensi menetap yang membutuhkan
rata-rata ≥70 mmHg. Peningkatan laktat vasopresor untuk mempertahankan agar
serum menjadi tanda hipoperfusi jaringan tekanan arteri rata-rata ≥65 mmHg dan
dan syok septik.1,4,5 konsentrasi laktat darah >2 mmol/L (>18
Pada tahun 2001, konferensi definisi mg/dL) meskipun telah dilakukan resusitasi
sepsis internasional diselenggarakan oleh cairan yang adekuat. Risiko mortalitas
SCCM, the European Society of Intensive pasien yang dirawat menjadi >40%.6
Care Medicine (ESICM), the American
College of Chest Physicians (ACCP), the Etiologi
American Thoracic Society (ATS), dan the Masuknya mikroba ke aliran darah
Surgical Infection Society (SIS). Konfe- bukan merupakan sesuatu yang mendasar
rensi ini masih tetap menggunakan definisi terhadap timbulnya sepsis berat, karena
di atas, selain itu mengembangkan konsep infeksi lokal dengan penyebab bakteri yang
sistem penderajatan untuk sepsis berdasar- menghasilkan produk patogen seperti ekso-
kan empat karakteristik terpisah yang toksin, dapat juga memicu respon inflamasi
Tabel 1. Skor sequential organ failure assessment (SOFA)6
Sistem Skor
0 1 2 3 4
Respirasi
PaO2/FIO2, mmHg ≥400 <400 <300 <200 (26,7) dengan <100 (13,3) dengan
(kPa) (53,3) (53,3) (40) bantuan alat respi- bantuan alat respirasi
rasi
Koagulasi
Trombosit, ≥150 <150 <100 <50 <20
×103/μL
Hati
Bilirubin, mg/dL <1,2 1,2-1,9 2,0-5,9 6,0-11,9 ≥12,0
(μmol/L) (<20) (20-32) (33-101) (102-204) (≥204)
Kardiovaskular
MAP ≥70 MAP <70 Dopamin ≤5 Dopamin 5,1-15 Dopamin >15
mmHg mmHg atau atau atau
dobutamin epinefrin ≤0,1 epinefrin >0,1
(semua atau atau
dosis)b norepinefrine ≤0,1b norepinefrine >0,1b
Sistem saraf pusat
Skor Glasgow 15 13-14 10-12 6-9 <6
Coma Scalec
Ginjal
Kreatinin, mg/dL <1,2 1,2-1,9 2,0-3,4 3,5-4,9 >5,0
(μmol/L) (110) (110-170) (171-299) (300-440) (440)
Urine output, <500 <200
mL/hari
Keterangan: FIO2 = fraction of inspired oxygen, MAP = mean arterial pressure, PaO2 = partial pressure of
oxygen
b
dosis katekolamin diberikan dalam μg/kg/menit selama sekurang-kurangnya 1 jam
c
Skor Glasgow Coma Scale berkisar 3-15; skor yang tinggi menggambarkan fungsi neurologis yang lebih baik.

