Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa-senyawa karbonil mempunyai banyak kesamaan dalam sifat dan reaksi senyawa
berdasarkan kesamaan sifat kimia yang dimilikinya. Berdasarkan gugus karbonilnya, serta
perbedaan struktur antar molekul, kita dapat mengetahui persamaan, perbedaan serta reaksi-reaksi
yang terjadi pada senyawa aldehida dan keton. (Bresnick. 2003).
Aldehida dan keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari alkohol
primer sedangkan keton dan alkohol sekunder. Rumus struktur :
Aldehida dan keton mempunyai atom karbon yang membentuk ikatan rangkap dua (-C=O)
disebut gugus karbonil. Maka kedua senyawa tersebut hampir memiliki sifat yang sama. (Besari.
1982)
Pada kondisi yang lemah, alkohol mungkin diubah menjadi aldehid dan keton.
Senyawa karbonil mempunyai ikatan –π dan ikatan π yang terbentuk antara karbon
dan oksigen. Sifat kimia senyawa ini ditentukan oleh strukturnya dan oleh dipol yang terbentuk
antara oksigen yang elektronegatif dan karbon sp2 yang positif sebagian. Perlu dicatat bahwa
karbon karbonil bersifat elektrofilik sedangkan oksigen karbonil bersifat
nukleofilik.(Bresnick,2003)
Sebagian besar reaksi senyawa karbonil melibatkan serangan nukleofilik pada karbon
elektrofil gugus karbonil. Hasil serangan nukleofilik tersebut tergantung pada jenis senyawa
karbonil yang terlibat (dengan atau tanpa gugus pergi yang baik).(Bresnick,2003)
Atom karbon karbonil merupakan hibrida sp2 sehingga struktur gugus ini berbentuk datar
dengan sudut ikatan sebesar 120o. Keadaan karbon karbonil yang elektrofilik menjelaskan bahwa
bentuk resonansi dan gugus karbonil memiliki karbon yang bermuatan positif sehingga karbon
tersebut mudah terkena serangan nukleofilik. (Bresnick,2003)
Senyawa-senyawa karbonil memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa alkana
bersesuaian. Perbedaan ini berhubungan dengan adanya kuatnya interaksi dipol-dipol antar
molekul pada gugus karbonil. Keton tidak memilki ikatan hidrogen intermolekuler karena tidak
adanya hidrogen yang berikatan dengan oksigen. Dengan demikian, keton memiliki titik didih
serta titik cair yang lebih rendah daripada alkohol bersesuaian. (Bresnick,2003)
Asam karboksilat memiliki ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen tersebut harus diputuskan
terlebih dahulu untuk mencapai titik didih. Jadi, asam karboksilat mempunyai titik didih dan titik
cair yang lebih tinggi daripada aldehida atau keton yang bersesuaian. Disamping itu, akibat
interaksi dipol-dipol yang kuat, asam karboksilat mempunyai titik didih dan titik cair yang lebih
tinggi daripada alkohol dengan panjang rantai yang sama. (Bresnick. 2003).
Tata Nama Aldehida
Rantai C terpanjang yang merupakan nama alkanalnya harus mencakup atom C gugus aldehida.
Penomoran rantai panjang selalu dimulai dari atom C gugus aldehida.
