Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN PRODUKSI USAHA MANUFAKTUR :

Secara garis besar, perencanaan suatu usaha produksi akan mempunyai


langkah-langkah sebagai berikut :

A. Perencanaan Jangka Panjang : perencanaan ini akan mencakup periode beberapa


tahun dan berhubungan dengan semua produk dari suatu industri. Dalam fase ini akan
ditentukan hal-hal yang berhubungan dengan :
 Fasilitas produksi : lokasi pabrik, layout, ukuran, dan kapasitas pabrik.
 Perencanaan pemasokan bahan dan skala integrasi vertical.
 Perencanaan proses : berhubungan dengan teknologi, proses produksi, dan
sistem automasi.

B. Aggregate Planning : perencanaan dalam skala menengah dengan periode waktu


antara 6 sampai 18 bulan dan berhubungan suatu seri produk tertentu. Dalam fase ini
akan ditentukan hal-hal yang berhubungan dengan :
 Tenaga kerja : penggajian, rekrutmen dan pemberhentian, waktu paruh, liburan,
dan lembur.
 Penyediaan inventory, utilitas, modifikasi fasilitas produksi, dan kontrak
pembelian bahan baku.

C. Master Production Scheduling : perencanaan dalam skala pendek dengan periode


waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan yang berhubungan dengan produksi
suatu produk spesifik. Dalam fase ini akan ditentukan hal-hal yang berhubungan
dengan jumlah dan waktu produksi dari komponen dan benda kerja jadi.

D. Production Planning and Control : berhubungan dengan perencanaan sarana-


sarana produksi untuk membuat suatu benda kerja spesifik yang menyangkut jam
buruh, bahan dan komponen, dan kapasitas produksi. Dalam hal ini akan dirinci
mengenai penjadwalan produksi dan perakitan; penjadwalan pembelian bahan;
penjadwalan kerja shop floor yang meliputi penjadwalan mesin, pengaturan batch, dan
penjadwalan tenaga kerja.

AGGREGATE PLANNING :

Perencanaan agregat merupakan suatu perencanaan untuk menentukan kombinasi dari


level bulanan tenaga kerja dan inventory dengan tujuan meminimalkan biaya produksi.

Dalam perencanaan ini jumlah output biasanya dinyatakan dengan satuan agregat
(kumpulan) yang bisa mencakup beberapa produk sekaligus. Pada saat produk-produk
yang dibuat mempunyai satuan kebutuhan sarana produksi yang berbeda, maka
kebutuhan agregat dapat dinyatakan dengan kebutuhan jam buruh atau jumlah
produksi yang telah disesuaikan per periode. Untuk menentukan kebutuhan agregat

1
pada industri cat, misalnya, satuan yang digunakan bisa berupa kebutuhan cat dalam
gallon per periode, tanpa melihat jenis cat yang dibutuhkan.

Perencanaan agregat dibutuhkan untuk pengelolaan produksi dan operasi.


Perencanaan ini akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Pendayagunaan fasilitas produksi secara optimal yang dengan demikian dapat
mengurangi biaya produksi.
2. Perencanaan kapasitas produksi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
permintaan aggregat.
3. Perencanaan perubahan produksi secara teratur dan sistematis untuk menjawab
fluktuasi kebutuhan permintaan.
4. pemanfaatan maksimal sarana produksi yang dimiliki.

Langkah–langkah perencanaan agregat :

1. menentukan peramalan penjualan untuk masing-masing produk untuk suatu


periode tertentu.
2. menjumlahkan semua peramalan penjualan untuk bermacam-macam produk
dalam satu satuan agregat. Apabila kebutuhan produk yang dibuat tidak dapat
ditambahkan karena keragaman produk, maka perlu ditentukan suatu satuan
agregat yang memungkinkan penjumlahan beberapa jenis produk sehingga dapat
dikaitkan dengan kapasitas produksi.
3. menterjemahkan kebutuhan agregat untuk tiap periode menjadi kebutuhan
buruh, bahan, mesin, dan sarana produksi yang lain.
4. menentukan alternatif–alternatif pengaturan kapasitas produksi untuk memenuhi
kebutuhan permintaan aggregat.
5. memilih perencanaan kapasitas yang bisa memenuhi kebutuhan permintaan
agregat dan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Pendekatan penyelesaian perencanaan aggregat :

1. Matching demand : pendekatan ini berusaha mengatur kapasitas produksi


untuk memenuhi secara tepat kebutuhan permintaan per periode. Pendekatan ini
dengan sendirinya akan mengakibatkan penggunaan tenaga kerja yang bervariasi;
lebih banyak pada saat kebutuhan meningkat dan lebih sedikit pada saat kebutuhan
menurun. Dengan demikian, pendekatan ini akan membutuhkan biaya untuk
mempekerjakan dan memberhentikan buruh.

2. Level Capacity : produksi dijaga tetap untuk suatu periode tertentu. Dengan
demikian tidak terjadi penambahan dan pengurangan buruh. Perbedaan yang terjadi
antara kebutuhan dan kapasitas produksi diselesaikan dengan pemanfaatan
inventory, backlog, overtime, penggunaan buruh waktu paruh, atau sub contracting.