sistemik sehingga menimbulkan disfungsi Klebsiella spp, dan Pseudomonas aerugi-


organ di tempat lain dan hipotensi. Kultur nosa predominan di antara bakteri Gram
darah yang positif hanya ditemukan pada negatif.8
sekitar 20-40% kasus sepsis berat dan
persentasenya meningkat seiring tingkat Patogenesis dan Patofisiologi
keparahan dari sepsis, yaitu mencapai 40- Faktor virulensi patogen
70% pada pasien dengan syok septik. Sepsis timbul akibat respon pejamu
Bakteri Gram negatif atau positif mencakup terhadap infeksi, yang diarahkan untuk
sekitar 70% isolat, dan sisanya ialah jamur mengeliminasi patogen. Patogen memiliki
atau campuran mikroorganisme. Pada mekanisme atau faktor virulensi yang
pasien dengan kultur darah negatif, agen bervariasi sehingga memungkinkan pato-
penyebab sering ditegakkan berdasarkan gen untuk bertahan dalam tubuh pejamu
kultur atau pemeriksaan mikroskopik dari dan menyebabkan penyakit. Faktor viru-
bahan yang berasal dari fokus infeksi.7 lensi menyebabkan patogen mampu meng-
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari hambat fagositosis, memfasilitasi adhesi ke
infeksi yang didapat dari komunitas dan sel atau jaringan pejamu, meningkatkan
nosokomial. Pneumonia ialah penyebab survival intrasel setelah difagosit, dan
paling umum, mencapai setengah dari merusak jaringan melalui produksi toksin
semua kasus, diikuti oleh infeksi intra- dan enzim ekstrasel.9
abdominal dan infeksi saluran kemih. Kapsul menghambat fagositosis teruta-
Staphylococcus aureus dan Streptococcus ma dengan cara menutupi struktur permu-
pneumoniae ialah bakteri Gram positif kaan sel sehingga tidak dikenali oleh resep-
paling sering, sedangkan Escherichia coli, tor sel fagosit. Bakteri berkapsul seperti
Streptococcus pneumoniae dan Haemo- keluar ke sitoplasma.11
philus influenza dihubungkan dengan Kemampuan patogen untuk menghasil-
infeksi yang sangat invasif dan lebih kan toksin (eksotoksin atau endotoksin)
virulen dibanding bakteri tidak berkapsul. merupakan faktor utama lainyang berperan
Struktur lain berupa protein A, seperti pada terhadap virulensi dan invasi patogen.
dinding sel Staphylococcus aureus, meng- Eksotoksin diproduksi terutama oleh bakte-
hambat ikatan antibodi pejamu terhadap ri Gram positif, dan disekresi ke lingkung-
permukaan patogen (sebagai antigen). an ekstrasel bakteri sehingga daat berin-
Antibodi mengikat antigen melalui bagian teraksi dengan sel pejamu dan mengganggu
Fab, protein A mengikat bagian Fc antibodi metabolisme normalnya. Sebagai contoh,
sehingga menghambat opsonisasi dan fago- Corynebacterium diphtheriae mengeluar-
sitosis. Beberapa patogen menghindari kan toksin difteri yang bekerja meng-
fagositosis dengan cara melepaskan produk hambat sintesis protein, sehingga terjadi
poten di jaringan yang dapat membunuh sel nekrosis sel-sel jantung, saraf, dan hati.
fagosit. Streptococci memroduksi hemo- Streptococcus pyogenes memroduksi strep-
lisin yang melisiskan eritrosit dan merang- tolysin O yang merusak membran sel,
sang efek toksik pada leukosit dan makro- menyebabkan faringitis. Toksin Vibrio cho-
fag. Staphylococcus melepaskan leukocidin lerae menyebabkan peningkatan cyclic
yang menyebabkan pelepasan lisosom ke adenosine monophosphate (cAMP) pada
dalam sitoplasma.9,10 sel epitel usus, sehingga terjadi diare
Kebanyakan patogen harus menempel karena hipersekresi klorida dan air. Di satu
pada sel pejamu sebelum terjadi infeksi. sisi, endotoksin diproduksi oleh bakteri
Struktur permukaan sel patogen yang Gram positif dan negatif. Bakteri Gram
memediasi penempelan disebut adhesin, negatif memroduksi lipopolisakarida (LPS)
contohnya fimbriae (pili) dan lipoteichoic yang menyusun membran luar bakteri dan
acid (LTA) pada bakteri. Fimbriae mem- terdiri atas 3 regio, yaitu polisakarida
buat bakteri melekat pada permukaan sel spesifik-O, polisakarida inti, dan lipid A.
