Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS DI KABUPATEN KEDIRI

AKIBAT DARI LIMBAH INDUSTRI PABRIK GULA


DENGAN INDIKATOR pH, Suhu, DO (Dissolved Oxygen)

MAKALAH PROYEK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pencemaran Lingkungan
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Novika Dwi U.T 160342606294

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi
perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat
berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama
bagi manusia untuk berlangsung hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan
dan kesejahteraan manusia. (Sumantri, 2010).
Aktivitas manusia dalam menunjang kehidupannya tidak dapat dipisahkan
dengan air. Oleh sebab itu, air merupakan unsur utama dalam setiap sistem
lingkungan hidup. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan
kualitas air juga bertambah karena sejumlah air yang digunakan manusia beraktivitas
sehari-hari, kurang lebih 80% akan dibuang dalam bentuk yang sudah kotor dan
tercemar yang dikenal dengan nama limbah air. (Ashari Rasyid dkk, 2009.)
Pencemaran dapat berasal dari berbagai sumber utamanya yang bersumber
dari rumah tangga dan industri. Sumber pencemaran yang paling utama di negara kita
ialah limbah rumah tangga. Pencemaran ini berasal dari kira-kira 150 juta orang, yang
terkena dan menderita dari pencemaran itu juga berjuta orang. Setiap tahunnya orang
yang menderita sakit muntah berak atau sakit perut lebih dari 5 juta orang, yang
mengidap cacingan paling sedikit 50% dari seluruh penduduk Indonesia (Ashari
Rasyid dkk, 2009.). Sebagai contoh Sebagian sungai yang berada di Kota Kediri
dipergunakan oleh sebagian masyarakat untuk aktivitas hidupnya sehari-hari.
Mengingat akan pentingnya air sebagai kehidupan sehari,, saya menetapkan
Sungai tersebut sebagai lokasi penelitian dengan judul analisis kualitas Air Sungai
Brantas di kecamatan Kras, Kabupeten Kediri, yang ditinjau dari parameter pH, suhu
, dan DO.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kualitas air Sungai di Kecamatan Brantas, Kabupaten Kediri
berdasarkan parameter pH air, suhu, Dan DO?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui kualitas air Sungai Brantas di Kecamatan Keras,
Kabupaten Kediri berdasarkan parameter pH air, suhu, Dan DO?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran air
Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut
Kristanto (2002) pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal. Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya
berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini berasal
dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat
antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta warna, percetakan, bahan
agrokimia dll. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas
yang berbahaya bagi kehidupan ( Wisnu, 1995). Adanya logam berat dalam
lingkungan perairan telah diketahui dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada
kehidupan air. Di samping itu terdapat fakta bahwa logam berat membunuh
mikroorganisme. Hampir semua garamgaram logam berat dapat larut dalam air dan
membentuk larutan sehingga tidak dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik. Seiring
dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat pula usaha
untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya. Sehingga semakin variatif
pula aktivitas manusia. Salah satunya aktivitas industri. Akan tetapi pertumbuhan
industri ini memiliki efek samping yang kurang baik. Sebab industri-industri kecil
tersebut 9 pada umumnya membuang limbahnya langsung ke selokan / badan air
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air karena
dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang tinggi. Industri sablon
merupakan salah satu industri penghasil limbah cair. Bahan pencemar industri sablon
berasal dari proses pewarnaan, proses produksi film dan pelat processor. Bahan
pencemar terdapat di tinta warna, bahan pelarut, bahan pencair dan bahan pengering.
Bahan pencemar mengandung unsur/bahan kimia berbahaya seperti alkohol/aseton
dan esternya serta logam berat seperti krom, kadmium, cobalt, mangan dan timah.
Industri Temenan Monjali Yogyakarta adalah salah satu penghasil limbah cair sablon.
Kegiatan penyablonan masih banyak dilakukan dengan skala kecil sampai skala
sedang atau dapat dikatakan sebagai usaha home industri rumah tangga. Industri
rumah tangga kurang mendapat pengawasan terhadap penanganan limbah cair.
Sehingga memicu untuk membuang limbah cairnya langsung ke badan air (terutama
selokan dan sungai). Di dalam kegiatan penyablonan, air yang telah digunakan tidak
boleh langsung dibuang ke sungai/selokan karena dapat menyebabkan pencemaran.
Menurut Josua (2013), ada 3 jenis limbah rumah tangga yaitu limbah pertama berupa
sampah, kemudian limbah kedua berupa air limbah yang dihasilkan dari kegiatan
mandi dan mencuci, kemudian limbah ketiga adalah kotoran yang dihasilkan
manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola dengan baik, dapat berpotensi tinggi
mencemari lingkungan sekitar.
Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran
organisme baik dilautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan
terebut (Ghufran,H. 2010). Suhu sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi
dalam air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi dari pada suhu badan air. Hal ini
erat hubungannya dengan bio degradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat
dan biota air lainnya. Kenaikan suhu 15 air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut : 1. Jumlah oksigen di dalam air menurun 2. Kecepatan reaksi
meningkat 3. Kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu 4. Jika batas suhu yang
mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati (Pallalo, 2013). Suhu
sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan konsumsi
oksigen hewan air. Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi oleh
suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis antara 28o C -
32o C. pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh-jam.
Di bawah suhu 25o C konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh-jam. Pada
suhu 18 o C-25o C ikan masih bertahan hidup (Ghufran, M.H. et al.,2005).
Derajat Keasaman pH
Menurut Nybakken (1982 : 9) derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau
aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai
pH samadengan 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,
sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat,
bikarbonat dan hidrosikda akan menaikan kebasaan air, sementara adanya asam-asam
mineral bebas dan asam karbonat menaikan keasaman suatu perairan. Sejalan dengan
pernyataan tersebut ( Nyabbaken 1982 : 9) menyatakan bahwa limbah buangan air
industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat
mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang
terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui
diperairan tercemar dan perairan nilai pH rendah. pH air mempengaruhi tingkat
kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan
kurang produktif, malah akan dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah
(keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan akan
berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini maka usaha
budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 dan kisaran
optimal adalah pH 7,8-8,7 (Ghufran, M.H. et al.,2005).
DO
Menurut Nyabakken (1982: 7) dua macam oksigen dan karbon dioksida yang terlarut
di air mempunyai arti penting dalam metabolisme. Oksigen terlarut adalah gas
oksigen yang terdapat di perairan dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk
molekul hydrogen noksida, biasanya dinyatakan dalam mg/I (ppm) (Darsono, 1992).
Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat kotoran / limbah
organik yang deydegradable. Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang
aerob maupun anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi
persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah menjadi
persenyawaan nitrat, blerang 17 diubah menjadi persenyawaan sulfat. Bila oksigen
bebas dalam air habis, sangat berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh dan
berkembang adalah bakteri anaerob. Oksigen larut dalam air tidak bereaksi dengan air
secara kimiawi. Pada tekanan tertentu, terlarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh
suhu. Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan oksigen adalah pergolakan dan luas
permukaan air terbuka bagi atmosfer (Suryana, 2010 ). Persentase oksigen
disekeliling perairan di sekeliling oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggian
dan tempat plankton yang terdapat di perairan. Daya larut oksigen lebih rendah dalam
air laut jika dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam
air limbah kurang dari 95 % dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji,
1995). Terbatasnya kelarutan oksigen dalam air menyebabkan kemampuan air untuk
membersihkan dirinya terbatas, sehingga diperlukan pengolahana air limbah untuk
mengurangi bahan-bahan penyebab pencemaran. Oksidasi biologis meningkat
bersama meningkatnya suhu perairan sehingga kebutuhan oksigen terlarut juga
meningkat (Arief, 2012). Kelarutan oksigen di perairan bervariasi antara 7-14 ppm.
Kadar oksigen terlarut dalam air pada sore hari < 20 ppm. Kadar oksigen di dalam air
tergantung juga pada aktifitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak
bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air. Kadar oksigen
terlarut di alam umumnya > 2 ppm. Jika kadar DO dalam air tinggi maka akan
mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar DO nya 0
ppm yaitu melalui pemanasan (Setiaji,1995). Dilihat dari jumlahnya, oksigen (O2)
adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu
menempati urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan
untuk budidaya perairan, oksigen menempati urutan teratas, oksigen yang diperlukan
biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air ikan dapat hidup pada perairan
dengan oksigen paling minimum adalah 5 mg/L, apabila kadar oksigen kurang dari 5
mg/L, maka ikan akan mati tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih
rendah dari 5 mg/L akan berkembang. (Ghufran, M.H. et al.,2005).
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sungai Brantas Letaknya Jl. Raya Kras, Jambean,
Kras, Dusun Ngrombeh, Jambean, Kras, Kediri. Penelitian ini dilakukan pada tanggal
.