2
Gambar 1 menunjukkan bagaimana perbedaan permintaan dan produksi dicukupi
dengan penggunaan overtime, inventory dan backlog.

demand
Demand dan
Kapasitas

Lembur, Kerja paruh,


Subcontracting

Kapasitas
produksi

Kuarter

demand
Demand dan Inventori
Kapasitas berkurang
Backlog
bertambah Kapasitas
produksi
Inventori
bertambah
Backlog
berkurang

Kuarter

Gambar 1: Level capacity dengan overtime, inventory, dan backlogging

Contoh Perencanaan Aggregat industri minuman kaleng

 Contoh : Suatu perusahaan memproduksi 3 jenis minuman, segarlega jeruk,


segarlega melon, dan segarlega nanas, dengan perkiraan kebutuhan per kuarter ( 3
bulanan ) sebagai berikut :

Kuarter Segarlega jeruk Segarlega Segarlega Kebutuhan


melon nanas Aggregat
1 2500 7500 30000 40000
2 20000 12500 25000 57500
3 20000 7500 27500 55000
4 10000 7500 35000 52500
5 2500 7500 30000 40000

3
Dari kebutuhan masing-masing minuman untuk tiap-tiap kuarter, maka diperoleh
kebutuhan agregat minuman secara keseluruhan seperti yang tercantum pada kolom
terakhir dari tabel. Perkiraan kebutuhan masing-masing minuman dan kebutuhan
aggregat ditunjukkan pada gambar 2.

57500
55000
52500

Galon
perkuarter Kebutuhan
40000 40000 aggregat

35000
30000 30000 segarlega
27500 nanas
25000
20000
7500 10000 segarlega
12500 7500 melon
2500 7500 2500 segarlega
jeruk

1 2 3 4 1 Kuarter

Gambar 2: Kebutuhan aggregat penjumlahan kebutuhan


beberapa jenis minuman

Beberapa data relevan penyediaan kebutuhan produksi untuk perusahaan ini adalah
sebagai berikut :
Jumlah hari kerja per kuarter : 65 hari.
Standard kebutuhan buruh untuk sembarang minuman : 2.311 jam buruh per
gallon.
Jam kerja : 8 jam kerja per buruh pershift.
Kemampuan kapasitas mesin maksimal pershift : 100000 gallon per kuarter.

Perencanaan produksi dengan menggunakan pendekatan matching demand


ditunjukkan pada gambar 3. Tampak dalam gambar bahwa kebutuhan buruh diatur
sesuai dengan permintaan sehingga dengan demikian jumlah buruh berubah dari
kuarter ke kuarter.

4
57500
55000
Galon
perkuarter 52500

40000 40000

1 2 3 4 1 Kuarter

Jumlah
pekerja
40000 x 2.311
256
65 x 8
245
234

178 178

1 Kuarter
1 2 3 4

Gambar 3 : Perencanaan produksi dengan matching demand

Penyelesaian perencanaan produksi denan menggunakan pendekatan level capacity


dengan mengatur inventory untuk mengatasi keadaan dimana permintaan lebih besar
dari produksi ditunjukkan pada gambar 4. Kapasitas produksi dijaga tetap pada harga
rata-rata sebesar 51250 gallon. Tampak dalam gambar perubahan level inventory
sesuai dengan kesenjangan antara permintaan dan produksi.

57500
55000
Galon
perkuarter 52500
51250

5
40000 40000

1 2 3 4 1 Kuarter

Level
Inventori
11250
11250

5000

1250

1 2 3 4 1 Kuarter

Gambar 4 : Perencanaan produksi dengan level capacity


dan mengatur inventory

Pemilihan pendekatan perencanaan aggregat :

Dengan menggunakan data perusahaan minuman seperti ditulis diatas, ditentukan


beberapa pendekatan dan biaya untuk masing-masing pendekatan. Table 1
menunjukkan perhitungan yang diperlukan untuk menentukan biaya yang berhubungan
dengan pendekatan menggunakan level capacity dengan menggunakan inventory dan
pendekatan matching demand.

6
Table 1: Perhitungan biaya perencanaan aggregat menggunakan level capacity dengan inventory dan matching demand.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tambahan Rata-rata
Kebutuhan Rata-rata
atau inventori
Aggregate Aggregate Rencana karyawan Karyawan Karyawan Awal Akhir inventori
Kuarter pengurangan perkuarter
plan demand output (4) x 2.311 dipekerjakan diberhentikan Inventori Inventori pertahun
inventori (9) + (10)
8 x 65 (11)/4
(4) – (3) 2
Level 1 40000 51250 228 11250 0 11250 5625
capacity 2 57500 51250 228 (6250) 11250 5000 8125
4375
with 3 55000 51250 228 (3750) 5000 1250 3125
inventory 4 52500 51250 228 (1250) 1250 0 625

1 40000 40000 178 56 0 0 0 0


Matching 2 57500 57500 256 78 0 0 0 0
Demand 3 55000 55000 245 11 0 0 0 0
4 52500 52500 234 11 0 0 0 0