pejamu, sehingga meningkatkan kemam- Aktivitas toksin dari endotoksin terdapat
puan patogen untuk kolonisasi. Fimbriae pada lipid A. Paparan terhadap endotoksin
digunakan oleh Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan efek yang sistemik,
untuk melekat pada sel epitel traktus geni- seperti perubahan tekanan darah dan suhu
tourinarius. Strain Escherichia coli juga tubuh, abnormalitas koagulasi, penurunan
menggunakan fimbriae untuk melekat pada jumlah sel leukosit dan trombosit yang
sel usus halus, sehingga nantinya menge- bersirkulasi, perdarahan, gangguan sistem
luarkan toksin yang menyebabkan gejala imun, dan akhirnya kematian.9,10
diare. Streptococcus pyogenes memiliki
LTA yang terintegrasi pada peptidoglikan Respon Pejamu
tebal untuk melekat pada sel epitel faring.9 Terdapat dua mekanisme pertahanan
Beberapa patogen berkemampuan tubuh terhadap patogen yaitu respon imun
untuk bertahan dan memperbanyak diri bawaan dan didapat. Respon imun bawaan
dalam sel fagosit setelah difagosit, dengan berespon secara cepat melalui reseptor
cara mencegah fusi fagosom dan lisosom selular dan solubel yang disebut sebagai
(fagolisosom), bertahan terhadap efek dari pattern-recognition receptor (PRR). Resep-
isi lisosom, atau keluar dari fagosom ke tor selular diekpresikan pada membran dan
dalam sitoplasma. Sebagai contoh, Myco- sitoplasma oleh hampir semua sel terutama
bacterium tuberculosis dan Legionella sel fagosit (terutama makrofag dan
pneumophila mencegah pembentukan fago- neutrofil) dan sel dendritik. Empat kelom-
lisosom, Mycobacterium leprae mengin- pok penting PRR adalah Toll-like receptor
aktivasi reactive oxygen species (ROS) dan (TLR), nucleotide oligomerization domain-
nitrogen species, dan Listeria monocyto- containing protein-like receptors (NLRs),
genes merusak membran fagosom dan C-type lectin-like receptors (CLRs), dan
retinoid acid-inducible gene-like receptors pejamu dari infeksi berulang. Respon imun
(RLRs). Pattern-recognition receptor me- didapat melawan bakteri intrasel meli-
ngenali struktur molekul yang khas untuk batkan sel limfosit T dan aktivasi sel
mikroorganisme patogen yaitu pathogen- fagosit (cell-mediated immunity). Sel T
associated molecular patterns (PAMPs), melawan infeksi melalui 2 cara, yaitu
dan molekul endogen yang diproduksi atau pertama sel T helper (CD4+) mengaktivasi
dilepaskan dari sel yang rusak yaitu sel fagosit melalui aksi ligan CD40 dan
damage-associated molecular patterns interferon gamma (IFN-γ), menyebabkan
(DAMPs). Contoh interaksi PRR dan matinya bakteri yang bertahan dan mem-
PAMPs ialah TLR2 berikatan dengan LTA perbanyak diri dalam sel fagosit, dan kedua
dari bakteri Gram positif, TLR4 berikatan sel T sitotoksik (CD8+) menghancurkan sel
dengan LPS dari bakteri Gram negatif, dan terinfeksi termasuk mengeliminasi bakteri
NLRs berikatan dengan peptidoglikan dari di dalamnya. Terhadap bakteri ekstrasel
bakteri Gram positif dan DAMPs.12 respon imun melibatkan antibodi terhadap
Molekul solubel berperan pada respon antigen dinding sel dan toksin bakteri.
awal terhadap mikroorganisme patogen Antibodi berperan melalui mekanisme
yang berada di aliran darah dan cairan neutralisasi, opsonisasi, dan aktivasi kom-
ekstraselular lainnya. Komponen molekul plemen melalui jalur klasik.11
solubel utama adalah sistem komplemen,
pentraxins, collentins, dan ficolins. Mole- Respon Inflamasi
kul solubel dapat berperan sebagai opsonin Terdapat tiga fase respon inflamasi
melalui ikatan dengan mikroorganisme, dalam sepsis: 1) pelepasan toksin bakteri;
sehingga memudahkan sel fagosit yang 2) pelepasan mediator (sitokin) sebagai
memiliki reseptor membran spesifik terha- respon terhadap infeksi; dan 3) efek dari
dap opsonin, untuk memfagosit patogen mediator spesifik yang berlebihan. Pada
tersebut. Selain itu, molekul solubel dapat fase 1, bakteri Gram negatif dan positif
bersifat kemoatraktan yang akan merang- mampu menyebabkan sepsis melalui endo-
sang respon inflamasi dengan menarik toksin dan eksotoksin. Bakteri Gram
lebih banyak sel fagosit ke lokasi infeksi negatif memiliki LPS sebagai endotoksin.
dan langsung mengeliminasi patogen terse- Lipopolisakarida-binding protein (LBP)
but. Contoh peran molekul solubel yaitu yang bersirkulasi di darah dan cairan
aktivasi sistem komplemen pada jalur ekstrasel, mengikat lipid A (bagian yang
alternatif. Secara normal, komplemen C3 di bersifat bioaktif pada LPS) dan membawa
plasma teraktivasi terus menerus dalam LPS ke cluster of differentiation14 (CD14)
tingkat rendah menghasilkan C3b. Saat ada pada monosit, makrofag, dan neutrofil.
mikroorganisme patogen, C3b bisa menge- Interaksi antara kompleks LBP-LPS dan
nali struktur permukaan mikroorganisme reseptor CD14, memungkinkan LPS beri-
seperti LPS untuk selanjutnya mengaktivasi katan dengan TLR4, sehingga menimbul-
jalur alternatif sistem komplemen. Fragmen kan sinyal untuk dihantarkan ke inti sel,
C3a dan C5a yang bersifat kemoatraktan untuk selanjutnya merangsang produksi
akan menarik lebih banyak fagosit ke dan pelepasan mediator inflamasi. Bakteri
lokasi infeksi. Contoh lain, protein kelom- Gram positif memiliki LTA dan muramyl
pok pentraxins seperti C-reactive protein dipeptides (MDP) sebagai endotoksin dan
(CRP) mengenali ligan phosphorylcholine superantigen sebagai eksotoksin.13
yang terdapat pada membran bakteri, selan- Superantigen adalah keluarga protein
jutnya berikatan dengan C1q dan mengakti- eksotoksin dengan struktur dan rantai
vasi jalur klasik sistem komplemen.12 tertentu yang mampu mencetuskan aktivasi
Respon imun didapat melibatkan sel T berlebihan. Superantigen sebagai
sejumlah besar sel efektor dan molekul protein utuh akan terikat secara langsung
antibodi yang berfungsi untuk eliminasi ke molekul major histocompatibility
patogen, dan sel memori yang melindungi complex (MHC) kelas II dari antigen
precenting cell (APC) dan ke regio Vβ sehingga menyebabkan peningkatan per-
reseptor sel T, tanpa melalui proses meabilitas, vasodilatasi, dan gangguan
fragmentasi menjadi peptida di dalam keseimbangan prokoagulan-antikoagulan.
APC.14 Jika LPS membutuhkan LBP untuk Peningkatan aktivitas iNOS meningkatkan
berikatan dengan TLR4, sebaliknya LTA sintesis berlebihan nitrikmoksida (NO),
dapat langsung berikatan dengan TLR2.13 yaitu suatu vasodilator poten dan merupa-
Pada fase 2, interaksi antara PRR dan kan mediator kunci pada syok septik.15
PAMPs menyebabkan aktivasi nuclear
factor kappa B (NF-κB), suatu faktor Abnormalitas Koagulasi
transkripsi yang memicu sintesis dan Pada sepsis dan syok septik, keadaan
pelepasan berbagai sitokin pro-inflamasi antikoagulasi normal dalam sistem pem-
seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), buluh darah menjadi terganggu. Sepsis
interleukin-1 (IL-1β), IL-6, dan CXCL-8 menyebabkan keadaan hiperkoagulabilitas
(IL-8). Sitokin TNF-α dan IL-1 mengaktif- yang ditandai oleh pembentukan trombus
kan endotel dan menyebabkan endotel mikrovaskular, deposisi fibrin, pembentuk-
meningkatkan ekspresi molekul adhesi an neutrophil extracellular trap (NET), dan
seperti selektin-E, intracellular adhesion kerusakan endotel.4 Keadaan di atas terjadi
molecule-1 (ICAM-1), dan vascular cell melalui beberapa mekanisme yang saling
adhesion molecule-1 (VCAM-1) sebagai terkait, dengan melibatkan pelepasan
ligan untuk integrin dari leukosit. Selain sitokin pro-inflamasi (IL-1, IL-6, IL-12,
itu, TNF-α dan IL-1 meningkatkan sekresi dan TNF-α), yaitu induksi ekspresi faktor
kemokin seperti CXCL1 yang akan terikat jaringan (tissue factor - TF), penurunan
pada reseptornya di neutrofil, dan CCL2 di kadar antitrombin, penghambatan faktor
monosit, sehingga meningkatkan afinitas anti-koagulan, dan gangguan fibrinolisis.