Aldehida dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama dengan
menggantikan akhiran “at” dengan “asetaldehida” atau dengan memberikan akhiran “al” pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom C sama. Sebagai contoh :
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Gelas ukur
Hot plate
Neraca analitik
Spatula
Labu alas datar
Statif
klem
batang pengaduk
Magnetic stirer
Beaker glass
Selang
Ember
Pompa aquarium
Pipet tetes
Wadah gelas
Termometer
Erlenmeyer
Tabung reaksi
Kondesor bola
Corong penutup
Pendingin Liebig
Corong kaca
Heat mantle
Penjepit tabung
Panci
Sumbat gabus
Pipa CaCl2
3.1.2 Bahan-bahan
K2Cr2O7
Etanol 95%
H2SO4 (P)
Na2CO3
pH universal
fehling A + B
AgNO3
NH4OH
Aquadest
Es batu
Sumbat karet
Sumbat kaca
Kertas label
Sumbat gabus
Vaselin
Karet
Tisue
Plastik
Garam
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan Asetaldehid
Ditimbang 5gr K2Cr2O7 menggunakan neraca analitik
Dirangkai alat refluks
Dimasukkan 5gr K2Cr2O7 ke dalam labu alas datar
Ditambahkan 100mL aquadest kedalam labu alas datar
Dihomogenkan dengan magnetic stirer selama 15 menit
Dimasukkan 25mL etanol 95% ke dalam beaker glass
Ditambahkan 15 mL H2SO4(p) secara perlahan lahan melalui didnding beaker glass
Dihomogenkan campuran dan didinginkan dengan es batu
Dimatikan stirer
Ditambahkan campuran tadi ke dalam labu alas datar melalui dindingnya
Dinyalakan stirer dan direfluks selama 20 menit
Dirangkai alat destilasi
Didestilasi campuran K2Cr2O7 tambah etanol dan H2SO4 selama 1 jam 15 menit dengan suhu 60
– 800C
Dihitung volume destilat yang diperoleh
Dinetralkan destilat dengan larutan Na2CO3 0,1M
3.2.2 Uji Fehling AB
Diambil 5 tetes destilat
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambah 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B
Dipanaskan
Diamati hasil yang diperoleh
3.2.3 Uji Tollens
Diambil 5 tetes destilat
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 tetes AgNO3 dan 5 tetes NH4OH
Dipanaskan
Diamati hasil yang diperoleh
3.3 Flowsheet
3.3.1 Pembuatan Asetaldehid
Perlakuan Pengamatan
1.Pembuatan Asetaldehid
Ditimbang 5gr K2Cr2O7 menggunakan Berwarna orange
neraca analitik
Dirangkai alat refluks
Dimasukkan 5gr K2Cr2O7 ke dalam Larutan K2Cr2O7 berwarna orange
labu alas datar
Ditambahkan 100mL aquadest
kedalam labu alas datar
Dihomogenkan dengan magnetic stirer
selama 15 menit
Dimasukkan 25mL etanol 95% ke Larutan bening
dalam beaker glass
Ditambahkan 15 mL H2SO4(p) secara
perlahan lahan melalui didnding beaker
glass
Dihomogenkan campuran dan
didinginkan dengan es batu
Dimatikan stirer
Ditambahkan campuran tadi ke dalam Larutan coklat kehitaman
labu alas datar melalui dindingnya (K2Cr2O7dioksidasi menjadi Cr3+)
Dinyalakan stirer dan direfluks selama Larutan menjadi hijau toska
20 menit
Dirangkai alat destilasi
Didestilasi campuran K2Cr2O7 tambah
etanol dan H2SO4 selama 1 jam 15
menit dengan suhu 60 – 800C
Dihitung volume destilat yang
diperoleh Berwarna bening volume 6mL
Dinetralkan destilat dengan larutan Sebanyak 6mL
Na2CO3 0,1M
3.2.2 Uji Fehling AB
Diambil 5 tetes destilat Larutan berwarna bening
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambah 5 tetes fehling A dan 5 tetes
fehling B Fehling bening
Dipanaskan
Diamati hasil yang diperoleh
Terbentuk endapan merah bata
3.2.3 Uji Tollens
Diambil 5 tetes destilat Larutan bening
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 tetes AgNO3 dan 5
tetes NH4OH Larutan bening
Dipanaskan
Diamati hasil yang diperoleh
Terbentuk endapan cermin perak
4.2Reaksi-reaksi
4.2.1 Fehling A + Fehling B
4.2.3 Tollens
AgNO3 + 2 NH4OH Ag(NH3)2 OH + H2O + NO3- + H+
Tollens
4.2.3Asetaldehida + Tollens
4.3 Pembahasan
Pada percobaan pembuatan asetaldehid ini digunakan metode oksidasi parsial alkohol
primer yaitu etanol dengan oksidator K2Cr2O7 dengan katalis H2SO4. Pertama-tama ditimbang
K2Cr2O7 sebanyak 5 gram lalu ditambahkan H2O 100 mL. Lalu diaduk hingga homogen, larutan
berwarna orange. Lalu larutan dimasukkan ke dalam labu alas datar dan ditambahkan magnetic
stirer. Magnetic stirer ini berfungsi sebagai meghomogenkan larutan secara sempurna dan juga
sebagai pemerata panas didalam labu ketika dipanaskan sehingga tidak jadi ledakan. Lalu larutan
dipanaskan dengan cara direfluks selama 15 menit hingga homogen.setelah larutan dingin,
ditambahkan bersama – sama etanol 95% 25ml dan H2SO4(p) 15mL yang sebelumnya diukur secara
terpisah di dalam beaker glass. Penambahan etanol dan H2SO4(p) ini dilakukan melalui dinding
labu destilasi agar tidak merusak campuran karena reaksi dengan H2SO4(p) bersifat eksoterm.