1.2 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah Sungai Brantas Ngadirejo. Pada praktikum ini
menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan titik sampel, yaitu cara penentuan
sampel dengan melihat pertimbangan kondisi suatu keadaan daerah penelitian dari
pengamatan langsung di lapangan.

1.3 Alat dan Bahan


Alat :
1. DO meter
2. pH meter
3. Turbidimeter
4. Software altimeter berbasis internet
5. HP tipe

1.4 Prosedur Pengumpulan Data


Mengetahui kandungan O2 terlarut (mg/L) dalam perairan
Menyiapkan alat DO meter, software altimeter berbasis internet

Menentukan titik pengukuran dengan 5 koordinat berbeda pada aliran


sungai dengan koordinat yang berbeda menggunakan software altimeter
(namanya)

Melakukan pengukuran kandungan O2 terlarut menggunakan DO meter


pada masing-masing titik dengan 6 kali ulangan

Mencatat hasil pengukuran pada laporan sementara

Mengukur derajat keasaman dan suhu air (oC/oF)

Menyiapkan alat pH meter, software altimeter berbasis internet

Menentukan titik pengukuran dengan 5 koordinat berbeda pada aliran


sungai dengan koordinat yang berbeda menggunakan software altimeter
Melakukan pengukuran derajat keasaman dan suhu air menggunakan pH
meter pada masing-masing titik dengan 6 kali ulangan

Mencatat hasil pengukuran pada laporan sementara

Mengukur tingkat kekeruhan suatu perairan (mg/L)

Menyiapkan alat turbidimeter, software altimeter berbasis internet

Menentukan titik pengukuran dengan 5 koordinat berbeda pada aliran


sungai dengan koordinat yang berbeda menggunakan software altimeter

Melakukan pengukuran tingkat kekeruhan air menggunakan turbidimeter


pada masing-masing titik dengan 6 kali ulangan

Mencatat hasil pengukuran pada laporan sementara


1.5 Analisis Data
DAFTAR RUJUKAN
Admin :Air. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/air.diakses pada tanggal 18 September 2018.
Daud, Anwar. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. CV. Healthy & Sanitation
: Makassar 2007
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Mukono. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga university Press.
Surabaya 2008
Rasyid, Asharidkk. Air Kualitas Sungai Tallo di Tinjau dari parameter fisik dan kimia
kota Makassar. Jurna.
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar 2009.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta :
Kencana.
Wisnu A Wardhana. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit
Andi

Tabel 1. Jabaran Variabel Penelitian

No Variabel Subvariabel Indikator Skala Cara atau Alat


Variabel Pengambilan
Data

1. -pH Meter
-DO meter
-Turbidimeter

.
3

Anda mungkin juga menyukai