intergrin leukosit terhadap ligannya, dan Sitokin pro-inflamasi menginduksi ekspresi
meningkatkan migrasi leukosit. Sitokin berlebihan TF pada permukaan sel endotel
TNF-α, IL-1, dan IL-6 juga menginduksi dan monosit, menyebabkan interaksi TF
hati untuk mengekspresikan protein fase dengan faktor VIIa, sehingga mengaktivasi
akut seperti CRP, serum amyloid P (SAP), koagulasi jalur ekstrinsik, pembetukan
dan fibrinogen.12 Superantigen mengaktif- trombin, dan fibrin. Fibrin yang terbentuk,
kan limfosit T dan merangsang produksi bersama dengan trombosit akan memben-
IL-2 dan IFN-γ. Interleukin-2 adalah tuk trombus mikrovaskular. Selain itu,
sitokin proinflamasi yang berperan dalam permukaan bakteri Gram negatif dan positif
proliferasi dan diferensiasi limfosit T naive dapat berinteraksi dengan faktor kontak dan
menjadi limfosit T efektor. Interferon-γ mengaktivasi koagulasi jalur intrinsik me-
berperan penting dalam imunitas yang lalui faktor XII.15,16 Sebagai contoh,
dimediasi sel terhadap mikroba intrasel, Streptococcus pyogenes memiliki protein
mengaktivasi inducible nitric oxide M (serotipe M1 dan M46) yang akan terikat
synthase (iNOS), dan meningkatkan migra- pada faktor pembekuan high molecular
si leukosit. Selain itu, IL-2 dan IFN-γ weight kininogen (HK). Contoh lain,
memicu makrofag untuk melepaskan TNF- Escherichia coli memiliki curli, suatu
α dan IL-1.13,14 komponen protein utama dari kompleks
Pada fase 3, sitokin proinflamasi matriks ekstrasel, terikat pada HK, F.XII,
mengaktifkan sel endotel dengan menin- F.XI, dan prekalikrein (PK).17
katkan ekspresi reseptor adhesi dan menye- Secara normal, sebagai respon terha-
babkan kerusakan sel endotel dengan dap koagulasi yang terbentuk, faktor anti-
menginduksi adhesi neutrofil, monosit, koagulan seperti protein C, protein S,
makrofag, dan trombosit ke sel endotel. antitrombin III (AT III), dan tissue factor-
Sel-sel efektor ini melepaskan mediator pathway inhibitor (TFPI) akan mengurangi
seperti protease, oksidan, prostaglandin, koagulasi, meningkatkan fibrinolisis, dan
dan leukotrien, yang akan merusak endotel membersihkan mikrotrombus. Trombin
dengan adanya kofaktor trombomodulin dulin dan reseptor protein C endotel
yang dikeluarkan oleh sel endotel, mening- (endothelial protein C receptor - EPCR)
katkan aktivasi protein C menjadi protein C sehingga menurunkan aktivasi protein C,
aktif. Protein C aktif, dengan adanya yang pada akhirnya menurunkan fibrino-
kofaktor protein S, akan memecah F.Va lisis.15 Kadar AT III sangat menurun karena
dan F.VIIIa menjadi bentuk yang tidak beberapa faktor, yaitu sintesis hepar berku-
aktif, dan menurunkan sintesis plasminogen rang terhadap protein fase akut negatif ini,
activator inhibitor-1 (PAI-1), yaitu suatu konsumsi karena pembentukan kompleks
inhibitor yang bekerja terhadap aktivator trombin-AT III, dan degradasi oleh elastase
plasminogen. Protein C aktif juga menu- dari neutrofil yang teraktivasi.16
runkan apoptosis, adhesi leukosit, dan Aktivasi koagulasi pada sepsis dapat
produksi sitokin.15 Peran protein C aktif terjadi dari derajat ringan sampai berat,
menurunkan apoptosis sel endotel melalui yaitu terjadinya disseminated intravascular
penekanan dua gen pro-apoptosis, yaitu coagulation (DIC). Transisi dari keadaan
calreticulin dan TRMP-2, suatu protein hiperkoagulabilitas menjadi DIC ditandai
retikulum endoplasma, sebaliknya mening- dengan fibrinolisis yang disertai pening-
katkan gen anti apoptosis seperti A1 Bcl-2 katan fibrin degradation products (FDP) di
homologue, Gu helicase, dan inhibitor of sirkulasi, trombositopenia, dan sangat ber-
apoptosis protein (IAP).18 Protein C aktif kurangnya faktor-faktor pembekuan akibat
menghambat adhesi leukosit yang diperan- konsumsi berlebihan yang tidak dapat
tarai oleh selektin-E, melalui struktur diimbangi oleh kecepatan produksinya.4
karbohidrat polylactosamine protein C
yang lebih poten sebagai ligan selektin-E Disfungsi Organ
dibanding sialyl-Lewis X (diekspresikan Terjadinya deposisi fibrin mikro-
oleh granulosit dan monosit).19 Protein C vaskular pada DIC sering dihubungkan
aktif mengurangi produksi TNF oleh dengan berkembangnya disfungsi multi
monosit akibat stimulasi LPS, dengan cara organ (multiorgan dysfunction syndrome -
menghambat faktor transkripsi nuclear MODS) yang disebabkan oleh gangguan
factor kappa-light-chain-enhancer of acti- sirkulasi. Multiorgan dysfunction syndrome
vated B cells (NF-κB) dan protein didefinisikan sebagai sindrom klinis yang
aktivator-1.20 ditandai dengan perkembangan disfungsi
Antitrombin III menghambat aktivitas fisiologis yang progresif dari ringan sampai
trombin, selain itu juga menghambat kegagalan ireversibel dari dua atau lebih
F.XIIa, F.XIa, F.Xa, F.IXa, F.VIIa, organ, dengan ditandai ketidakmampuan
plasmin, dan kalikrein. Koagulasi yang mempertahankan homeostasis tanpa inter-
diinduksi TF dapat dihambat oleh TFPI, vensi terapi. Multiorgan dysfunction
melalui pembentukan kompleks TFPI syndrome diklasifikasikan menjadi awal
dengan F.Xa pada awalnya, dan selanjutnya (primer), yaitu yang terjadi dalam 7 hari
mengikat kompleks F.VIIa-TF sehingga pertama sakit, dan lambat (sekunder), yang
terbentuk kompleks kuartener. Sekali hal terjadi setelah 7 hari sakit.22
ini terjadi, maka F.Xa hanya akan terbentuk Gangguan oksigenasi jaringan diang-
melalui kompleks F.IXa-F.VIIIa.21 gap berperan penting terhadap terjadinya
Sepsis akan menurunkan protein C, MODS. Faktor yang berkontribusi adalah
protein S, AT III, dan TFPI, sebaliknya vasodilatasi, hipotensi, berkurangnya defor-
akan meningkatkan sintesis dan aktivitas mabilitas eritrosit, dan trombosis mikro-
PAI-1 dan menurunkan aktivitas plasmin. vaskular, yang akhirnya menyebabkan
Plasminogen activator inhibitor-1 merupa- berkurangnya hantaran oksigen pada syok
kan protein fase akut positif yang disintesis septik. Berkurangnya oksigenasi jaringan
oleh hepar sebagai respon terhadap makin diperberat oleh hilangnya integritas
infeksi/inflamasi. Lipopolisakarida dan endotel karena beberapa faktor, yaitu
TNF-α menurunkan sintesis trombomo- hilangnya fungsi molekul adhesi vascular
endothelial (VE) chaderin pada sambungan Simpulan
antar sel endotel, gangguan keseimbangan Sepsis adalah mekanisme kompleks
sphingosine-1 phosphate receptor 1 (S1P1) yang dapat meliputi patogen penyebab
dan S1P3 (yang berperan pada struktur sel infeksi dengan faktor virulensinya, respon
endotel) karena aktivasi protease activated pejamu, respon inflamasi, sistem koagulasi
receptors (PARs), dan meningkatnya kadar yang terganggu, dan disfungsi organ.