Kemudian campuran berubah warna menjadi hijau toska karena K2Cr2O7teroksidasi menjadi
Cr3+ sehingga menjadi hijau toska . Lalu dirangkai alat destilasi dan campuran didestilasi pada
suhu 60-70oC selama 1 jam 15 menit. Dilakukan destilasi karena berdasarkan titik didih dari asetal
dehid yaitu 20,20C. didestilasi pada suhu 60 – 800C, karena merupakan suhu optimum untuk reaksi
oksidasi – reduksi seperti ini. Lalu setelah 1 jam 15 menit didestilasi dihentikan dan diperoleh
destilat sebanyak 6mL berwarna bening dengan bau yang menyengat. Lalau destilat yang diperoleh
ditambahkan CO3setetes demi setetes hingga diperoleh destilat dengan pH=7 yang diukur dengan
pH universal. Fungsi Na2CO3 pada percobaan adalah sebagai garam yang bersifat basa dan
menetralkan destilat yang bersifat asam, merupakan basa lemah sehingga banyak mengandung air,
Na2CO3 jika direaksikan akan menghasilkan reaksi CO2 dan H2O yang artinya kadar airnya tidak
terlalu banyak. Akibatnya penambahan H2SO4 sehingga pH destilat menjadi netral. Setelah itu,
untuk mengetahui apakah destilat yang diperoleh adalah asetaldehid diuji dengan menggunakan
fehling AB dan tollens. Diambil 5 tetes destilat lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi,
ditambahkan 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B lalu dipanaskan. Demikian pula pada pereaksi
tollens. 5 tetes destilat ditambahkan 5 tetes AgNO3 dan 5 tetes NH4OH lalu dipanaskan. Pada
pereaksi fehling AB terbentuk endapan merah bata dan pereaksi tollens terbentuk endapan cermin
perak. Hal ini menunjukkan bahwa destilat yang diperoleh adalah asetaldehid.
H2SO4(p) dan etanol 95% dicampurkan bersama agar pada reaksi redoks terjadi dalam
suasan asam dan H2SO4 dapat mempercepat proses oksidasi pada etanol.
Faktor kesalahan :
Kurang lamanya waktu destilat, sehingga destilat yang dapat kurang murni
Pengukuran volume yang kurang baik sehingga mempengaruhi hasil akhir
Pada saat destilasi dengan suhu 60 – 700C tidak dijaga sehingga larutan memberikan reaksi dengan
tekanan pada sekitar labu alas.
Sifat fisik dan kimia asetaldehid yaitu:
Memiliki rumus molekul CH2HO
Cair dan bening
Bersifat polar
Mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat
Tidak membentuk muatan hidrogen
Mudah direduksi menjadi alkohol primer dan sekunder
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Volume destilat yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 6mL karakteristik destilat yang
terbentuk yaitu berwarna bening dengan bau menyengat.
Fungsi Na2CO3 pada percobaan adalah sebagai garam yang bersifat basa dan menetralkan destilat
yang bersifat asam akibat penambahan H2SO4 sehingga pH destilat menjadi netral.
Destilat yamg diperoleh adalah senyawa asetaldehid karena bereaksi positif dengan pereaksi
fehling AB dengan terbentuk endapan merah bata dan bereaksi positif dengan pereaksi tollens
dengan terbentuk endapan cermin perak.
5.2 Saran
Sebaiknya digunakan juga alkohol primer lainnya contohnya metanol agar dapat
dibandingkan hasilnya dengan menggunakan etanol dalam percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA