Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala
puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap
kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk
para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi
beliau. Terima kasih kepada keluarga, dosen pembimbing, dan teman-teman
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a dan bimbingannya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, saya membahas tentang Trombosit” yang saya buat
berdasarkan refrensi yang kami ambil dari berbagai sumber, diantaranya buku
dan internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan
yang selama ini kita cari. Saya berharap bisa dimafaatkan semaksimal dan
sebaik mugkin.
Demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I..............................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumus Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Antigen................................................................................3
B. Pengertian Antibodi...............................................................................3
C. Struktur Antigen....................................................................................3
D. Struktur Antibodi...................................................................................4
E. Klasifikasi Antigen................................................................................5
F. Klasifikasi Antibodi..............................................................................6
G. Interaksi Antigen dan Antibodi.............................................................7
H. Mekanisme Masuknya Antigen.............................................................8
I. Mekanisme Antibodi.............................................................................9
BAB III............................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO 2
warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan pernapasan,
dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembongkaran atau metabolisme di
dalam tubuh.
Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu:
2. Unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis:
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat
badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya
dari sel darah. Dan jumlah ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume
sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40-47. Volume darah dalam
kondisi sehat adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu glukosa, lemak, urea, asam
urat, kreatinin, cholesterol, dan asam amino.
Pembekuan darah. Bila darah keluar dari vaskulernya maka cepat menjadi lekat
dan segera mengendap sebagai zat kental berwarna merah. Gumpalan mengerut
dan keluar cairan bening berwarna kuning jerami, yang disebut serum. Bila
darah tersebut diperiksa dibawah mikroskop, terlihat benang-benang fibrin yang
tak larut yang terbenttuk dari fibrinogen dalam plasma oleh kerja thrombin.
Benang tersebut, jerat sel darah dan bersamaan membentuk gumpalan, dan
dikumpulkan dalam tabung reaksi maka akan terapung dalam serum.
1.2.Rumusan masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.Batasan masalah
1.4.Tujuan masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berkut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Umum
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya
abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan
menggangu hemostasis sistem vaskuler yang mengakibatkan perdarahan
abnormal/gangguan perdarahan (Sheerwood,2001).
Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-
organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang
digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan
sumbat hemostasis. Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami
invaginasi membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan
permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara
selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton,
yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma
mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula a, lisosome yang
berperan selama reaksi pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan
melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan
hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis
anaerob (Aster,2007; A.V Hoffbrand et al, 2005; Candrasoma,2005).
2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
Fungsi Trombosit
MENCEGAH PENDARAHAN
Trombosit yang tertimbun di daerah yang terluka ini membentuk suatu jaring
yang menyumbat luka; bentuknya berubah dari bulat menjadi berduri dan
melepaskan protein serta zat kimia lainnya yang akan menjerat lebih banyak
lagi trombosit dan protein pembekuan.
Serat fibrin ini akan memperbesar ukuran bekuan dan membantu menahannya
agar pembuluh darah tetap tersumbat. Rangkaian reaksi ini melibatkan
setidaknya 10 faktor pembekuan darah. Suatu kelainan pada setiap bagian
proses hemostatik bisa menyebabkan gangguan. Pembuluh darah yang rapuh
akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat mengkerut.
Pembekuan tidak akan berlangsung secara normal jika jumlah trombosit terlalu
sedikit, trombosit tidak berfungsi secara normal atau terdapat kelainan pada
faktor pembekuan. Jika terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang ringan
pun bisa menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Sebagian besar faktor
pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa
menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah.
Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam
pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan
zat gizi atau obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin K
(misalnya warfarin) bisa menyebabkan perdarahan. Kelainan perdarahan juga
bisa terjadi jika pembekuan yang berlebihan telah menghabiskan sejumlah besar
faktor pembekuan dan trombosit atau jika suatu reaksi autoimun menghalangi
aktivitas faktor pembekuan.
GANGGUAN PERDARAHAN
1.Cacat Vaskular
h. Purpura Henoch-schonlein
i. Sindrom marfan (elastin defektif)
2.Gangguan Trombosit
a. Menurun (trombositopenia)
3.Gangguan Koagulasi
4.Fibrinolisis Berlebihan
b. Fibrinolisis primer
b. Purpura : multipel, berbentuk tidak beraturan atau lesi ungu oval (2-5 mm
atau lebih besar).
Jenis-jenis obat tertentu bisa membantu seseorang yang memiliki resiko tinggi
membentuk bekuan darah yang berbahaya. Pada penyakit arteri koroner yang
berat, gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang sebelumnya
telah menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi
serangan jantung.
Aspirin dosis rendah (dan beberapa obat lainnya) bisa mengurangi perlengketan
antar trombosit sehingga tidak akan terbentuk gumpalan yang akan menyumbat
arteri.
Seseorang yang memiliki katup jantung buatan atau harus menjalani tirah baring
selama berbulan-bulan, seringkali mendapatkan antikoagulan sebagai tindakan
pencegahan terhadap pembentukan bekuan. Orang yang mengkonsumsi
antikoagulan harus diawasi secara ketat. Pemantauan terhadap efek obat ini
dilakukan melalui pemeriksaan darah untuk mengukur waktu pembekuan dan
hasil pemeriksaan ini dipakai untuk menentukan dosis selanjutnya. Dosis yang
terlalu rendah tidak dapat mencegah pembekuan, sedangkan dosis yang terlalu
tinggi bisa menyebabkan perdarahan hebat.
MUDAHMEMAR
Seseorang bisa mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit. Setiap
pembuluh darah kecil ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan
menimbulkan bintik-bintik merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan
(purpura).
Wanita lebih mudah mengalami memar akibat cedera ringan, terutama pada
paha, bokong dan lengan atas. Kadang hal ini merupakan keturunan.
Kebanyakan keadaan ini tidak serius, tetapi bisa merupakan suatu pertanda
bahwa ada sesuatu yang salah dalam elemen pembekuan darah, terutama
trombosit. Untuk mengetahuinya bisa dilakukan pemeriksaan darah.
Pada usia lanjut (terutama jika banyak terkena sinar matahari), memar biasanya
timbul di punggung tangan dan lengan bawah (purpura senilis). Usia lanjut
sangat mudah membentuk memar jika terbentur atau jatuh karena pembuluh
darahnya rapuh dan lapisan lemak dibawah kulitnya tipis. Darah yang
merembes dari pembuluh darah yang rusak akan membentuk bercak ungu tua
(hematom). Memar ini bisa menetap selama beberapa waktu, dan pada akhirnya
menjadi hijau muda, kuning atau coklat. Mudah memar bukan merupakan
penyakit dan tidak memerlukan pengobatan. Untuk mengurangi memar,
sebaiknya hindari cedera.
Tidak ada pengobatan khusus, penderita sebaiknya menghindari cedera dan jika
terjadi perdarahan harus segera diatasi.
2.2.Patofisiologi Trombosit
v Penggantian darah yang masif atau transfuse ganti (karena platelet tidak dapat
bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)
v Infeksi HIV
v Anemia aplastik
v Leukemia
v Anemia megaloblastik
Manisfestasi Klinis
Pendarahan pada kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit
yang berkurang, bintuk-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah
dan cederaringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
Penyakit ini dapat menyebabkan pendarahaan pada gusi. Di dalam tinja dan air
kemih juga dapat ditemukan darah. Pada penderita wanita, darah pada waktu
menstruasi sangat banyak. Pendarahan sulit berhenti sehingga pembedahan dan
kecelakaan bisa berakibat fatal bagi penderita. Jika jumlah trombosit semakin.