angiopoietin 2 (faktor proangiogenik). Kompleksnya perubahan imunopatologi
Rusaknya mitokondria oleh stres oksidatif dan sistem koagulasi bertangung jawab
juga mengganggu penggunaan oksigen terhadap morbiditas dan mortalitas pasien
selular. Selain itu, mitokondria yang cedera sepsis dan syok septik. Definisi dan kriteria
melepaskan DAMPs ke lingkungan ekstra- klinis yang diperbarui diharapkan dapat
sel, yang dapat mengaktivasi respon imun memfasilitasi penatalaksanaan pasien beri-
jaringan dan menyebabkan kerusakan lebih siko sepsis dengan lebih tepat waktu.
lanjut.4 Modifikasi komponen membran
eritrosit seperti protein, lipid, dan karbo- Daftar Pustaka
hidrat menyebabkan terjadi penurunan 1. Mayr FB, Yende S, Angus DC.
deformabilitas eritrosit pada sepsis. Modifi- Epidemiology of severe sepsis.
kasi komponen protein berupa peningkatan Virulence 2014;5(1):4-11.
rasio band-3/α-spectrin menyebabkan per- 2. Jawad I, Luksic I, Snorri, Rafnsson B.
ubahan struktur integral membran. Pada Assessing available information on the
komponen lipid, terjadi pembentukan sera- burden of sepsis: global estimates of
incidence, prevalence, and mortality. J
mid membran yang menyebabkan pening-
of Glob Health. 2012;2(1):1-9.
katan konsentrasi Ca2+ intrasel dan selanjut- 3. Kumar A, Roberts D, Wood KE, Light B,
nya merangsang kanal K+-Ca2+ dan kanal Parrillo JE, Sharma S, et al. Duration
Cl-,.sehingga KCl akan keluar dari sel, dan of hypotension before initiation of
akibatnya terjadi dehidrasi sel.23 effective antimicrobial therapy is the
Umumnya paru-paru merupakan organ critical determinant of survival in
yang pertama terlibat, mulai dari disfungsi human septic shock. Crit Care Med.
ringan sampai sindrom gagal nafas akut 2006;34:1589-96.
(acute respiratory distress syndrome - 4. Hotchkiss RS, Moldawer LL, Opal SM,
ARDS). Hal ini diduga disebabkan oleh Reinhart K, Turnbull IR, Vincent
kebocoran kapiler sehingga alveolar terisi JL. Sepsis and septic shock. Nature
Rev. 2016;2:1-20.
cairan, dan deaktivasi surfaktan. Organ
5. Levy MM, Fink MP, Marshall JC,
kedua ialah miokardium, disebabkan teruta- Abraham E, Angus D, Cook D, et al.
ma oleh peningkatan sintesis NO. Otak 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS
sering terpengaruh pada MODS awal, International sepsis definitions confe-
dengan mekanisme penyebab yang multi- rence. Intensive Care Med. 2003;
faktorial dan melibatkan gangguan sawar 29:530-8.
darah-otak, dengan peningkatan permea- 6. Singer M, Deutschman CS, Seymour CW,
bilitas terhadap sitokin dan neuroamin. Shankar-Hari M, Annane D, Bauer
Disfungsi hati akut yang sering terjadi saat M, et al. The third international
penurunan perfusi selama syok, biasanya consensus definitions for sepsis and
reversibel setelah resusitasi, namun setelah septic shock (sepsis-3). JAMA. 2016;
315:801-10.
periode laten, disfungsi hati ireversibel
7. Munford RS. Severe sepsis and septic shock.
dapat terjadi. Katekolamin dari usus, In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
terutama norepinefrin, diduga menginduksi Baunwalda E, Hauser SL, Jameson JL,
kegagalan hati. Ginjal dianggap dapat editors. Harrison’s Principle of Internal
mempertahankan perfusi selama sepsis dan Medicine (17th ed). New York: Mc
mekanisme kegagalan ginjal selama MODS Graw Hill, 2008 p. 1695-702.
disebabkan terutama oleh apoptosis yang 8. Angus DC, van der Poll T. Severe sepsis and
diinduksi sitokin.22 septic shock. N Engl J Med. 2013;
369:840-51. 16. King EG, Bauza GJ, Mella JR, Remick
9. Mahon CR, Mahlen S. Host-parasite DG. Pathophysiologic mechanism in
interaction. In: Mahon CR, Lehman septic shock. Lab Invest. 2014;94:4-12.
DC, Manuselis G, editors. Textbook of 17. Nickel KF, Renné T. Crosstalk of the plasma
Diagnostic Microbiology (5th ed). contact system with bacteria. Thromb
Missouri: Saunders Elsevier, 2015; p. Res. 2012;130:S78–83.
23-46. 18. Joyce DE, Gelbert L, Ciaccia A, DeHoff B,
10. Winn WC, Koneman EW. Medical Grinnell BW. Gene expression profile
bacteriology: taxonomy, morphology, of antithrombotic protein C defines new
physiology, and virulence. In: Winn mechanisms modulating inflammation
WC, Koneman EW, Allen SD, Procop and apoptosis. J Biol Chem 2001;
GW, Schreckenberger PC, Janda WM, 276:11199-203.
et al, editors. Koneman’s Color Atlas 19. Grinnell BW, Hermann RB, Yan SB.
and Textbook of Diagnostic Micro- Human protein C inhibits selectin-
biology (6th ed). Philadelphia: mediated cell adhesion: role of unique
Lippincott Williams and Wilkins, 2005; fucosylated oligosaccharide. Glyco-
p. 167-207. biology. 1994;4:221-5.
11. Abbas AK, Licthman AH, Pillai S. 20. Neyrinck AP, Liu KD, Howard JP,
Immunity to microbes. In: Abbas AK, Matthay MA. Protective mechanisms
Licthman AH, Pillai S, editors. Cellular of activated protein C in severe
and Molecular Immunology (7th ed). inflammatory disorders. Br J Pharma-
Philadelphia: Elsevier, 2012; p. 339-57. col. 2009;158: 1034-47.
12. Abbas AK, Licthman AH, Pillai S. Innate 21. Oesman F, Setiabudy RD. Fisiologi hemo-
immunity. In: Abbas AK, Licthman stasis dan fibrinolisis. In: Setiabudy
AH, Pillai S, editors. Cellular and RD, editor. Hemostasis dan Trombosis
Molecular Immunology (7th ed). (5th ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
Philadelphia: Elsevier, 2012; p. 51-86. 2012; p.1-15.
13. Sagy M, Al-Qaqaa Y, Kim P. Definition and 22. Ramirez M. Multi organ dysfunction
pathophysiology of sepsis. Curr Probl syndrome. Curr Probl Pediatr Adolesc
Pediatr Adolesc Health Care. 2013; Health Care. 2013;43:273-7.
43:260-3. 23. Serroukh Y, Djebara S, Lelubre C,
14. MacIsaac CM, Curtis N, Cade J, Visva- Boudjeltia KZ, Biston P, Piagnerelli
nathan K. Superantigens in sepsis. Int M. Alterations of the erythrocyte
Congr Ser. 2006;1289:121-4. membrane during sepsis. Crit Care Res
15. Russell JA. Management of sepsis. N Engl J Pract. 2012;702956:1-7.
Med. 2006;355:1699-707.

Anda mungkin juga menyukai