1 2 3 4 5 6 7 8

Total Jumlah Total Jumlah Biaya Biaya Biaya


Rata-rata Biaya total
Aggregate karyawan karyawan memepekerjakan memberhentikan Inventori
inventori Tahunan
plan dipekerjakan diberhentikan karyawan pertahun karyawan pertahun pertahun
pertahun (5) + (6) + (7)
pertahun pertahun (2) x 250 (3) x 300 (4) x 5.00
Level
0 0 4375 0 0 21875 21875
capacity
Matching
78 78 0 19500 23400 0 42900
Demand

7
Tampak dari table 1 bahwa pendekatan dengan level capacity menggunakan inventory
ternyata membutuhkan biaya yang lebih murah. Walaupun dalam contoh ini pendekatan
dengan level capacity menghasilkan biaya yang lebih rendah, namun dalam keadaan
tertentu hal ini bisa berubah sehingga pendekatan matching demand mungkin
menghasilkan biaya yang lebih rendah.

Pendekatan menggunakan level capacity dengan menggunakan overtime dan


subcontracting ditunjukkan pada table 2. dalam contoh ini produksi dijaga tetap sebesar
40000 gallon dan biaya suncontracting adalah 19.50 per gallon. Kemampuan
subcontracting adalah 20000 gallon per kuarter. Biaya overtime adalah 9.50 per jam.

Tabel 2 : perhitungan biaya perencanaan aggregat menggunakan level capacity dengan


overtime dan subcontracting.

1 2 3 4 5
Jumlah yang harus di pasok
Biaya
Aggregate dengan overtime dan Biaya overtime
Kuarter subcontracting
demand subcontracting (3) x 2.311 x 9.50
(3) x 19.50
(2) - 40000
1 40000 0 0 0
2 57500 17500 384204 341250
3 55000 15000 329318 292500
4 52500 12500 274431 243750
Total 987953 877500

Aggregate planning dengan linear programing

Penyelesaian masalah yang berhubungan dengan perencanaan agregat secara lebih


tepat dapat diselesaikan dengan menggunakan metode programa linear. Metode ini
adalah metode matematis yang bertujuan untuk meminimalkan biaya selama periode
perencanaan dengan mengoptimalkan biaya buruh normal, biaya buruh lembur, sub
contracting, biaya rekrutmen dan pemberhentian buruh, dan biaya inventory.

Formulasi dari metode programa linier ini akan terdiri dari suatu fungsi obyektif yang
dalam hal ini adalah meminimalkan biaya produksi, dan kendala-kendala berupa
kapasitas maksimal yang dimiliki yang berhubungan dengan buruh normal, buruh
lembur, dan subcontracting, serta permintaan aggregat komulatif minimal yang
diinginkan.

Contoh perencanaan aggregat dengan linear programming:

 Suatu perusahaan merencanakan untuk memenuhi permintaan produk sebanyak


700 unit pada kuarter pertama dan 3200 pada kuarter kedua. Dibutuhkan waktu 5 jam
untuk membuat sebuah produk dan tersedia 9000 jam waktu buruh normal pada setiap
kuarter. Penggunaan waktu buruh lembur dibatasi tidak melebihi 10% waktu buruh

8
normal. Biaya buruh normal dan lembur masing-masing adalah 12 dan 18 per jam.
Apabila suatu produk yang dibuat pada suatu kuarter dikirim pada kuarter berikutnya,
maka akan timbul biaya sebesar 50. Berapa banyak produk yang harus dibuat dengan
menggunakan buruh normal dan buruh lembur pada kuarter pertama dan kedua agar
biaya produksi minimal ?

Penyelesaian :

X1 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh normal pada kuarter
pertama dan digunakan memenuhi demand pada kuarter pertama.
X2 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh lembur pada kuarter
pertama dan digunakan memenuhi demand pada kuarter pertama.
X3 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh normal pada kuarter
pertama dan dan digunakan memenuhi demand pada kuarter kedua.
X4 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh lembur pada kuarter
pertama dan digunakan memenuhi demand pada kuarter kedua.
X5 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh normal pada kuarter
kedua dan digunakan memenuhi demand pada kuarter kedua.
X6 = jumlah produk yang dibuat dengan menggunakan buruh lembur pada kuarter
kedua dan digunakan memenuhi demand pada kuarter kedua.

Formulasi linear programming:

Min Z = 60X1 + 90 X2 + 110X3 + 140X4 + 60X5 + 90X6

X1 + X 2  700 (permintaan K1)

X3 + X4 + X5 + X6  3200 (permintaan K2)

5X1 + 5X3  9000 (jam buruh normal K1)

5X5  9000 (jam buruh normal K2)

5X2 + 5X4  900 (jam buruh lembur K1)

5X6  900 (jam buruh lembur K2)

X1; X2; X3; X4; X5; X6  0


Dengan menyelesaikan programa linear ini diperoleh hasil sebagai berikut:

X1 = 580; X2 = 120; X3 = 1220;

X4 = 0; X5 = 1800; X6 = 180;

9
10

Anda mungkin juga menyukai