menurun, maka pendarahan akan semakin memburuk. Jumlah trombosit kurang
dari 5.000-10.000/ml bisa menyebabkan hilangnya sejumlah besar darah
melalui saluran pencernaan atau terjadi pendarahan di otak ( meskipun otaknya
tidak mengalami cedera ) yang dapat berakibat sangat fatal bagi kehidupan
penderita. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson,2003)
1. Trombositosis primer
1. Trombositosis sekunder
Terjadi akibat infeksi, olahraga, ovulasi, dan stress atau kerja fisik disertai
pengeluaran trombosit dari pool cadangan ( dari limpa) atau saat terjadinya
peningkatan permintaan sumsum tulang seperti pada pendarahan atau pada
anemia hemolitik. Jumlah trombosit yang meningkat juga ditemukan pada orang
yang limpanya sudah dibuang dengan pembedahan. Limpa adalah tempat
penyimpanan dan penghancuran utama trombosit, splenektomi tanpa disertai
pengurangan pembentukan sumsum tulang juga dapat menyebabkan
trombositosis. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003.)
A.HEMOFILI
Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau
cacat genetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan
penderita kekurangan faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan
pembekuan darah. Dengan kata lain, darah pada penderita hemofilia tidak dapat
membeku dengan sendirinya secara normal. (Dr.Umar zein, 2008)
Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa.
Namun mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya
memiliki satu kromosom X. Sementara kaum hawa umumnya hanya menjadi
pembawa sifat (carrier). Seorang wanita akan benar-benar mengalami hemofilia
jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya pun pembawa sifat. Akan tetapi
kasus ini sangat jarang terjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan, namun
ternyata sebanyak 30 persen tak diketahui penyebabnya. (Dr.Umar zein, 2008)
1. Hemofilia A:
Disebut Hemofilia Klasik. Pada hemofilia ini, ditemui adanya defisiensi atau
tidak adanya aktivitas faktor antihemofilia VIII, protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. ( Gugun,2007)
1. Hemofilia B :
1. Faktor Genetik
1. Faktor epigenik
2. Reaksi trombosit yang terdiri dari adhesi, seperti factor III dari membrane
trombosit juga mempercepat reaksi.
Manisfestasi klinik
Di sisi lain jika luka sobek di permukaan kulit, darah akan terlihat mengalir
keluar perlahan kemudian pasti menjadi kumpulan darah yang lembek. Tetapi
bila lukanya di bawah kulit, akan terjadi memar atau lebam kebiruan kendati
luka itu berasal dari benturan. Beda lagi jika perdarahan terjadi di persendian
dan otot. Jaringan di sekitarnya bisa rusak. Itulah sebabnya mengapa hemofilia
bisa menyebabkan kelumpuhan. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson,2003)
Hemofilia A dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu : ringan, sedang, dan berat.
Berikut ini akan menjelaskan manifestasi klinis berdasarkan klasifikasi
hemofilia:
Manifestasi klinis :
b)Hemofilia sedang tingkat faktor VIII : 1-5 % dari normal (0,01-0,05 U/ml)
Manifestasi klinis :
c)Hemofilia ringan tingkat faktor VIII : 6-30 % dari normal (0,06-0,30 U/ml)
Manifestasi klinis :
Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan
maupun lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.
Sendi dan otot yang mengalami pendarahan terlihat bengkak dan nyeri
bila disentuh.(andra. 2007)
Timbulnya suatu penyakit yang kronis – seperti pada hemofilia – dalam suatu
keluarga memberikan tekanan pada system keluarga tersebut dan menuntut
adanya penyesuaian antara si penderita sakit dan anggota keluarga yang lain.
Penderita sakit ini sering kali harus mengalami hilangnya otonomi diri,
peningkatan kerentanan terhadap sakit, beban karena harus berobat dalam
jangka waktu lama. Sedangkan anggota keluarga yang lain juga harus
mengalami “hilangnya” orang yang mereka kenal sebelum menderita sakit
(berbeda dengan kondisi sekarang setelah orang tersebut sakit), dan kini
(biasanya) mereka mempunyai tanggungjawab pengasuhan terhadap anggota
keluarga yang mengalami penyakit hemofilia. ( Dr. Ika Widyawati SpKJ, 2007)
Kondisi penyakit yang kronis ini menimbulkan depresi pada anggota keluarga
yang lain dan mungkin menyebabkan penarikan diri atau konflik antar mereka.
Kondisi ini juga menuntut adaptasi yang luar biasa dari keluarga.Hemofilia
tidak hanya merupakan masalah medis atau biologis semata, namun juga
mempunyai dampak psikososial yang dalam.Pengaruh orang dengan hemofilia
sebaiknya tidak hanya memperhatikan masalah fisiologi-nya saja – misal
mengontrol perdarahannya dan mencegah timbulnya disabilitas fisik – tetapi
juga diharapkan mempunyai perhatian pada berbagai gangguan alam
perasaannya, rasa tidak amannya, rasa terisolasi dan masalah keluarga
terdekatnya (orangtua, istri, anak dan saudara kandung).( Dr. Ika Widyawati
SpKJ, 2007)
Gen yang membuat VWF bekerja pada dua jenis sel yaitu :
– Sel endotel yaitu yang melapisi pembuluh darah, dan
– Trombosit
Jika tidak terdapat cukup VWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan baik,
maka dalam proses pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama. Penyakit
ini tidak sama dengan hemofilia dan sering dialami oleh wanita. (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson.2003)
Ø Patogenesis
Dalam tubuh darah diangkut dalam pembuluh darah. Jika ada cedara jaringan,
terjadi kerusakan pembuluh darah dan akan menyebabkan kebocoran darah
melalui lubang pada dinding pembuluh darah. Pembuluh dapat rusak dekat
permukaan seperti saat terpotong. Atau ia dapat rusak di bagian dalam tubuh
sehingga terjadi memar atau perdarahan dalam. (Sylvia A.Price &Lloraine
M.Wilson,2003)
Jika pembuluh darah terluka, ada empat tahap untuk membentuk bekuan darah
yang normal adalah sebagai berikut:
1. pembuluh darah terluka dan mulai mengalami perdarahan.
yang luka.
Pada tahap ke 4, VWF membawa Faktor VIII. Faktor VIII adalah salah satu
protein yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan yang kuat. Tanpa adanya
faktor VIII dalam dalam jumlah yang normal maka proses pembekuan darah
akan memakan waktu yang lebih lama. (Gugun,2007)
-patogenesis
Apabila konsentrasi trombosit tinggi, terjadi agregasi spontan pada trombosit,
menyumbat kapiler-kapiler darah yang lembut. Pada proses ini, dinding kapiler
akan rusak yang dapat menimbulkan . pemeriksaan masa pendarahan dan fungsi
trombosit lain pada umumnya dalam batas normal. (Sylvia A.Price &Lloraine
M.Wilson,2003.)
Ø Manisfestasi klinis
Aspirin dan obat artritis lainnya bisa memperburuk perdarahan karena obat
tersebut mempengaruhi fungsi trombosit.
Angka Beratnya
Penyakit Keterangan
kejadian perdarahan
Kekurangan atau tidak
Ringan sampai
ada faktor von Willebrand
sedang; bisa berat
(protein yg mengikat
Penyakit von Relatif pada penderita yg
trombosit pada dinding
Willebrand sering memiliki faktor
pembuluh darah yg
von Willebrand
robek) atau kekurangan
sangat sedikit
faktor VII
Kekuarangan granul
trombosit yg
Penyakt storage Relatif
menyebabkan gangguan Ringan
pool jarang
pada pembentukan
gumpalan trombosit
Sindroma Ch?
Merupakan bentuk
diak-Higashi &
Jarang penyakit storage poll yg Bervariasi
Hermansky-
khusus
Pudlak
Disfungsi Sangat Gangguan respon Ringan
trombosit terhadap
tromboksan A2 jarang rangsangan untuk
membentuk gumpalan
Hilangnya protein di
permukaan trombosit yg
Trombastenia Jarang diperlukan untuk Bervariasi
pembentukan gumpalan
trombosit
Hilangnya protein di
permukaan trombosit &
Sindroma trombosit yg berukuran
Jarang Bervariasi
Bernard-Soulier besar yg tidak menempel
pada dinding pembuluh
darah
2. Luka Bakar
Luka bakar yang terlalu parah dapat menyebabkan banyak sekali sumbatan
pembuluh darah.
3. Leukimia Promielositik
5. Cedera remuk
Patogenesis
Ø Manisfestasi Klinis
Manisfestasi klinis yang terjadi pada DIC tergantung dari luas dan lamanya
pembentukan trombofibrin organ-organj yang terlibat ( ginjal, jantung, hipofise,
paru-paru, dan mukosa saluran cerna), nekrosis dan pendarahan yang
ditimbulkan.
Dampaknya adalah, penderita akan mengalami perdarahan pada membran
mukosa dan jaringan – jaringan bagian dalam, pendarahan disekitar bagian yang
cedera, hipotensi ( syok ), oliguri atau anuria, kejang dan koma, mual dan
muntah, diare, nyeri abdomen, nyeri punggung, dispnea dan sianosis. (Sylvia
A.Price &Lloraine M.Wilson,2003).
C. KELAINAN VASKULER
Berbagai kelainan dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme hemostatik. Pasien
dengan kelainan pada system vascular biasanya datang dengan perdarahan kulit,
dan sering mengenai membrane mukosa. Perdarahan dapat diklasifikasikan
menjadi purpura alergik dan purpura nonalerik. Pada kedua keadaan ini, fungsi
trombosit dan factor koagulasi adalah normal.Terdapat banyak bentuk purpura
nonalergik, yaitu pada penyakit-penyakit ini tidak terdapat alergi sejati tetapi
terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang paling sering ditemukan adalah lupus
eritematosus sistemik. Kelainan ini merupakan penyakit vascular-kolagen, yaitu
pasien membentuk autoantibody. Vaskulitis, atau peradangan pembuluh darah
terjadi dan merusak integritas pembuluh darah, mengakibatkan purpura. (Sylvia
A.Price &Lloraine M.Wilson., Patofisioogi klinik proses-proses penyakit vol.1.)
Imun globulin atau faktor anti-Rh (bagi penderita yang memiliki darah Rh-
positif) dosis tinggi diberikan secara intravena kepada penderita yang
mengalami perdarahan hebat akut.
Obat ini juga digunkan untuk periode yang lebih lama (terutama pada anak-
anak), guna mempertahankan jumlah trombosit yang memadai untuk mencegah
perdarahan.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui. Bekuan darah bisa memutuskan aliran
darah ke bagian otak, sehingga terjadi gejala-gejala neurologis yang aneh dan
hilang-timbul.
– kerusakan ginjal
– nyeri perut
Jika tidak diobati, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal; dengan
pengobatan, lebih dari separuh penderita yang bertahan hidup.
Plasmaferesis berulang atau transfusi sejumlah besar plasma (komponen cair
dari darah yang tersisa setelah semua sel-sel darah dibuang) bisa menghentikan
penghancuran trombosit dan sel darah merah.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah
yang
PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian obat
tersebut biasanya bisa memperbaiki keadaan.
Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa dibeTrombosit Turun Tak Selalu
Demam Berdarah
1. Batasan
1. Etiologi
3. Gejala klinis
Gejala utama adalah petekie dan perdarahan selaput lendir berupa epiktasis atau
perdarahan di tempat lain. Bentuk Akut gejala perdarahan selaput lendir disertai
petekie berjalan singkat. Bentuk kronis gejalanya berupa petekie diekstremitas
bawah, jarang ditemukan perdarahan selaput lendir, pada wanita menorhagia
satu-satunya gejala penyakit ini. Hendaknya disingkirkan trombositopenia
sekunder/akibat obat (aspirin, barbiturat, kina, laksansia), infeksi, anemia
aplastik (Supandiman,1997).
4. Diagnosis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnosis banding
Yang sering digunakan prednison, dosis 1 mg/ kg BB / hari selam 1-3 bulan.
Bila diperlukan parenteral(injeksi) Methylprenison sodium suxinat dosis 1g/hari
selama 3 hari (RS dr. Soetomo,2008).
Efek steroid (prednison) tampak setelah 24-48 hari (Hanidin 1978). Angka
kesembuhan 60-70%. Evaluasi efek steroid dilakukan 2-4 minggu. Bila
responsif dosis diturunkan perlahan sampai kadar trombosit stabil atau
dipertahankan sekitar 50.000/mm3 (RS dr. Soetomo,2008). Pemberian
prednison maksimal selama 6 bulan. Apabila lebih dari 4 minggu pasien tidak
berespon dengan prednison, prednison jangan diberikan lagi.
Hasil terapi :
Tidak ada respon : tidak ada perbaikan klinis dannkelainan trombosit tidak
dapat mencapai 50.000/mm3 setelah terapi steroid dosis maksimal (RS dr.
Soetomo,2008).
e. Splenektomi
g. Komplikasi
Faktor yang berpengaruh Umur : pada orang muda prognosis lebih baik
Jumlah trombosit : mempengaruhi respon terapi dan faktor prediktif
menentukan risiko perdarahan intrakranial. Trombosit <20.000/mm3 risiko
perdarahan intrakranial meningkat, semakin tinggi pada usia lanjut.
Kadar antibodi membantu menentukan respon terapi terhadap steroid dan
splenektomi. Menurunnya kadar antibodi menunjukkan respon terapi yang baik
Prognosis jelek pada yang refrakter terhadap steroid, splenoktomi, atau
imunosupresif lain. Mortalitas sekitar 16% (RS dr. Soetomo,2008).
Pada pasien demam berdarah selain jumlah trombosit yang menurun fungsi
trombosit juga menurun. Oleh karena itu biasanya disebutkan bahwa pada
pasien DHF trombosit terganggu baik secara jumlah maupun secara kualitas.
Sebagai mana kita ketahui bahwa trombosit merupakan salah satu sel darah
yang berperan pada sistim keseimbangan proses pembekuan dan perdarahan
(hemostasis) di dalam tubuh kita. Oleh karena adanya gangguan pada trombosit
ini juga akan meningkatkan terjadinya proses pendarahan.
Adanya trombosit yang rendah bukan berarti kita harus meningkatkan trombosit
sesegara mungkin. Ada 3 hal yang diduga sebagai penyebab penurunan kadar
trombosit didalam darah yaitu penurunan produksi trombosit karena
penekanan produksi di sumsum tulang, penggunaan trombosit yang berlebihan
dan adanya antibodi anti trombosit dalam darah. Jika melihat hal-hal yang
menjadi penyebab kenapa trombosit turun ini, maka transfusi trombosit yang
tidak pada tempatnya justru akan memperburuk keadaan karena akan
merangsang proses inflamasi lebih lanjut sehingga penghancuran trombosit
akan lebih meningkat.
Pada akhinya jika penanganan pasien DBD sesuai protocol yang telah
ditetapkan, pemberian komponen darah trombosit dapat diberikan secara
selektif. Sehingga pada saat dibutuhkan oleh pasien sesuai indikasi tentunya
komponen trombosit tetap tersedia. Karena selain pada kasus DBD dengan
perdarahan yang massif, transfusi trombosit dibutuhkan juga untuk pasien-
pasien dengan kelainan darah yang lain dan juga pasien dengan gangguan liver
yang berat yang akan dilakukan tindakan.
Hubungan Trombosit-CD40L
Keterlibatan trombosit dan unsur-unsur lain dari sistem hemostatik/trombotik
pada atherosklerosis merupakan sebuah bagian dari konsep yang perta akali
dicetuskan oleh Dr Russell Ross. Konsep ini menyebutkan bahwa aktivasi
dinding pembuluh darah secara terus menerus berkontribusi bagi perekrutan
trombosit, yang pada gilirannya memungkinkan kerusakan endotelium lebih
lanjut. Teori perekrutan trombosit pada endotelium yang utuh secara fisik tetapi
terdisregulasi secara fungsional kelihatannya lebih relevan, karena sel-sel
endotelium teraktivasi mendukung rolling trombosit, translokasinya, dan
terkadang, perlekatannya.
Produksi sCD40L dari trombosit dan aktivitas trombotiknya yang tampak terkait
erat dengan integrin trombosit GP IIb/IIIa diketahui terlibat dalam produksi
sCD40L karena antagonis IIb/IIIa memperkecil pelepasan CD40L dari
trombosit teraktivasi in vitro. Antagonis-antagonis ini memblokir pelepasan dari
trombosit-trombosit terstimulasi bahkan tanpa agregasi, yang menunjukkan
peranan langsung untuk GP IIb/IIIa dalam mekanisme pembelahan. Kedua,
pengikatan langsung sCD40L ke GP IIb/IIIa menunjukkan bahwa kemampuan
sCD40L untuk mempromosikan dan menstabilkan trombosis dibawah laju
gesekan yang tinggi merupakan akibat dari interaksi langsung antara kedua
protein ini.
Restenosis
Dengan adanya hubungan dekat antara inflamasi dan restenosis, mungkin tidak
mengherankan bahwa ada sebuah hubungan antara CD40L dan respons terhadap
cedera vaskular. Bagaimana CD40L bisa terlibat dalam restenosis? Disamping
itu, apakah CD40L yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas ini berasal dari
trombosit? PCI diketahui mengganggu endotelium, menghasilkan keterpaparan
permukaan trombogenik yang mendukung adhesi, aktivasi, dan agregasi
trombosit. Trombi yang kaya trombosit bisa menjadi sumber konsentrasi
CD40L proinflammatory tinggi yang terlokalisasi, baik pada permukaan
trombosit atau pada lingkungan sekitarnya karena mereka melepaskan sCD40L.
Artikel yang ditulis oleh Urbich kk memberikan sebuah mekanisme bagaimana
sCD40L yang dihasilkan yang dihasilkan oleh trombosis bisa mempromosikan
restenosis. Para penulis ini menunjukkan bahwa CD40L yang diekspresikan
pada permukaan sel T dan trombosit teraktivasi, dan sCD40L yang dilepaskan
dari trombosit, menghambat migrasi sel endotelium vena umbilikal manusia
yang diinduksi faktor pertumbuhan sedangkan tidak mempengaruhi proliferasi
sel dan kematian sel. Penelitian mereka juga menunjukkan bahwa inhibisi
migrasi yang diinduksi CD40L dicapai dengan pembentukan radikal-radikal
bebas dan inhibisi produksi NO. Dari pengamatan-pengamatan ini, mereka
berspekulasi bahwa interaksi sCD40L dengan CD40 bisa menghambat
reendotelisasi sebuah pembuluh darah yang cedera, sehingga meningkatkan
proses restenotik.
oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN- 3, DEN-4) dengan daya
infeksi tinggi pada manusia.Menurut jumlah kasus DBD di wilayah Asia
Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand.
Dilaporkan sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1 Januari
hingga 30 April
2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan terjadi kejadian luar
biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi.1Bebepapa penelitian lain
menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak yang lebih
muda dari 15 tahun.2 Trombositopenia merupakan salah satu kriteria
laboratorium non spesifik untuk menegakkan diagnosis DBD yang ditetapkan
oleh WHO.3 Hasil penelitian Shah GS dkk4 tahun 2006 di Bangladesh,
menunjukkan dari 100 penderita anak-anak yang positif infeksi dengue, 52
(61,7%) menunjukkan trombositopenia pada penderita DBD dan DSS (Dengue
Syock Syndrome). Sedangkan penelitian Celia C Carlos dkk5 pada tahun
2005,anak-anak yang menderita infeksi dengue menunjukkan penurunan jumlah
trombosit sekitar.
DAFTAR PUSTAKA